BAB I
PENDAHULUAN
Perkembangan pembangkit listrik tenaga panas bumi dalam beberapa tahun terakhir
tidak memberikan alasan untuk optimisme, dan alasan di balik situasi ini rumit. Namun
demikian, jika pasar pembangkit listrik tenaga panas bumi global dipelajari, beberapa
fenomena menarik terungkap. Pertama, pengembangan pembangkit listrik tenaga panas
bumi di seluruh dunia tidak seimbang dan sangat berkorelasi dengan distribusi sumber daya
panas bumi.
Karena itu, potensi pembangkit tenaga panas bumi di setiap negara diperiksa dan
negara-negara kandidat dipilih untuk menganalisis perkembangan global yang tidak
seimbang ini. Lebih lanjut, mengingat eksploitasi energi tidak berhenti semata-mata pada
sumber daya abadi dan bahwa pasar adalah faktor kritis, faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi pasar diidentifikasi dengan mempelajari sejarah pembangkit listrik tenaga
panas bumi global.
Di seluruh dunia, adopsi energi terbarukan telah menjadi strategi utama untuk
transformasi energi global dan iklim ubah mitigasi. Sumber daya panas bumi,
sebagai bagian dari energi terbarukan keluarga energi, dikembangkan dan
digunakan pada awal sejarah energi terbarukan energi. Dibandingkan dengan
sumber energi terbarukan lainnya, panas bumi sumber memiliki cadangan besar,
distribusi luas, stabilitas yang baik, dan efisiensi pemanfaatan yang tinggi.
2
Selain itu, mereka dapat digunakan untuk periode lama sekali didirikan.
Potensi panas bumi yang besar sumber daya sebagai pasokan energi masa depan
dan dalam konservasi energi dan pengurangan emisi telah diakui dan dinilai oleh
semua negara seluruh dunia. Energi panas bumi mengacu pada sejumlah besar
energi panas dihasilkan oleh peluruhan radioaktif bumi. Panas ini pada akhirnya
dikirim ke permukaan melalui letusan gunung berapi, konduksi panas melalui batu,
mata air panas, dan aliran air tanah yang membawa panas .
Panas disajikan secara luas di permukaan bumi dalam berbagai bentuk. Saat
ini, pemanfaatan energi panas bumi dapat dibagi menjadi mengikuti dua kategori
utama: penggunaan langsung, seperti pemandian air panas, akuakultur geotermal,
dan pemanas geotermal, dan penggunaan tidak langsung oleh menghasilkan listrik.
Di antara semua metode sumber daya panas bumi pengembangan dan pemanfaatan,
pembangkit listrik tidak diragukan lagi yang paling efisien dan efektif berdasarkan
pada atribut energi panas bumi.
Namun, di daerah lain, GPG nyaris tidak ada. Perkembangan GPG di seluruh
dunia sangat tidak merata. Negara-negara "Cincin Api", diwakili oleh Amerika
Serikat, memimpin di GPG. Lima negara teratas untuk kapasitas pembangkit listrik
terpasang terletak di area ini. Beberapa negara di mediterania wilayah panas bumi
Himalaya juga telah mencapai hasil yang luar biasa GPG.
1.3 TUJUAN
Sebagai mahasiswa teknik yang sadar akan pentingnya energi baru terbarukan
sebagai salah satu alternatif pengganti dari energi non terbarukan dengan
pemanfaatan media panas bumi. Makalah ini memberikan gambaran dan terapan
secara definisi dan pemanfataan panas bumi.
1.4 MANFAAT
BAB II
PEMBAHASAN
Sumber energi yang relatif ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam
bumi. Air yang dipompa ke dalam bumi oleh manusia atau sebab-sebab alami
(hujan) dikumpulkan ke permukaan bumi dalam bentuk uap, yang bisa digunakan
untuk menggerakkan turbin-turbin untuk memproduksi listrik. Biaya eksplorasi dan
juga biaya modal pembangkit listrik geotermal lebih tinggi dibandinkan
pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun,
setelah mulai beroperasi, biaaya produksinya rendah dibandingkan dengan
pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Pemanfaatan energi geothermal atau panas bumi sebagai salah satu sumber
energi alternatif diyakini mempunyai berbagai keuntungan dan kelebihan. Di antara
kelebihan dan keuntungan pemanfaatan energi geothermal tersebut adalah :
1. Panas bumi (geothermal energy) merupakan salah satu sumber energi paling
bersih. Jauh lebih bersih dari sumber energi fosil yang menimpulkan polusi atau
emisi gas rumah kaca.
2. Geothermal merupakan jenis energi terbarukan yang relatif tidak akan habis.
Sumber energi ini terus-menerus aktif akibat peluruhan radioaktif mineral.
3. Energi Geothermal ramah lingkungan yang tidak menyebabkan pencemaran
(baik pencemaran udara, pencemaran suara, serta tidak menghasilkan emisi
karbon dan tidak menghasilkan gas, cairan, maupun meterial beracun lainnya).
4. Panas bumi (geothermal energy), dibandingkan dengan energi alternatif lainnya
seperti tenaga surya dan angin, bersifat konstan sepanjang musim. Di samping
itu energi listrik yang dihasilkan dari geothermal tidak memerlukan solusi
penyimpanan energi (energy storage) karena dapat dihasilkan sepanjang waktu.
5. Untuk memproduksi energi geothermal membutuhkan lahan dan air yang
minimal, tidak seperti misalnya pada energi surya yang membutuhkan area yang
luas dan banyak air untuk pendinginan. Pembangkit panas bumi hanya
memerlukan lahan seluas 3,5 kilometer persegi per gigawatt produksi listrik.
Air yang dibutuhkan hanya sebesar 20 liter air tawar per MW / jam.
2. Pembangkit listrik tenaga panas bumi hanya dapat dibangun di sekitar lempeng
tektonik di mana temperatur tinggi dari sumber panas bumi tersedia di dekat
permukaan.
3. Pembangunan pembangkit listrik geothermal diduga dapat mempengaruhi
kestabilan tanah di area sekitarnya.
Namun, sekitar 80% dari cadangan geothermal Indonesia terletak di hutan lindung
dan area konservasi, oleh karena itu mustahil untuk memanfaatkan potensi ini. Pada
Agustus 2014, waktu periode kedua administrasi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
hampir selesai, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Indonesia mengesahkan Undang-Undang
Geothermal No. 21/2014 (menggantikan Undang-Undang No. 27/2003) yang memisahkan
geotermal dari aktivitas-aktivitas pertambangan yang lain dan karena itu membuka jalan
untuk eksplorasi geothermal di wilayah hutan lindung dan area konservasi.
Pengesahan Undang-Undang ini adalah gebrakan yang penting. Namun, pada saat
tulisan ini dibuat (Desember 2014), Undang-Undang baru ini masih perlu diatur
pelaksanaannya dengan peraturan-peraturan kementerian yang lain. Pemerintah Indonesia
juga telah melaksanakan berbagai upaya lain untuk membuat investasi energi panas bumi
lebih menarik. Geothermal Fund Facility (GFF) menyediakan dukungan untuk memitigasi
resiko-resiko dan menyediakan informasi mengenai biaya pengembangan awal geothermal
yang relatif tinggi.
7
Halangan lain di Indonesia adalah tarif listrik yang tidak kompetitif. Melalui subsidi
pemerintah, tarif listrik menjadi murah. Selain itu, Perusahaan Listrik Negara (PLN)
memiliki monopoli distribusi listrik di Indonesia dan karena itu energi listrik dari produsen-
produsen independen harus dijual kepada PLN. Namun, di Juni 2014, Pemerintah Indonesia
mengumumkan akan membuat harga pembelian (dibayar oleh PLN) menjadi lebih menarik
melalui kebijakan tarif feed-in yang baru.
Fluida kerja ini bekerja pada siklus tertutup. Teknologi siklus biner
dikembangkan untuk memanfaatkan sumber panas bumi yang mempunyai kondisi
dan karakteristik sebagai berikut: Sumber panas bumi yang menghasilkan fluida
enthalpy rendah sampai dengan menengah. Fluida panas bumi dengan temperatur
<150°C menjadi tidak ekonomis jika dimanfaatkan untuk membangkitkan listrik
dengan teknologi konvensional seperti flashing sistem.
Pada teknologi konvensional, kandungan NCG yang tinggi (>5%) akan cepat
terakumulasi di dalam kondenser sehingga diperlukan pompa dengan kapasitas
yang cukup besar untuk mengeluarkan gas-gas tersebut. Penggunaan pompa
tersebut akan meningkatkan daya parasit di dalam pembangkit yang dapat
menyebabkan ketidak-ekonomisan pembangkit tersebut.
Dengan menerapkan teknologi siklus biner, NCG tidak akan masuk ke dalam
sistem pembangkit sehingga fluida dengan kandungan NCG tinggi masih layak
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Proses kerja PLTP siklus biner dapat dilihat
pada diagram alir di Gambar 2.1. Sistem ini terdiri dari sumur produksi dan sumur
reinjeksi termasuk jaringan pipanya, evaporator, kondensor dan sistem
pendinginannya, pompa fluida kerja, turbin generator dan peralatan pendukung
pembangkit. Pada proses kerjanya, fluida panas bumi.\
Dalam contoh ini adalah brine, dialirkan kedalam preheater atau evaporator,
dimana energi panas ditransfer kepada fluida kerja. Setelah keluar dari alat penukar
panas, brine tersebut akan direinjeksi kedalam bumi.
Proses kerja siklus ini berdasarkan pada rankine cycle dengan urutan proses
sebagai berikut: Fluida kerja yang telah dipanaskan dari fase cair ke fase gas
kemudian dimasukkan ke dalam turbin yang dikopel dengan generator untuk
membangkitkan listrik. Setelah terjadi ekspansi ke tekanan atau temperatur yang
lebih rendah di dalam turbin, uap fluida kerja akan dikondensasi menjadi cair oleh
media pendingin seperti air atau udara.
Pada teknologi pembangkit panas bumi, jenis rankine cycle yang biasa
diterapkan pada sistem siklus biner adalah subcritical rankine cycle. Secara
termodinamika, proses kerja PLTP siklus biner dapat dilihat melalui diagram Ph
(Pressure vs Enthalpy) seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.2.
Gambar 2.2. Diagram pressure-enthalpy untuk PLTP siklus biner (DiPippo, 2008)
Yang dapat merusak turbin ataupun karena kondisi brine (tekanan dan
temperatur sumur) yang tidak cukup tinggi untuk memutar turbin
konvensional/uap. Dalam aplikasi PLTP siklus biner, tidak ada fluida kerja ideal
yang dapat memenuhi seluruh kriteria, namun begitu ada beberapa kriteria utama
yang harus dipenuhi diantaranya:
Suhu kritis adalah suhu dimana fase cair dan fase gas suatu senyawa tidak
dapat dibedakan lagi. Fluida kerja yang baik memiliki suhu kritis yang lebih rendah
dari suhu kritis brine, karena akan memberikan driving force perpindahan panas
yang baik.
2. Tekanan kondensasi
3. Faktor I
Bila nilai faktor I < 1, kondisi fluida kerja keluar turbin masih dalam kondisi
superheat. Namun jika faktor I > 1, sebagian fluida tersebut sudah mulai terkondensasi.
Selain dapat menurunkan efisiensi turbin, fluida kerja yang terkondensasi juga dapat
menimbulkan kerusakan serius pada turbin.
1. Uap di-supply dari sumur produksi melalui sistem transmisi uap yang kemudian
masuk ke dalam Steam Receiving Header sebagai media pengumpul uap. Steam
Receiving Header dilengkapi dengan Rupture Disc yang berfungsi sebagai
pengaman terakhir unit .Bila terjadi tekanan berlebih (over pressure) di dalam
Steam Receiving maka uap akan dibuang melalui Vent Structure.Vent
Structure berfungsi untuk warming-up di pipe line ketika akan start unit dan
sebagai katup pengaman yang akan membuang tekanan bila sudden trip terjadi.
2. Dari Steam Receiving Header uap kemudian dialirkan ke Separator (Cyclone
Type) yang berfungsi untuk memisahkan uap (pure steam) dari benda-benda
asing seperti partikel berat (Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia,
Fluor dll).
3. Kemudian uap masuk ke Demister yang berfungsi untuk memisahkan moisture
yang terkandung dalam uap, sehingga diharapkan uap bersih yang akan masuk
ke dalam Turbin.
4. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi dari Energi Kalor
yang terkandung dalam uap menjadi Energi Kinetik yang diterima oleh sudu-
sudu Turbin. Turbin yang dikopel dengan generator akan menyebabkan
14
generatkut berputar saat turbin berputar sehingga terjadi konversi dari Energi
Kinetik menjadi Energi Mekanik.
5. Generator berputar menghasilkan Energi Listrik (Electricity)
6. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di dalam Condensor
dengan sistem Jet Spray (Direct Contact Condensor).
7. NCG (Non Condensable Gas) yang masuk kedalam Condensor dihisap
oleh First Ejector kemudian masuk ke Intercondensor sebagai media pendingin
dan penangkap NCG. Setelah dari Intercondensor, NCG dihisap lagi
oleh Second Ejector masuk ke dalam Aftercondensor sebagai media pendingin
dan kemudian dibuang ke atmosfir melalui Cooling Tower.
8. Dari Condensor air hasil condensasi dialirkan oleh Main Cooling Water
Pump masuk ke Cooling Tower. Selanjutnya air hasil pendinginan dari Cooling
Tower uap kering disirkulasikan kembali ke dalam Condensor sebagai media
pendingin.
9. Primary Cooling System disamping sebagai pendingin Secondary Cooling
System juga mengisi air pendingin ke Intercondensor dan Aftercondensor.
10. Overflow dari Cold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk
kepentingan Reinjection Pump.
11. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan mengisi Basin Cooling
Tower.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Xia, L., & Zhang, Y. (2019). An overview of world geothermal power generation and
a case study on China—The resource and market perspective. Renewable and
Sustainable Energy Reviews, 112(June), 411–423.
https://doi.org/10.1016/j.rser.2019.05.058
https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komoditas/energi-panas-
bumi/item268
https://ezkhelenergy.blogspot.com/2011/07/pembangkit-listrik-tenaga-panas-
bumi.html
https://alamendah.org/2014/10/27/kelebihan-dan-kekurangan-energi-geothermal/
https://rakhman.net/power-plants-id/prinsip-kerja-pltp/