Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah ini dengan judul “Paradigma Baru PKn di MI/SD”.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Materi dan
Pembelajaran PKn di MI/SD. Dalam makalah ini membahas tentang Pengertian
paradigma baru PKn di MI/SD, Karakteristik warga negara yang demokratis,
Model pembelajaran PKn untuk pengembangan warga negara yang demokratis,
Tujuan dari paradigma baru pembelajaran PKn.

Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah


ini, dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi diri kami sendiri
khususnya dan pembaca pada umumnya.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah adanya makalah ini. Dengan segala
kerendahan hati, saran-saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan
dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain dan
pada waktu mendatang.

Ponorogo, 22 Februari 2019

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI....................................................................................................................... ii
BAB I .................................................................................................................................. 1
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 2
C. Tujuan ..................................................................................................................... 2
BAB II................................................................................................................................. 3
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 3
A. Pengertian Paradigma Baru PKn di MI/SD ............................................................ 3
B. Karakteristik Warga Negara yang Demokratis ....................................................... 4
C. Model Pembelajaran PKn untuk Pengembangan Warga Negara yang Demokratis 8
D. Tujuan Paradigma Baru PKn di MI/SD ................................................................ 13
BAB III ............................................................................................................................. 14
PENUTUP ........................................................................................................................ 14
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia telah mengalami
perkembangan yang sangat dinamis dengan segala liku-liku permasalahannya.
Sejak diproklamirkan kebangsaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
sampai dengan saat ini, bangsa dan negara Indonesia telah mengalami pasang
surut dalam instrumentasi dan praktisi kehidupannya, walaupun secara formal
landasan filosofonya tetap, yakni Pancasila. Kini konteks kehidupan global itu
ditandai oleh semakin terbukanya kerja sama dan sekaligus persaingan
antarbangsa/antar negara, yang berarti juga semakin kompleksnya bangsa
Indonesia mengarungi era reformasi diberbagai bidang kehidupan masyarakat.
Dalam proses perjalanan bangsa Indonesia menuju masyarakat madani,
yakni masyarakat bangsa dan negara yang berpijak dari dan bermuara pada
konsep dan nilai Pancasila dan UUD 1945, sebagai salah satu muatan
kurikulum pendidikan dasar, menengah, dan pendidikan tinggi, perlu
menyesuaikan diri secara adaptif dan koheren dengan kebutuhan dan tuntutan
masyarakat yang selalu berubah. Pada hakikatnya proses pembangunan
karakter dan bangsa harus dengan sengaja dimaksudkan untuk membangun
masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang demokratis, religius, beradab,
bersatu, dan berkeadilan sosial. Dalam proses itulah, pembangunan karakter
dan bangsa harus disikapi dan diperlukan sebagai kebutuhan yang sangat
mendesak yang secara konseptual dan programatik memerlukan pola pemikiran
atau paradigma baru.
Misi PKn dengan paradigma barunya adalah mengembangkan pendidikan
demokrasi yang secara psikopedagogis dan sosio-andragogis berfungsi
mengembangkan tiga karakteristik pokok warga negara yang demokratis, yakni
kecerdasan wargan negara, tanggung jawab warga negara, dan partisipasi
warga negara.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian paradigma baru PKn di MI/SD?
2. Apa saja karakteristik warga negara yang demokratis?
3. Bagaimana model pembelajaran PKn untuk pengembangan warga negara
yang demokratis?
4. Apa tujuan dari paradigma baru pembelajaran PKn?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma baru PKn di MI/ SD
2. Untuk mengetahui karakteristik warga negara yang demokratis
3. Untuk mengetahui berbagai model pembelajaran PKn
4. Untuk mengetahui tujuan dari paradigma baru PKn di SD/MI

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma Baru PKn di MI/SD

Paradigma baru adalah kerangka pikir yang di bangun sebagai landasan


yang mengembangkan dan memberi bentuk konseptual baru PKn. Paradigma
berarti juga suatu model atau rancang bangun pikiran yang digunakan dalam
pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.
PKn dengan paradigma baru ini mensyaratkan materi pembelajaran yang
memuat komponen-komponen afektif, psikomotorik (keterampilan), dan
disposisi kepribadian warga negara yang fungsional bukan hanya dalam
tatanan kehidupan berbangsa dan bernegara melainkan juga dalam masyarakat
yang milenial ini.1
Dalam proses perjalanan bangsa Indonesia menuju masyarakat madani,
yakni masyarakat bangsa dan negara yang berpijak dari dan bermuara pada
konsep dan nilai Pancasila dan UUD 1945, pendidikan kewarganegaraan
sebagai salah satu muatan kurikulum pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi, perlu menyesuaikan diri secara adaptif dan koheren
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang selalu berubah. Proses
pembangunan karakter dan bangsa (national and character building) yang
sejak Proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, perlu secara
konsisten dan sinambung dilakukan dan dikembangkan secara sistematis dan
sistemik agar sesuai dengan suasana kebatinan, nilai, dan norma yang secara
tersurat dan tersirat terkandung dalam sistem konstitusi NKRI. Pada hakikatnya
proses pembangunan karakter dan bangsa harus dengan sengaja dimaksudkan
untuk membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia yang demokratis,
religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial. Dalam proses itulah,
pembangunan karakter dan bangsa harus disikapi dan diperlakukan sebagai
kebutuhan yang sangat mendesak yang secara konseptual dan programatik
memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.

1
Udin Winataputra dan Sapriya, Paradigma Baru PKn di MI/SD (Modul 1) (Jakarta:
Universitas Terbuka, 2010), 1.

3
Misi PKn dengan paradigma barunya adalah mengembangkan pendidikan
demokrasi yang secara psiko-pedagogis dan sosio-andragogis berfungsi
mengembangkan tiga karakteristik pokok warga negara yang demokratis, yakni
civic intelligence atau kecerdasan warga negara, civic responsibility atau
tanggung jawab warga negara dan civic participation atau partisipasi warga
negara. Kecerdasan warga negara demokratis yang perlu dikembangkan bukan
hanya kecerdasan rasional melainkan juga dalam kecerdasan spiritual,
emosional dan sosial. Dengan demikian paradigma baru PKn secara konseptual
dan programatik bersifat multidimensional.2
Dengan adanya paradigma baru ini diharapkan dapat mencetak generasi
yang baik, bukan hanya dalam dimensi rasional melainkan juga dalam spiritual,
emosional, dan sosial sehingga paradigma baru PKn terwujud.
Jadi paradigma baru PKn merupakan suatu ide untuk mengembangkan
konsep PKN dalam pembelajaran di SD agar tertanam dalam jiwa mereka jiwa
nasional.

B. Karakteristik Warga Negara yang Demokratis


Secara etimologis kata demokrasi berasal dari bahasa latin demos yang
berarti rakyat dan kratos atau kratein berarti kekuasaan atau berkuasa.
Demokrasi dapat diterjemahkan “rakyat berkuasa” atau rakyat turut
memerintah atau government or rule by the people (pemerintahan oleh rakyat).
Dengan kata lain, demokrasi berarti pemerintahan yang dijalankan oleh rakyat
baik secara langsung atau tidak langsung, yakni melalui perwakilan setelah
adanya proses pemilihan umum secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur
dan adil.3
Bangsa Indonesia yang saat ini tengah mengalami suatu perubahan
diharapkan bergerak ke arah pendewasaan hingga terbentuknya masyarakat
yang betul-betul demokratis, religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial
sesuai dengan konsep, nilai, norma dan moralitas yang tersurat dan tersirat
dalam Pancasila dan UUD 1945, yang dikuatkan dengan komitmen gerakan
reformasi dalam segala bidang, terutama bidang politik dan hukum. Namun

2
Winataputra dan Sapriya, 2.
3
Alamudi Abdullah, Apakah Demokrasi Itu? (Jakarta: USIA, 1991), 21.

4
demikian, pengembangan masyarakat yang demokratis, religius, beradab,
bersatu, dan berkeadilan sosial tersebut tentu tidaklah mudah, terutama bagi
masyarakat Indonesia yang secara historis belum memiliki pengalaman utuh
berkehidupan yang betul-betul demokratis, perkembangan ekonomi yang masih
terbatas, identitas nasional yang masih rapuh, dan budaya kewarganegaraan
yang belum terbentuk.
Demi tercapainya masyarakat demokratis, perlu memperhatikan
karakteristik apa saja yang harus dimiliki oleh warga negara. Cogan (1998)
telah berhasil mengidentifikasi delapan karakteristik yang perlu dimiliki warga
negara sehubungan dengan semakin beratnya tantangan yang harus dihadapi di
masa mendatang. Karakteristik warga negara tersebut meliputi berikut ini :
1. Kemampuan mengenal dan mendekati masalah sebagai warga masyarakat
global.
2. Kemampuan bekerja sama dengan orang lain dan memikul tanggung jawab
atas peran atau kewajibannya dalam masyarakat.
3. Kemampuan untuk memahami, menerima, dan menghormati perbedaan-
perbedaan budaya.
4. Kemampuan berpikir kritis dan sistematis.
5. Kemauan menyelesaikan konflik dengan cara damai tanpa kekerasan.
6. Kemauan mengubah gaya hidup dan pola makanan pokok yang sudah biasa
guna melindungi lingkungan.
7. Memiliki kepekaan terhadap dan mempertahankan hak asasi manusia
(seperti hak kaum wanita, minoritas etnik, dan sebagainya).
8. Kemauan dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan politik pada
tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional.
Negara adalah suatu bentuk khusus dari tata kehidupan sosial yang
dibangun dari sejumlah komponen dasar di dalam suatu sistem yang integral.
Dalam masyarakat demokratis terdapat 5 sistem tata kehidupan, yaitu (1)
sistem personal adalah suatu sistem yang merujuk pada orang-orang yang
menjadi subjek dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara, yang terdiri atas
“pemerintah” dan “yang diperintah”; (2) sistem kelembagaan menunjuk
kepada lembaga-lembaga negara dan lembaga-lembaga pemerintahan menurut

5
Konstitusi dan peraturan perundang-undangan yang berlaku; (3) sistem
normatif adalah sistem hukum dan perundang-undangan yang mengatur tata
hubungan negara dan warga negara; (4) sistem kewilayahan menunjuk kepada
seluruh wilayah teritorial yang termasuk ke dalam yurisdiksi negara Indonesia;
(5) sistem ideologis merujuk kepada ide-ide dasar penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Tinjauan sistemik ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang
utuh dan menyeluruh tentang eksistensi kehidupan bernegara. Kehidupan
bernegara secara sehat merupakan fungsi dari seluruh komponen sistemnya.
Dengan kata lain, kerusakan dalam satu komponen sistem akan mengganggu
berfungsinya sistem kenegaraan secara keseluruhan.4
Dengan memperhatikan atribut-atribut kewarganegaraan di atas, dan
struktur pengorganisasian yang berorientasi pada sistem kehidupan bernegara
maka materi pendidikan kewarganegaraan selayaknya memuat komponen-
komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian warga
negara, yang fungsional bukan hanya dalam tataran kehidupan berbangsa dan
bernegara melainkan juga dalam masyarakat di era global.
Kewarganegaraan dalam demokrasi konstitusional berarti bahwa setiap
warga negara (1) merupakan anggota penuh dan sederajat dari sebuah
masyarakat yang berpemerintahan sendiri dan (2) diberi hak-hak dasar dan
dibebani tanggung jawab. Warga negara hendaknya mengerti bahwa dengan
keterlibatannnya dalam kehidupan politik dan dalam masyarakat demokratis,
mereka dapat membantu meningkatkan kualitas hidup di lingkup tetangga,
masyarakat, dan bangsa.
Bidang studi pkn merupakan suatu bidang kajian ilmiah dan program
pendidikan sekolah dan diterima sebagai wahana utama dalam esensi
pendidikan demokrasi di indonesia. Dalam paradigma baru bidang studi PKn
terdapat beberapa karakteristik, yaitu :
1. Civic intellegency, yaitu kecerdasan dan daya nalar warga negara yang baik
dalam dimensi spiritual, rasional, emosional, maupun sosial.

4
Winataputra dan Sapriya, Paradigma Baru PKn di MI/SD (Modul 1), 11.

6
2. Civic responsibility, yaitu kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang bertanggung jawab.
3. Civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar
tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai
pemimpin hari depan.
Karakteristik-karakteristik tersebut diwujudkan dalam tiga kelompok
kompetensi dalam bidang studi PKn, yaitu :
a. Kompetensi untuk menguasai pengetahuan kewarganegaraan;
1) Memahami tujuan pemerintah dan prinsip-prinsip dasar konstitusi
pemerintah republik indonesia.
2) Mengetahui struktur, fungsi dan tugas pemerintah daerah dan nasional
serta bagaimana keterlibatan warga negara membentuk kebijaksanaan
publik.
3) Mengetahui hubungan negara dan bangsa indonesia dengan negara-
negara dan bangsa-bangsa lain beserta masalah-masalah dunia dan atau
internasional.
b. Kompetensi untuk menguasai keterampilan kewarganegaraan;
1) Mengambil atau menetapkan keputusan yang tepat melalui proses
pemecahan masalah dan inkuiri.
2) Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan suatu isu tertentu.
3) Menentukan atau mengambil sikap guna mencapai suatu posisi tertentu.
4) Membela atau mempertahankan posisi bagi mengemukakan argumen
yang kritis, logis dan rasional.
5) Memaparkan suatu informasi yang penting pada khalayak umum.
6) Membangun koalisi, kompromi, negosiasi, dan consensus (demokrasi).
c. Kompetansi untuk menguasai karakter kewarganegaraan;
1) Memberdayakan dirinya sebagai warga negara yang aktif, kritis, dan
bertanggung jawab untuk berpartisipasi secara efektif dan efisien dalam
berbagai aktivitas masyarakat, politik, dan pemerintahan pada semua
tingkat (daerah dan nasional).

7
2) Memahami bagaimana warga negara melaksanakan peranan, hak, dan
tanggung jawab personal untuk berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat pada semua tingkatan (daerah dan nasional).
3) Memahami, menghayati, dan menerapkan nilai-nilai budi pekerti,
demokrasi, hak asasi manusia dan nasionalisme dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
4) Memahami dan menerapkan prinsip-prinsip hak asasi manusia dalam
kehidupan sehari-hari.

C. Model Pembelajaran PKn untuk Pengembangan Warga Negara yang


Demokratis
Kritik terhadap model pembelajaran pendidikan kewarganegaraan dalam
nomenklatur seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) maupun Pendidikan
Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) di era sebelum standar isi PKn
sekarang diberlakukan selalu menjadi alasan perlunya meninggalkan model
lama. Pembelajaran PMP/PPKn sebagai model pendidikan kewarganegaraan
dinilai menonjolkan kepentingan tafsir rezim dengan sajian sangat tidak
menarik, dan fomalistik. Proses pembelajaran tidak banyak melahirkan
kemampuan siswa untuk berpikir kritis terhadap sistem politik pemerintahnya.
Hal ini disebabkan karena “(1) materi-materi yang diajarkan cenderung
verbalistik atas nilai-nilai moral Pancasila sebagai civic virtues yang
dijabarkan dari P4; dan (2) model pembelajarannya cenderung berbentuk
hafalan/kognitif, seperti hapalan butir-butir tafsir Pancasila dalam P4.”
Pengakuan terhadap kesan bahwa mata pelajaran PPKn (juga PMP) merupakan
mata pelajaran yang cenderung bersifat hafalan/kognitif antara lain dapat
dilihat pada harapan atas penyempurnaan/penyesuaian GBPP PPKn 1994 untuk
SD, SLTP dan SMA (SMU) (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1999).
Dari hasil eksplorasi, akan disajikan dua model yang dapat dianggap
memadai untuk pembentukan warga negara demokratis sebagai pilihan bentuk
best practice , baik dari aspek civic knowledge, civic skills, maupun civic
dispositions (Patrick, 1999), sebagaimana dikenal dan dikembangkan dalam
paradigma baru PKn di Indonesia sejak Kurikulum 2004 (KBK) hingga
kemudian dikembangkan dalam Standar Isi Mata Pelajaran PKn sekarang.

8
Model tersebut ialah Model Law-Related Education (LRE), dan Model Proyek
(portofolio). Penjelasan dari ketiga model tersebut sebagai berikut :
1. Model Law-Related Education (LRE)
Tujuan LRE dalam pembelajaran PKn ialah untuk memberikan
pembelajaran secara akademik dan pengembangan kecakapan (skill) yang
akan memberdayakan para siswa sehingga pada saat yang sama memperbaiki
masyarakat dan pemahaman kewarganegaraan serta komitmen terhadap para
warganya.
Sebagaimana pengertian LRE menurut American Bar Association
(1995), maka elemen LRE meliputi aspek :
a. Subject matter/knowledge : hukum, keadilan, kekuasaan, kesetaraan,
kepemilikan, dan kebebasan, sebagaimana pemahaman terhadap dokumen-
dokumen pokok dari demokrasi.
b. Skills: keterampilan penelitian, keterampilan berpikir, ketermpilan
berkomunikasi, dan keterampilan partisipasi sosial.
c. Attitudes, beliefs, and values : komitmen terhadap demokrasi
konstitusional dan cita-cita keadilan; menilai informasi, aktif, dan
berpartisipasi secara bertanggung jawab dalam kehidupan kewargaan;
mengormati hak-hak asasi manusia dan martabat manusia; mengapresiasi
nilai-nilai yang absah untuk pemecahan masalah terhadap konflik-konflik
dan perbedaan di masyarakat; memahami bagaimana hukum mendukung
kohesi sosial, mempengaruhi perubahan sosial, dan membentuk serta
dibentuk oleh nilai-nilai kolektif, keyakinan dan watak (disposisi) kolektif.
Miller dan Singleton (1997: 97) mencontohkan implementasi LRE ini
ke dalam model Mock Trial (Pengadilan Semu), Moot Courts (Debat
Peradilan Tingkat Banding), Simulasi Legislative Hearing, dan Town
Meetings (Rapat/Musyawarah Kota). Contoh-contoh tersebut merupakan
penampilan pembelajaran PKn dalam bentuk-bentuk kegiatan yang
mencerminkan bekerjanya para pejabat publik yang dipilih, “office of citizen,”
serta para professional terlatih seperti para ilmuwan sosial dan professional
bidang hukum.

9
Peran guru dalam LRE ialah membantu siswa menjadi anggota aktif
dari masyarakat yang memahami hukum dan prinsip-prinsip yang
mendasarinya, mematuhi hukum yang berjalan untuk membetulkan
kesalahan, dan mengembangkan secara positif bagi masyarakat mereka
sebagai bagian dari masyarakat yang lebih pluralistik dan demokratis
Dengan demikian, LRE dalam kerangka PKn ialah agar siswa sebagai
warga negara perlu mengetahui bagaimana fungsi hukum dan sistem politik,
bagaimana hukum mempengaruhi mereka dan bagaimana mereka dapat
mempengaruhi hukum
Agar penerapan model-model pembelajaran LRE dalam PKn efektif,
maka memperhatikan beberapa aspek seperti interaksi ekstensif di antara para
siswa serta menghadirkan situasi materi pembelajaran dengan kasus-kasus
yang sesungguhnya terjadi/pernah terjadi, dan menghadirkan model individu
dari pelaku penegakan hukum sebagai narasumber di ruang kelas. Contoh
interaksi ekstensif di antara para siswa dalam model LRE ialah dengan
strategi pengajaran kerja kelompok kecil, Simulasi, kegiatan bermain peran,
dan simulasi peradilan (mock trial). Pada bagian lain, studi kasus
kontroversial bidang hukum yang sedang berjalan/sudah mendapat kepastian
hukum dilakukan dalam model LRE agar siswa menemukan jalan keluar atas
kasus hukum tersebut secara adil dan jujur. Siswa diajak berpikir kritis
dengan menghadirkan semua aspek pemikiran yang berbeda-beda atas kasus
kontroversial yang dipilih.5
2. Model Proyek (portofolio)
Tujuan model Proyek dalam pembelajaran PKn ialah untuk memotivasi
dan memungkinkan para siswa sejak dini agar menyukai hak-hak dan
menerima tanggung jawab kewarganegaraan demokratis. Dari model ini,
siswa diharapkan dapat :
a. Mempelajari bagaimana memonitor (mengawasi) dan mempengaruhi
kebijakan publik di dalam masyarakat mereka;
b. Mempelajari proses-proses pembuatan kebijakan publik;

Samsuri, “Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Kompetensi


5

Wrga Negara,” 2012, 8.

10
c. Mengembangkan kecakapan-kecakapan kongkrit dan dasar-dasar yang
diperlukan untuk menjadi warga negara berpartisipasi secara bertanggung
jawab;
d. Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi secara efektif dan kreatif;
e. mengembangkan konsep diri dan kepercayaan diri yang lebih positif
dalam menjalankan hak dan tanggung jawab kewarganegaraannya.
Model Proyek dalam beberapa aspek dikembangkan dengan model
portofolio. Langkah-langkah yang ditempuh meliputi menjelaskan masalah,
menilai kebijakan-kebijakan alternatif yang sejalan dengan masalah yang
dipilih, mengembangkan kebijakan publik yang dipilih kelas untuk
menyelesaikan masalah tersebut, dan mengembangkan suatu rencana aksi
yang didukung sebagai kebijakan kelas untuk dapat diterima pemerintah.
Sedikitnya ada dua alasan, yaitu sebagai bentuk pembelajaran aktif dan
suatu peluang bagi para siswa untuk bertanggung jawab atas proses
pembelajaran mereka sendiri Manfaat model Proyek bagi para siswa dalam
pembelajaran PKn adalah membantu para siswa untuk mengembangkan
kecakapan-kecakapan kewarganegaraan, termasuk dalam hal riset (meneliti),
analisis, dan presentasi. Kecakapan meneliti, misalnya, antara lain
ditampilkan dalam membuat kuesioner, melakukan wawancara dan survey,
penggunaan perpustakaan, dan mencari sumber-sumber di internet.
Kecakapan menganalisis, misalnya, antara lain diwujudkan dalam hal
menafsirkan bukti-bukti (data), penggunaan statistik, menyimpulkan temuan-
temuan, dan pembuatan rekomendasi. Kecakapan presentasi (penyajian),
misalnya, antara lain ditampilkan dalam laporan-laporan tertulis, pidato
publik, pembuatan handouts, penyiapan sajian OHP dan Powerpoint.6
Model Proyek akan sangat efektif apabila :
a. youth-led – memberi siswa pilihan terhadap topik-topik, metode penelitian,
dan cara-cara menyajikan temuan mereka, pantas untuk tingkat usia dan
kematangannya.

6
Samsuri, 11.

11
b. group-based – bekerja sama dengan orang lain dapat membantu siswa
mengatasi situasi yang tidak akrab dan menantang serta mengembangkan
keterampilan sosial baru dan berkomunikasi.
c. action-orientated – mengintegrasikan ke dalam beberapa bentuk tindakan
berbasis sekolah atau masyarakat, seperti konsultasi tentang metode
pengajaran, transfer antara sekolah.
d. tightly-structured – tujuan proyek seharusnya dapat dikelola dan jelas
sejak di permulaan, kepatutan dan dapat dipraktikannya metode penelitian,
alokasi tenggat batas akhir dan individu-individu dapat mengidentifikasi
peran-peran jika diperlukan, pemberian pelatihan.
Sebagai salah satu bentuk pembelajaran Model Proyek, di Indonesia
telah dikembangkan model pembelajaran berbasis portofolio dalam
pembelajaran PKn secara lebih rinci dan diujicobakan di beberapa kota
besar. Model pembelajaran ini dirancang untuk membantu siswa memahami
teori secara mendalam melalui pengalaman belajar praktik-empirik. Model
pembelajaran ini kondusif bagi pembentukan kompetensi, tanggung jawab
dan partisipasi siswa, belajar menilai dan mempengaruhi kebijakan umum,
memberanikan diri untuk berpartisipasi dalam kegiatan antarsiswa,
antarsekolah dan antaranggota masyarakat. Center for Civic Education (1996)
sebagai penggagas dan pengembang model pembelajaran portofolio untuk
pembelajaran PKn mengidentifikasi sedikitnya ada empat prinsip dasar
pembelajaran model Portofolio, yaitu prinsip belajar siswa aktif, kelompok
belajar kooperatif, pembelajaran partisipatorik, dan mengajar yang reaktif.
Implementasi model portofolio di kelas dijelaskan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
a. mengidentifikasi masalah;
b. memilih masalah untuk kajian kelas;
c. mengumpulkan informasi tentang masalah yang akan dikaji oleh kelas;
d. mengembangkan portofolio kelas; dan
e. penyajian portofolio.
Di Indonesia, model pembelajaran ini telah mengalami pilot project di
sejumlah kota besar oleh Depdiknas dan CICED Bandung. Bagaimana

12
efektivitas model proyek dengan portofolio dalam pembelajaran PKn, perlu
dilakukan kajian intensif.

D. Tujuan Paradigma Baru PKn di MI/SD


Tujuan mata pelajaran Kewarganegaraan adalah untuk memberikan
kompetensi-kompetensi sebagai berikut :

1. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu


kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara
langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi
dan komunikasi
Adapun tujuan dari paradigma baru pembelajaran PKn hendaklah dapat
mengakomodasi / membantu untuk mencapai tujuan dari
pendidikan kewarganegaraan. Pembelajaran PKn dapat membekali siswa
dengan pengetahuan dan ketrampilan intelektual yang memadai serta
pengalaman praktis agar memiliki kompetensi dan efektivitas dalam
berpartisipasi.7

7
Cholisin, “Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan dalam Praktek
Pembelajaran Kurikulum Berbasis Komputer,” t.t., 3.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Paradigma baru PKn merupakan sebuah hasil pengembangan dalam
proses pendidikan kewarganegaraan di Indonesia. Pkn dengan paradigma baru
mensyaratkan materi pembelajaran yang memuat komponen-komponen
pengetahuan, ketrampilan, dan disposisi kepribadian warga negara yang
fungsional bukan hanya dalam tataran kehidupan berbangsa dan bernegara
melainkan juga dalam masyarakat di era global. pembangunan masyarakat
Indonesia demokratis yang religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial itu
perlu waktu, upaya gigih yang konsisten dan komitmen kebangsaan, serta
pendidikan demokrasi yang sinambung. Model pembelajaran PKn dengan
paradigma baru memiliki tiga karakteristik : 1) Civic intellegency, yaitu
kecerdasan dan daya nalar warga negara yang baik dalam dimensi spiritual,
rasional, emosional, maupun sosial, 2) Civic responsibility, yaitu kesadaran
akan hak dan kewajiban sebagai warga negara yang bertanggung jawab, 3)
Civic participation, yaitu kemampuan berpartisipasi warga negara atas dasar
tanggung jawabnya, baik secara individual, sosial, maupun sebagai pemimpin
hari depan.
Melatih siswa untuk berpikir dengan ketrampilan sosial lain yang sejalan
dengan pendekatan inkuiri. Adapun tujuan dari paradigma baru pembelajaran
PKn hendaklah dapat mengakomodasi/membantu untuk mencapai tujuan dari
pendidikan kewarganegaraan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Alamudi. Apakah Demokrasi Itu? Jakarta: USIA, 1991.

Cholisin. “Pengembangan Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan dalam


Praktek Pembelajaran Kurikulum Berbasis Komputer,” t.t.

Samsuri. “Model Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun


Kompetensi Wrga Negara,” 2012.

Winataputra, Udin, dan Sapriya. Paradigma Baru PKn di MI/SD (Modul 1).
Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.

15

Anda mungkin juga menyukai