Anda di halaman 1dari 19

REKAYASA IDE

Disusun untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan


Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh:

Mira Silfia (8186181018)


Syibrina Jihan Lubis (8186181005)

Dosen Pengampu:

Dr. Reh Bungana Br. Parangin-angin, M.Hum

PENDIDIKAN DASAR KELAS A2 REGULER


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dalam tugas Rekayasa Ide dengan judul “Paradigma Baru
Pendidikan Kewarganegaraan”.
Kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Reh Bungana Br. Parangin-
angin, M.Hum yang telah membimbing dalam proses pembelajaran sampai
penyelesaian tugas ini. Kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami telah mengerjakan tugas ini dengan sebaik-baiknya, tetapi
sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tidak sempurna,
maka kami meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini masih
terdapat kesalahan dalam penulisannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan tugas
rekayasa ide ini. Terimakasih.

Medan, 9 April 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Manfaat dan Tujuan..........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................3
A. Pendidikan Kewarganegaraan...........................................................................3
B. Perbandingan Antara PKn Paradigma Baru dan Paradigma Lama...................5
C. Paradigma Baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan.....................................7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada masa transisi saat ini, dimana proses perjalanan bangsa sedang menuju
masyarakat madani (civil society), Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu
mata pelajaran di persekolahan dipandang perlu untuk dapat menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang tengah berubah di era global.

Proses pembangunan karakter bangsa (national character building) yang sejak


zaman kemerdekaan telah terbangun, perlu direvitalisasi agar sesuai dengan isi pesan
konstitusi. Proses revitalisasi terhadap national character building yang dimaksud
saat ini, diarahkan pada penciptaan tatanan masyarakat Indonesia yang menempatkan
demokrasi sebagai titik sentral dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Berangkat
dari pemikiran inilah, Pendidikan Kewarganegaraan di era reformasi harus dapat
melakukan pergeseran paradigmanya dari yang bersifat feodalistik ke arah paradigma
baru yang menunjukkan New Indonesian Civic Education.

Sadar akan tuntutan dan kebutuhan di atas, pemerintah telah merumuskan tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan secara umum baik untuk pendidikan dasar maupun
menengah, melalui pembekalan kompetensi dasar pada peserta didik dalam hal: (1)
berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menangani isu kewarganegaraan; (2)
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (3) pembentukan diri yang
didasarkan pada karakter-karakter positif masyarakat Indonesia dan masyarakat
dunia yang demokratis (Kurikulum Kewarganegaraan untuk SD, SLTP, SMU, 2001:
12). Winataputra (2006: 1) menambahkan bahwa tugas Pendidikan Kewarganegaran
dengan paradigma barunya diarahkan pada pengembangan pendidikan demokrasi
yang mengemban tiga fungsi pokok, yaitu: (1) mengembangkan kecerdasan warga
negara (civic intelligence), (2) membina tanggung jawab warga negara (civic
responsibility); (3) mendorong partisipasi warga negara (civic participation).

1
Namun demikian untuk menuju New Indonesian Civic Education, kita
menyadari masih banyak kelemahan dalam implementasi Pendidikan
Kewarganegaraan, paling tidak terdiri atas kelemahan pokok, seperti: (1) kelemahan
dalam filosofis Pendidikan Kewarganegaraan; (2) masih bersifat indoktrinatif dan
terlalu menonjolkan moral behavioristik; (3) terjadi kesenjangan antara materi
pelajaran dengan basic keilmuan dari kewarganegaraan; (4) penekanannya pada
pembentukan warga negara yang “loyalitas”; dan (5) kurang mengembangkan
kehidupan demokrasi yang partisipatif.

Berdasarkan paparan di atas, menunjukkan pengembangan Pendidikan


Kewarganegaraan di masa depan, membutuhkan sebuah paradigma baru sebagai
konsekuensi tuntutan globalisasi dan proses reformasi ke arah “New Indonesian
Civic Education”. Reformasi untuk membangun paradigma baru ini, dimulai dari
aspek yang mendasar, yaitu reorientasi visi dan misi, revitalisasi fungsi dan peranan,
hingga rekonstruksi ini kurikulum dan materi pembelajaran. Pendidikan
Kewarganegaraan dengan paradigma baru mensyaratkan materi pembelajaran yang
memuat komponen-komponen pengetahuan, keterampilan, dan disposisi kepribadian
dapat bersinergi secara fungsional, bukan hanya dalam tataran kehidupan berbangsa
dan bernegara, melainkan juga dalam masyarakat di era global.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan


masalahnya, yaitu:

1. Bagaimana konsep pendidikan kewarganegaraan?


2. Bagaimana perbandingan antara PKn paradigma baru dan paradigma lama?
3. Bagaimana membangun paradigma baru dalam Pendidikan
Kewarganegaraan?

C. Tujuan Penulisan

2
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:

1. Dapat memahami konsep Pendidikan Kewarganegaraan.


2. Dapat menganalisis perbandingan antara PKn paradigma baru dan paradigma
lama.
3. Dapat membangun paradigma baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat yang di dapat dari makalah ini adalah:

1. Sebagai mahasiswa kita dapat memahami bagaimana konsep paradigma baru


dalam pendidikan kewarganegaraan.
2. Sebagai mahasiswa kita dapat menganalisis perbandingan antara PKn
paradigma baru dan paradigma lama.
3. Sebagai mahasiswa kita dapat menjadikan ilmu pengetahuan tentang
paradigma baru sebagai pondasi untuk membangun negara Indonesia ini
dalam memperdalam ilmu kewarganegaraan dengan Pendidikan
Kewarganegaraan.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pendidikan Kewarganegaraan

Secara bahasa istilah Civil Education oleh sebagian pakar diterjemahkan ke


dalam bahasa Indonesia menjadi Pendidikan Kewargaan dan Pendidikan
Kewarganegaraan. Istilah Pendidikan Kewargaan diwakili oleh Azyumardi Azra dan
Tim ICCE (Indonesian Center for Civic Education) UIN Jakarta sebagai
Pengembang Civic Education di perguruan tinggi yang pertama. Sedangkan istilah
Pendidikan Kewarganegaraan diwakili oleh Zamroni, Muhammad Nu’man
Soemantri, Tim CICED (Center for Indonesian Civic Education), Merphin Panjaitan,
Soedijarto, dan pakar lainnya.

Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) secara substantif tidak saja


mendidik generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan sadar akan hak dan
kewajibannya dalam konteks kehidupan bermasyarakat dan bernegara – yang
merupakan penekanan dalam istilah Pendidikan Kewarganegaraan – melainkan juga
membangun kesiapan warga negara menjadi warga dunia (global society).

John J. Patrick (Quiqley, 2000: 4-7) menuliskan kecenderungan perkembangan


Pendidikan Kewarganegaraan secara global saat ini sebagai suatu figur kajian yang
menampilkan dirinya sebagai:

1. Pendidikan Kewarganegaraan yang memiliki keterkaitan secara fungsional


antara pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan dalam
kehidupan bermasyarakat dalam masyarakat (civic skill) dan berkembangnya
nilai-nilai kebajikan dalam masyarakat (civic virtue). Pemahaman ini
kemudian akan mengarahkan peserta didik sebagai warga negara untuk
memiliki pengetahuan dan keterampilan warga negara, yang kemudian
didukung oleh nilai kebajikan dalam masyarakat seperti saling menghargai,
kepribadian, disiplin diri, toleransi, patriotisme dan tanggung jawab.
2. Pendidikan Kewarganegaraan yang memiliki pola pembelajaran sistematik
mengenai konsep-konsep utama. Konsep utama dalam pola pembelajaran

4
Pendidikan Kewarganegaraan menyangkut pemerintahan demokratis dan
hak-kewajiban warga negara serta informasi tentang bentuk dan tugas
lembaga politik
3. Pola pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan
melalui upaya mengaplikasikan konsep-konsep utama dengan pendekatan
analisis berbagai kasus yang berkembang dalam kehidupan bernegara.
4. Pengembangan keterampilan dan kemampuan peserta didik sebagai warga
negara untuk aktif dalam membuat keputusan.
5. Analisis perbandingan internasional tentang pemerintahan dan
kewarganegaraan. Melalui analisis ini pola pembelajaran Pendidika
Kewarganegaraan dikembangkan, agar peserta didik dapat mempelajari dan
kemudian membandingkan demokrasi antar negara.
6. Pengembangan keterampilan partisipatoris dan kebajikan warga negara
melalui kegiatan-kegiatan belajar. Pembelajan kooperatif dalam kelompok
kecil dapat mengarahkan siswa untuk memahami dan melaksanakan
keterampilan memimpin, resolusi konflik, kompromi, negosiasi, kritik
membangun, toleransi, sivilisasi dan kepercayaan.
7. Penggunaan buku sumber dan pemanfaatan berbagai sumber di dalam proses
belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan.
8. Mempelajari secara aktif pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-
kebajikan warga negara (civic virtue)
9. Menghubungkan antara isi dan prose dalam pembelajaran Kewarganegaraan
dengan mensinergiskan pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-kebajikan
warga negara secara fungsional.

Berdasarkan sembilan kecenderungan Pendidikan Kewarganegaraan di era


global di atas, diharapkan output dari Pendidikan Kewarganegaraan dapat
menampilkan sosok pengetahuan warga negara (a body of civic knowledge) yang
integratif dari hasil sinergi pengetahuan, keterampilan dan civic virtue secara
fungsional. Hal ini berarti di dalam pengembangan pendidikan kewarganegaraan saat
ini kajian isi atau materi Pendidikan Kewarganegaraan, tidak hanya berorientasi pada
perspektif lokal dan nasional, namun harus menyesuaikan dengan perkembangan

5
global yang tengah mengalir membawa nilai-nilai baru, seperti demokrasi dan civil
society.

B. Perbandingan Antara PKn Paradigma Baru dan Paradigma Lama

Paradigma baru PKn antara lain memiliki struktur organisasi keilmuan yang
jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum dan filsafat moral /filsafat Pancasila
dan meiliki visi yang kuat nation and character building, citizenempowerment
(pemberdayaan warga negara), yang mampu mengembangkan civil society
(masyarakat kewargaan). Paradigma baru ini merupakan upaya untuk menggantikan
paradigma lama PKn (PPKn), yang antara lain bercirikan struktur keilmuan yang
tidak jelas, materi disesuaiakan dengan kepentingan politik rezim (hegemoni
penguasa), memiliki visi untuk memperkuat state building (negara otoriter birokratis;
kooptasi negara) yang bermuara pada posisi warga negara sebagai kaula atau obyek
yang sangat lemah ketika berhadapan dengan penguasa. Akibat dari kondisi ini, PKn
semakin sulit untuk mengembangkan karakter warga negara yang demokratis,
sehingga menjadi lahan subur bagi berkembangnya otoriterisme. Sebagai bahan
banding antara PKn paradigma baru dengan paradigma lama dapat dilihat pada tabel
berikut ini :

Tabel 1. Perbandingan PKn Paradigma Lama


dengan Paradigma Baru
DIMENSI PARADIGMA LAMA PARADIGMA BARU
Visi 1. Penekanan pada membangun 1. Penekanan pada nation and
negara (state building). character building.
2. Mendukung penguatan 2. Pemberdayaan warga negara
koorporatis negara. (citizen empowerment).
3. Penguatan berkembangnya
masyarakat kewargaan (civil
society).
Misi Good Citizen : Good Citizen:
1. Patuh kepada rezim. 1. Aktif berpartisipasi dalam
2. Pendukung status- quo kehidupan berbangsa dan
rezim. bernegara.
2. Berbudaya politik
kewarganegaraan (civic culture).

6
3. Berkemampuan berpikir kritis
dan kreatif.
Substansi Nilai moral P4 sebagai tafsiran Demokrasi politik, demokrasi
tunggal rezim. ekonomi dan demokrasi sosial
Materi
yang dikembangkan terutama dari
disiplin ilmu politik, hukum dan
filsafat moral/filsafat Pancasila.

Strategi Indoktrinasi - hegemoni Dialog – kritis.


Pembelajaran
Performance 1. Lemah/tidak jelas akar 1. Kuat/jelas akar keilmuannya
keilmuannya (body of (body of knowledge).
knowledge).
2. Intervensi rezim untuk 2. Terbebas (independen) dari
menitipkan kepentingannya intervensi rezim
sangat kuat. 3. Memiliki otonomi keilmuan dan
3. Rentan terhadap perubahan eksistensi yang kuat sehingga
rezim atau mengikuti selera mampu mempertahankan jati
kepentingan rezim. dirinya sebagai pendidikan
kewarganegaraan terhadap
4. Fokus sebagai pendidikan
perubahan rezim.
kewarganegaraan/pendidikan
politik tidak tampak, yang 4. Fokus sebagai pendidikan
tampak adalah sebagai kewarganegaraan (pendidikan
indoktrinasi politik rezim. demokrasi, pendidikan hukum
5. Kredibilitas akademik dan dan pendidikan moral) tampak
fungsinya bagi anak jelas dan kuat.
didik/masyarakat sangat
rendah, karena lemahnya 5. Kredibilitas akademik dan
akar keilmuan serta tidak fungsinya akan menguat karena
relevannya dengan kebutuhan disamping akar keilmuannya
masyarakat demokratis. yang jelas, juga akan diraskan
sebagai sesuatu yang fungsional
bagai masyarakat yang
sedangkan mengembangkan
demokrasi dan demokratisasi.

PKn paradigma baru ini sering dikenal sebagai PKn yang bermutu. Dikatakan
PKn yang bermutu karena memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic
knowledge), yang berbasis pada keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat
demokratis, memiliki ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), karakter
kewarganegaraan (civic dispositions) yang mampu untuk mengembangkan

7
pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga negara dan masyarakat
kewargaan. PKn yang bermutu inilah merupakan jati diri PKn.

C. Paradigma Baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Yang dimaksud dengan paradigma adalah kerangka pikir yang dibangun


sebagai landasan dalam mengembangkan dan memberi bentuk konseptual baru PKn.
Paradigma berarti juga suatu model atau rancang-bangun pikiran yang digunakan
dalam pendidikan kewarganegaraan di Indonesia.

Kehidupan berbangsa dan bernegara Indonesia telah mengalami perkembangan


yang sangat dinamis dengan segala liku-liku permasalahannya. Sejak diproklamirkan
kemerdekaannya oleh Soekarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia pada tanggal 17
Agustus 1945 sampai dengan saat ini, bangsa dan negara Indonesia telah mengalami
pasang surut dalam instrumentasi dan praksis kehidupannya, walaupun secara formal
landasan filosofinya tetap, yakni Pancasila. Sistem kenegaraan yang dibangun dan
dilaksanakan pada era Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi, pada dasarnya tidak
banyak berubah, yakni tetap sebagai negara demokrasi yang berkedaulatan rakyat.
Namun demikian setiap era kehidupan itu berada dalam konteks kehidupan
masyarakat dunia yang berbeda-beda. Kini konteks kehidupan global itu ditandai
oleh semakin terbukanya kerja sama dan sekaligus persaingan
antarbangsa/antarnegara, yang berarti juga semakin kompleksnya bangsa Indonesia
mengarungi era reformasi di berbagai bidang menuju kehidupan masyarakat. Dalam
proses perjalanan bangsa Indonesia menuju masyarakat madani, yakni masyarakat
bangsa dan negara yang berpijak dari dan bermuara pada konsep dan nilai Pancasila
dan UUD 1945, pendidikan kewarganegaraan sebagai salah satu muatan kurikulum
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, perlu menyesuaikan
diri secara adaptif dan koheren dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang
selalu berubah.

Proses pembangunan karakter dan bangsa (national and character building)


yang sejak Proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, perlu secara
konsisten dan sinambung dilakukan dan dikembangkan secara sistematis dan

8
sistemik agar sesuai dengan suasana kebatinan, nilai, dan norma yang secara tersurat
dan tersirat terkandung dalam sistem konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada hakikatnya proses pembangunan karakter dan bangsa harus dengan
sengaja dimaksudkan untuk membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia
yang demokratis, religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial. Dalam proses
itulah, pembangunan karakter dan bangsa harus disikapi dan diperlakukan sebagai
kebutuhan yang sangat mendesak yang secara konseptual dan programatik
memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.

Misi PKn dengan paradigma barunya adalah mengembangkan pendidikan


demokrasi yang secara psiko-pedagogis dan sosio-andragogis berfungsi
mengembangkan tiga karakteristik pokok warga negara yang demokratis, yakni civic
knowledge atau pengetahuan warga negara, civic skills atau keterampilan warga
negara dan civic didpositions atau karakter warga negara. Kecerdasan warga negara
demokratis yang perlu dikembangkan bukan hanya kecerdasan rasional melainkan
juga dalam kecerdasan spiritual, emosional dan sosial. Dengan demikian paradigma
baru PKn secara konseptual dan programatik bersifat multidimensional. Berikut ini
merupakan uraian mengenai ketiga komponen tersebut.

1. Pengetahuan Kewarganegaraan

Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) merupakan materi


substansi yang harus diketahui oleh warga negara. Pada prinsipnya
pengetahuan yang harus diketahui oleh warga negara berkaitan dengan hak
kewajiban/peran sebagai warga negara dan pengetahuan yang mendasar
tentang struktur dan sistem politik, pemerintahan dan sistem sosial yang ideal
sebagaimana terdokumentasi dalam Pancasila dan UUD 1945, maupun yang
telah menjadi konvensi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara serta nilai-
nilai universal dalam masyarakat demokratis serta cara – cara kerjasama
untuk mewjudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai
dalam masyarakat internasional.

Center for Civic Education (CEE) maupun Standardt and Civics


Framwork for the 1998 National Assesment of Education (NAEP)

9
mengajukan 5 pertanyaan yang jawabannya akan mengarah pada substansi
pengetahuan kewarganegaraan dan standar isi (content standard) yang berupa
ketrampilan kewarganegaraan (civic skills) dan karakter kewarganegaraan
(civic dispotisions). Kelima pertanyaan tersebut yaitu :

a. Apa kehidupan kewarganegaraan, politik, dan pemerintahan ?

b. Apa fondasi – fondasi sistem politik ?

c. Bagaimana pemerintahan dibentuk oleh konstitusi mengejawantahkan


tujuan-tujuan, nilai – nilai dan prinsip – prinsip demokrasi ?

d. Bagaimana hubungan negara dengan negara lain dan posisinya mengenai


masalah – masalah internasional ?

e. Apa peran warga negara dalam demokrasi ?

2. Ketrampilan Kewarganegaraan

Ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), merupakan ketrampilan yang


dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang
diperoleh menjadi sesuatu yang bermakna, karena dapat dimanfaatkan dalam
menghadapi masalah-masalah kehidupan berbangsa dan bernegara. Civic
skills mencakup intelectual skills (ketrampilan intelektual) dan participation
skills (ketrampilan partisipasi). Ketrampilan intelektual yang terpenting bagi
terbentuknya warga negara yang berwawasan luas, efektif dan bertanggung
jawab antara lain adalah ketrampilan berpikir kritis. Ketrampilan berpikir
kritis meliputi mengidentifikasi, menggambarkan/ mendeskripsikan,
menjelaskan, menganalisis, mengevaluasi, menentukan dan mempertahankan
pendapat yang berkenaan dengan masalah – masalah publik.

3. Karakter Kewarganegaraan

Karakter kewarganegaraan (civic dispositions), merupakan sifat – sifat


yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas
partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya
martabat dan harga diri dan kepentingan umum. Dikatakan demikian, karena

10
karakter kewarganegaraan belum terumuskan pada setiap kompetensi dasar,
hasil belajar maupun indikatornya.

Begitu pula meskipun telah disentuh karakter publik (misalnya:


mematuhi perundang – undangan nasional; mengapresiasi dinamika politik
Indonesia ) namun karakter publik yang kritis terhadap undang – undang
maupun terhadap sistem politik maupun rejim tampak kurang diperhatikan
padahal hal ini sangat penting dalam masyarakat demokratis. Supaya segala
produk undang – undang sejalan dengan aspirasi dan di bawah kontrol
masyarakat. Sehingga misalnya dalam praktek pembelajaran
kewarganegaraan perlu dimasukkan karakter publik yang berupa
“Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat “. Oleh karena
itu ciri-ciri watak/karakter privat (pribadi) dan karakter publik
(kemasyarakatan) yang utama meliputi :

1) Menjadi anggota masyarakat yang independen (mandiri). Karakter ini


merupakan kepatuhan secara suka rela terhadap peraturan yang berlaku
dan bertanggungjawab atas segala konsekuensi yang timbul dari
perbuatannya serta menerima kewajiban moral dan legal dalam
masyarakat demokratis.

2) Memenuhi tanggungjawab personal kewarganegaraan di bidang ekonomi


dan politik. Yang termasuk karakter didalamnya, yaitu Mengurus diri
sendiri; Memberi nafkah /menopang keluarga; Merawat , mengurus dan
mendidik anak; Mengikuti informasi tentang isue-isue publik;
Memberikan suara (voting); Membayar pajak; Menjadi saksi di
pengadilan; Meberikan pelayanan kepada masyarakat; Melakukan tugas
kepemimpinan sesuai dengan bakat dan kemampuang sendiri/masing-
masing.

3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu. Yang


termasuk karakter ini, adalah mendengarkan pendapat orang lain;
berperilaku santun (bersikap sopan); menghargai hak dan kepentingan

11
sesama warganegara; mematuhi prinsip aturan mayoritas, namun tetap
menghargai hak minoritas untuk berbeda pendapat.

4) Berpartisipasi dalam urusan-urusan kewarganegaraan secara bijaksana


dan efektif. Karakter ini menghendaki pemilikan informasi yang luas
sebelum memberikan suara (voting) atau berpartisipasi dalam debat
publik, keterlibatan dalam diskusi yang santun dan serius, dan memegang
kendali kepemimpinan yang sesuai. Juga menghendaki kemampuan
membuat evaluasi kapan saatnya kepentingan pribadi sebagai warga
negara dikesampingkan demi kepentingan umum dan kapan seseorang
karena kewajibannya atau prinsip-prinsip konstitusional untuk menolak
tuntutan-tuntutan kewarganegaraan tertentu. Sifat – sifat warganegara
yang dapat menunjang karakter berpartisipasi dalam urusan-urusan
kewarganegaraan (publik) diantaranya: a) Keberadaban (civility), yang
termasuk sifat ini adalah menghormati orang lain; menghormati pendapat
orang lain meskipun tidak sepaham; mendengarkan pandangan orang
lain; menghindari argumentasi yang bermusuhan, sewenang- wenang,
emosional dan tidak masuk akal; b) Menghormati hak – hak orang lain,
yang termasuk sifat ini adalah menghormati hak orang lain bahwa
mereka memiliki suara yang sama dalam pemerintahan dan sama di mata
hukum; menghormati hak orang lain untuk memegang dan menganjurkan
gagasan yang bermacam dan bekerjasama dalam suatu asosiasi untuk
memajukan pandangan-pandangan mereka. c) Menghormati hukum,
yang termasuk sifat ini adalah berkemauan mematuhi hukum, bahkan
ketika ia tidak menyepakatinya; berkemauan melakukan tindakan dengan
cara-cara damai dan legal untuk mengubah hukum yang tidak arif dan
adil; d) Jujur : berkemauan untuk memelihara dan mengekspresikan
kebenaran. e) Berpikiran terbuka : yaitu mempertimbangkan pandangan
orang lain. f) Berpikir kritis : yaitu kehendak hati untuk mempertanyakan
keabsahan/kebenaran berbagai macam posisi termasuk posisi dirinya. g)
Bersedia melakukan negoisasi dan berkompromi : yaitu kesediaan untuk
membuat kesepakatan dengan orang lain meskipun terdapat perbedaan

12
yang sangat tajam/mendalam, sejauh hal itu dinilai rasional dan adanya
pembenaran secara moral untuk melakukannya. h) Ulet / tidak mudah
putus asa : yaitu kemauan untuk mencoba berulang-ulang untuk meraih
suatu tujuan. i) Berpikiran kewarganegaraan : yaitu memiliki perhatian
dan kepedulian terhadap urusan – urusan publik/kemasyarakatan. j)
Keharuan/memiliki perasaan kasihan : yaitu mempunyai kepedulian agar
orang lain hidupnya lebih baik, khususnya terhadap mereka yang tidak
beruntung. k) Patriotisme : memiliki loyalitas terhadap nilai – nilai
demokrasi konstitusional. l) Keteguhanhati: kuat untuk tetap pada
pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya. m) Toleran terhadap ketidak
pastian: yaitu kemampuan untuk menerima ketidak pastian yang muncul,
karena ketidak cukupan pengetahuan atau pemahaman tentang isu-isu
yang komplek atau tentang ketegangan antara nilai-nilai fondamental
dengan prinsip-prinsip.

5) Mengembangkan fungsi demokrasi konstitusional yang sehat. Karakter


ini mengarahkan warganegara agar bekerja dengan cara-cara damai dan
legal dalam rangka mengubah undang-undang yang dianggap tidak adil
dan bijaksana. Yang termasuk dalam karakter ini, adalah Sadar informasi
dan kepekaan terhadap urusan-urusan publik; Melakukan penelaahan
terhadap nilai-nilai dan prinsip – prinsip konstitusional; Memonitor
keputusan para pemimpin politik dan lembaga-lembaga publik dalam
penerapan nilai-nilai dan prinsip-prinsip konstitusional dan mengambil
langkah-langkah yang diperlukan apabila terdapat kekurangannya.

13
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari paparan teori paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu ilmu yang membahas
mengenai konsep kewarganegaraan yang mendidik generasi muda untuk
cerdas dan sadar dalam memahami prinsip dasar negara dan cinta tanah air.
2. Perbandingan antara pparadigma baru dengan paradigma lama PKn antara
lain dilihat dari struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni berbasis pada
ilmu politik, hukum dan filsafat moral/filsafat Pancasila dan memiliki visi
yang kuat yang mampu mengembangkan masyarakat kewargaan. Paradigma
baru ini merupakan upaya untuk menggantikan paradigma lama PKn (PPKn),
yang antara lain bercirikan struktur keilmuan yang tidak jelas, materi
disesuaiakan dengan kepentingan politik rezim (hegemoni penguasa),
memiliki visi untuk memperkuat state building (negara otoriter birokratis;
kooptasi negara) yang bermuara pada posisi warga negara sebagai kaula atau
obyek yang sangat lemah ketika berhadapan dengan penguasa.
3. Pendidikan kewarganegaraan memiliki misi dengan paradigma barunya yaitu
dengan mengembangkan pendidikan demokrasi yang secara psiko-pedagogis
dan sosio-andragogis berfungsi mengembangkan tiga karakteristik pokok
warga negara yang demokratis, yakni civic knowledge atau pengetahuan
warga negara, civic skills atau keterampilan warga negara dan civic
didpositions atau karakter warga negara. Kecerdasan warga negara
demokratis yang perlu dikembangkan bukan hanya kecerdasan rasional
melainkan juga dalam kecerdasan spiritual, emosional dan sosial.

B. Saran

14
Sebagai seorang pendidik kita wajib mengajarkan nilai-nilai Pancasila dan
kewarganegaraan agar peserta didik semakin mencintai Pendidikan
Kewarganegaraan.

15
DAFTAR PUSTAKA

Cholisin. 2002. Mengembangkan Paradigma Baru PKN yang Independen dari


Kepentingan Politik Rezim, Jurnal PPKn : Kajian Teori dan Penerapannya,
Th. 15, No.1, Malang : Universitas Negeri Malang,
Cholisin. 2004. PPKn Paradigma Baru dan Pengembangannya dalam KBK, Jurnal
Racmi, Media Informasi, Komunikasi, dan Pengembangan Sumberdaya,
Volume 04 No. 01 Mei. Yogyakarta : Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
(LPMP).
Setiawan, Deny. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan: Madenatera
Tim ICCE UIN Jakarta. 2004. Buku Panduan Dosen Pendidikan Kewargaan (Civic
Education) Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Mayarakat Madani. Jakarta:
Prenada Media.
Winataputra, U.S. 2001. Jati Diri Pendidikan Kewarganegaraan sebagai Wahana
Pendidikan Demokrasi. Bandung: Program Pascasarjana Universitas
Pendidikan Indonesia (Disertasi)
Winataputra, Udin. Sapriya. 2001. Modul 1 Paradigma Baru PKn di SD/MI.

16

Anda mungkin juga menyukai