Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

Pembangkit Energi Listrik Terbarukan


“Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (Geothermal)”

Dosen Pengampu :

(Drs.A. Hakim Butar-Butar, M.T.)

OLEH KELOMPOK 4 :

Al Ifdal (5173530003)

Ricard Alfredo Purba (5193530024)

Canriko Indri Gultom (5173230005)

PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Selama proses penyusunan
makalah, penulis mengalami berbagai kendala dan hambatan, namun berkat
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangannya, maka
dari itu segala kritik dan saran yang membangun akan selalu di terima dengan senang
hati.Semoga laporan yang sederhana ini bermanfaat bagi Almamater, Civitas
Universitas Negeri Medan, maupun para pembaca pada umumnya.

Medan,14 Maret 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Pembatasan Makalah 4
1.3 Metode Pengumpulan Data 5
1.4 Sistematika Penulisan Makalah 5
BAB II ISI 7
2.1 Energi Panas Bumi di Bumi 7
2.2 Energi Panas Bumi di Indonesia 7
2.3 Sistem Hidrothermal 12
2.4 Jenis Panas Bumi di Indonesia 15
1. Energi Panas Bumi Uap Panas 16
2. Energi panas Bumi Air Panas 17
3. Energi Panas Bumi Batuan Panas 18
2.5 Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi 18
2.6 Prinsip Kerja PLTP 19
2.7 Peralatan pada PLTP 22
BAB III PENUTUP 29
3.1 Kesimpulan 29

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia merupakan salah satu negara yang mempunyai sumber daya alam
yang melimpah, salah satunya minyak bumi yang diolah untuk digunakan
sebagai bahan bakar. Namun dengan berkembangnya dunia industri, bahan bakar
minyak menjadi dilema, karena kandungan minyak bumi di dunia semakin
menipis seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu
perlu adanya bahan bakar alternatif, yaitu panas bumi.
Pemanfaatan energi panas bumi secara umum dibagi menjadi 2 jenis yaitu
pemanfaatan tidak langsung dan pemanfaatan langsung. Pemanfaatan tidak
langsung yaitu memanfaatkan energi panas bumi untuk pembangkit listrik.
Sedangkan pemanfaatan langsung yaitu memanfaatkan secara langsung panas
yang terkandung pada fluida panas bumi untuk berbagai keperluan. Fluida panas
bumi bertemperatur tinggi (>225oC) telah lama digunakan di beberapa negara di
dunia untuk pembangkit listrik.

1.2 Pembatasan Makalah


Dalam penyusunan makalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi ini di
berikan batasan masalah yang dibahas agar tidak terjadi pembahasan masalah
diluar konteks judul atau tidak berhubungan sama sekali. Hal ini dilaksanakan
agar penyusunan makalah dapat secara sistematis, lebih terarah dan mudah di
mengerti dengan baik. Penulis membatasi masalah pada ruang lingkup sebagai
berikut :
1. Energi Panas Bumi di bumi dan Indonesia
2. Sistem Hidrothermal
3. Jenis Energi Panas Bumi

4
4. Pengertian, Prinsip Kerja serta Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga
panas Bumi

1.3 Metode Pengumpulan Data


Untuk mengambil data yang digunakan sebagai bahan penyusunan laporan
ini, penulis menggunakan metode :
1. Metode Browshing
Ada beberapa hal yang kami ambil melalui metode ini yaitu berupa
data yang berkaitan dengan Energi Panas Bumi. Pembangkit Listrik Panas
Bumi, dan lain sebagainya. Data tersebut kami download dari beberapa situs
yang ada di dunia maya.
2. Metode Studi Pustaka
Metode ini adalah cara mencari informasi sumber kepustakaan,
seperti buku referensi, diklat,dan lain sebagainya, yang sesuai dengan
pembahasan dari masalah yang ada. Kami memperoleh data-data dari buku-
buku yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menyelesaikan masalah.

1.4 Sistematika Penulisan Makalah


Sistematika penulisan makalah ini tersusun dari 3 bab, adapun sistematika
penyusunannya sebagai berikut :
1. BAB I PENDAHULUAN
Pada Bab I berisi mengenai Latar Belakang, Pembatasan Makalah, Metode
Pegumpulan Data dan Sistematika Penulisan Makalah.

2. BAB II ISI
Pada bab II berisi mengenai, Energi Panas Bumi di Bumi, Energi Panas Bumi
di Indonesia, Sistem Hidrothermal, jenis Energi Panas Bumi, Pembangkit

5
Listrik tenaga Panas Bumi, Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi, Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.

3. BAB III PENUTUP


Pada bab III berisi mengenai, Kesimpulan.

6
BAB II
ISI

2.1. Energi Panas Bumi di Bumi


Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di
bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas
bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di Italy sejak tahun 1913 dan
di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor
non‐listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun.
Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak,
khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah memacu negara‐negara lain,
termasuk Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada
minyak dengan cara memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini energi panas
bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk
Indonesia. Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor non‐
listrik di 72 negara, antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air,
pemanasan rumah kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah,
pengeringan kayu, kertas dll.

2.2. Energi Panas Bumi di Indonesia


Di Indonesia usaha pencarian sumber energi panas bumi pertama kali
dilakukan di daerah Kawah Kamojang pada tahun 1917. Pada tahun 1926 hingga
tahun 1929 lima sumur eksplorasi dibor dimana sampai saat ini salah satu dari
sumur tersebut, yaitu sumur KMJ‐3 masih memproduksikan uap panas kering
atau dry steam. Pecahnya perang dunia dan perang kemerdekaan Indonesia
mungkin merupakan salah satu alasan dihentikannya kegiatan eksplorasi di
daerah tersebut.

7
Gambar 2.1 Kawah Kamojang

Kegiatan eksplorasi panas bumi di Indonesia baru dilakukan secara luas


pada tahun 1972. Direktorat Vulkanologi dan Pertamina, dengan bantuan
Pemerintah Perancis dan New Zealand melakukan survey pendahuluan di seluruh
wilayah Indonesia. Dari hasil survey dilaporkan bahwa di Indonesia terdapat 217
prospek panas bumi, yaitu di sepanjang jalur vulkanik mulai dari bagian barat
Sumatera, terus ke Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara dan kemudian membelok ke
arah utara melalui Maluku dan Sulawesi. Survey yang dilakukan selanjutnya
telah berhasil menemukan beberapa daerah prospek baru sehingga jumlahnya
meningkat menjadi 256 prospek, yaitu 84 prospek di Sumatera, 76 prospek di
Jawa, 51 prospek di Sulawesi, 21 prospek di Nusa Tenggara, 3 prospek di Irian,
15 prospek di Maluku dan 5 prospek di Kalimantan. Sistem panas bumi di
Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal yang mempunyai
temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang mempunyai
temperatur sedang (150‐225oC).

8
Gambar 2.2 Survey Energi Panas Bumi Di Indonesia

Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya


dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India‐Australia dan
lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut
telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi
panas bumi di Indonesia.

9
Gambar 2.3 Lempeng Tektonik Di Indonesia

Tumbukan antara lempeng India‐Australia di sebelah selatan dan lempeng


Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman (subduksi) di kedalaman
160 ‐ 210 km di bawah Pulau Jawa‐ Nusa Tenggara dan di kedalaman sekitar 100
km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera. Hal ini menyebabkan proses
magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal dibandingkan dengan di
bawah Pulau Jawa atau Nusa Tenggara. Karena perbedaan kedalaman jenis
magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang lebih besar jenis
magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair dengan kandungan
gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan erupsi gunung api yang
lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan endapan vulkanik yang lebih
tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir panas bumi di Pulau Jawa
umumnya lebih dalam dan menempati batuan vulkanik, sedangkan reservoir
panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan ditemukan pada
kedalaman yang lebih dangkal.

10
Gambar 2.4 Plate Tectonic Processes

Sistem panas bumi di Pulau Sumatera umumnya berkaitan dengan kegiatan


gunung api andesitisriolitis yang disebabkan oleh sumber magma yang bersifat
lebih asam dan lebih kental, sedangkan di Pulau Jawa, Nusa Tenggara dan
Sulawesi umumnya berasosiasi dengan kegiatan vulkanik bersifat andesitis‐
basaltis dengan sumber magma yang lebih cair. Karakteristik geologi untuk
daerah panas bumi di ujung utara Pulau Sulawesi memperlihatkan kesamaan
karakteristik dengan di Pulau Jawa.
Akibat dari sistem penunjaman yang berbeda, tekanan atau kompresi yang
dihasilkan oleh tumbukan miring (oblique) antara lempeng India‐Australia dan
lempeng Eurasia menghasilkan sesar regional yang memanjang sepanjang Pulau
Sumatera yang merupakan sarana bagi kemunculan sumber-sumber panas bumi
yang berkaitan dengan gunung‐gunung api muda. Lebih lanjut dapat disimpulkan
bahwa sistem panas bumi di Pulau Sumatera umumnya lebih dikontrol oleh
sistem patahan regional yang terkait dengan sistim sesar Sumatera, sedangkan di
Jawa sampai Sulawesi, sistem panas buminya lebih dikontrol oleh sistem

11
pensesaran yang bersifat lokal dan oleh sistem depresi kaldera yang terbentuk
karena pemindahan masa batuan bawah permukaan pada saat letusan gunung api
yang intensif dan ekstensif. Reservoir panas bumi di Sumatera umumnya
menempati batuan sedimen yang telah mengalami beberapa kali deformasi
tektonik atau pensesaran setidak‐tidaknya sejak Tersier sampai Resen. Hal ini
menyebabkan terbentuknya porositas atau permeabilitas sekunder pada batuan
sedimen yang dominan yang pada akhirnya menghasilkan permeabilitas reservoir
panas bumi yang besar, lebih besar dibandingkan dengan permeabilitas reservoir
pada lapangan‐lapangan panas bumi di Pulau Jawa ataupun di Sulawesi.

2.3. Sistem Hidrothermal


Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem hidrothermal
yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya beberapa diantaranya yang
mempunyai temperature sedang (150‐225oC). Pada dasarnya sistem panas bumi
jenis hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber
panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan secara konveksi.
Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan
perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya kontak antara air
dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya
terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi selalu
mempunyai kecenderungan untuk bergerak ke bawah, akan tetapi apabila air
tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas
sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan.

Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang
lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus
konveksi.

12
Gambar 2.5 Arus Konveksi Air

Adanya suatu sistem hidrothermal di bawah permukaan sering kali


ditunjukkan oleh adanya manifestasi panas bumi di permukaan
(geothermal surface manifestation), seperti mata air panas, kubangan
lumpur panas (mud pools), geyser dan manifestasi panas bumi lainnya,
dimana beberapa diantaranya, yaitu mata air panas, kolam air panas
sering dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mandi, berendam,
mencuci, masak dll. Manifestasi panas bumi di permukaan diperkirakan
terjadi karena adanya perambatan panas dari bawah permukaan atau
karena adanya rekahan-rekahan yang memungkinkan fluida panas bumi
(uap dan air panas) mengalir ke permukaan.

Gambar 2.6 Manifestasi Panas Bumi Di Permukaan

13
Berdasarkan pada jenis fluida produksi dan jenis kandungan fluida
utamanya, sistem hidrotermal dibedakan menjadi dua, yaitu sistem satu
fasa atau sistem dua fasa. Sistem dua fasa dapat merupakan sistem
dominasi air atau sistem dominasi uap. Sistem dominasi uap merupakan
sistem yang sangat jarang dijumpai dimana reservoir panas buminya
mempunyai kandungan fasa uap yang lebih dominan dibandingkan
dengan fasa airnya. Rekahan umumnya terisi oleh uap dan pori‐pori
batuan masih menyimpan air. Reservoir air panasnya umumnya terletak
jauh di kedalaman di bawah reservoir dominasi uapnya. Sistem dominasi
air merupakan sistem panas bumi yang umum terdapat di dunia dimana
reservoirnya mempunyai kandungan air yang sangat dominan walaupun
“boiling” sering terjadi pada bagian atas reservoir membentuk lapisan
penudung uap yang mempunyai temperatur dan tekanan tinggi.
Dibandingkan dengan temperatur reservoir minyak, temperatur
reservoir panas bumi relatif sangat tinggi, bisa mencapai 3500C.
Berdasarkan pada besarnya temperatur, Hochstein (1990) membedakan
sistem panas bumi menjadi tiga, yaitu:

1. Sistem panas bumi bertemperatur rendah, yaitu suatu sistem yang


reservoirnya mengandung fluida dengan temperatur lebih kecil
dari 1250C.
2. Sistem/reservoir bertemperatur sedang, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur antara 1250C dan
2250C.
3. Sistem/reservoir bertemperatur tinggi, yaitu suatu sistem yang
reservoirnya mengandung fluida bertemperatur di atas 2250C.

14
Sistem panas bumi sering kali juga diklasifikasikan berdasarkan
entalpi fluida yaitu sistem entalpi rendah, sedang dan tinggi. Kriteria yang
digunakan sebagai dasar klasifikasi pada kenyataannya tidak berdasarkan
pada harga entalpi, akan tetapi berdasarkan pada temperatur mengingat
entalpi adalah fungsi dari temperatur. Pada tabel di bawah ini ditunjukkan
klasifikasi sistem panas bumi yang biasa digunakan.

Tabel 2.1 Klasifikasi Sistem Panas Bumi


Haenel,
Muffer &
Benderiter & Rybach & Hochestein
Cataldi
Cormy (1990) Stegna (1990)
(1978)
(1988)

Sistem panas
bumi entalpi <90oC <100oC <150oC <125oC
rendah

Sistem panas
bumi entalpi 90‐150oC 100‐200oC - 125‐225oC
sedang

Sistem panas
bumi entalpi >150oC >200oC >150oC >225oC
tinggi

2.4. Jenis Energi Panas Bumi

Energi panas bumi adalah termasuk energi primer yaitu energi yang
diberikan oleh alam seperti minyak bumi, gas bumi, batubara dan tenaga air.
Energi primer ini di Indonesia tersedia dalam jumlah sedikit (terbatas)
dibandingkan dengan cadangan energi primer dunia. Sedangkan cadangan energi
panas bumi di Indonesia relatif lebih besar bila dibandingkan dengan cadangan

15
energi primer lainnya, hanya saja belum dimanfaatkan secara optimal. Selain dari
pada itu panas bumi adalah termasuk juga energi yang terbarukan, yaitu energi
non fosil yang bila dikelola dengan baik maka sumberdayanya relatif tidak akan
habis, jadi amat sangat menguntungkan.

Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat
dikelompokkan menjadi:

1. Energi panas bumi "uap basah"

Gambar 2.7 Dry System Poer Plant

Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas
bertekanan tinggi yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah
menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas dasar ini maka untuk dapat
memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan separator untuk memisahkan
antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air diteruskan ke turbin
untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan kembali
ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.

16
2. Energi panas bumi "air panas"

Gambar 2.8 Flash System Power Plant


Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas
yang disebut “brine” dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya
kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab
dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga
listrik. Untuk dapat memanfaatkan energy panas bumi jenis ini, digunakan
nergy biner (dua buah energy utama) yaitu wadah air panas sebagai energy
primemya dan energy sekundernya berupa alat penukar panas (heat exchanger)
yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin. Energi panas bumi
“air panas” bersifat korosif, sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar
dibandingkan dengan energy panas bumi jenis lainnya. 

17
3. Energi panas bumi “batuan panas”

Gambar 2.9 Binary Cycle Power Plant


Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi
akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini
harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas
dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil
kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan turbin. Sumber batuan panas
pada umumnya terletak jauh di dalam perut bumi, sehingga untuk
memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang memerlukan biaya
cukup tinggi.

2.5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari
reservoir panas bumi. Apabila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap
tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan mengubah
energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga
dihasilkan energi listrik.

18
Gambar 2.10 Prinsip Kerja PLTU

Gambar 2.11 Prinsip Kerja PLTP

2.6. Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


a. Uap di-supply dari sumur produksi melalui sistem transmisi uap yang
kemudian masuk ke dalam Steam Receiving Header sebagai media

19
pengumpul uap. Steam Receiving Header dilengkapi dengan Rupture
Disc yang berfungsi sebagai pengaman terakhir unit .Bila terjadi
tekanan berlebih (over pressure) di dalam Steam Receiving maka uap
akan dibuang melaluiVent Structure.Vent Structure berfungsi
untuk warming-up di pipe line ketika akan start unit dan sebagai katup
pengaman yang akan membuang tekanan bila sudden trip terjadi.
b. Dari Steam Receiving Header uap kemudian dialirkan
ke Separator (Cyclone Type) yang berfungsi untuk memisahkan uap
(pure steam) dari benda-benda asing seperti partikel berat (Sodium,
Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor dll).
c. Kemudian uap masuk ke Demister yang berfungsi untuk memisahkan
moisture yang terkandung dalam uap, sehingga diharapkan uap bersih
yang akan masuk ke dalam Turbin.
d. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi dari
Energi Kalor yang terkandung dalam uap menjadi Energi Kinetik
yang diterima oleh sudu-sudu Turbin. Turbin yang dikopel dengan
generator akan menyebabkan generatkut berputar saat turbin berputar
sehingga terjadi konversi dari Energi Kinetik menjadi Energi
Mekanik.
e. Generator berputar menghasilkan Energi Listrik (Electricity)
f. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di dalam
Condensor dengan sistemJet Spray (Direct Contact Condensor).
g. NCG (Non Condensable Gas) yang masuk kedalam Condensor
dihisap oleh First Ejectorkemudian masuk ke Intercondensor sebagai
media pendingin dan penangkap NCG. Setelah dari Intercondensor,
NCG dihisap lagi oleh Second Ejector masuk ke
dalam Aftercondensorsebagai media pendingin dan kemudian dibuang
ke atmosfir melalui Cooling Tower.
h. Dari Condensor air hasil condensasi dialirkan oleh Main Cooling
Water Pump masuk keCooling Tower. Selanjutnya air hasil
pendinginan dari Cooling Tower uap kering disirkulasikan kembali ke
dalam Condensor sebagai media pendingin.

20
i. Primary Cooling System disamping sebagai pendingin Secondary
Cooling System juga mengisi air pendingin
ke Intercondensor dan Aftercondensor.
j. Overflow dari Cold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk
kepentingan Reinjection Pump.
k. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan mengisi Basin
Cooling Tower.

Gambar 2. 13 Siklus Prinsip Kerja PLTP

21
Gambar 2.14 Diagram Prinsip Kerja PLTP

2.7 Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


a. Kepala Sumur dan Valve
Seperti halnya sumur-sumur minyak dan gas, di sumur panas bumi
juga dipasang beberapa Valve (katup) untuk mengatur aliran fluida.
Valve-valve tsb ada yang dipasang di atas atau di dalam sebuah lubang
yang dibeton (Concrete cellar).
Disamping itu biasanya dilengkapi juga oleh Bleed Valve, yaitu valve
untuk menyemburkan ke udara dengan laju aliran sangat kecil (bleeding),
saat sumur tidak diproduktifkan. Fluida perlu dikeluarkan dengan laju alir
sangat kecil agar sumur tetap panas dan gas tidak terjebak di dalam
sumur, dan juga untuk menghindari terjadinya thermal shock atau
perubahan panas secara tiba-tiba yang disebabkan karena pemanasan atau
pendinginan mendadak dapat dihindarkan.

22
Disamping itu ada juga yang dilengkapi dengan Ball Floatt
Valve yang merupakan Valve pengaman dari kemungkinan terbawanya
air ke dalam aliran pipa uap. Bila ada air yang terbawa, bola akan naik
dan menghentikanaliran. Kenaikkan tekanan akan menyebabkan Bursting
Disc pecah dan mengalihkan aliran ke Silincer.

Gambar 2.15 Valve pada Kepala Sumur PLTP


b. Steam Receiving Header
Steam Receiving Header adalah stasiun pengumpul uap dari beberapa
sumur produksi sebelum uap tersebut dialirkan menuju turbin.
c. Separator
Separator berfungsi untuk memisahkan uap dari air yang bercampur
dalam aliran dua fasa. Separator yang mempunyai effisiensi yang tinggi
adalah jenis Cyclone, dimana aliran uap yang masuk dari arah samping

23
dan berputar menimbulkan gaya sentrifugal. Air akan terlempar ke
dinding, sedangkan uap akan mengisi bagian tengah pipa, dan mengalir
keatas. Uap yang keluar dari separator jenis ini mempuyai tingkat
kekeringan (dryness) yang sangat tinggi, lebih dari 99%. Effisiensi dari
jenis ini akan berkurang bila kecepatan masuk lebih dari 50 m/detik.

Gambar 2.16 Cyclone Separator pada PLTP


d. Demister
Demister adalah peralatan yang berfungsi untuk menangkap butiran
butiran air yang masih terkandung di dalam uap sesaat sebelum uap
tersebut memasuki turbin. Sehingga demister dipasang tidak jauh dari
turbin uap.
e. Silincer

Silincer merupakan silinder yang didalamnya diberi suatu pelapis


untuk mengendapkan suara dan bagian atasnya terbuka. Fluida dari sumur

24
yang akan disemburkan untuk dibuang, akan menimbulkan kebisingan
yang luar biasa hingga dapat memekakkan telinga dan bahkan bila tanpa
perlindungan telinga, dapat menyebabkan rusaknya pendengaran. Maka
diperlukan Silencer untuk mengurangi kebisingan dan biasanya juga
mengontrol aliran fluida yang akan dibuang. Apabila fluida dari sumur
berupa uap kering, silincer yang digunakan biasanya berupa lubang yang
diisi dengan batuan yang mempunyai ukuran dan bentuk beragam.

Gambar 2.17 Silincer


f. Turbin Uap

Turbin uap adalah suatu mesin penggerak, yang menggunakan


energi dari fluida kerja (uap) untuk menggerakkan / memutar sudu-sudu
turbin. Sudu – sudu turbin ini memutar poros, poros karena dikopling
dengan generator, maka akan menggerakkan generator yang akan
menghasilkan listrik. Pada dasarnya dikenal 2 jenis turbin :

25
 Turbin dengan tekanan keluaran sama dengan tekanan udara
luar (Atmospheric Exhaust / Back Pressure Turbine) atau disebut juga
turbin tanpa condenser. Pada jenis ini uap keluar dari turbin langsung
dibuang ke udara.
 Turbin dengan condenser (Condensing unit Turbine). Pada jenis ini
uap keluar dari turbin dikondensasikan lagi menjadi air di condenser.

Gambar 2.18 Turbin Uap


g. Kondensor

Fungsi kondensor adalah untuk mengkondensasikan uap menjadi


air dengan cara membuat kondisi vakum di dalam bejana (kondensor).
Proses terjadinya vakum dengan cara  thermodinamika bukan cara
mekanik. Fluida yang keluar dari turbin masuk ke condenser sebagian

26
besar adalah uap bercampur dengan air dingin, di kondensor akan
mencapai kesetimbangan massa dan energi. Pada volume yang sama, air
akan mempunyai massa ratusan kali lipat dibandingkan dengan uap.
Sehingga jika uap dalam massa tertentu mengisi seluruh ruangan dalam
kondensor, kemudian disemprotkan air maka uap akan menyusut
volumenya, karena sebagian atau seluruhnya berubah menjadi air
(tergantung jumlah air yang disemprotkan) yang memiliki volume jauh
lebih kecil. Akibat penyusutan volume uap dalam kondensor inilah akan
mengakibatkan kondisi ruangan dalam kondensro menjadi vakum.

h. Main cooling waterpump

Main cooling waterpump adalah pompa yang bertugas untuk


memompakan air kondensat dari kondensor menuju ke menara pendingin.

i. Main Cooling Tower


Fungsi dari menara pendingin adalah menurunkan temperaturair
kondensat yang keluar dari kondensor. Air kondensat yang telah
diturunkan temperaturnya ini sebagian akan dikembalikan ke kondensor
untuk emngkondensasikan fluida berikutnya dan sebagian lagi akan
dialirkan ke sumur injeksi untuk dikembalikan ke dalam perut bumi.
Menara pendingin terdapat dua jenis yaitu Mechanical Draft Cooling
Tower dan Natural Draught Cooling Tower. Pada Mechanical Draft
Cooling Tower, air panas dari kondensor disemprotkan pada strukutur
kayu berlapis yang disebutt fill. Udara yang dilewatkan pada bagian
bawah fill dan air jatuh dari bagian atas fill. Ketika air mengalir melawati
rangkaian fill tersebut, maka perpindahan panas akan terjadi dari air ke
udara. Ciri khas dari menara pendingin jenis ini adalah terdapatnya kipas
angina (fan) di bagian atas menara yang kecepatannya dapat diatur sesuai
dengan kondisi udara diluar dan beban dari turbin. Fungsi dari fan ini
adalah mengatur aliran udara pendingin. Natural Draught Cooling Tower
adalah menara pendingin yang bekerja dengan prnsip hamper sama
dengan Mechanical Draft Cooling Tower, hanya saja aliran udara
pendingin pada Natural Draught Cooling Tower tidak berasal dari fan,
aliran udara pendingin pada menara pendingin jenis ini terjadi sebagai

27
akibat dari bentuk fisik menara yang berbentuk corong tinggi terbuka ke
atas. Saat ini Mechanical Draft Cooling Tower lebih umum digunakan
dibandingkan Natural Draught Cooling Tower.
j. Reinjection Pump
Reinjection pump adalah pompa yang digunakan untuk mngalirkan air
hasil pemisahan dan air kondensat kembali ke dalam perut bumi.
k. Gas Extraction
Untuk menjaga agar kondisi di dalam kondensor tetap vacuum, maka
Non Condensable Gas (NCG) harus dikeluarkan dari kondensor, dengan
cara dihisap oleh Ejector .

28
BAB III
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil studi mengenai Pembangkit


Listrik Tenaga Panas Bumi adalah sebagai berikut :
1. Sistem panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistem
hidrothermal yang mempunyai temperatur tinggi (>225oC), hanya
beberapa diantaranya yang mempunyai temperature sedang (150‐225oC).
Pada dasarnya sistem panas bumi jenis hidrothermal terbentuk sebagai
hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang
terjadi secara konduksi dan secara konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara
konveksi terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber
panas. Perpindahan panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena
gaya apung (bouyancy).
2. Pembangkit Listrik Tenaga panas Bumi adalah suatu pembangkitan listrik
yang menggunakan panas bumi sebagai tenaga pembangkitannya.
3. Kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
a. Bersih
PLTP tidak membakar bahan bakar untuk menghasilkan uap
panas guna memutar turbin serta menghemat pemanfaatan bahan
bakar fosil yang tidak bisa diperbaharui. Kita mengurangi emisi
yang merusak atmosfir kita.
b. Tidak boros lahan

29
Lokal area yang diperlukan untuk membangun PLTP ukurannya
per MW lebih kecil dibandingkan hampir semua jenis pembangkit
lain.

c. Dapat diandalkan
PLTP dirancang untuk beroperasi 24 jam sehari sepanjang tahun.
Suatu pembangkit listrik geothermal terletak diatas sumber bahan
bakarnya. Hal ini membuat resisten terhadap hambatan
penghasilan listrik yang diakibatkan oleh cuaca dan bencara alam
yang bias mengganggu transportasi bahan bakar.
d. Fleksibel
Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan tambahan
dipasang sebagai peningkatan yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan listrik yang meningkat.
e. Mengurangi pengeluaran
Uang tidak perlu dikeluarkan untuk mengimpor bahan bakar
untuk PLTP, selalu terdapat dimana pembangkit itu berada.
f. Pembangunan
PLTP dilokasi terpencil bisa miningkatkan standar kualitas hidup
dengan cara membawa listrik ke orang yang bertempat tinggal
jauh dari sentra populasi listrik.
g. Dengan ratifikasi “kyoto protocol” menunjukkan komitmen
negara maju terkait global warming untuk insentif atau carbon
credit terhadap pembangunan ( clean development mechanism )
berdasarkan seberapa besar pengurangan CO2 dibandingkan
dengan base line yang telah ditetapkan.

30
Grafik Emisi Gas dari Bermacam-macam Pembangkit

Dari grafik diatas pembangkit dengan bahan bakar panas bumi


memiliki emisi yang paling rendah yaitu 100 kg/kWh.

4. Kekurangan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi


a. PLTP dibangun didaerah lapang panas bumi dimana terdapat
banyak sumber air panas atau uap yang mengeluarkan gas H2S.
Kandungan ini bersifat korosit yang menyebabkan peralatan
mesin maupun listrik berkarat.
b. Ancaman akan adanya hujan asam.
c. Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi
dan akan mempengaruhi pada kegiatan operasional.
d. Menyusut dan menurunnya debit maupun kualitas sumber mata
air tanah maupun danau-danau di sekitar area pembangunan yang
akan menyebabkan gangguan pada kehidupan biota perairan dan
menurunkan kemampuan tanah untuk menahan air.
e. Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman kebakaran
hutan dimana diperlukan waktu antara 30-50 tahun untuk
mengembalikan fungsi hutan lindung semeperti semula.

31
f. Terganggunya kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota air
karena diperkirakan akan tercemar zat-zat kimia SO2, CO2, CO,
NO2 dan H2S.

32

Anda mungkin juga menyukai