Disusun Oleh :
Hafist Ardana
Verianto
1920305001
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Pemanfaatan Energi Panas Bumi Sebagai Pembagkit listrik ini tepat pada
waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Energi Baru dan Terbarukan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Panas Bumi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Syahrizal, S.T., M.T. selaku dosen
pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Hafist Ardana V
Penulis
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kebutuhan akan energi terutama energi listrik di Indonesia sangatlah
besar,sesuai dengan jumlah pertumbuhan penduduk indonesia dan ekonomi
yang semakin maju,tentunya hal ini akan menimbulkan konsumsi akan energi
listrik terus meningkat dari waktu ke waktu, sedangkan di Indonesia kebutuhan
energi tersebut masih di dominasi oleh energi fosil seperti BBM,batu bara
dll,sehingga ada ke khawatiran tidak akan terpanuhinya kebutuhan listrik
nasional,sehingga dapat menyebabkan pemadaman di berbagai tempat dan itu
juga di perparah dengan harga BBM yang meingkat terus menerus.
Oleh karena itu di butuhkan solusi alternatif pada pembangkit listrik di
indonesia menyusul makin menipisnya cadangan energi fosil kita sedangkan
kebutuhan akan energi listrik terus meningkat,pada saat ini salah satu energi
terbarukan yang bisa dimanfaatkan sebagai energi pembangkit listrik adalah
energi panas bumi(geothermal).
Energi panas bumi(geothermal) telah menjadi perhatian dunia karena
merupakan salah satu energi terbarukan yang banyak di manfaatkan banyak
negara sebagai pembangkit listrik tenaga panas bumi(geothermal),menurut
data dari World Bank pembangkit listrik tenaga panas bumi telah di pakai
lebih dari 30 negara,seperti di amerika,italia,filipina,jerman,jepang dll.bahkan
di filipina sebanyak 27% dari total pembangkitan listriknya berasal dari energi
panas bumi,sehingga energi panas bumi merupakan salah satu energi alternatif
bagi ngara yang tidak mempynyai energi fosil.
Sedangkan di Indonesia sendiri menurut departemen ESDM pemanfaatan
listrik tenaga panas bumi asih sangat kecil yaitu hanya 3% atau 807 MW dari
total konsumsi listrik nasional ,padahal di Indonesia energi panas bumi sebagai
energi terbarukan dan ramah lingkungan mempunyai potensi 40% dari semua
energi panas bumi dunia atau setara dengan 11 milyar barel minyak.di
Indonesia sendiri energy
1
panas bumi tersebar di 251 lokasi pada 26 provinsi dengan total potensi energi
sebesar 27000 MW.dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa energi panas
bumi di indonesia masih sangat kurang di manfaatkan.untuk itu PLN sebagai
perusahaan listri negara sedang menggenjot pembangunan listrik enegi panas
bumi di berbagai daerah.
Potensi panas bumi yang dimiliki Indonesia berdasarkan data Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Kita memiliki
potensi energi panas bumi sebesar 27.000 MW hingga 28.900 ribu MW listrik
dari energi panas bumi yang tersebar di 253 lokasi. Hal ini menurut data PT
Pertamina Geothermal Energy, setara dengan 40% dari seluruh potensi panas
bumi di dunia. Namun sayangnya, dari potensi tersebut hingga sekarang baru
kurang dari 5 persen saja yang telah dimanfaatkan. Jumlah dan produksi energi
dari Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi di Indonesia tidak sebanding
dengan potensi geothermal yang dimiliki.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Dimana:
E: arus energi(Kkal/detik)
D: debit air panas(L/detik)
Dt = perbedaan suhu permukaan air panas dan air dingin (0C)
P = panas jenis (Kkal/kg)
Untuk perhitungan ini, data suhu dinyatakan dalam derajat celcius, debit air panas
dalam satuan liter per detik, sedangkan isi chlorida dalam larutan air panas
dinyatakan dalam miligram per liter.
Selain itu energi panas bumi sering di manfaatkan baik secara langsung maupun
tidak langsung,pemanfaatan bumi secara tidak langsung contohnya adalah pada PLTP
disini panas bumi yang dihasilkan tidak digunakan secara langsung melainkan diolah
terlebih dahulu untuk menghasilkan arus listrik pada prosesnya menghasilkan arus
listrik pltp memiliki banyak komponen penyusun seperti.separator,vent
stucture,demister,main cooling water pump.dll.didalam fungsinya sebagai penghasil
tenaga listrik PLTP memiliki berbagai teknologi yang berkembang untuk
menghasilkan arus listrik yaitu:Dry steam,Flash steam, dan binary cycle.Selain itu
juga PLTP memilki potensi yang sangat besar untuk dikembangkan di Indonesia
seiring dengan banyaknya sumber panas bumi di indonesia karena indonesia
merupakan negara dengan gunung api terbanyak di dunia dan mendapat julukan
cincin api.
1. Sumur produksi
Sumur produksi dapat berupa produksi uap (steam) maupun air panas (brine).
2. Sumur injeksi
Sumur injeksi berfungsi untuk menginjeksikan kembali brine setelah energi
(panas) nya di ekstraksi (brine injector) ataupun untuk menginjeksikan air sisa
dari proses di power plant yang disebut dengan condensate (condensate
injector) ke dalam field geothermal.
3. Sumur delineasi (pemantauan)
Sumur delineasi digunakan untuk melakukan pemantauan terhadap suatu area
(field) geothermal. Pada sumur ini tidak dilakukan produksi ataupun injeksi
Untuk mendapatkan lapangan panas bumi yang komersial, diperlukan kegiatan eksplorasi secara
bertahap. Kegiatan eksplorasi panas bumi pada lapangan panas bumi jalur gunung api atau
"convective hydrothermal" melalui 16 tahapan yang memerlukan dana dan waktu yang lama.
Tahapan eksplorasi dan perkiraan ongkos eksplorasi sangat diperlukan dalam rangka
membangun PLTP di Indonesia, dalam rangka pengawasan pengembangan panas bumi suatu
lapangan, penetapan kinerja eksplorasi. Dengan diberikan kesempatan pelelangan areal panas
bumi berdasarkan UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi, evaluasi kegiatan eksplorasi dan
harga lelang memerlukan analisis rasio sehingga pemerintah Indonesia tidak mengalami
kerugian. Menurut (Wards S.H dkk, 1982), tahapan eksplorasi panas bumi sebagai berikut :
Pada abad ke-20, permintaan akan listrik membuat tenaga panas bumi dipertimbangkan sebagai
sumber penghasil listrik. Pangeran Piero Ginori Conti menguji coba pembangkit listrik tenaga
panas bumi yang pertama pada tanggal 4 Juli 1904 di Larderello, Italia. Pembangkit tersebut
berhasil menyalakan empat buah bola lampu. Kemudian pada tahun 1911 pembangkit listrik
tenaga panas bumi komersial pertama dibangun pula di situ. Pembangkit-pembangkit uji coba
dibangun di Beppu, Jepang dan di Kalifornia, Amerika Serikat pada tahun 1920, namun hingga
tahun 1958 hanya Italia satu-satunya pemilik industri pembangkit listrik tenaga panas bumi.
Pada tahun 1958, Selandia Baru menjadi penghasil listrik tenaga panas bumi terbesar kedua
setelah Pembangkit Wairakei dioperasikan. Wairakei merupakan pembangkit pertama yang
menggunakan teknologi flash steam.
Pada tahun 1960, Pacific Gas and Electric mulai mengoperasikan pembangkit listrik tenaga
panas bumi pertama di Amerika Serikat di The Geysers, Kalifornia. Turbin aslinya bertahan
hingga 30 tahun dan menghasilkan daya bersih 11 megawatt.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi dengan sistem siklus biner pertama kali diuji coba di Rusia
dan kemudian diperkenalkan ke Amerika Serikat pada tahun 1981, akibat krisis energi tahun
1970-an dan perubahan-perubahan penting dalam kebijakan regulasi. Teknologi ini
memungkinkan penggunaan sumber panas yang bersuhu lebih rendah dari sebelumnya. Pada
tahun 2006, sebuah pembangkit dengan sistem siklus biner di mata air panas Chena, Alaska,
Amerika Serikat mulai beroperasi, menghasilkan listrik dari sumber dengan rekor suhu terendah
57 °C.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi sampai dengan baru-baru ini hanya dapat dibangun pada
sumber panas bumi dengan suhu yang tinggi dan berada dekat dengan permukaan tanah.
Pengembangan pembangkit dengan sistem siklus biner dan peningkatan dalam teknologi
pengeboran dan penggalian memungkinkan dibuatnya Sistem Panas Bumi yang Ditingkatkan
(Enhanced Geothermal Systems) dalam rentang geografis yang lebih besar.Proyek demostrasi
sudah beroperasi di Landau-Pfalz, Jerman, and Soultz-sous-Forêts, Prancis, sementara percobaan
awal di Basel, Swiss dibatalkan setelah mengakibatkan gempa bumi. Proyek-proyek demonstrasi
lainnya sedang dibangun di Australia, Inggris, dan Amerika Serikat. Efisiensi termal pembangkit
listrik tenaga panas bumi pada umumnya rendah, berkisar 10-23%, karena fluida panas bumi
bersuhu lebih rendah dibandingkan dengan uap dari ketel uap. Berdasarkan hukum
termodinamika suhu yang rendah ini membatasi efisiensi mesin kalor dalam memanfaatkan
energi saat menghasilkan listrik. Panas sisa menjadi terbuang, kecuali jika dapat dipergunakan
langsung secara lokal, misalnya untuk rumah kaca, kilang gergaji, atau sistem pemanasan distrik.
Efisiensi sistem tidak memengaruhi biaya operasional sebagaimana pada pembangkit batubara
atau pembangkit bahan bakar fosil lainnya, namun tetap berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup pembangkit. Untuk dapat menghasilkan energi lebih dari yang dipakai oleh pompa
pembangkit, dibutuhkan ladang panas bumi bersuhu tinggi dan siklus termodinakmika khusus.
Karena pembangkit listrik tenaga panas bumi tidak bergantung pada sumber energi yang
berubah-ubah, seperti misalnya tenaga angin atau surya, faktor kapasitasnya (capacity factor)
bisa cukup besar, pernah ditunjukkan dapat mencapai hingga 96%. Namun, rata-rata global
faktor kapasitas pembangkit listrik tenaga panas bumi adalah 74,5% pada tahun 2008 menurut
IPCC
Kapasitas listrik panas bumi global. Garis merah atas adalah kapasitas terpasang,garis hijau
bawah adalah produksi terwujudkan
2. Pembahasan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah pembangkit listrik yang menggunakan panas
bumi sebagai sumber energinya. Listrik dari tenaga panas bumi saat ini digunakan di 24 negara,
sementara pemanasan memanfaatkan panas bumi digunakan di 70 negara. Perkiraan potensi
listrik yang bisa dihasilkan oleh tenaga panas bumi berkisar antara 35 s.d. 2.000 GW. Kapasitas
di seluruh dunia saat ini adalah 10.715 megawatt (MW), dengan kapasitas terbesar di Amerika
Serikat sebesar 3.086 MW, diikuti oleh Filipina dan Indonesia. India sudah mengumumkan
rencana untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga panas bumi pertamanya di
Chhattisgarh.
Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi panasnya jauh
lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi. Emisi karbondioksida pembangkit listrik
tenaga panas bumi saat ini kurang lebih 122 kg CO
per megawatt-jam (MW·h) listrik, kira-kira seperdelapan dari emisi pembangkit listrik tenaga
batubara.
Indonesia dikaruniai sumber panas Bumi yang berlimpah karena banyaknya gunung berapi di
Indonesia. Dari pulau-pulau besar yang ada, hanya pulau Kalimantan saja yang tidak mempunyai
potensi panas Bumi.
Untuk membangkitkan listrik dengan panas Bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah
yang memiliki potensi panas Bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan
untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang
tersambung ke generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung
memutar turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu.
Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik tergolong minim. Untuk
menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya membutuhkan area
seluas antara 0,4 - 3 hektare. Sedangkan pembangkit listrik tenaga uap lainnya membutuhkan
area sekitar 7,7 hektare.Hal ini menjawab kecemasan masyarakat mengenai dampak lingkungan
eksploitasi panas bumi, terutama isu penebangan hutan di daerah yang memiliki potensi panas
bumi.
3. Pengertian
Energi panas bumi juga dikenal dengan nama energi geothermal yang berasal dari bahasa
Yunani. Dalam bahasa Yunani kata “geo” memiliki arti bumi dan kata “thermal” memiliki arti
panas jadi ketika digabungkan kata geothermal memiliki arti panas bumi. Energi panas bumi
sendiri dihasilkan dan disimpan di dalam inti bumi. Jika dibandingkan dengan bahan bakar fosil,
panas bumi merupakan sumber energi bersih dan hanya melepaskan sedikit gas rumah kaca.
Menurut UU No. 27 Tahun 2003 Tentang Panas Bumi, sumber daya panas bumi adalah suber
energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan
gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi
dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan yang dapat dimanfaatkan untuk
pembangkitan tenaga listrik atau pemanfaatan langsung lainnya.
Salah satu pemanfaatan enegi panas bumi adalah untuk menghasilkan energi listrik. Pemanfaatan
energi panas bumi untuk pembangkit listrik secara garis besar dilakukan dengan cara melihat
resource dari panas bumi tersebut. Apabila suatu daerah memiliki panas bumi yang
mengeluarkan uap air (steam), maka steam tersebut langsung dapat digunakan. Steam tersebut
secara langsung diarahkan menuju turbin pembangkit listrik untuk menghasilkan energi listrik.
Setelah selesai steam tersebut diarahkan menuju condenser sehingga steam tersebut
terkondensasi menjadi air. Air ini selanjutnya di recycle untuk menjadi uap lagi secara alami.
Namun, bila panas bumi itu penghasil air panas (hot water), maka air panas tersebut harus di
ubah terlebih dahulu menjadi uap air (steam). Proses perubahan ini membutuhkan peralatan yang
disebut dengan heat exchanger, dimana air panas ini dialirkan menuju heat exchanger sehingga
terbentuk uap air.
Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di Indonesia. Diperkirakan memiliki
cadangan-cadangan energi panas bumi terbesar di dunia. Cadangan energi panas bumi yang
terbesar terletak di wilayah barat Indonesia dimana ada permintaan energi yang paling tinggi:
Sumatra, Jawa dan Bali. Sulawesi Utara adalah provinsi yang paling maju dalam penggunaan
geotermal untuk energi listrik: sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat dari energi
geothermal.
sar yang ada, hanya pulau Kalimantan saja yang tidak mempunyai potensi panas Bumi.
Untuk membangkitkan listrik dengan panas Bumi dilakukan dengan mengebor tanah di daerah
yang memiliki potensi panas Bumi untuk membuat lubang gas panas yang akan dimanfaatkan
untuk memanaskan ketel uap (boiler) sehingga uapnya bisa menggerakkan turbin uap yang
tersambung ke generator. Untuk panas bumi yang mempunyai tekanan tinggi, dapat langsung
memutar turbin generator, setelah uap yang keluar dibersihkan terlebih dahulu.
Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik tergolong minim. Untuk
menghasilkan energi listrik, pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya membutuhkan area
seluas antara 0,4 - 3 hektare. Sedangkan pembangkit listrik tenaga uap lainnya membutuhkan
area sekitar 7,7 hektare. Hal ini menjawab kecemasan masyarakat mengenai dampak lingkungan
eksploitasi panas bumi, terutama isu penebangan hutan di daerah yang memiliki potensi panas
bumi.
4. Teknik Eksploitasi
Panas bumi telah dimanfaatkan untuk memasak dan pemanasan selama ribuan tahun di
sejumlah wilayah di dunia. Energi panas bumi berasal dari energi panas yang terdapat di lapisan
bebatuan atau cairan yang ada di bawah lapisan kerak bumi. Energi panas ini berasal dari panas
dari inti bumi yang dibawa oleh cairan magma yang menembus lapisan selubung dibawah
kerak bumi. Panas yang dibawa oleh cairan magma yang kemudian memanaskan bebatuan
karang dan air hingga mencapai temperatur 370 – 400°C. Ketika air dipanaskan pada
temperatur ini maka akan tercipta air panas dan uap air panas yang terperangkap dalam
retakan-retakan atau pori-pori bebatuan di dalam tanah sehingga kemudian menciptakan
penampungan panas bumi (geothermal reservoir).
Uap air panas ini dapat muncul di permukaan tanah sebagai sumber air panas. Walaupun
sebagian besar uap air pana s tersebut tetap tinggal dibawah tanah terperangkap dalam pori-
pori bebatuan
Pemanfaatan panas bumi untuk menghasilkan tenaga listrik merupakan pemanfaatan panas bumi
yang memerlukan biaya dan investasi yang lebih besar dibandingkan dengan pemanfaatan
langsung untuk menghasilkan listrik yang bersih. Pembangkitan listrik dari panas bumi
memanfaatkan sistem hydrothermal – yaitu memanfaatkan uap panas atau air panas dari dalam
tanah dengan mengubahnya menjadi tenaga listrik.
Untuk mendapatkan uap panas atau air panas, dilakukan pengeboran untuk membuat sumur di
lokasi atau kawasan yang memiliki sumberdaya panas bumi yang cukup. Sumur ini dipakai
untuk menampung dan mengeluarkan uap atau air panas dari dalam bumi keluar, dan untuk
memasukkan air dingin kembali kedalam penampung
panas bumi (geothermal reservoir). Panas yang diambil dari dalam bumi dipakai untuk
memanaskan ketel uap (boiler) yang kemudian akan menggerakkan turbin uap yang
tersambung pada generator. Untuk panas bumi yang memiliki tekanan tinggi, dapat
langsung dipakai untuk memutar turbin generator setalah uap yang keluar dari tanah
dibersihkan terlebih dulu.
(a) (b) (c)
System panas bumi yang ditingkatkan
1:Waduk
2:Rumah pompa
3:Penukar panas
4:Ruangan turbin
5:Sumur produksi
6:Sumur innjeksi
8:Sedimen berpori
9:Sumur pengamatan 10:Batuan dasar Kristal
Muatan panas bumi adalah sekitar 10Joule.Panas ini secara alami akan mengalir ke permukaan
lewat konduksi dengan laju 44.2 terawatt (TW) dan diisi kembali oleh peluruhan radioaktif
dengan laju 30 TW. Laju tenaga ini lebih dari dua kali konsumsi energi manusia saat ini yang
berasal dari sumber utama, tapi sebagian besarnya terlalu tersebar (perkiraan rata-rata 0.1 W/m2)
untuk dapat dipulihkan. Kerak bumi secara efektif bertindak sebagai selimut isolasi tebal yang
harus ditembus dengan saluran fluida (mis. magma, air atau lainnya) untuk melepaskan panas di
bawahnya.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi membutuhkan sumber panas bersuhu tinggi yang hanya
dapat berasal dari jauh di bawah tanah. Panas tersebut harus dibawa ke permukaan lewat
sirkulasi fluida, baik melalui saluran magma, mata air panas, sirkulasi hidrotermal, sumur
minyak, sumur bor, atau gabungan dari contoh-contoh tersebut. Sirkulasi ini terkadang muncul
secara alami pada tempat dimana kerak bumi tipis. Saluran magma membawa panas dekat ke
permukaan, dan mata air panas membawanya ke permukaan. Jika tidak tersedia mata air panas
maka sumur harus dibor untuk menjadi akuifer air panas. Jika jauh dari batas lempeng tektonik,
gradien panas bumi di sebagian besar tempat adalah 25-30 °C per kilometer kedalaman, sehingga
membuat sumur menjadi harus beberapa kilometer dalamnya untuk dapat membangkitkan
listrik.Jumlah dan mutu sumber daya panas yang dapat dipulihkan meningkat sebanding dengan
kedalaman pengeboran dan kedekatan dengan batas lempeng tektonik.
Pada tanah yang panas dan kering, atau dimana tekanan air tidak memadai, fluida dapat
disuntikkan untuk merangsang produksi. Pengembang akan menggali dua lubang di calon lokasi,
dan memecah batu di antara keduanya dengan bahan peledak atau air bertekanan tinggi.
Kemudian memompakan air atau karbon dioksida cair ke salah satu lubang galian, sehingga
keluar di lubang galian lainnya dalam bentuk gas. Pendekatan ini disebut hot dry rock
geothermal energy
5. Jenis Pemanfaatannya
Sebuah sistem panas bumi yang dapat dimanfaatkan memerlukan tiga komponen utama:
panas, permeabilitas, dan air. Air hujan atau salju yang meleleh yang kemudian merembes
kedalam tanah terus menerus mengaliri lapisan penampungan air panas di dalam tanah
tersebut.
Energi panas bumi memiliki kelebihan yang tidak dimiliki oleh energi lainnya, yaitu dapat
dimanafaatkan pada rentang suhu yang luas (dari suhu yang paling rendah sampai yang paling
tinggi) dan volume yang rendah. Dimana sumberdaya panas bumi tersedia, dapat dimanfaatkan
dengan sedikit mempertimbangkan keekonomian dan efisiensi operasi (USGS, 2003). Panas
bumi dapat dipakai sebagai penghasil tenaga listrik, pemanasan langsung untuk proses
industri, komersial dan perumahan, pendinginan dan pemanasan untuk gedung/rumah
dengan memanfaatkan teknologi pompa panas (heat pump).
Pembangkitan listrik. Untuk membangkitkan listrik dari sumber panas bumi, dibuat dua
sumur yang menuju penampungan panas bumi (kedalaman 1,5 – 2 km). Satu sumur dipakai
untuk memasukkan air dingin kedalam penampungan panas bumi (geothermal reservoir),
sedangkan sumur yang lain membawa uap air panas naik ke permukaan bumi, dimana
energi panas dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik di pembangkit listrik tenaga panas
bumi (PLTP).
Pemanasan. Uap air panas dimanfaatkan secara langsung tanpa menggunakan
pembangkit listrik atau pompa panas (heat pump) tetapi dengan cara mengalirkan
uap panas ke fasilitas atau lokasi dimana uap panas tersebut akan digunakan. Uap
panas bumi dapat dipakai untuk berbagai keperluan, misalnya untuk proses industri,
pertanian, perikanan, pemanasan ruangan, pemandian air panas, dan sebagainya.
Pompa panas (heat pump). Pemanfaatan panas bumi secara langsung untuk
memberikan efek pemanasan atau pendinginan untuk ruangan atau gedung
didapatkan dengan memanfaatkan pompa panas (heat pump). Teknologi ini
memindahkan panas dari luar ke atau dari dalam tanah. Hal ini diperoleh melalui
pemanfaatan perbedaan antara temperatur bawah tanah di kedalaman 3 – 100 meter
yang konstan dan tidak berubah sepanjang tahun yaitu 10°C dan temperatur di
permukaan bumi. Temperatur pada kedalaman ini sebesar. Untuk mendapatkan
pemanasan atau pendinginan maka ditanam pipa yang berisi cairan yang dapat
membawa udara dingin dan panas (refrigerant). Cara kerjanya mirip dengan kerja
AC atau pendingin pada kulkas, pompa mendorong udara panas masuk kedalam
tanah melalui pipa, dan mendorong udara dingin keluar. Untuk pemanasan, yang
didorong adalah udara dingin untuk mengeluarkan udara panas.
pencemaran tanah jika terlepas keluar. Tindakan untuk memasukkan kembali sisa fluida panas
bumi kedalam tanah merupakan salah satu bentuk pencegahan dampak lingkungan dari material
beracun.
Pembangkit Listrik Panas Bumi menggunakan air untuk pendinginan dan re-injeksi. Tergantung
pada jenis teknologi yang dipakai, PLTP menggunakan sekitar 6500 – 15.000 liter air untuk
setiap MWh. Rancangan PLTP modern dapat menggunakan menggunakan fluida panas bumi
atau air tanah untuk pendinginan. Penggunaan fluida panas bumi akan mengurangi secara
signifikan konsumsi air tanah. Sebagian besar PLTP juga menyuntikan kembali cairan yang
terpakai untuk menghindari pencemaran dan penurunan tanah. Walaupun demikian, tidak
seluruh cairan yang terpakai disuntikan kembali kedalam tanah karena ada sebagian yang hilang
dalam bentuk uap air. Dengan demikian dibutuhkan air tambahan dari luar sehingga dapat
menjaga penyimpanan (reservoir) geothermal tetap konstan. Volume air yang dibutuhkan
tergantung pada jenis dan daya atau kapasitas pembangkit. Dalam hal ini perlu diwaspadai
terjadinya kompetisi pemanfaatan air permukaan atau dampak penurunan volume air tanah
akibat pemakaian yang berlebihan.
Dampak pemanfaatan lahan. Luas lahan yang dibutuhkan oleh PLTP ditentukan oleh sejumlah
faktor: kapasitas pembangkit, sifat dan ukuran geothermal reservoir, tipe sistem konservasi
energi, tipe sistem pendinginan, pengaturan sumur dan sistem pemipaan, bangunan untuk
pembangkit listrik dan fasilitas pendukung serta gardu transmisi. Sebagai gambaran, PLTP
terbesar di dunia yaitu Geyser,Dengan Kapasitas Pembangkit 1517MW menempati kawasan
seluas 76km persegi sebagian lokasi PLTP panas bumi berada dikawasan yang sensitive secara
ekologis oleh karena itu pemegang ijin pltp harus merancang pemanfaatan lahan dengan
seksama sehingga tidak menggunakan lahan yang luas di kawasan hutan pada waktu konstruksi
dan eksplorasi. Potensi peningkatan aktivitas seismik/gempa bumi. Lokasi panas bumi juga
berada di kawasan “hot spot” yang rentan dengan gempa bumi menyatakan bahwa
pengembangan geothermal reservoir, tergantung pada kondisi geologi lokal dapat meningkatkan
frekuensi dan magnitude gempa di lokasi tersebut. Kemungkinan ancaman ini harus mampu
diantisipasi secara dini (misalnya: pilihan metode atau teknik pengeboran) untuk menghindari
konsekuensi dampak yang lebih besar. Salah satu kasus dimana pengeboran panas bumi
menghasilkan gempa terjadi pada proyek geothermal di Basel, Swiss. Pengeboran sedalam 4.8
km menembus kerak bumi mengakibatkan terjadinya gempa bumi sebesar 3.4 skala richter.