Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perkembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi dalam beberapa tahun terakhir
tidak memberikan alasan untuk optimisme, dan alasan di balik situasi ini rumit. Namun
demikian, jika pasar pembangkit listrik tenaga panas bumi global dipelajari, beberapa
fenomena menarik terungkap. Pertama, pengembangan pembangkit listrik tenaga panas
bumi di seluruh dunia tidak seimbang dan sangat berkorelasi dengan distribusi sumber daya
panas bumi.

Karena itu, potensi pembangkit tenaga panas bumi di setiap negara diperiksa dan
negara-negara kandidat dipilih untuk menganalisis perkembangan global yang tidak
seimbang ini. Lebih lanjut, mengingat eksploitasi energi tidak berhenti semata-mata pada
sumber daya abadi dan bahwa pasar adalah faktor kritis, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pasar diidentifikasi dengan mempelajari sejarah pembangkit listrik tenaga
panas bumi global.

Meskipun faktor-faktor yang mempengaruhi di setiap negara tidak sama, analisis


menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti strategi energi suatu negara, energi lokasi sumber
daya, dan pengembangan sumber daya panas bumi yang berkelanjutan memainkan peran
penting dalam pembangunan pembangkit listrik tenaga panas bumi. Akhirnya, endowment
sumber daya dipertimbangkan bersama dengan yang utama faktor-faktor yang
mempengaruhi pasar untuk menciptakan kerangka kerja analitis yang terorganisasi dengan
baik untuk peneliti lain. (Xia & Zhang, 2019)

Di seluruh dunia, adopsi energi terbarukan telah menjadi strategi utama untuk
transformasi energi global dan iklim ubah mitigasi. Sumber daya panas bumi,
sebagai bagian dari energi terbarukan keluarga energi, dikembangkan dan
digunakan pada awal sejarah energi terbarukan energi. Dibandingkan dengan
sumber energi terbarukan lainnya, panas bumi sumber memiliki cadangan besar,
distribusi luas, stabilitas yang baik, dan efisiensi pemanfaatan yang tinggi.
2

Selain itu, mereka dapat digunakan untuk periode lama sekali didirikan.
Potensi panas bumi yang besar sumber daya sebagai pasokan energi masa depan
dan dalam konservasi energi dan pengurangan emisi telah diakui dan dinilai oleh
semua negara seluruh dunia. Energi panas bumi mengacu pada sejumlah besar
energi panas dihasilkan oleh peluruhan radioaktif bumi. Panas ini pada akhirnya
dikirim ke permukaan melalui letusan gunung berapi, konduksi panas melalui batu,
mata air panas, dan aliran air tanah yang membawa panas .

Panas disajikan secara luas di permukaan bumi dalam berbagai bentuk. Saat
ini, pemanfaatan energi panas bumi dapat dibagi menjadi mengikuti dua kategori
utama: penggunaan langsung, seperti pemandian air panas, akuakultur geotermal,
dan pemanas geotermal, dan penggunaan tidak langsung oleh menghasilkan listrik.
Di antara semua metode sumber daya panas bumi pengembangan dan pemanfaatan,
pembangkit listrik tidak diragukan lagi yang paling efisien dan efektif berdasarkan
pada atribut energi panas bumi.

Menurut penelitian, dalam kondisi ideal, tingkat pemanfaatan pembangkit


listrik tenaga panas bumi modern (GPG) adalah sekitar 90%, yang jauh lebih tinggi
dari tingkat 30% untuk pemanfaatan langsung. Oleh karena itu, tingkat
pengembangan sumber daya panas bumi suatu negara dan pemanfaatan sering
diukur dengan skala GPG-nya. Timbangan dan proporsi GPG di Amerika Serikat,
Filipina, Indonesia, Selandia Baru, dan Meksiko relatif besar.

Namun, di daerah lain, GPG nyaris tidak ada. Perkembangan GPG di seluruh
dunia sangat tidak merata. Negara-negara "Cincin Api", diwakili oleh Amerika
Serikat, memimpin di GPG. Lima negara teratas untuk kapasitas pembangkit listrik
terpasang terletak di area ini. Beberapa negara di mediterania wilayah panas bumi
Himalaya juga telah mencapai hasil yang luar biasa GPG.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu panas bumi?


2. Bagaimanana pemanfaatan energi panas bumi?
3. Bagaimana proses terjadinya panas bumi?
3

1.3 TUJUAN

Sebagai mahasiswa teknik yang sadar akan pentingnya energi baru terbarukan
sebagai salah satu alternatif pengganti dari energi non terbarukan dengan
pemanfaatan media panas bumi. Makalah ini memberikan gambaran dan terapan
secara definisi dan pemanfataan panas bumi.

1.4 MANFAAT

Energi sangat bemanfaat bagi kehidupan manusia, apalagi energi listrik


sebagai sumber aktifitas kegiatan manusia di dunia. Pemanfaatan energi panas bumi
dapat di manfaatkan sebagai pembangkit tenaga listrik yang sangat bermanfaat bagi
manusia dalam penerangan dan kegiatan rumah tangga. Pembangkit tenaga listrik
dari energi panas bumi yang dapat dibuat baik skala kecil maupun skala besar.
4

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 ENERGI PANAS BUMI

Sumber energi yang relatif ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam
bumi. Air yang dipompa ke dalam bumi oleh manusia atau sebab-sebab alami
(hujan) dikumpulkan ke permukaan bumi dalam bentuk uap, yang bisa digunakan
untuk menggerakkan turbin-turbin untuk memproduksi listrik. Biaya eksplorasi dan
juga biaya modal pembangkit listrik geotermal lebih tinggi dibandinkan
pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun,
setelah mulai beroperasi, biaaya produksinya rendah dibandingkan dengan
pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil.

2.2 PERHITUNGAN ENERGI PANAS BUMI

Perkiraan atau penilaian potensi panas bumi pada prinsipnya mempergunakan


data-data geologi, geofisika, dan geokimia. Analisa-analisa kimia memberikan
parameter-parameter yang dapat digunakan untuk perkiraan potensi panas bumi
suatu daerah. Rumus yang ada adalah sangat kasar dan merupakan perkiraan garis
besar. Diantara rumus yang ada atau sering dipakai adalah metode Perry dan
metode Bandwell, yang pada umumnya merupakan rumus empirik.
Metode Perry pada dasarnya mempergunakan prinsip energi dari panas yang
hilang. Rumus untuk mendapatkan energi metode Perry adalah sebagai berikut :
5

a. Kelebihan Energi Geothermal (Panas Bumi)

Pemanfaatan energi geothermal atau panas bumi sebagai salah satu sumber
energi alternatif diyakini mempunyai berbagai keuntungan dan kelebihan. Di antara
kelebihan dan keuntungan pemanfaatan energi geothermal tersebut adalah :
1. Panas bumi (geothermal energy) merupakan salah satu sumber energi paling
bersih. Jauh lebih bersih dari sumber energi fosil yang menimpulkan polusi atau
emisi gas rumah kaca.
2. Geothermal merupakan jenis energi terbarukan yang relatif tidak akan habis.
Sumber energi ini terus-menerus aktif akibat peluruhan radioaktif mineral.
3. Energi Geothermal ramah lingkungan yang tidak menyebabkan pencemaran
(baik pencemaran udara, pencemaran suara, serta tidak menghasilkan emisi
karbon dan tidak menghasilkan gas, cairan, maupun meterial beracun lainnya).
4. Panas bumi (geothermal energy), dibandingkan dengan energi alternatif lainnya
seperti tenaga surya dan angin, bersifat konstan sepanjang musim. Di samping
itu energi listrik yang dihasilkan dari geothermal tidak memerlukan solusi
penyimpanan energi (energy storage) karena dapat dihasilkan sepanjang waktu.
5. Untuk memproduksi energi geothermal membutuhkan lahan dan air yang
minimal, tidak seperti misalnya pada energi surya yang membutuhkan area yang
luas dan banyak air untuk pendinginan. Pembangkit panas bumi hanya
memerlukan lahan seluas 3,5 kilometer persegi per gigawatt produksi listrik.
Air yang dibutuhkan hanya sebesar 20 liter air tawar per MW / jam.

b. Kekurangan Energi Geothermal (Panas Bumi)

Selain memiliki kelebihan, energi geothermal pun memiliki kekurangan. Di


antara kekurangan energi geothermal adalah :

1. Biaya modal yang tinggi. Pembangunan pembangkit listrik geothermal


memerlukan biaya yang besar terutama pada eksploitasi dan pengeboran.
6

2. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng
tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat
permukaan.
3. Pembangunan pembangkit listrik geothermal diduga dapat mempengaruhi
kestabilan tanah di area sekitarnya.

2.3 ENERGI GEOTHERMAL DI INDONESIA


Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia,
maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi geotermal terbesar di
dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan. Namun,
sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini, Indonesia hanya menggunakan
4-5% dari kapasitas geothermal-nya. Faktor utama yang menghalangi investasi
pengembangan geothermal di Indonesia adalah hukum di Indonesia sendiri.

Dulu aktivitas geothermal didefinisikan sebagai aktivitas pertambangan (Undang-


Undang No. 27/2003) yang mengimplikasikan bahwa hal ini dilarang untuk dilaksanakan
di wilayah hutan lindung dan area konservasi (Undang-Undang No. 41/1999), walaupun
faktanya aktivitas-aktivitas tambang geothermal hanya memberikan dampak kecil pada
lingkungan (dibandingkan aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain).

Namun, sekitar 80% dari cadangan geothermal Indonesia terletak di hutan lindung
dan area konservasi, oleh karena itu mustahil untuk memanfaatkan potensi ini. Pada
Agustus 2014, waktu periode kedua administrasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
hampir selesai, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia mengesahkan Undang-Undang
Geothermal No. 21/2014 (menggantikan Undang-Undang No. 27/2003) yang memisahkan
geotermal dari aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain dan karena itu membuka jalan
untuk eksplorasi geothermal di wilayah hutan lindung dan area konservasi.

Pengesahan Undang-Undang ini adalah gebrakan yang penting. Namun, pada saat
tulisan ini dibuat (Desember 2014), Undang-Undang baru ini masih perlu diatur
pelaksanaannya dengan peraturan-peraturan kementerian yang lain. Pemerintah Indonesia
juga telah melaksanakan berbagai upaya lain untuk membuat investasi energi panas bumi
lebih menarik. Geothermal Fund Facility (GFF) menyediakan dukungan untuk memitigasi
resiko-resiko dan menyediakan informasi mengenai biaya pengembangan awal geothermal
yang relatif tinggi.
7

Halangan lain di Indonesia adalah tarif listrik yang tidak kompetitif. Melalui subsidi
pemerintah, tarif listrik menjadi murah. Selain itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN)
memiliki monopoli distribusi listrik di Indonesia dan karena itu energi listrik dari produsen-
produsen independen harus dijual kepada PLN. Namun, di Juni 2014, Pemerintah Indonesia
mengumumkan akan membuat harga pembelian (dibayar oleh PLN) menjadi lebih menarik
melalui kebijakan tarif feed-in yang baru.

Terakhir, eksplorasi geothermal di Indonesia dihalangi oleh keadaan infrastruktur


yang buruk di wilayah-wilayah terpencil, perlawanan masyarakat lokal pada proyek-proyek
ini, dan juga birokrasi yang buruk (prosedur perizinan yang panjang dan mahal yang
melibatkan pemerintah pusat provinsi, dan kabupaten). Cadangan energi panas bumi yang
terbesar terletak di wilayah barat Indonesia dimana ada permintaan energi yang paling
tinggi: Sumatra, Jawa dan Bali. Sulawesi Utara adalah provinsi yang paling maju dalam
penggunaan geotermal untuk energi listrik: sekitar 40% dari pasokan listriknya didapat dari
energi geothermal.

2.4 TEKNOLOGI SIKLUS BINER


Teknologi siklus biner adalah sistem pembangkitan listrik yang mana fluida
panas bumi, baik berupa uap maupun air panas, dimanfaatkan sebagai sumber panas
utama untuk memanaskan fluida kedua (atau disebut juga fluida kerja) dengan
menggunakan alat penukar panas dari fase cair menjadi fase gas. Fase gas dari
fluida kerja ini kemudian dialirkan ke dalam turbin yang dikopel dengan generator
untuk membangkitkan listrik.

Fluida kerja ini bekerja pada siklus tertutup. Teknologi siklus biner
dikembangkan untuk memanfaatkan sumber panas bumi yang mempunyai kondisi
dan karakteristik sebagai berikut: Sumber panas bumi yang menghasilkan fluida
enthalpy rendah sampai dengan menengah. Fluida panas bumi dengan temperatur
<150°C menjadi tidak ekonomis jika dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik
dengan teknologi konvensional seperti flashing sistem.

Di dalam teknologi siklus biner, dengan memanfaatkan fluida panas bumi


temperatur rendah sebagai sumber panas utama untuk memanaskan fluida kerja
kedua yang mempunyai titik didih rendah, maka lebih banyak energi bisa
dibangkitkan sehingga sistem ini bisa menjadi ekonomis. Selain itu, di sumber
panas bumi dengan karakteristik water dominated sistem.
8

Teknologi geotermal siklus biner bisa diaplikasikan untuk meningkatkan


pemanfaatan sumber panas dengan cara mengekstrak panas buangan yang
terkandung di dalam air panas hasil separasi (brine) dari separator, yang mana
uapnya digunakan untuk memutar turbin pembangkit konvensional. Sumber panas
bumi yang mengandung dissolved solids atau kandungan NCG (Non-Condensable
Gases) tinggi. Dissolved soilds di dalam fluida panas bumi akan mengendap di
dalam pipa atau separator.

Pada teknologi konvensional, kandungan NCG yang tinggi (>5%) akan cepat
terakumulasi di dalam kondenser sehingga diperlukan pompa dengan kapasitas
yang cukup besar untuk mengeluarkan gas-gas tersebut. Penggunaan pompa
tersebut akan meningkatkan daya parasit di dalam pembangkit yang dapat
menyebabkan ketidak-ekonomisan pembangkit tersebut.

Dengan menerapkan teknologi siklus biner, NCG tidak akan masuk ke dalam
sistem pembangkit sehingga fluida dengan kandungan NCG tinggi masih layak
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Proses kerja PLTP siklus biner dapat dilihat
pada diagram alir di Gambar 2.1. Sistem ini terdiri dari sumur produksi dan sumur
reinjeksi termasuk jaringan pipanya, evaporator, kondensor dan sistem
pendinginannya, pompa fluida kerja, turbin generator dan peralatan pendukung
pembangkit. Pada proses kerjanya, fluida panas bumi.\

Dalam contoh ini adalah brine, dialirkan kedalam preheater atau evaporator,
dimana energi panas ditransfer kepada fluida kerja. Setelah keluar dari alat penukar
panas, brine tersebut akan direinjeksi kedalam bumi.

Gambar 2.1 Diagram proses binary-cycle secara umum (Yari, 2009)


9

Proses kerja siklus ini berdasarkan pada rankine cycle dengan urutan proses
sebagai berikut: Fluida kerja yang telah dipanaskan dari fase cair ke fase gas
kemudian dimasukkan ke dalam turbin yang dikopel dengan generator untuk
membangkitkan listrik. Setelah terjadi ekspansi ke tekanan atau temperatur yang
lebih rendah di dalam turbin, uap fluida kerja akan dikondensasi menjadi cair oleh
media pendingin seperti air atau udara.

Kemudian dimasukkan ke dalam tangki kondensat. Pada Gambar 2.1. media


pendingin yang digunakan adalah air yang didinginkan melalui sebuah cooling
tower. Media pendingin ini bisa juga menggunakan udara. Fluida kerja yang telah
terkondensasi ini kemudian akan dipompakan kembali ke dalam alat penukar panas
sehingga proses ini berlangsung terus menerus di dalam siklus yang tertutup.

Pada teknologi pembangkit panas bumi, jenis rankine cycle yang biasa
diterapkan pada sistem siklus biner adalah subcritical rankine cycle. Secara
termodinamika, proses kerja PLTP siklus biner dapat dilihat melalui diagram Ph
(Pressure vs Enthalpy) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2. Diagram pressure-enthalpy untuk PLTP siklus biner (DiPippo, 2008)

2.5 KRITERIA DALAM PEMILIHAN FLUIDA KERJA


Fluida kerja adalah fluida yang memiliki energi untuk melakukan kerja pada
peralatan mekanik. Pada PLTP siklus biner, fluida kerja digunakan untuk
menggerakkan turbin. Alasan penggunaan fluida kerja pada PLTP siklus biner
dikarenakan fluida brine tidak bisa digunakan langsung untuk menggerakkan
turbin. Hal tersebut bisa disebabkan oleh fluida brine mengandung senyawa-
senyawa (baik berupa padatan, cairan, gas).
10

Yang dapat merusak turbin ataupun karena kondisi brine (tekanan dan
temperatur sumur) yang tidak cukup tinggi untuk memutar turbin
konvensional/uap. Dalam aplikasi PLTP siklus biner, tidak ada fluida kerja ideal
yang dapat memenuhi seluruh kriteria, namun begitu ada beberapa kriteria utama
yang harus dipenuhi diantaranya:

a. Properti termodinamik yang cocok


1. Suhu kritis

Suhu kritis adalah suhu dimana fase cair dan fase gas suatu senyawa tidak
dapat dibedakan lagi. Fluida kerja yang baik memiliki suhu kritis yang lebih rendah
dari suhu kritis brine, karena akan memberikan driving force perpindahan panas
yang baik.

2. Tekanan kondensasi

Tekanan kondensasi adalah tekanan dimana sebuah fluida mulai


terkondensasi. Semakin rendah tekanan kondensasi suatu fluida kerja maka akan
semakin murah biaya peralatan (HE and piping) dan operasionalnya (pumping
cost), asalkan tidak lebih rendah dari tekanan atmosfer, karena dapat
mengakibatkan udara masuk ke dalam system.

3. Faktor I

Faktor I adalah suatu parameter yang menjelaskan kondisi fasa fluida


ketika meninggalkan turbin, parameter ini didefinisikan oleh Kihara dan Fukunaga
(1975) dalam bentuk persamaan berikut:
11

Bila nilai faktor I < 1, kondisi fluida kerja keluar turbin masih dalam kondisi
superheat. Namun jika faktor I > 1, sebagian fluida tersebut sudah mulai terkondensasi.
Selain dapat menurunkan efisiensi turbin, fluida kerja yang terkondensasi juga dapat
menimbulkan kerusakan serius pada turbin.

➢ Tidak mengotori (non fouling)


➢ Tidak korosif
➢ Tidak beracun
➢ Tidak mudah terbakar
➢ Harga terjangkau

Berdasarkan kriteria-kriteria di atas, maka beberapa senyawa yang memiliki


potensi sebagai fluida kerja yang ideal dikumpulkan pada Tabel 2.1 (Danang,
2010).Tabel 2.1. Beberapa senyawa yang memiliki potensi sebagai fluida kerja yang
ideal (Danang, 2010).
12

Fluida Berat Tcritic Pcritic Pcond Faktor I


Molekul (0C) (atm) at38C
Propane 44,1 96,7 41,9 12,8 1,39
Isobutane 58,1 134,7 35,9 4,9 0,81
n-butane 58,1 152,0 37,5 3,5 0,75
Isopentane 72,2 187,8 33,5 1,4 0,72
n-pentane 72,2 196,6 33,3 1,0 0,71
R-123 152,9 183,8 36,1 1,2
R134a 102 101,1 40,1 9,2
R-245fa 134 154,1 43,7
Ammonia 17 132,3 111,9 145 6,89
Water 18 373,9 217,7 0,06 3,40

2.6 CIRI – CIRI GEOLOGI DAERAH PANAS BUMI

1. Sumber Panas : Magma yang mempunyai temperature ~ 700 C


2. Bed Rock : Lapisan Batuan Dasar yang merupakan batuan keras lapisan bagian
bawah
3. Aquifer (Lapisan Permeable Zone) : merupakan lapisan yang mampu dialiri oleh
air. Lapisan ini sebagai Reservoir
4. Cap Rock : Lapisan batuan keras sebagai lapisan batuan penutup.
5. Water Replishment : sebagai air penambah.
6. Surface Manifestation yaitu : Gejala-gejala yang muncul di permukaan bumi
(kawah, air panas, Geyser, Gunung berapi, dll).
13

2.3 Struktur Geologi Panas Bumi

2.7 PRINSIP KERJA PLTP

1. Uap di-supply dari sumur produksi melalui sistem transmisi uap yang kemudian
masuk ke dalam Steam Receiving Header sebagai media pengumpul uap. Steam
Receiving Header dilengkapi dengan Rupture Disc yang berfungsi sebagai
pengaman terakhir unit .Bila terjadi tekanan berlebih (over pressure) di dalam
Steam Receiving maka uap akan dibuang melalui Vent Structure.Vent
Structure berfungsi untuk warming-up di pipe line ketika akan start unit dan
sebagai katup pengaman yang akan membuang tekanan bila sudden trip terjadi.
2. Dari Steam Receiving Header uap kemudian dialirkan ke Separator (Cyclone
Type) yang berfungsi untuk memisahkan uap (pure steam) dari benda-benda
asing seperti partikel berat (Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia,
Fluor dll).
3. Kemudian uap masuk ke Demister yang berfungsi untuk memisahkan moisture
yang terkandung dalam uap, sehingga diharapkan uap bersih yang akan masuk
ke dalam Turbin.
4. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi dari Energi Kalor
yang terkandung dalam uap menjadi Energi Kinetik yang diterima oleh sudu-
sudu Turbin. Turbin yang dikopel dengan generator akan menyebabkan
14

generatkut berputar saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari Energi
Kinetik menjadi Energi Mekanik.
5. Generator berputar menghasilkan Energi Listrik (Electricity)
6. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di dalam Condensor
dengan sistem Jet Spray (Direct Contact Condensor).
7. NCG (Non Condensable Gas) yang masuk kedalam Condensor dihisap
oleh First Ejector kemudian masuk ke Intercondensor sebagai media pendingin
dan penangkap NCG. Setelah dari Intercondensor, NCG dihisap lagi
oleh Second Ejector masuk ke dalam Aftercondensor sebagai media pendingin
dan kemudian dibuang ke atmosfir melalui Cooling Tower.
8. Dari Condensor air hasil condensasi dialirkan oleh Main Cooling Water
Pump masuk ke Cooling Tower. Selanjutnya air hasil pendinginan dari Cooling
Tower uap kering disirkulasikan kembali ke dalam Condensor sebagai media
pendingin.
9. Primary Cooling System disamping sebagai pendingin Secondary Cooling
System juga mengisi air pendingin ke Intercondensor dan Aftercondensor.
10. Overflow dari Cold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk
kepentingan Reinjection Pump.
11. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan mengisi Basin Cooling
Tower.

2.4 Prinsip Kerja PLTP


15

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Sumber energi terbarukan yang sangat berkesinambungan di Indonesia masih


belum banyak di manfaatkan secara efektif, maka dari dengan kita sadar bahwa sumber
energi yang kita manfaatkan saat ini adalah sumber energi yang bersumber dari energi
tak terbarukan yaitu sumber energi fosil. Pemanfaatan energi terbarukan menjadi
alternatif sebagai pengganti energi yang ramah lingkungan dan ketersediaannya
berkesinambungan di alam. Kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat
membuat kita dituntut untuk berfikir dan bertindak lebih kreatif dan inovatif dalam
berbagai bidang, demi kehidupan yang lebih baik untuk lingkungan sekitar tanpa harus
merusak ekosistem alam yang telah ada. Peran dari berbagai pihak sangat berpengaruh
untuk kemajuan energi yang lebih baik.
16

DAFTAR PUSTAKA

Xia, L., & Zhang, Y. (2019). An overview of world geothermal power generation and
a case study on China—The resource and market perspective. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 112(June), 411–423.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2019.05.058

https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panas-
bumi/item268

diakses pada tanggal 22 Desember 2019 pada pukul 3.30

https://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/07/pembangkit-listrik-tenaga-panas-
bumi.html

diakses pada tanggal 22 Desember 2019 pada pukul 3.40

https://alamendah.org/2014/10/27/kelebihan-dan-kekurangan-energi-geothermal/

diakses pada tanggal 22 Desember 2019 pada pukul 4.10

https://rakhman.net/power-plants-id/prinsip-kerja-pltp/

diakses pada tanggal 22 Desember 2019 pada pukul 4.30

Anda mungkin juga menyukai