Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan negara dengan sumber energi yang melimpah ruah.
Sumber energi yang ada di Indonesia meliputi dua hal yaitu, sumber energi
terbarukan dan tidak terbarukan. Umumnya, masyarakat indonesia sangat
bergantung pada sumber energi tidak terbarukan, seperti minyak bumi, gas alam,
batu bara, dan lain sebagainya. Nah, dengan keadaan seperti ini, bukan mustahil
bahwa sumber energi tersebut akan habis dalam beberapa waktu yang akan
datang.
Berdasarkan fakta yang ada, kebutuhan energi Indonesia akan terus
meningkat sejalan dengan waktu, pertambahan penduduk, dan kemajuan bangsa.
Dan realitas yang berkembang bahwa kebutuhan energi Indonesia meningkat
secara pesat dan mencapai angka 8,5% per tahun. Melihat data tersebut, Indonesia
makin membutuhkan pasokan energi yang tidaklah sedikit. Sedangkan, seperti
yang telah dijelaskan sebelumnya, Indonesia menggunakan energi tidak
terbarukan, dalam hal ini energi fosil, untuk memenuhi kebutuhan energi nasional.
Selain itu juga, Indonesia dihadapkan oleh masalah krisis energi listrik
nasional yang seiring sejalan dengan krisis bahan bakar yang terjadi. Ditambah
dengan dilema pemanasan global yang semakin menunjukkan eksistensinya di
dunia.
Masalah utama di Indonesia adalah bagaimana menjamin ketersediaan
pasokan energi secara kontinu dan berkesinambungan untuk jangka panjang. Jika
hal itu dapat diselesaikan, bukan tidak mungkin Indonesia akan terbebas dari
bayang-bayang krisis energi. Salah satu upaya untuk menghadapi masalah ini
adalah dengan mengembangkan sumber energi lain, atau dalam hal ini disebut
energi alternatif. Energi alternatif ini mampu mengisi kekosongan energi saat

1
terjadi krisis, bahkan dapat dijadikan sumber energi utama selain sumber energi
fosil.
Melihat letak strategis Indonesia, sangat banyak sumber energi alternatif
yang dapat dikembangkan. Dari semua itu, salah satu sumber energi yang sangat
potensial dikembangkan di Indonesia adalah sumber energi panas bumi
(geothermal). Indonesia merupakan wilayah dengan posisi atau letak geografis
dalam kerangka tektonik dunia. Ditinjau dari munculnya panas bumi di
permukaan per satuan luas, Indonesia menempati urutan keempat di dunia, bahkan
dari segi temperatur yang tinggi, Indonesia merupakan urutan kedua terbesar di
dunia.
Namun, dengan keadaan yang potensial seperti di atas, pengembangan
serta pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) di Indonesia masih terbilang
rendah. Padahal krisis energi nasional di Indonesia hampir mencapai puncaknya.
Berdasarkan hal itulah, penulis akan memaparkan tentang perkembangan dan
upaya pengembangan energi panas bumi (geothermal) di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Agar penelitian terarah, maka perlu dibuat rumusan masalah, yaitu :
1. bagaimana perkembangan energi panas bumi (geothermal) di Indonesia?
2. bagaimana upaya pengembangan energi panas bumi (geothermal) di
Indonesia?

1.3 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan penulis dalam membuat karya tulis ini adalah
sebagai berikut :
1. memberikan informasi kepada pembaca mengenai keadaan krisis energi
nasional di Indonesia.
2. sebagai sumbangsih kepada pemerintah dalam meningkatkan pengolahan
sumber energi panas bumi (geothermal) di Indonesia.
3. sebagai upaya sosialisasi energi panas bumi (geothermal) yaanbg kurang
dipublikasikan.

2
1.4 Pembatasan Masalah
Adapun masalah yang akan penulis bahas dalam karya tulis ini hanya
dalam ruang lingkup sumber energi panas bumi di Indonesia.

1.5 Metode Penelitian


Dalam karya tulis ini, penulis menggunakan metode penelitian studi
pustaka.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Energi Panas Bumi (Geothermal)


Menurut undang-undang nomor 27 tahun 2003, energi panas bumi
merupakan sumber energi panas yang terbentuk secara alami di bawah permukaan
bumi. Sumber energi tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama
unsur-unsur lain yang dikandung panas bumi yang tersimpan di dalam kerak
bumi.
Dalam bentuknya, energi panas bumi (geothermal) terbagi atas tiga, yaitu :
- energi panas bumi uap basah.
Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang
keluar dari perut bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan
langsung untuk menggerakkan turbin generator listrik. Namun uap kering
yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di Indonesia dan pada
umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung sejumlah
air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan untuk
menggerakkan turbin. Uap basah yang keluar dari perut bumi pada
mulanya berupa air panas bertekanan tinggi yang pada saat menjelang
permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 % air. Atas
dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan
separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan
dari air diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik,
sedangkan airnya disuntikkan kembali ke dalam bumi untuk menjaga
keseimbangan air dalam tanah.

- energi panas bumi air panas.

4
Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin
panas yang disebut "brine" dan mengandung banyak mineral. Karena
banyaknya kandungan mineral ini, maka air panas tidak dapat digunakan
langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan pada pipa-pipa sistim
pembangkit tenaga listrik. Energi panas bumi "uap panas" bersifat korosif,
sehingga biaya awal pemanfaatannya lebih besar dibandingkan dengan
energi panas bumi jenis lainnya.

- energi panas bumi batuan panas.


Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut
bumi akibat berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas
bumi ini harus diambil sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam
batuan panas dan dibiarkan menjadi uap panas, kemudian diusahakan
untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk menggerakkan
turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut
bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus
yang memerlukan biaya cukup tinggi.

2.2 Mekanisme Pengolahan Energi Panas Bumi


Energi panas bumi dapat diolah dengan menggunakan PLTP atau
pembangkit listrik tenaga panas bumi. Mekanisme kerja panas bumi menurut
Wahyudi Citrosiswoyo (2010) adalah air dan uap panas yang keluar ke
permukaan bumi dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai pemanas. Selain
bermanfaat sebagai pemanas, panas bumi dapat dimanfaatkan sebagai tenaga
pembangkit listrik. Air panas alami bila bercampur dengan udara akan
menimbulkan uap panas (steam). Air panas dan uap inilah yang kemudian
dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga listrik. Agar panas bumi dapat
dikonversi menjadi energi listrik maka diperlukan pembangkit (power plants).
Reservoir panas bumi biasanya diklasifikasikan ke dalam dua golongan
yaitu yang bersuhu rendah (<150ºC) dan yang bersuhu tinggi (>150ºC). Yang
dapat digunakan untuk sumber pembangkit tenaga listrik dan dikomersialkan

5
adalah yang masuk kategori high temperature. Namun dengan perkembangan
teknologi, sumber panas bumi dengan kategori low temperature juga dapat
digunakan asalkan suhunya melebihi 50ºC.
Pembangkit listrik dari panas bumi dapat beroperasi pada suhu yang relatif
rendah yaitu berkisar antara 50 s/d 250ºC. Sebagian besar pembangkit listrik
menggunakan uap. Uap dipakai untuk memutar turbin yang kemudian
mengaktifkan generator untuk menghasilkan listrik. Banyak pembangkit listrik
masih menggunakan bahan bakar fosil untuk mendidihkan air guna menghasilkan
uap. Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) pada prinsipnya sama seperti
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya saja pada PLTU, uap dibuat di
permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari reservoir
panas bumi. Pembangkit yang digunakan untuk merubah panas bumi menjadi
tenaga listrik secara umum mempunyai komponen yang sama dengan power plant
lain yang bukan berbasis panas bumi, yaitu terdiri dari generator, turbin sebagai
penggerak generator, heat exchanger, chiller, pompa, dan sebagainya. Ada tiga
macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi yaitu dry steam, flash
steam, dan binary cycle.
PLTP sistem dry steam mengambil sumber uap panas dari bawah
permukaan. Sistem ini dipakai jika fluida yang dikeluarkan melalui sumur
produksi berupa fasa uap. Uap tersebut yang langsung dimanfaatkan untuk
memutar turbin dan kemudian turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi
energi gerak yang akan memutar generator untuk menghasilkan energi listrik.
Kedua adalah PLTP sistem Flash Steam yang merupakan PLTP yang
paling umum digunakan. Pembangkit jenis ini memanfaatkan reservoir panas
bumi yang berisi air dengan temperatur lebih besar dari 182°C. Air yang sangat
panas ini dialirkan ke atas melalui pipa sumur produksi dengan tekanannya
sendiri. Karena mengalir keatas, tekanannya menurun dan beberapa bagian dari
air menjadi uap. Uap ini kemudian dipisahkan dari air dan dialirkan untuk
memutar turbin. Sisa air dan uap yang terkondensasi kemudian disuntikkan
kembali melalui sumur injeksi kedalam reservoir, yang memungkinkan sumber
energi ini berkesinambungan dan terbarui.

6
PLTP sistem Binary Cycle dioperasikan dengan air pada temperatur lebih
rendah yaitu antara 107°-182°C. Pembangkit ini menggunakan panas dari air
panas untuk mendidihkan fluida kerja yang biasanya senyawa organik (misalnya
iso-butana) yang mempunyai titik didih rendah. Fluida kerja ini diuapkan dengan
heat exchanger yang kemudian uap tersebut digunakan untuk memutar turbin. Air
kemudian disuntikkan kembali kedalam reservoir melalui sumur injeksi untuk
dipanaskan kembali. Pada seluruh Geothermal dapat mengurangi kebutuhan
bahan bakar fosil dalam menyediakan listrik negara.

2.3 Peraturan Pemerintah tentang Energi Panas Bumi


Pada awalnya, pengusahaan panas bumi dipercayakan oleh Pemerintah
kepada Pertamina, berdasarkan Keppres No. 6 Tahun 1974 tanggal 20 Maret
1974. Meskipun dengan wilayah kerja yang masih terbatas, yaitu di Pulau Jawa
saja. Setelah itu wilayah kerja meluas, yaitu ketika Pemerintah mengeluarkan
Keppres No. 22/1981 tentang kuasa pengusahaan eksplorasi dan eksploitasi
sumber daya panas bumi untuk pembangkit tenaga listrik di Indonesia.
Pelaksanaannya diserahkan kepada Pertamina.
Pertamina diwajibkan menjual energi listrik yang dihasilkan dari
pengusahaan panasbumi kepada PLN. Selain itu, kalaupun Pertamina belum atau
tidak bisa melaksanakan pengusahaan tersebut, bisa bergandengan dengan pihak
lain dalam bentuk Kontrak Operasi Bersama (Joint Operation Contract). Sampai
saat itu, pajak pengusahaan panasbumi sebesar 46%. Hal ini diatur Keppres No.
23 Tahun 1981.
Dalam perkembangan kemudian, Pemerintah mengizinkan instansi lain
(selain Pertamina), baik BUMN, swasta nasional, termasuk koperasi untuk
mengembangkan usaha dalam bidang ketenagalistrikan skala kecil (10 MW) dan
keperluan lain yang terkait. Soal ini diatur Keppres No. 45/ 1991 yang
menyempurnakan Keppres No. 22/ 1981. Pertamina selaku pemegang kuasa
eksplorasi, untuk menjual hasil produksi panasbumi, baik berupa energi atau
listrik tidak hanya kepada PLN. Kemudian Keppres No. 49/1991 sebagai
pengganti Keppres No. 23/1981. Di sini diatur kewajiban fiskal pengusahaan

7
panasbumi. Ditetapkan bahwa total bagian yang disetor kepada Pemerintah
sebesar 34% dari net operating income.
Selai landasan keputusan presiden tersebut, untuk menggantikan
peraturan yang baru yaitu undang-undang nomor 27 tahun 2003 tenteng panas
bumi yang diharapkan mampu menarik investor dan memacu pengembangan
energi panas bumi di Indonesia.

8
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perkembangan Energi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia


Dengan terbatasnya cadangan energi fosil yang ada saat ini, perlu segera
dilakukan pemanfaatan energi alternatif secara bertahap dan berorientasi pasar
menuju pola bauran energi (energy mix) yang terpadu, optimal, dan bijaksana.
Upaya pemanfaatan energi alternatif dimaksudkan untuk mengurangi penggunaan
sumber energi terbarukan yang ketersediaannya semakin sedikit. Mengingat hal
tersebut, prospek yang potensial untuk ke depan adalah enerhi panas bumi.
Dalam pengembangan energi panas bumi (geothermal), bukan hal baru
lagi bagi Indonesia. Karena dari letak Indonesia sendiri, sangat memungkinkan
untuk memanfaatkan energi panas bumi (geothermal) tersebut. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, Indonesia terletak di pertemuan tiga lempeng aktif yang
memungkinkan panas bumi dari kedalaman bumi ditransfer ke permukaan melalui
sistem rekahan. Posisi strategis ini menempatkankan Indonesia sebagai negara
paling kaya dengan energi panas bumi sistem hidrotermal yang tersebar di
sepanjang busur vulkanik sehingga sebagian besar sumber panas bumi di
Indonesia tergolong mempunyai entalpi tinggi.
Pengembangan panas bumi (geothermal) dimulai sejak tahun 1918, ketika
J.B. Van Dijk mengusulkan kepada pemerintah Indonesia untuk memanfaatkan
energi panas bumi (geothermal) di daerah kawah Kamojang, Jawa Barat. Setelah
usulan tersebut, diadakan pemboran eksplorasi energi panas bumi (geothermal)
pada tahun 1926 dengan lokasi yang sama. Namun, pemboran sumur energi panas
bumi (geothermal) terhenti pada tahun 1928 dikarenakan dari lima sumur bor
yang digali, hanya satu sumur yang menghasilkan uap panas dengan suhu 1400 o
Celcius dan kedalaman 66 Km dari permukaan serta tekanan 2,5 atmosfer (atm).
Lalu, pada tahun 1983, dibangun pembangkit listrik tenaga panas bumi
(PLTP) setelah sebelumnya diadakan penyelidikan yang lebih komprehensif di

9
Kamojang pada 1972 menyangkut geokimia, geofisika, dan pemetaan geologi.
Kapasitas dari PLTP yakni 30MW dengan lokasi di sekitar Kamojang, Jawa
Barat. Sementara di luar Pulau Jawa, diadakan pengembangan di Lahendong,
Sulawesi Utara, dan di Lempung Kerinci dengan bantuan dari tim survei Kanada,
yaitu Canadian International Development Agency (CIDA).
Setelah itu, mulai terbit keputusan-keputusan presiden yang semakin
mengeplorasi energi panas bumi (geothermal) di Indonesia. Keputusan-keputusan
ini mengacu pada upaya pengembangan energi panas bumi (geothermal).
Keputusan presiden tersebut miliputi badan penanganan energi panas bumi
(geothermal), eksplorasi dan eksploitasi, penurunan pajak pengusahaan panas
bumi (geothermal), hingga kewajiban fiskal perusahaan pengeplorasi panas bumi
(geothermal). Belum lagi ditunjang dengan penandatanganan kontrak antara
Pertamina dengan empat perusahaan swasta. Masing-masing untuk daerah
Wayang Windu, Jawa Barat (PT Mandala Nusantara), Karaha, Jawa Barat (PT
Karaha Bodas Company), Dieng, Jawa Tengah (PT Himpurna California Energy),
dan Patuha, Jawa Barat (PT Patuha Power Limired) pada tahun 1994. Untuk
selanjutnya, 1995, penandatanganan kontrak (JOC & ESC) Pertamina Bali Energy
Limited dan PT PLN (Persero) untuk pengusahaan dan pemanfaatan panas bumi
di daerah Batukahu, Bali.
Semua keputusan presiden dan kerjasama tersebut bertujuan untuk
merangsang peningkatan pemanfaatan energi panas bumi (geothermal) di
Indonesia. Namun ironis, ternyata segala upaya di atas tidak dapat memajukan
energi panas bumi (geothermal) di Indonesia. Menurut Wahyudi Budi Pramono,
ST., M.Eng., dan Tito Yuwono, ST., M.Sc., Indonesia mempunyai total potensi
sumber daya dan cadangan panas bumi sebesar sekitar 27.357 MWe. Namun dari
total potensi tersebut hanya 3% (sekitar 807 MWe). Hal senada juga disampaikan
oleh Kepala Badan Geologi Departemen ESDM, R. Sukhyar. Menurutnya,
cadangan panas bumi Indonesia sebesar 14.707 Mega Watt electricity (MWe).
Sementara sumber dayanya sebesar 13.405 MWe. Artinya, Indonesia memiliki
panas bumi 28.112 MWe. Dan saat ini pemanfaatan panas bumi di Indonesia

10
untuk energi listrik baru 1.189 MW atau hanya 4 persen dari potensi yang
tersedia.
Dari data tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemanfaatan dan
pengembangan energi panas bumi (geothermal) di Indonesia masih tertinggal.
Bila dibandingkan dengan negara lain, beberapa PLTP di Italia masih berproduksi
setelah100 tahun, di Selandia Baru dan Amerika Utara masih beroperasi setelah
50 tahun dengan hasil yang maksimal. Oleh sebab itu, Indonesia harus lebih dapat
mengeksplor kembali potensi-potensi energi panas bumi sendiri. Saat ini,
diketahui terdapat sekitar 80% lokasi panas bumi di Indonesia berasosasi dengan
sistem vulkanik aktif seperti Sumatra (81 lokasi), Jawa (71 lokasi), Bali dan Nusa
Tenggara (27 lokasi), Maluku (15 lokasi), dan terutama Sulawesi Utara (7 lokasi).
Sedangkan yang berada di lingkungan non vulkanik aktif yaitu di Sulawesi (43
lokasi), Bangka Belitung (3 lokasi), Kalimantan (3 lokasi), dan Papua (2 lokasi).
Dan dari 252 lokasi panas bumi yang ada, hanya 31% yang telah disurvei secara
rinci dan didapatkan potensi cadangan. Di sebagian besar lokasi terutama yang
berada di daerah terpencil masih dalam status survei pendahuluan sehingga
didapatkan potensi sumber daya (Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral :
2009).
Bayangkan jika seluruh lokasi tersebut dimanfaatkan dan di-manage
dengan baik oleh pemerintah yang bekerja sama dengan lembaga-lembaga luar
negeri dan seluruh masyarakat Indonesia, bukan tidak mungkin, Indonesia akan
terbebas dari mimpi buruk krisis energi.

3.2 Keunggulan Energi Panas Bumi sebagai Energi Alternatif


Energi panas bumi memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan
energi terbarukan lainnya. Keunggulan tersebut di antaranya adalah :
- menghasilkan emisi yang lebih rendah dan ramah lingkungan.
Dalam hal ini manfaat terhadap lingkungan adalah tidak terjadinya
pembuangan limbah secara terbuka karena air kondensat dan air produksi
diinjeksikan kembali ke dalam sumur untuk menjaga kestabilan tekanan
reservoir. Selain itu, uap yang dihasilkan akan digunakan untuk

11
menggerakkan turbin. Tidak hanya itu, polusi udara yang dihasilkan dalam
penggunaan panas bumi minimal dan sangat kecil hingga tidak berdampak
buruk bagi keseimbangan udara di bumi.

- lahan yang digunakan sedikit dan dampak yang ditimbulkan minimal.


Salah satu keunggulan energi panas bumi ini adalah hemat ruang dan
pengaruh dampak visual yang minimal. Maksudnya disini adalah untuk
memanfaatkan energi panas bumi tidak memerlukan lahan yang luas
karena dalam pemanfaatannya, alat yang digunakan masuk ke dalam bumi
atau dengan kata lain alat tersebut berada di dalam lapisan bumi yang jarak
idealnya adalah 2000-3000 Km dari permukaan. Dengan kondisi ini juga,
menyebabkan dampak atau pengaruhnya terhadap lingkungan itu minimal.
Sumber daya panas bumi juga menghasilkan fluida yang mempunyai pH
hampir netral agar laju korosinya relatif rendah, sehingga fasilitas produksi
tidak cepat terkorosi. Dalam konteks pemanfaatannya juga, dapat
digunakan secara langsung bagi masyarakat hingga aman untuk
digunakan.

- mampu berproduksi secara terus menerus selama 24 jam.


Energi panas bumi berupa cairan fluida yang dapat selalu tersedia dan
mampu berproduksi secara terus-menerus tanpa ada waktu berhenti. Hal
ini memungkinkan untuk tidak diperlukannya tempat penyimpanan energi
untuk menjadi energi cadangan di saat energi utama sedang tidak
berproduksi. Dalam satu lahan, tingkat jangka waktunya yaitu sekitar 20-
30 tahun per lahan/sumur. Selain itu juga, bila dikelola dengan baik dan
terjaga keseimbangan alamnya, energi panas bumi akan dapat terus
menerus menghasilkan energi listrik bagi setiap daerah yang
membutuhkan.

- tingkat ketersediaan (availability) yang sangat tinggi yaitu diatas 95%.

12
Sumber daya panas bumi mempunyai kandungan panas atau cadangan
yang besar sehingga mampu memproduksi uap untuk jangka waktu yang
cukup lama, yaitu sekitar 25-30 tahun seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya. Hal ini memungkinkan dikarenakan letak Indonesia yang
merupakan penyumbang 40% dari keseluruhan energi panas bumi di dunia
yang setara dengan sebelas miliar barrel minyak (Departemen Energi dan
Sumber Daya Mineral : 2010) serta didukung dengan panas bumi
Indonesia yang tersebar merata di sepanjang bagian pinggiran rekahan
pertemuan tiga lempeng dunia yang tergabung dalam ring of fire.

- energi listrik dari panas bumi mampu menghemat penggunaan sumber


energi tidak terbarukan seperti minyak bumi atau batu bara.
Bila pembangkit listrik saat ini menggunakan batu bara dan minyak
bumi sebagai pembangkitnya, energi listrik yang dihasilkan dari panas
bumi secara tidak langsung dapat menghemat penggunaan batu bara atau
minyak bumi. Disebabkan karena bahan pembangkitnya adalah energi
panas bumi. Hal ini juga disampaikan oleh Direktur utama PT Pertamina
Geothermal Energi, Abadi Poernomo. Beliau mengatakan bahwa bila
dikonversikan, setiap 100 MW kapasitas terpasang panas bumi setara
dengan menggunakan 4.350 barel setara minyak per harinya. Atau, setara
dengan memanfaatkan 864 ton per hari batu bara. Selain itu juga, bila
dihitung, konsumsi atau pemakaian 1 MWh diperlukan 1,7 barrel BBM,
390 Kg batu bara, 7,9 MCF natural gas, namun bila memakai panas bumi,
kita dapat menghemat 45 barrel per hari dalam 1 MWh.

3.3 Upaya Pengembangan Energi Panas Bumi Indonesia


Melihat potensi yang sangat besar di Indonesia, wajar bahwa semua itu
harus dikembangkan mengingat krisis energi juga semakin kelihatan rimbanya.
Upaya pengembangan tersebut harus lebih serius dalam prospek ke depannya.
Upaya-upaya tersebut meliputi :
- kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan

13
SDM memegang peranan penting dalam upaya pengembangan energi
panas bumi. Tanpa SDM yang berkualitas, energi tidak dapat diolah
dengan baik. SDM merupakan ujung tombak yang mengatur,
mengeksplorasi, dan meninjau energi panas bumi tersebut. SDM yang baik
adalah SDM yang mengerti tentang ilmu kebumian yang difokuskan
kepada karakterisasi sumberdaya dan reservoir panas bumi. Dan juga
terhadap rekayasa dan sains yang ditujukan kepada pemahaman kelakuan
batuan bawah permukaan untuk memgembangkan metode penambangan
panas yang efektif.

- sarana dan prasarana harus dimaksimalkan.


Dalam proses pengembangannya, alat dan fasilitas juga tidak kalah
penting. Selama ini, upaya pengembangannya terkendala oleh alat dan
fasilitas yang kurang memadai, seperti alat pemboran yang harus tahan
panas. Tekhnologi tersebut dapat dikatakan sulit untuk dibeli Indonesia.
Oleh sebab itu, penggunakan alat juga harus dimaksimalkan untuk
mencapai hasil yang maksimal juga.

- dana pengembangan dan eksplorasi harus diperhatikan.


Kendala lain yang menjadi titik sentral pengembangan energi panas
bumi adalah mahalnya biaya eksplorasi terutama untuk pemboran
eksplorasi. Besarnya biaya pemboran eksplorasi berbanding secara
eksponensial dengan kedalaman, padahal untuk mendapatkan temperatur
yang tinggi harus mengeplorasi lebih dalam. Konsekuensinya sumur
eksplorasi panas bumi di Indonesia masih terlalu sedikit sehingga tingkat
ketidakpastian keberhasilan masih tinggi. Untuk itulah, diperlukan
perhatian khusus terhadap dana yang digunakan. Bila dana Indonesia
untuk pengembangan ini mencukupi, maka energi panas bumi Indonesia
pun dapat segera dimanfaatkan.
Selain programnya juga perlu dianggarkan dengan baik beaya untuk
penelitian dan pengembangan yang diambil dari pengurangan subsidi,

14
maupun anggaran khusus yang dapat mengurangi kerugian sosial ekonomi
karena permasalahan pemborosan pemakaian energi. Anggaran pemerintah
untuk energi alternatif di usulkan 2,5% dari angaran subsidi, baik subsidi
untuk minyak maupun subsidi untuk listrik dan dari tahun ketahun
diberikan prioritas kenaikan untuk mempercepat penyelesaian
permasalahan energi.
Terkait hal ini juga Gawell dan Greenberg dari World Geothermal
Development (2007) yang mengatakan bahwa keberhasilan dari
pengembangan energi geothermal tergantung pada kebijakan dan inisiatif
pemerintah setempat. Keberlangsungan proyek pengembangan akan lebih
tergantung kepada faktor cukupnya pendanaan dan dukungan kebijakan
yang terus menerus dibanding faktor geologi.

- meningkatkan sosialisasi dan kepastian hukum.


Sosialisasi diperlukan untuk mengenalkan potensi panas bumi
Indonesia kepada masyarakat dan investor agar tertarik untuk ikut
mnegembangkan energi panas bumi di Indonesia. Hal ini sangat penting
untuk menimbulkan kesadaran khususnya bagi masyarakat agar ikut
mengembangkan dan ikut meninjau serta memperhatikan keberadaan
energi panas bumi di Indonesia sehingga dapat dimanfaatkan juga bagi
masyarakat itu sendiri secara langsung. Sosialisasi bagi investor sangat
penting untuk mendapatkan dana atau tambahan biaya pengembangan
energi panas bumi Indonesia itu sendiri.
Selama ini juga, kendala dalam perkembangannya adalah investor ragu
dengan proyek di Indonesia karena biaya eksplorasi dan pengembangan
harus ditanggung dan tidak kembali sampai energi terjual kepada
pelanggan. Dan juga daya beli masyarakat terhadap energi listrik yang
dihasilkan dari energi panas bumi tidak sebanding dengan biaya
eksplorasi. Untuk itulah diperlukan kepastian hukum dari pemerintah yang
serius dan mendetail serta mendorong investor untuk menanamkan modal
dan mengembangkan energi panas bumi di Indonesia.

15
Bila semua upaya tersebut dilakukan dengan maksimal dan serius
maka, Indonesia bukan tidak mungkin keluar dari krisis energi dan dapat juga
menambah devisa negara karena pemanfaatan energi panas bumi dapat
menghemat pemakaian energi minyak bumi yang dapat diekspor keluar negeri.
Dan juga, bila hal ini terus berlanjut, suatu hari nanti Indonesia tidak akan
tergantung pada energi minyak kembali, dan menggunakan energi panas bumi
sebagai energi utama di Indonesia.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari karya tulis ini bahwa energi panas
bumi (Geothermal) di Indonesia masih tertinggal. Padahal, potensi yang dimiliki
Indonesia sangat besar. Keunggulan bila Indonesia menggunakan energi panas
bumi sangat banyak, diantaranya menghasilkan emisi yang lebih rendah dan
ramah ligkungan, lahan yang dibutuhkan sedikit dan dampak yang ditimbulkan
minimal, mampu berproduksi secara terus menerus selama 24 jam, tingkat
ketersediaan yang tinggi yaitu 95 %, dan mampu menghemat penggunakaan
energi tidak terbarukan lainnya.
Untuk itulah, diperlukan upaya-upaya untuk mengembangkannya
diantaranya, kualitas SDM yang harus ditingkatkan, sarana dan prasarana harus
dimaksimalkan, dana yang dikucurkan harus diperhatikan, serta sosialisasi dan
kepastian hukum yang jelas. Bila itu semua dilakukan, Indonesia pasti akan
terbebas dari krisis energi nasional.

4.2 Saran
Adapun saran yang diberikan penulis adalah agar pemerinth dan
masyarakat serta investor bekerja sama dan turut ambil bagian dalam
pengembangan energi panas bumi ini. Sebab tanpa bantuan dari ketiganya,
pengembangan ini tidak akan maju. Selain itu juga, pemerintah harus serius dalam
mengeplorasi energi ini sehingga bila semua sudah berjalan maksimal, negara
Indonesia dapat menjadi negara dengan energi panas bumi terbesar dan dapat
menjadi negara yang maaju yang bebas dari krisis energi.

17
DAFTAR PUSTAKA

Alfian, Ryan. 2009. Energi Alternatif Indonesia : Anugerah atau Kutukan.


http://suarapembaca.detik.com/read/2009/11/12/090718/1240163/471/energ
i-alternatif-indonesia-anugerah-atau-kutukan. 12 November 2009.
Anjani, Dhara. 2010. Geothermal atau Panas Bumi.
http://dharaanjani.blogspot.com/2010/01/Geothermal-atau-panasbumi.
Januari 2010.
Bustomi, M.A. 2005. Mengkaji Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.
http://pikiran-rakyat.com/Mengkaji-Pembangkit-Listrik-Tenaga-Panas-
Bumi. 27 Oktober 2005.
Departemen Penerangan. 1995. Panas Bumi Mendukung Kebijaksanaan Energi di
Indonesia. Jakarta : Direktorat Publikasi.
Djamin, Martin. 2009. Peranan Sumber Energi Alternatif dalam Energi Nasional.
http://tekim.undip.ac.id/staf/istadi/2009/05/peranan-sumber-energi-
alternatif-dalam-energi-nasional/. 27 April 2009.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. 2003. Pengembangan Sumber Energi
Alternatif: Upaya Mengurangi Ketergantungan terhadap Minyak. Jakarta :
Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Syumanda, Rully. 2009. Energi Panas Bumi Terus Dikembangkan.
http://rullysyumanda.org/natural-resources/mining-and-energy/126-energi-
panas-bumi-terus-dikembangkan.html.

18
BIODATA PENULIS

Nama : Bimo Rafandha


Tempat, tanggal lahir : Palembang, 3 April 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama sekolah : SMA Negeri 6 Palembang
Kelas : XI IPA 1
Alamat Sekolah : Jl. Sersan Sani Basuki Rahmat Palembang
Alamat Rumah : Jl. Banyu Lincir III No. 637
Hobi : Membaca
Cita-cita : Astrofisikawan
Bidang ilmu yang digemari : Kimia
No. Telepon : (0711) 821-305
No. Handphone : 08974443623

19
BIODATA PENULIS

Nama : Fahrenheit
Tempat, tanggal lahir : Palembang, 29 Oktober 1993
Jenis Kelamin : Laki-laki
Nama sekolah : SMA Negeri 6 Palembang
Kelas : XI IPA 1
Alamat Sekolah : Jl. Sersan Sani Basuki Rahmat Palembang
Alamat Rumah : Jl. Sersan Sani Lr. Kandis 1
Hobi : Bulutangkis
Cita-cita : Dokter
Bidang ilmu yang digemari : Fisika
No. Telepon :-
No. Handphone : 08974443633

20

Anda mungkin juga menyukai