REKAYASA IDE
Disusun Oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa, karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan dalam tugas Rekayasa Ide dengan judul “Paradigma Baru
Pendidikan Kewarganegaraan”.
Kami menyampaikan terimakasih kepada Ibu Dr. Reh Bungana Br. Parangin-
angin, M.Hum yang telah membimbing dalam proses pembelajaran sampai
penyelesaian tugas ini. Kami berharap semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi
pembaca. Kami telah mengerjakan tugas ini dengan sebaik-baiknya, tetapi
sebagaimana hakikat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang tidak sempurna,
maka kami meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah ini masih
terdapat kesalahan dalam penulisannya.
Kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi perbaikan tugas
rekayasa ide ini. Terimakasih.
Muhammad fajar
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.............................................................................................2
C. Manfaat dan Tujuan..........................................................................................2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................................3
A. Pendidikan Kewarganegaraan...........................................................................3
B. Perbandingan Antara PKn Paradigma Baru dan Paradigma Lama...................5
C. Paradigma Baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan.....................................7
BAB III PENUTUP ...............................................................................................13
A. Kesimpulan.....................................................................................................13
B. Saran................................................................................................................14
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada masa transisi saat ini, dimana proses perjalanan bangsa sedang menuju
masyarakat madani (civil society), Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu
mata pelajaran di persekolahan dipandang perlu untuk dapat menyesuaikan diri
dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat yang tengah berubah di era global.
Sadar akan tuntutan dan kebutuhan di atas, pemerintah telah merumuskan tujuan
Pendidikan Kewarganegaraan secara umum baik untuk pendidikan dasar maupun
menengah, melalui pembekalan kompetensi dasar pada peserta didik dalam hal: (1)
berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menangani isu kewarganegaraan; (2)
berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar
dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; (3) pembentukan diri yang
didasarkan pada karakter-karakter positif masyarakat Indonesia dan masyarakat
dunia yang demokratis (Kurikulum Kewarganegaraan untuk SD, SLTP, SMU, 2001:
12). Winataputra (2006: 1) menambahkan bahwa tugas Pendidikan Kewarganegaran
dengan paradigma barunya diarahkan pada pengembangan pendidikan demokrasi
yang mengemban tiga fungsi pokok, yaitu: (1) mengembangkan kecerdasan warga
negara (civic intelligence), (2) membina tanggung jawab warga negara (civic
responsibility); (3) mendorong partisipasi warga negara (civic participation).
1
Namun demikian untuk menuju New Indonesian Civic Education, kita
menyadari masih banyak kelemahan dalam implementasi Pendidikan
Kewarganegaraan, paling tidak terdiri atas kelemahan pokok, seperti: (1) kelemahan
dalam filosofis Pendidikan Kewarganegaraan; (2) masih bersifat indoktrinatif dan
terlalu menonjolkan moral behavioristik; (3) terjadi kesenjangan antara materi
pelajaran dengan basic keilmuan dari kewarganegaraan; (4) penekanannya pada
pembentukan warga negara yang “loyalitas”; dan (5) kurang mengembangkan
kehidupan demokrasi yang partisipatif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
2
Dari latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah:
D. Manfaat Penulisan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pendidikan Kewarganegaraan
4
Pendidikan Kewarganegaraan menyangkut pemerintahan demokratis dan
hak-kewajiban warga negara serta informasi tentang bentuk dan tugas
lembaga politik
3. Pola pembelajaran dalam Pendidikan Kewarganegaraan dikembangkan
melalui upaya mengaplikasikan konsep-konsep utama dengan pendekatan
analisis berbagai kasus yang berkembang dalam kehidupan bernegara.
4. Pengembangan keterampilan dan kemampuan peserta didik sebagai warga
negara untuk aktif dalam membuat keputusan.
5. Analisis perbandingan internasional tentang pemerintahan dan
kewarganegaraan. Melalui analisis ini pola pembelajaran Pendidika
Kewarganegaraan dikembangkan, agar peserta didik dapat mempelajari dan
kemudian membandingkan demokrasi antar negara.
6. Pengembangan keterampilan partisipatoris dan kebajikan warga negara
melalui kegiatan-kegiatan belajar. Pembelajan kooperatif dalam kelompok
kecil dapat mengarahkan siswa untuk memahami dan melaksanakan
keterampilan memimpin, resolusi konflik, kompromi, negosiasi, kritik
membangun, toleransi, sivilisasi dan kepercayaan.
7. Penggunaan buku sumber dan pemanfaatan berbagai sumber di dalam proses
belajar mengajar Pendidikan Kewarganegaraan.
8. Mempelajari secara aktif pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-
kebajikan warga negara (civic virtue)
9. Menghubungkan antara isi dan prose dalam pembelajaran Kewarganegaraan
dengan mensinergiskan pengetahuan, keterampilan dan kebajikan-kebajikan
warga negara secara fungsional.
5
global yang tengah mengalir membawa nilai-nilai baru, seperti demokrasi dan civil
society.
Paradigma baru PKn antara lain memiliki struktur organisasi keilmuan yang
jelas yakni berbasis pada ilmu politik, hukum dan filsafat moral /filsafat Pancasila
dan meiliki visi yang kuat nation and character building, citizenempowerment
(pemberdayaan warga negara), yang mampu mengembangkan civil society
(masyarakat kewargaan). Paradigma baru ini merupakan upaya untuk menggantikan
paradigma lama PKn (PPKn), yang antara lain bercirikan struktur keilmuan yang
tidak jelas, materi disesuaiakan dengan kepentingan politik rezim (hegemoni
penguasa), memiliki visi untuk memperkuat state building (negara otoriter birokratis;
kooptasi negara) yang bermuara pada posisi warga negara sebagai kaula atau obyek
yang sangat lemah ketika berhadapan dengan penguasa. Akibat dari kondisi ini, PKn
semakin sulit untuk mengembangkan karakter warga negara yang demokratis,
sehingga menjadi lahan subur bagi berkembangnya otoriterisme. Sebagai bahan
banding antara PKn paradigma baru dengan paradigma lama dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
6
culture).
3. Berkemampuan berpikir kritis
dan kreatif.
Substansi Nilai moral P4 sebagai tafsiran Demokrasi politik, demokrasi
tunggal rezim. ekonomi dan demokrasi sosial
Materi
yang dikembangkan terutama
dari disiplin ilmu politik, hukum
dan filsafat moral/filsafat
Pancasila.
PKn paradigma baru ini sering dikenal sebagai PKn yang bermutu. Dikatakan
PKn yang bermutu karena memiliki pengetahuan kewarganegaraan (civic
7
knowledge), yang berbasis pada keilmuan yang jelas dan relevan bagi masyarakat
demokratis, memiliki ketrampilan kewarganegaraan (civic skills), karakter
kewarganegaraan (civic dispositions) yang mampu untuk mengembangkan
pembangunan karakter bangsa, pemberdayaan warga negara dan masyarakat
kewargaan. PKn yang bermutu inilah merupakan jati diri PKn.
8
Proses pembangunan karakter dan bangsa (national and character building)
yang sejak Proklamasi kemerdekaan RI telah mendapat prioritas, perlu secara
konsisten dan sinambung dilakukan dan dikembangkan secara sistematis dan
sistemik agar sesuai dengan suasana kebatinan, nilai, dan norma yang secara tersurat
dan tersirat terkandung dalam sistem konstitusi Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pada hakikatnya proses pembangunan karakter dan bangsa harus dengan
sengaja dimaksudkan untuk membangun masyarakat bangsa dan negara Indonesia
yang demokratis, religius, beradab, bersatu, dan berkeadilan sosial. Dalam proses
itulah, pembangunan karakter dan bangsa harus disikapi dan diperlakukan sebagai
kebutuhan yang sangat mendesak yang secara konseptual dan programatik
memerlukan pola pemikiran atau paradigma baru.
1. Pengetahuan Kewarganegaraan
9
untuk mewjudkan kemajuan bersama dan hidup berdampingan secara damai
dalam masyarakat internasional.
2. Ketrampilan Kewarganegaraan
3. Karakter Kewarganegaraan
10
Karakter kewarganegaraan (civic dispositions), merupakan sifat – sifat
yang harus dimiliki setiap warga negara untuk mendukung efektivitas
partisipasi politik, berfungsinya sistem politik yang sehat, berkembangnya
martabat dan harga diri dan kepentingan umum. Dikatakan demikian, karena
karakter kewarganegaraan belum terumuskan pada setiap kompetensi dasar,
hasil belajar maupun indikatornya.
11
3) Menghormati harkat dan martabat kemanusiaan tiap individu. Yang
termasuk karakter ini, adalah mendengarkan pendapat orang lain;
berperilaku santun (bersikap sopan); menghargai hak dan kepentingan
sesama warganegara; mematuhi prinsip aturan mayoritas, namun tetap
menghargai hak minoritas untuk berbeda pendapat.
12
keabsahan/kebenaran berbagai macam posisi termasuk posisi dirinya. g)
Bersedia melakukan negoisasi dan berkompromi : yaitu kesediaan untuk
membuat kesepakatan dengan orang lain meskipun terdapat perbedaan
yang sangat tajam/mendalam, sejauh hal itu dinilai rasional dan adanya
pembenaran secara moral untuk melakukannya. h) Ulet / tidak mudah
putus asa : yaitu kemauan untuk mencoba berulang-ulang untuk meraih
suatu tujuan. i) Berpikiran kewarganegaraan : yaitu memiliki perhatian
dan kepedulian terhadap urusan – urusan publik/kemasyarakatan. j)
Keharuan/memiliki perasaan kasihan : yaitu mempunyai kepedulian agar
orang lain hidupnya lebih baik, khususnya terhadap mereka yang tidak
beruntung. k) Patriotisme : memiliki loyalitas terhadap nilai – nilai
demokrasi konstitusional. l) Keteguhanhati: kuat untuk tetap pada
pendiriannya, ketika kata hati menuntutnya. m) Toleran terhadap ketidak
pastian: yaitu kemampuan untuk menerima ketidak pastian yang muncul,
karena ketidak cukupan pengetahuan atau pemahaman tentang isu-isu
yang komplek atau tentang ketegangan antara nilai-nilai fondamental
dengan prinsip-prinsip.
13
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari paparan teori paradigma baru pendidikan kewarganegaraan, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pendidikan Kewarganegaraan merupakan suatu ilmu yang membahas
mengenai konsep kewarganegaraan yang mendidik generasi muda untuk
cerdas dan sadar dalam memahami prinsip dasar negara dan cinta tanah air.
2. Perbandingan antara pparadigma baru dengan paradigma lama PKn antara
lain dilihat dari struktur organisasi keilmuan yang jelas yakni berbasis pada
ilmu politik, hukum dan filsafat moral/filsafat Pancasila dan memiliki visi
yang kuat yang mampu mengembangkan masyarakat kewargaan. Paradigma
baru ini merupakan upaya untuk menggantikan paradigma lama PKn (PPKn),
yang antara lain bercirikan struktur keilmuan yang tidak jelas, materi
disesuaiakan dengan kepentingan politik rezim (hegemoni penguasa),
memiliki visi untuk memperkuat state building (negara otoriter birokratis;
kooptasi negara) yang bermuara pada posisi warga negara sebagai kaula atau
obyek yang sangat lemah ketika berhadapan dengan penguasa.
3. Pendidikan kewarganegaraan memiliki misi dengan paradigma barunya yaitu
dengan mengembangkan pendidikan demokrasi yang secara psiko-pedagogis
dan sosio-andragogis berfungsi mengembangkan tiga karakteristik pokok
warga negara yang demokratis, yakni civic knowledge atau pengetahuan
warga negara, civic skills atau keterampilan warga negara dan civic
didpositions atau karakter warga negara. Kecerdasan warga negara
demokratis yang perlu dikembangkan bukan hanya kecerdasan rasional
melainkan juga dalam kecerdasan spiritual, emosional dan sosial.
14
B. Saran
Sebagai seorang pendidik kita wajib mengajarkan nilai-nilai Pancasila dan
kewarganegaraan agar peserta didik semakin mencintai Pendidikan
Kewarganegaraan.
15
DAFTAR PUSTAKA
16