OLEH :
ASEP SAEPUL WAHYU
181252096
KELAS MALAM B
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan :
- Mengetahui lebih jauh bahwa geothermal dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
alternatif.
- Mensosialisasikan bahwa geothermal berpotensi menjadi sumber energi pengganti minyak
bumi.
1.4 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah melalui studi literatur, yaitu dengan cara
mengumpulkan informasi dari internet.
BAB II
PEMBAHASAN
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Salah satu energi alternatif yang dapat menghasilkan energi listrik dalam jumlah yang sangat besar
dan ramah lingkungan adalah energi geothermal. Energi geothermal berasal dari panas bumi yang
tidak membutuhkan media penyimpanan seperti energi alternatif lainnya sehingga bisa digunakan
untuk melengkapi energi terbarukan lainnya, seperti matahari, angin dan air. Selain memiliki
dampak negatif yang kecil terhadap lingkungan, energi geothermal juga tidak
menghasilkan emisi gas. Selain itu, keuntungan dari energi alternatif yang berasal dari geothermal
adalah sumber energi yang tidak akan habis dan bisa di daur ulang.
Teknologi yang umumnya dipakai untuk mengubah energi geothermal menjadi energi listrik
dibagi menjadi 3, yaitu Flash Steam Power Plant, Binary Cycle Power Plants, dan Combined
Cycle (Flash and Binary) Combined Cycle Power Plants. Selain menggunakan teknologi di atas,
energi geothermal juga dapat digunakan secara langsung ( direct use ) tapi dengan syarat sumber
energi geothermal tersebut memiliki temperatur rendah, yaitu kurang dari 150 derajat
celcius. Permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia dalam masalah pengembangan energi
alternatif yang berasal dari geotermal adalah besarnya dana yang dibutuhkan dan waktu yang
relative lama untuk eksplorasi gheotermal itu sendiri. Selain itu teknologi yang di gunakan untuk
pemanfaatan geotermal itu sendiri juga menjadi permasalahan. Jadi permasalahan sumber energi
geotermal adalah pada pemanfaatannya yang masih belum maksimal.
3.2 Saran
Penggunaan energi alternatif yang berasal dari energi geotermal patut dicoba karena ramah
lingkungan dan merupakan sumber energi yang tidak akan habis dan dapat di daur ulang. Energi
alternatif geothermal perlu lebih disosialisasikan lagi ke masyarakat, agar seluruh lapisan
masyarakat dapat mengembangkan teknologi ini. Selain itu pemerintah diharapkan dapat
memberikan perhatian lebih kepada lapisan masyarakat yang mau mempelajari
dan mengembangkan teknologi ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2005/5/17/i2.htm
http://tv.kompas.com/content/view/4094/2/
http://www.energiportal.com/mod.php?mod=publisher&op=viewarticle&cid=41&artid=626
http://www.ugm.ac.id/index.php?page=rilis&artikel=1427
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Blast Furnace (BF)
Blast furnace (dapur tinggi) adalah tanur metalurgi digunakan untuk peleburan untuk
memproduksi industri logam, umumnya ferro. Dalam dapur tinggi, bahan bakar, bijih, dan
kapur terus dipasok melalui bagian atas tanur, sementara udara (kadang-kadang dengan
pengayaan oksigen) yang ditiupkan ke bagian bawah tanur, sehingga reaksi kimia
berlangsung sepanjang tanur sebagian bahan bergerak ke bawah pada bagian tanur. Produk
dari dapur tinggi biasanya berupa logam cair dan terak fase disadap dari bawah, dan gas buang
yang keluar dari bagian atas tanur. Aliran ke bawah dari bijih besi dan fluks dalam kontak
dengan upflow panas, karbon monoksida yang kaya gas pembakaran merupakan proses
pertukaran perlawanan. Blast furnace atau dapur tinggi harus dikontraskan dengan tanur udara
(seperti tanur reverberatory) oleh konveksi dari gas panas di buang cerobong asap. Menurut
pengertian dalam arti luas, bloomeries untuk ferro, rumah meniup untuk timah, dan pabrik
smelt untuk memimpin akan diklasifikasikan sebagai dapur tinggi atau blast furnace. Namun,
sebutan ini biasanya terbatas dengan digunakannya untuk peleburan iron ores untuk
memproduksi pig iron, bahan antara yang digunakan dalam produksi besi dan baja komersia.
Dapur tinggi digunakan untuk mengolah iron ores menjadi besi kasar. Besi kasar yang
dihasilkan oleh dapur tinggi tersebut dimasukkan kedalam dapur/ konveerter, untuk dijadikan
baja, baja tuang, atau besi tuang. Bahan - bahan yang diperlukan dalam proses dapur tinggi
untuk mengubah biji besi menjadi besi kasar, antara lain : Batu kapur (fluks), Bijih besi, bahan
bakar (kokas) dan udara panas. Iron ores diperoleh dari proses penambangan dan proses
pemisahan (extraction), iron ores merupakan bahan utama yang akan diubah menjadi besi
kasar.
1. Batu kapur : batu kapur bertindak sebagai pengikat kotoran (fluks), jadi pengotor pengotor
yang ikut tercampur pada cairan besi yang akan mengurangi kualitas besi kasar akan diikat
oleh batu kapur dan dibuang menjadi terak.
2. Bahan Bakar : Bahan bakar yang umum diqunakan dalam proses dapur tinggi biasanya
adalah kokas. Tapi bahan bakar lain seperti arang kayu juga antrasit juga bisa digunakan.
3. Udara panas : Digunakan untuk melangsungkan pembakaran dengan bahan bakar menjadi
CO2 dan gas CO untuk menghasilkan panas, Udara panas dihembuskan dengan maksud agar
pembakaran sempurna, lebih cepat, sehingga kebutuhan kokas berkurang. Udara panas
dihasilkan oleh dapur cowper.
Dapur tinggi pada umumnya diletakkan tidak jauh dari daerah penyimpanan atau pengadaan
bahan yang akan diolah, seperti iron ores atau bijih besi, bahan bakar, dan batu kapur.
Tujuannya untuk mempermudah dan mempercepat proses pengisian bahan mentah ke dalam
dapur tinggi sehingga dapat memperlancar produksi besi kasar. Blast firnace atau dapur tinggi
terdiri dari kerangka baja yang terdiri tegak lurus hampir membentuk seperti sebuah silinder.
Tanur ini mempunyai tinggi sekitar 30 meter dan diameter sekitar 6 meter. Pada bagian dalam
tanur telah disediakan batu tahan api dan dilengkapi dengan alat yang digunakan untuk
memasukan bahan – bahan di bagian atas, sedangkan di bagian bawah terdapat tempat
pengumpulan besi dan terak cair.
2.2 Konstruksi Dapur tinggi atau blast furnace dan cara kerjanya
Dapur tinggi atau blast furnace mempunyai bentuk dua buah kerucut yang berdiri menjadi
satu di atas yang lain pada alasnya. Di bagian atas adalah tanurnya yang melebar ke bawah,
sehingga muatannya dengan mudah meluncur ke bawah dan tidak terjadi hambatan. Bagian
bawah melebar ke atas dengan tujuan agar muatannya tetap berada di bagian ini. Dapur tinggi
atau blast furnace terbuat dari susunan batu tahan api yang diberi selubung baja pelat untuk
memperkokoh konstruksinya. Tanur ini diisi dari atas dengan alat pengisi. Berturut-turut
dimasukkan kokas, bahan tambahan (batu kapur) dan iron ores. Kokas adalah arang batu bara
yaitu batu bara yang sudah didestilasikan secara kering dan mengandung belerang yang sangat
rendah sekali. Kokas berfungsi sebagai bahan bakarnya dan membutuhkan zat asam yang
banyak sebagai pengembus. Agar proses dapat berjalan dengan cepat udara pengembus itu
perlu dipanaskan terlebih dahulu di dalam dapur pemanas udara. Besi cair di dalam dapur
tinggi, kemudian dicerat dan dituang menjadi besi kasar, dalam bentuk balok-balok besi kasar
yang digunakan sebagai bahan ancuran untuk pembuatan besi tuang (di dalam dapur kubah),
atau dalam keadaan cair dipindahkan pada bagian pembuatan baja di dalam konvertor atau
dapur baja yang lain, misalnya dapur Siemen Martin. Batu kapur sebagai bahan tambahan
gunanya untuk mengikat abu kokas dan batu-batu ikutan hingga menjadi terak yang dengan
mudah dapat dipisahkan dari besi kasar. Terak itu sendiri di dalam proses berfungsi sebagai
pelindung cairan besi kasar dari oksida yang mungkin mengurangi hasil yang diperoleh
karena terbakarnya besi kasar cair itu. Batu kapur yang terurai akan mengikat batu-batu yang
terangkut dan unsur-unsur lainnya.
Prinsip Kerja Blast Furnace/ Dapur Tinggi
Proses produksi didalam dapur tinggi ada 4 tahap :
1. Proses pemasukan muatan
2. Proses reduksi
3. Proses pencairan
4. Hasil produksi dapur tinggi
1) Proses Pemasukan Muatan : Yang dimaksud dengan muatan dapur tinggi adalah isi dari
dapur tinggi yang terdiri atas bahan bakar kokas, biji besi dan bahan tambah yang berupa batu
kapur.
2) Proses Reduksi : Reduksi yaitu Oksid arang C(O) dan kokas serta zat arang C. Proses ini
terjadi sangat cepat. Pada proses reduksi terbagi menjadi 3 daerah, yaitu: a. Daerah
pengeringan Daerah paling atas, terdapat gas CO2 b. Daerah reduksi Muatan akan mulai
melebur dan bergerak kebawah mendekati daerah pencairan c. Daerah pencairan
3) Proses Pencairan : Muatan dapur tinggi yang berisi kokas, biji besi dan batu kapur setelah
mengalami pemanasan akan bergerak kebawah. Dalam perjalanan dari atas ke bawah
mengalami proses reduksi.
4) Hasil produksi dapur tinggi : Besi kasar sebagai bahan dasar pembuatan bajada gas dapur
tinggi.
2.4 Reaksi Kimia Dalam Blast Furnace dan Efisiensi Gas Blast Furnace
Metode dapur tinggi/ blast furnace modern secara ringkas adalah sebagai berikut: Pada waktu
iron ores/ bijih-bijih besi, bahan bakar dan tambah dimasukkan kedalam dapur,partama-tama
dihilangkan kelembaban dan kadar air pada daerah suhu 200-30o°C. Dengan meningkatnya
suhu, terjadinya reaksi tak langsung terhadap bijih-bijih besi dengan reaksi sbb:
1. 3 Fe2O3 + CO -> 2 Fe3O4 + CO2
2. 2 Fe2O3 + 6CO -> 4 Fe + 6 CO2
Pada suhu -> 535OC, carbon monoksida mulai terurai menjadi karbon bebas dan karbon
dioksida, dengan reaksi sbb :
3. Fe3O4 + CO -> 3 FeO + CO2 Pada suhu ± 400 °C
reduksi langsung terdapat iron ores sebagai berikut :
4. Fe2O3 + C -> 2 FeO + CO
5. Fe3O4 + C -> 3 FeO + CO
Saat daerah suhu 700 – 800 0C reduksi langsung ferro oksida mulai dengan membentuk besi
spong yang mengandung karbon.Reaksi ini terjadi antara pertengahan (setengah jalan antara
puncak dan dasar dapur tinggi).Batu kapur terurai pada suhu 800°C. dan dolomit pada suhu
1075OC dengan reaksi :
6. CaCO3 -> CaO + CO2 MgCO3 -> MgO + CO2
Sementara besi spong memperoleh kandungan karbon yang menurunkan titik lebur dan dalam
peleburan menyerap karbon dari kokas semakin lama scmakin banyak.Batu kapur mengikat
kotoran-kotoran bijih besi dan abu kokas.Semakin ke bawah suhu semakin meningkat dan
terjadi reduksi langsung paduan dan metalloid dean reaksi sbb;
7 a. SiO2 + 2C -> Si + 2CO
b. MnO + C -> Mn + CO
c. P205 + 5C -> 2P + 5CO
d. FeS + CaO + C -> CaS + Fe + CO
3.1 Kesimpulan
Iron ores atau bijih besi adalah bahan baku pembuatan besi yang dapat berupa senyawa oksida,
karbonat, dan sulfida serta tercampur sengan unsur lain misalnya silikon. Bijih besi diolah
dalam tanur atau dapur tinggi untuk menghasilkan besi kasar. Besi kasar adalah bahan baku
untuk pembuatan besi cor (cast iron), besi tempa (wrought iron), dan (baja (steel). Ketigaa
macam bahan itu banyak dipakai dalam bidang teknik.
Blast Furnace/ Dapur tinggi pada diletakkan di dekat daerah penyimpanan atau
pengadaan bahan yang akan diolah, seperti bijih besi, bahan bakar, dan batu kapur. Tujuannya
untuk mempermudah dan mempercepat proses pengisian bahan mentah ke dalam dapur tinggi
sehingga dapat memperlancar produksi besi kasar. Dapur tinggi terdiri dari kerangka baja yang
terdiri tegal lurus dan mendekati bentuk silinder. Dapur itu mempunyai tinggi sekitar 30 meter
dan diameter sekitar 6 meter. Pada bagian dalam dapur disediakan batu tahan api dan
dilengkapi dengan alat pemasukan bahan – bahan pada bagian atas, sedangkan pada bagian
bawah terdapat tempat pengumpulan besi dan terak cair. Pemanfaatan hasil produk dalam
dunia teknik antara lain :plat baja, ,mur baut, poros engkol, batang torak, roda gigi, palu/martil,
alat-alat penjepit/klem, untuk membuat pegas, pahat potong, pegas, gergaji, martl, bantalan,
peluru.
OPTIMASI ENERGI POMPA
I PENDAHULUAN
Menurut asosiasi pompa Inggris atau Britis Pump Manufacturers Association (BPMA) 20% energi
dunia di gunakan oleh pompa dan 95% terpasang oves size. Mengapa pemborosan penggunaan
energi pada pompa bisa terjadi pemborosan yang luar biasa? Biasanya yang terjadi pada
perencanaan pemasangan pompa terjadi kesalahan-kesalahan yang pada
umumya tidak di sadari oleh pengguna maupun operator pompa, nampun kesalahan ini tidak
mutlak kesalahan pengguna, kesalahan ini biasanya di mulai oleh konsultan teknis yang
memberikan safety margin yang kurang memperhitungkan Otimalisasi energi. Pada pemasangan
pompa dengan alasan safety margins, Q&H sengaja ditambahkan pada perkiraan
awal sistem pompa. Kemudian karena banyak orang terlibat dalam pengambilan keputusan
pembelian pompa dan masing–masing merekomendasikan tambahan kapasitas.
Mengantisipasi keperluan yang lebih besar dimasa mendatang sehingga membeli pompa yang
lebih besar daripada yang diperlukan sekarang. Karena ukuran pompa yang ada di dealer tidak
persis sama dengan yang diinginkan, maka ukuran yang besar tidak dapat dihindari. Ukuran
pompa (spare parts inventory) terbatas . Biaya pembelian tidak ada, maka tidak ada pilihan
kecuali menggunakan cadangan yang tersedia. Pembelian / penggantian dilakukan dengan
mengikuti ukuran pompa yang lama yang sebenarnya adalah juga over sized.
Kunci sukses dari optimalisasi energi adalah adanya pengelola energi yang bertanggungjawab
atas pengelolaan energi dan menghubungkan semua masalah tentang energi yang terjadi di
bagian utilitas/teknik dengan biaya energi yang dibayar oleh perusahaan.
a. Tujuan Penulisan
Tulisan ini diharapkan bermanfaat bagi petugas energi atau operator yang ingin memahami
pronsip-prinsip tentang :
- Optimasi energi pompa
- Faktor – faktor yang mempengaruhi efisiensi Pompa
- Identifikasi potensi penghematan energi pada Pompa
b. Batasan Masalah
Penulisan akan di batasi permasalahan mengenai optimasi energi pada Pompa yang berdampak
pada besarnya penggunaan energi.
V. KESIMPULAN
Menghemat energi menjadi menarik bagi masyarakat khususnya industri dan bangunan
komersil mengingat fraksi biaya energinya cukup tinggi dalam biaya operasi keseluruhan.
Potensi penghematan energi pada sebagian besar industri berkisar antara 10 - 20 %. Sebagian
besar potensi ini dapat dengan mudah diimplementasikan melalui perbaikan prosedur operasi
dan pemeliharaan yang relaitif tidak memerlukan investasi atau hanya dengan sedikit investasi.
Penghematan energi yang lebih besar hingga 30 % dapat diperoleh jika dlakukan modifikasi
namun memerlukan investasi dengan payback kurang dari 2 tahun. Fakta di beberapa Indutri
menunjukkan bahwa biaya energi tidak terkontrol dengan baik dan pasrah saja terhadap
keadaan yang terjadi. Dari berbagai hasil survei diketahui bahwa umumnya bagian teknik yang
sehari hari menangani masalah energi tidak mengetahui jumlah tagihan energi tiap bulannya,
tagihan listrik dan energi dibayar oleh bagian keuangan dan disampaikan dalam laporan
tahunan.
Ini adalah salah satu permasalahan mengapa kita belum berhasil dalam program penghematan
energi. Kunci sukses dari management energi adalah adanya pengelola energi yang
bertanggungjawab atas pengelolaan energi dan menghubungkan semua masalah tentang
energi yang terjadi di bagian utilitas/teknik dengan biaya energi yang dibayar oleh perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Able, Stephen D., B.S. (M.E.), MBA, M.S. (Eng), P.E. Diaphrag pump Mps, Late Principal
Engineer, Ingersoll-Rand Fluid Products, Bryan, Oh
Addie, Graeme, B.S. (M.E.) Application and Construction of Centrifugal, Solids handling pump,
Vice President, Engineering And R&D, GIW Industries, Inc., Grovetown, GA
Tullo,C . J., P.E. Centrifugal Pump Priming, Chief Engineer (Retired), Centrifugal Pump
Engineering, Worthington Pump, Znc., Harrison, NJ
Lev Nelik, P.E., APICS and Jim Brennan 2005, Progressing Cavity Pumps, Downhole Pumps,
And Mudmotors, Gulf Publishing Company, Houston,Texas.
SISTEM MINIMUM MEKATRONIKA PRINTER 3D BERBASIS DLP
UNTUK PERKEMBANGAN TEKNOLOGI INDONESIA
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan teknologi dunia saat ini telah muncul teknologi terbaru Printer 3D yang
memiliki beberapa kelebihan yang cocok untuk pengembangan teknologi di Indonesia. Dengan
adanya dukungan teknologi yang ada saat ini dan pengetahuan maka menginovasi adanya printer 3D
untuk dapat digunakan dan dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang seperti bidang industri,
bidang kedokteran, maupun pembuatan miniatur-miniatur atau prototype, yang mempunyai tingkat
kesulitan tinggi dalam pembentukannya. Salah bidang kedokteran telah menerapkannya, dokter dari
cina melakukan terobosan baru dalam pemanfaatan teknologi untuk pengobatan dengan mencetak
tulang belakang dari printer 3D dan memasangkannya ke tubuh pasien. Salah satu perkembangan
baru ini di umumkan departemen ortopedi peking university third hospital. Mereka melakukan
percobaan klinis terhadap sebuah tipe baru ortopedi yang dicetak 3D yaitu tulang belakang artificial
tubuh manusia. Direktur departemen ortopedi Liu Zhong Jun mengungkapkan optimisnya atas
kesuksesan implant, dia menyatakan bahwa seluruh pasien yang menerima implant itu pulih dengan
baik. Sehingga menginovasi untuk membuat printer 3D yang menggunakan proyektor jenis Digital
Light Processing ( DLP ) yang mudah dan tidak memakan banyak waktu serta memiliki produk yang
dihasilkan memiliki tahan waktu yang lebih lama serta memiliki nilai kepresisian cukup tinggi untuk
menunjang industri kreatif dengan berbagai desain. Prosesnya sangat sederhana, cahaya menerangi
resin dan resin mengeras. Untuk lebih tepat kuantitas cahaya jatuh / bersinar ke resin, jika energi
cahaya yang cukup tinggi itu akan mendorong polimerisasi dari resin. Hal pertama adalah untuk
menentukan sumber cahaya. Bagian kunci dalam hal ini adalah jumlah energi cahaya atau Dosis,
sebuah satuan panas yang berasal dari dunia radiologi. Dosis ini dibagi dalam tiga vektor, yaitu energi
foton, intensitas cahaya dan durasi pencahayaan, bersama-sama memberikan dosis total energi.
Biasanya UV hanya diukur untuk bagian tertentu dari spektrum. Sisa cahaya biasanya akan
dipantulkan atau diserap dan dikonversi ke panas. Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan bahwa
untuk dapat mencetak dengan berbagai resin, sinar UV harus sebanyak mungkin dalam cahaya.
Intensitas pencahayaan, atau fluks bercahaya adalah jumlah Foton per unit waktu yang dipancarkan
oleh sumber cahaya. Semakin lama Anda menerangi resin semakin dalam cahaya menembus
sehingga lebih keras dan lebih tebal hasil dari lapisan. waktu pencahayaan adalah faktor lain yang
perlu dipertimbangkan karena ini menentukan ketebalan membangun lapisan.Sumber cahaya harus
intensitas tinggi sehingga waktu pencahayaan bisa sesingkat mungkin sehingga memungkinkan
untuk lebih cepat membentuk benda kerja. Suatu hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa
sumber cahaya harus sangat dikontrol ketika penyinaran dan ketika jeda.
TINJAUAN PUSTAKA
Arduino
Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, dirancang untuk
memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai bidang. Hardwarenya memiliki prosesor Atmel
AVR dan softwarenya memiliki bahasa pemrograman sendiri. Arduino juga merupakan platform
hardware terbuka yang ditujukan kepada siapa saja yang ingin membuat purwarupa peralatan
elektronik interaktif berdasarkan hardware dan software yang fleksibel dan mudah digunakan.
Mikrokontroler diprogram menggunakan bahasa pemrograman arduino yang memiliki kemiripan
syntax dengan bahasa pemrograman C. Karena sifatnya yang terbuka maka siapa saja dapat
mengunduh skema hardware arduino dan membangunnya. Arduino menggunakan keluarga
mikrokontroler ATMega yang dirilis oleh Atmel sebagai basis, namun ada individu/perusahaan yang
membuat clone arduino dengan menggunakan mikrokontroler lain dan tetap kompatibel dengan
arduino pada level hardware. Untuk fleksibilitas, program dimasukkan melalui bootloader meskipun
ada opsi untuk membypass bootloader dan menggunakan downloader untuk memprogram
mikrokontroler secara langsung melalui port ISP.
Proyektor DLP
Digital Light Processing (DLP) adalah satu lagi proses 3D Printing yang sangat mirip dengan
stereolithography. Teknologi DLP diciptakan pada tahun 1987 oleh Larry Hornbeck dari Texas
Instruments dan menjadi sangat populer dalam produksi Proyektor. Menggunakan cermin mikro
digital diletakkan pada chip semikonduktor. Teknologi ini digunakan untuk proyektor film, ponsel
dan cetak 3D. 3D DLP pencetakan bekerja dengan photopolymers. 3D DLP umumnya menggunakan
lebih banyak sumber konvensional lampu seperti lampu busur. Bagian penting lainnya dari proses
adalah panel layar kristal cair, yang sedang diterapkan ke seluruh permukaan bahan selama
menjalankan tunggal proses DLP. Bahan yang akan digunakan untuk pencetakan adalah cairan resin
plastik yang ditempatkan dalam wadah resin transparan. resin mengeras cepat ketika dipengaruhi
oleh sejumlah besar kecepatan pencetakan cahaya. Lapisan bahan mengeras dapat dibuat dengan
printer tersebut dalam beberapa detik. Ketika lapisan selesai akan bergerak naik dan lapisan
berikutnya mulai dikerjakan. Hasil cetak tersebut kuat dan memiliki resolusi yang sangat baik.
Keuntungan yang besar dari DLP adalah hasil produksi detail, serta menghasilkan biaya yang lebih
rendah dan berkurangnya limbah.
Gambar 1. Diagram Pengolahan Cahaya Digital
Photopolymer
photopolymer merupakan polimer yang berubah sifat-sifatnya bila terkena cahaya di daerah
ultraviolet atau terlihat dari spektrum elektromagnetik. Perubahan ini sering berbentuk struktural,
misalnya pengerasan material terjadi akibat dari cross-linking ketika terkena cahaya.
Contoh ditunjukkan pada gambar di bawah ini menggambarkan campuran monomer, oligomer, dan
photoinitiators yang sesuai menjadi bahan polimer mengeras melalui proses yang disebut curing.
Berbagai macam aplikasi teknologi yang berguna mengandalkan photopolymers, misalnya beberapa
enamel dan pernis tergantung pada formulasi photopolymer untuk pengerasan yang tepat setelah
terpapar cahaya. Dalam beberapa kasus, sebuah enamel dapat mengeras dalam sepersekian detik
saat terkena cahaya. Bahan ini secara luas digunakan untuk teknologi medis, percetakan, dan
photoresist.
Setelah mendapatkan komponen pada tabel di atas, sesuaikan instalasi seperti pada gambar di bawah
ini
i. Klik slice untuk memulai pemotongan design. pengaturan ketebalan per slice benda kerja
berpengaruh untuk menentukan seberapa kepresisiannya.
j. Posisikan stage/pembawa hasil benda kerja pada posisi menempel pada bahan pholymer.
k. Setelah itu klik start. Printer 3D siap untuk mencetak sesuai dengan desain pada program PC.
(a) (f)
(b) (g)
(c) (h)
(d)
(i)
(e)
(j)
Gambar 4.9 Pemrosesan benda kerja per slice
KESIMPULAN
Dari hasil desain sistem minimum printer 3D memungkinkan alat ini dapat digunakan untuk
pembuatan berbagai prototype dengan berbagai desain. Sehingga dapat memicu perkembangan
teknologi di indonesia tanpa keterbatasan dalam pembentukan bahan dengan tingkat kesulitan
dan kepresisian tinggi. Perkembangan teknologi yang cukup pesat saat ini mampu memberikan
pandangan tentang apa yang terjadi pada teknologi printer 3D yang mampu mengambil peran
yang cukup besar dalam kehidupan manusia di masa depan.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Lubis, S., & sutanto, D. 2014. Pengaturan orientasi posisi objek pada proses rapid prototyping
menggunakan 3D printer terhadap waktu proses dan kwalitas produk. Vol.15 : 27-34.
[2] Finnes, tyler. 2015. High Definition 3D Printing Comparing SLA and FDM Printing Technologies.
Vol. 13 : 3.
I. EFISIENSI ENERGI TERMAL SISTEM BOILER DI INDUSTRI
A. Masalah
Penggunaan teknologi yang memanfaatkan energi secara efisien dan optimal dalam proses
produksinya sangat berpengaruh terhadap biaya operasional. Salah satu langkah penting
dalam upaya penghematan energi adalah melakukan audit energi yang merupakan suatu
usaha untuk mendapatkan gambaran menyeluruh mengenai situasi pemakaian energi dari
suatu sistem/fasilitas yang mengkonsumsi energi. Tujuannya adalah untuk mengetahui
antara lain: neraca pemakaian energi, efisiensi peralatan konversi energi, konsumsi energi
spesifik, dan sumber-sumber pemborosan energi guna mendapatkan langkah-langkah
penghematan/efisiensi energi yang layak untuk dilaksanakan.
B. Metodologi
a. Melakukan survei dan pengumpulan data lapangan (on the spot data).
b. Menganalisis dan mengkaji potensi penghematan energi dan menentukan benchmark
intensitas konsumsi energinya.
c. Menentukan prioritas penerapan konservasi energi yang layak (feasible) untuk
dilaksanakan dan melakukan analisis teknoekonomi dan finansial dengan
mempertimbangkan net benefit and cost (B/C) ratio, net present value (NPV), internal
rate of return (IRR), sensitivity analysis, serta payback period
C. Hasil
Dari hasil pengamatan lapangan, pengumpulan dan analisis data yang dilakukan serta
kalkulasi terhadap beberapa peralatan pengguna energi utama, terdapat banyak peluang
penghematan/ konservasi energi yang dapat dilakukan. Dalam waktu yang relatif singkat,
analisis peluang konservasi energi tidaklah dapat dilakukan pada semua peralatan dan
proses. Untuk itu improvisasi dan usaha internal haruslah dilakukan dengan
berkesinambungan, sehingga proses optimal dan penggunaan energi yang efisien dapat
dilakukan sendiri oleh perusahaan.
D. DAFTAR PUSTAKA
Bakoren, 1998. Kebijaksanaan Umum Bidang Energi (KUBE). Badan Koordinasi Energi
Nasional, Jakarta.
DESDM, 2003. Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi.
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.
Herman A, et al., 2003. Hasil Audit Energi Direct Reduction Plant, UPT-LSDE, Puspiptek,
Serpong, Tangerang, 2003.
JICA and ECCJ., 2002. Energy Efficiency and Conservation, Textbook, Page 2 of 5, Japan.
Perry and Green., Perry’s Chemical Engineers Handbook, 6th Edition.
II. PENGHEMATAN ENERGI PADA SISTEM BOILER
A. Masalah
Terjadi rugi-rugi pada energi system distribusi uap.
B. Metodologi
Efisiensi Pembakaran
Manajemen pembakaran pada boiler dimaksudkan untuk mendapatkan kondisi
pembakaran suatu bahan bakar yang optimum. Kegiatan utama dalam manajemen
pembakaran adalah :
Menjaga agar pembakaran selalu berada pada ratio udara rendah (low air
ratio combustion)
Menjaga agar kapasitas burner beroperasi sesuai dengan beban boiler;
Memelihara (maintenance) burner.
Manajemen Air Umpan Boiler
Air umpan (feed water) boiler umumnya mengandung CaCO3 atau CaCO4. Adanya zat
tersebut menyebabkan permukaan pipa pemanas maupun drum boiler cenderung
terbentuk kerak dan bagian bawah drum boiler akan muncul endapan berupa lumpur.
C. Hasil
Efisiensi Pembakaran
Energi pada suatu sistem pembakaran dapat dihemat dengan cara mudah; yaitu dengan
mengurangi suhu gas buang dan persentase udara berlebih.
Jalaga (Boiler Soot)
D. DAFTAR PUSTAKA
A. J. Glassman, 1994, Turbine Design and Application, National Aeronautics and Space
Administration Washington, DC 20546.
B.H. Jennings & W.L. Rogers, 1953, Gas Turbine Analysis And Practice.
Cross, W., The Code : An Authorized History of the ASME Boiler and Pressure Vessel Code,
American Society of Mechanical Engineers, New York, New York, 1990.
Greene, A.M., History of the ASME Boiler and Pressure Vessel Code, American Society of
Mechanical Engineers, New York, New York, 1995.
Heinz, B. and Singh, M., Steam Turbines – Design, Applications and Rerating, 2nd Edition,
McGraw Hill, 2009.
Tony Giampaolo, MSME, PE, 2003, The Gas Turbine Handbook: Principles and Practices,
3rd edition, by The Fairmont Press. Inc. 700 Indian Trail, Lilburn, GA 30047.
III. SISTEM PEMANFAATAN PANAS TERBUANG PADA PROSES BLOWDOWN DI BOILER
A. Masalah
Dari gambar 1 tersebut menunjukkan bahwa dengan semakin besar laju blowdown pada
boiler dengan tekanan kerja yang semakin tinggi, maka jumlah heat loss yang terjadi juga
semakin besar. Ini menunjukkan bahwa rugi panas akibat proses blowdown untuk boiler
tekanan tinggi adalah besar, sehingga perlu dipasang suatu sistem untuk memanfaatkan
panas yang terbuang tersebut.
B. Metodologi
Manajemen blowdown pada dasarnya ada 2 bentuk; yaitu perbaikan kualitas air isian dan
mendapatkan kembali panas dari proses blowdown (heat recovery). Boiler dengan proses
blowdown kontinyu melebihi 5% dari laju uap, adalah merupakan prioritas yang baik untuk
menggunakan blowdown waste heat recovery. Semakin tinggi tekanan kerja boiler maka
semakin besar energi yang dapat dihemat/diambil kembali.
C. Hasil
Dari boiler melalui proses blowdown yang kontinyu, air dengan tekanan dan temperatur
tinggi serta prosentase tertentu dikeluarkan masuk ke tangki cetus (flash tank).
Pada flash tank terjadi proses penurunan tekanan yang signifikan. Penurunan tekanan di
flash tank akan menyebabkan sebagian dari air blowdown menguap membentuk uap
tekanan rendah (flash steam). Flash steam yang mempunyai tekanan rendah ini kemudian
digunakan untuk proses deaerasi (penghilangan kandungan oksigen/gas penyebab korosi
di air isian yang akan masuk ke boiler) di tangki deaerator. Air yang tidak menguap di flash
tank selanjutnya akan dimasukkan ke sebuah penukar kalor (heat exchanger). Karena air
ini mempunyai temperatur yang cukup tinggi, maka digunakan sebagai fluida panas untuk
pemanasan awal (preheat) air isian boiler yang dingin (cold feedwater). Keluar dari penukar
kalor air isian boiler sudah dalam bentuk pre-heated feedwater. Ini akan menghemat energi
untuk pemanasan awal air isian dengan memanfaatkan panas dari air blowdown boiler.
D. Daftar Pustaka
Anthony L Wright, 2003, Optimizing Boiler and Steam Efficiency, presented on Denver
“Saving Water” Workshop
Council of Industrial Boiler Owner (CIBO), 1997, Energy Efficiency Handbook
Eurotherm Process Automation Ltd, 1999, Boiler Blowdown Control
Sentry Equipment Corp, Continuous Blowdown Heat Recovery Systems; Installation,
Operating & Maintenance Instruction
Tranter PHE, Inc. 2000, Superchanger Boiler Blowdown Heat Recovery Applications
U.S. Department of Energy, 2001, Recover Heat from Boiler Blowdown, DOE/GO-10099-
995, 2pp
U.S. Department of Energy, 2002, Boiler Blowdown Heat Recovery Project Reduces
Systems Energy Losses at Agusta Newsprint, DOE/GO-102002-1536, 2pp
U.S. Department of Energy, 2003, Minimize Boiler Blowdown, DOE/GO-10099-054, 2pp
Kesimpulan :
Ide atau gagasan yang bisa dimunculkan dari jurnal tersebut yaitu pemanfaatan panas
terbuang dari proses blowdown.
Umumnya buangan dari blowdown langsung di masukan/dibuang ke sewer yang mana
dalam hal ini air buangan tidak bisa digunakan lagi secara langsung.
Dengan adanya penambahan/modifikasi ini, panas sisa dari blowdown dimanfaatkan untuk
menaikan temperature atau sebagai pemanasan awal feed water sebelum masuk deaerator
tank sehingga akan lebih menghemat energi dalam proses-proses selanjutnya.
PROSES MANUFAKTUR MATERIAL
KOMPOSIT (Fiber Reinforced Composite)
I PENDAHULUAN
Komposit dari bahan serat (fibrous composite) terus diteliti dan dikembangkan guna menjadi bahan alternatif
pengganti bahan logam, hal ini disebabkan sifat dari bahan komposit serat yang kuat dan mempunyai massa
yang lebih ringan dibandingkan dengan logam. Dalam penelitian ini, susunan komposit serat terdiri dari serat
dan matriks sebagai bahan pengikatnya. Adapun pengertian dari komposit merupakan perpaduan dari dua
material atau lebih yang memiliki fasa yang berbeda menjadi suatu material yang baru dan memiliki propertis
lebih baik dari keduanya. Bahan komposit telah dipergunakan dalam industri pesawat terbang, otomotif,
maupun untuk perabot rumah tangga. Penggunaan komposit diberbagai bidang tidak terlepas dari sifat-sifat
unggul yang memiliki komposit ringan, kuat, kaku, serta tahan terhadap korosi[1].
Salah satu bagian dari komposit adalah filler. Pada praktikum ini filler yang digunakan adalah fiber/serat. Fungsi
utama dari serat adalah sebagai penopang kekuatan dari komposit, sehingga tinggi rendahnya kekuatan
komposit sangat tergantung dari serat yang digunakan, karena tegangan yang dikenakan pada komposit mulanya
diterima oleh matrik akan diteruskan kepada serat, sehingga serat akan menahan beban sampai beban
maksimum[2] . Syarat dari fiber yang digunakan adalah mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter
bulknya (matriksnya) namun harus lebih kuat dari bulknya, serta harus mempunyai tensile strength yang tinggi.
II TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Komposit
Komposit didefinisikan sebagai suatu material yang terdiri dari dua komponen atau lebih yang memiliki sifat
atau struktur yang berbeda yang dicampur secara fisik menjadi satu membentuk ikatan mekanik yang dengan
struktur homogen secara makroskopik dan heterogen secara mikroskopik[3] . Material campuran tersebut akan
menghasilkan material yang baru yang memiliki sifat unggul dari material pembentuknya Komposit adalah
material yang terdiri dari beberapa komponen berbeda yang menunjukkan proporsi dari sifat kedua komponen
sehingga kombinasi tersebut dapat menghasilkan sifat yang lebih baik dari pembentuknya. Komposit terdiri dari
matriks yang bersifat kontinyu dan mengelilingi komponen lain, sedangkan yang lainnya adalah komponen yang
tersebar atau filler.
Kebanyakan material komposit dibuat untuk meningkatkan karakteristik mekaniknya dan fisik, seperti
kekakuan, ketangguhan, ambient, kekuatan pada temperature tinggi, insulasi listrik, ketahanan fatik, ketahanan
korosi, berat, ketahanan gesek, tampilan, konduktivitas thermal, dan sebagainya. Sifat dari komposit merupakan
fungsi dari sifat komponen pembentuknya, jumlahnya, dan geometri dari filler. Adapun klasifikasi berdasarkan
filler dari komposit adalah sebagai berikut[4] :
a Filler partikel merupakan komposit yang mengandung bahan penguat berbentuk partikel atau serbuk. Partikel
sebagai bahan penguat sangat menentukan sifat mekanik dari komposit karena meneruskan beban yang
didistribusikan oleh matrik. Ukuran, bentuk, dan material partikel adalah faktorfaktor yang mempengaruhi sifat
mekanik dari komposit partikel. [Andri Sulian, 2008]. Perbedaan mendasar antara large-particle dengan
dispersionstrengthened adalah berdasarkan pada mekanisme penguatan. Untuk large-particle digunakan untuk
mengindikasikan ineraksi antara partikel dan matriks tidak dapat dilakukan pada level atomic atau molekular,
sehingga mekanisme penguatan sangat tergantung pada ikatan antara matriks dan partikel. Sedangkan untuk
komposit dispersionstrengthened, partikel lebih dan 100 nm). Interaksi partikel dan matriks yang menyebabkan
mekanisme penguatan berlangsung pada level atomik atau molekular. Mekanisme penguatan mirip seperti
precipitation hardening.
b. Filler fiber adalah jenis komposit dimana reinforcement atau penguat yang digunakan dalam bentuk serat
atau fiber. Serat kontinyu tergantung tergantung kepada perilaku tegangan regangan pada dari fase matriks dan
fiber, fraksi volume dari matriks dan fiber, serta arah pembebanan sehingga bersifat anisotropik. Serat
diskontinyu dan teratur memiliki nilai penguatan yang lebih rendah dari pada serat kontinu dan teratur tetapi
paling banyak diaplikasikan. Serat diskontinyu dan tidak teratur memiliki keuntungan dalam hal distribusi
kekuatan, karena bersifat isotropik sehingga nilai kekuatannya tidak bergantung pada arah pengukuran, ke arah
manapun sama saja. Nilai kekuatan tariknya selalu lebih rendah daripada yang tersusun teratur.
c Filler struktural dibentuk oleh reinforce- reinforce yang memiliki bentuk lembaran-lembaran. Berdasarkan
struktur, komposit dapat dibagi menjadi dua yaitu struktur laminate dan struktur sandwich. Struktur laminate
merupakan gabungan dari dua atau lebih lamina (satu lembar komposit dengan arah serat tertentu) yang
membentuk elemen struktur secara integral pada komposit. Proses pembentukan lamina ini menjadi laminate
dinamakan proses laminai. Struktur sandwich merupakan komposit yang tersusun dari 3 lapisan yang terdiri dari
flat composite (metal sheet)/ face sheet sebagai kulit permukaan (skin) yang kaku serta material inti (core) di
bagian tengahnya (berada di antaranya) yang tebal. Selain itu, ada beberapa klasifikasi lain berdasarkan proses
pembentuknya. Dibagi menjadi 2 yaitu alami dan sintetik. Komposit alami merupakan komposit yang sudah
secara langsung terbentuk secara alami, tanpa campur tangan manusia, contoh: otot, tulang. Sedangkan
komposit sintetik adalah komposit yang dibuat oleh manusia dengan menggabungkan dua atau lebih material
yang berbeda, contoh: concrete, carbon fiber.
II.2 Matriks
Matriks merupakan fasa yang memberikan bentuk pada struktur komposit dengan cara mengikat penguat atau
serat bersama-sama. Matriks merupakan kontituen penyusun komposit yang berperan sebagai pengikat atau
penyangga yang menjaga kedudukan antar fasa penguat[5] . Karakteristik yang harus dimiliki matriks umunya
adalah ulet, kekuatan dan rigiditas rendah apabila dibandingkan penguat. Matriks harus mampu membeku pada
temperatur dan tekanan yang wajar[6]. Bahan matriks yang umum digunakan pada komposit adalah matriks
logam, matriks polimer, dan matriks keramik.
II.2.1 Polymer Matrix Composites (PMC)
Komposit matriks logam (Metal Matrix Composite) merupakan komposit dengan matriks berupa logam, seperti
contoh aluminium, magnesium, dan titanium. Logam digunakan untuk meningkatkan atau menurunkan sifat
untuk kebutuhan desain. Contohnya, kekakuan dan kekuatan logam dapat meningkat dan koefisien termal yang
tinggi dan konduktivitas listrik dan panas dapat berkurang, dengan penambahan serat tertentu, misalnya silikon
karbida. Kelebihan komposit matriks logam adalah memiliki spesifik kekuatan dan modulus yang lebih tinggi
dengan menguatkan logam yang densitasnya rendah dan koefisien muai panas yang rendah. Apabila
dibandingkan dengan Komposit matriks polimer, kelebihannya adalah sifat elastis yang lebih tinggi, temperatur
kerja yang lebih tinggi, tidak sesnsitif pada uap, konduktivitas listrik dan termal yang lebih tinggi, ketahanan
gesekan, lelah, dan cacat yang lebih baik. (Sulistijono, 2012). Polimer matriks komposit terdiri atas resin
sebagai matriks dan fiber atau particulate sebagai filler nya.
Keunggulan PMC :
1. Biaya pembuatan lebih rendah
2. Dapat dibuat dengan produksi massal
3. Ketangguhan baik
Kekurangan dari PMC adalah ketahanannya terhadap temperatur, karena polimer akan mudah terdegradasi
dengan adanya kenaikan temperatur. Contoh PMC: Glass-Fiber Reinforced Polymer Composite, Aramid
Refinforced Composite, Carbonfiber Reinforced Polymer Composite.
II.3 Reinforcement
Salah satu bagian utama dari komposit adalah reinforcement (penguat) yang berfungsi sebagai penanggung
beban utama pada komposit. Komposit dengan ukuran dan bentuk penguat homogen akan memiliki sifat yang
berbeda dengan komposit yang memiliki penguat dengan ukuran, bentuk dan distribusi yang beragam meskipun
dibentuk dari bahan dan fraksi volume yang sama. Komposit dengan penguat yang homogen baik bentuk, kuran
dan distribusinya akan memberikan sifat isotripic, sebaliknya bila penguatnya beragam baik bentuk, susunan,
arah orientasi dan ukurannya seperti komposit berpenguat serat (fiber) yang arah orientasinya diatur, maka akan
memberikan sifat anisotropic pada komposit. Mekanisme penguatan komposit tergantung sekali pada geometri
penguatnya, sehingga dalam mengklasifikasikan material komposit juga berbasis pada geometri penguatnya.
Geometri material penguat dibedakan atas partikel dan serat (fiber). Komposit yang memiliki penguat jenis
partikel disebut Komposit berpenguat partikel (Particulate Composite). Komposit yang memiliki penguat serat
disebut Komposit berpenguat serat (fiber komposit). Sedang penggabungan dari lapisan/lamina yang terbuat dari
komposit partikel dengan komposit serat atay kombinasi keduanya disebut Komposit Laminat[7]. Adanya dua
penyusun komposit atau lebih menimbulkan beberapa daerah dan istilah penyebutannya; Matrik (penyusun
dengan fraksi volume terbesar), Penguat (Penahan beban utama), Interphase (pelekat antar dua penyusun),
interface (permukaan phase yang berbatasan dengan phase lain)[6] Secara strukturmikro material komposit tidak
merubah material pembentuknya (dalam orde kristalin) tetapi secara keseluruhan material komposit berbeda
dengan material pembentuknya karena terjadi ikatan antar permukaan antara matriks dan filler. Syarat
terbentuknya komposit: adanya ikatan permukaan antara matriks dan filler. Ikatan antar permukaan ini terjadi
karena adanya gaya adhesi dan kohesi[8]. Dalam material komposit gaya adhesi-kohesi terjadi melalui 3 cara
utama:
1. Interlocking antar permukaan → ikatan yang terjadi karena kekasaran bentuk permukaan partikel.
2. Gaya elektrostatis → ikatan yang terjadi karena adanya gaya tarik-menarik antara atom yang
bermuatan (ion).
3. Gaya vanderwalls → ikatan yang terjadi karena adanya pengutupan antar partikel.
Kualitas ikatan antara matriks dan filler dipengaruhi oleh beberapa variabel antara lain:
1. Ukuran partikel
2. Rapat jenis bahan yang digunakan
3. Fraksi volume material
4. Komposisi material
5. Bentuk partikel
6. Kecepatan dan waktu pencampuran
7. Penekanan (kompaksi)
8. Pemanasan (sintering)
Sifat-sifat komposit pada umumnya ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya : jenis, bentuk geometris,
struktur, rasio perbandingan, daya lekat, orientasi bahan penguat dan bahan penyusun, serta proses pembuatan.
Jumlah dari massa fiber dan matriks disebut total massa komposit, dapat dituliskan dengan persamaan :
mc = mm + mf1+ mf2
ρc.vc = ρm.vm + ρf1.vf2 + ρf1.vf2
sehingga didapatkan massa jenis dari komposit :
ρc= (ρm.vm + ρf1.vf2 + ρf1.vf2) / vc
jika di rubah kedalam fraksi massa, maka persamaannya menjadi :
ρc= 1 / ( mf1/ρf1+ mf2/ρf2 + mm/ρm)
dimana :
mc : massa komposit (gr)
ρc : massa jenis komposit
vc (gr/cm3)
mf : volume komposit (cm3)
1
ρf1 : massa fiber 1 (gr)
vf1 : massa jenis fiber 1 (gr/cm3)
mf : volume fiber 1 (cm3)
2 : massa fiber 2 (gr)
ρf2 : massa jenis fiber 2 (gr/cm3)
vf2 : volume fiber 2 (cm3)
m : massa matriks (gr)
m
ρm : massa jenis matriks (gr/cm3)
vm : volume matriks (cm3)
Untuk mempermudah perhitungan dari fraksi volum ataupun fraksi beratnya dapat dituliskan dengan persamaan
:
Mf1 + Mf2 + Mm = 1
Vf + Vm + Vv = 1
dimana :
Mf1 : fraksi massa fiber 1
Mf2 : fraksi massa fiber 2
Mm : fraksi massa matriks
Vf1 : fraksi massa fiber 1
Vf2 : fraksi massa fiber 2
Vm : fraksi massa matriks
Vv : fraksi massa void
II.7 Metode Hand Lay-Up
Dalam metode Hand lay-up process Sebelum memulai proses laminating yang sebenarnya , permukaan cetakan
harus bersih dan siap dengan mold-release agent yang cocok, yang harus benar-benar curing sebelum gel coat
yang dikatalisasi diterapkan. Gel coat yang telah dikatalisasi biasanya diterapkan setelah curing. Gel coat adalah
resin berpigmen atau tanpa pigmen yang biasanya diterapkan sebagai lapisan 400-700 um luar pertama. Ini tidak
hanya menyediakan permukaan berkualitas, tetapi juga berfungsi sebagai lapisan pelindung terhadap pelapukan
dan paparan lainnya, melindungi laminat terakhir yang diperkuat dari serangan lingkungan langsung dan
konsekuen degradasi yang tidak diinginkan dari sifat laminasi. Jenis yang direkomendasikan dan jumlah
peroksida organik (biasanya 1.5-2 % berat dari yang baik metil etil keton peroksida) harus ditambahkan ke gel
coat reaccelerated sebelum digunakan. Namun, seringkali dilakukan preaccelerate oleh pemasok. (Finn Roger
Andressen, 2001) Dalam proses hand lay-up murni, gel coat juga diterapkan dengan tangan, menggunakan sikat
lembut yang cocok. Waktu curing biasanya beberapa jam pada suhu kamar, setelah penerapan resin dan bala
bantuan dapat mulai. Jenis curing dan jumlah sistem curing yang cocok harus ditambahkan ke resin sebelum
memulai operasi laminating yang sebenarnya. (Finn Roger Andressen, 2001)
Proses Hand Lay Up[11] :
1. Persiapan Mold : Mold mempunyai bentuk yang sama dengan produk yang diinginkan. Mold bisa berupa
plaster of Paris (hasil pemanasan gypsum pada temperatur 1500C), kayu, ataupun logam.
2. Penempatan Release Film. Release film adalah material yang tipis yang diletakkan diatas mold, agar produk
bisa dengan mudah dikeluarkan dari mold. Untuk bentuk flat sederhana biasanya digunakan film tipis dari
polyester (Mylar), dan untuk bentuk yang kompleks menggunakan lapisan lilin dan poly vinyl alcohol (PVA)
3. Penempatan Gel Coat: Gel coat diletakkan diatas lapisan release film. Gel coat adalah berupa lapisan tipis
resin dengan ketebalan sekitar 5 mm. Fungsi penambahan gel coat ini adalah untuk menghasilkan polesan
terakhir yang bagus, baik dalam hal warna dan tingkat mengkilatnya produk. Selain itu juga berfungsi untuk
menyembunyikan pola dari serat dan merupakan lapisan pelindung yang mencegah terjadinya kontak antara
serat dengan air atau bahan kimia. Contoh gel coat adalah resin jenis polyester, epoxies, phenolic, furanes,
silicones, dan polyamide
4. Penempatan Fiber dan Resin. Pada saat gel coat mulai curing, maka fiber (bisa berupa chopped strand mat
(CSM) atau kain (woven), dituang dengan resin dan diratakan dengan kuas roll, kemudian dilapiskan di atas
molding
5.. Lamination: Laminate (fiber yang dilapisi resin), kemudian dilapiskan satu persatu diatas molding sehingga
membentuk laminasi sampai ketebalan yang diinginkan. Setiap kali melapiskan laminate, harus di ratakan
dengan tangan atau kuas roll agar tidak ada gelembung udara yang terjebak, yang bisa mengakibatkan cacat.
6. Curing dan Pelepasan. Setelah ketebalan lapisan yang diinginkan tercapai, maka selanjutnya terjadi proses
curing. Biasanya memakan waktu 5-10 hari.
Produk bisa dilepaskan dari mold setelah proses curing selesai.
III METODE PENELITIAN
3.1 Bahan
Pada praktikum kali ini bahan yang digunakan adalah E-Glass fiber dalam bentuk woven/anyam, resin polyester
serta katalis. Adapun fraksi volume dari glass fiber yang digunakan adalah sebesar 6 %. Sehingga pada fabrikasi
spesimen dibutuhkan massa glass fiber sebesar .... gram dan resin polyester sebanyak ..... gram
Volume Fiber= FraksiVolume× Volumetotal
Volume Fiber=0.06× 20cm3
Volume Fiber=1.2cm3
Massa Fiber=Volume×Densitas
Massa Fiber=1.2cm3 ×2.54 gr/cm3
Massa Fiber=3.048 gram
Volume¿ Fraksi Volume×Volumetotal
Volume¿0.94×20cm3
Volume¿18.8cm3
Massa¿Volume× Densitas
Massa¿18.8 cm3×1.13gr /cm3
Massa¿21.244 gram
Tabel 3.1 Sifat fisik dari E-Glass dan Unsaturated
Polyester Resin
3.2 Alat
Alat yang digunakan selama proses praktikum diantaranya adalah cetakan kayu dengan volume spesimen
sebesar 20 cm3, kuas, neraca elektronik Mettler Toledo dan Universal Tensile Testing Machine.
3.3 Prosedur Kerja
Metode pembuatan komposit ini menggunakan metode handlayup dimana fiber dan resin dilapiskan di atas atau
rongga bagian mold, lamina demi lamina. Proses fabrikasi komposit E-Glass/Polyester dimulai dengan proses
persiapan fiber. Woven glass fiber diseleksi hingga seluruh fiber memiliki panjang 5 cm. Kemudian fiber
ditimbang hingga mencapai 3.048 gram. Lalu fiber dimasukkan ke dalam rongga cetakan dengan arah orientasi
vertikal, yang kemudian dicampur dengan campuran resin polyester dan katalis sebesesar 21.244 gram.
Kemudian spesimen dibiarkan curing selama satu hari. Setelah spesimen sudah benar – benar kering, spesimen
dapat dikarakterisasi sifat mekaniknya dengan pengujian tensile. Hasil dari pengujian tensile akan didapatkan
kurva stress-strain, yang kemudian selanjutnya akan dianalisa dengan hasil kurva stressstrain variabel lain.
3.3.. Standar Pengujian
Standard pengujian yang digunakan pada praktikum ini adalah ASTM D638 type 1.
V KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil praktikum ini adalah sebagai berikut :
1 Kekuatan tarik dan regangan dari Komposit EGlass/Polyester dengan fraksi volume sebesar 6 % dan
panjang fiber 5 cm adalah 68.25 MPa dan 9.33 %
2 Fraksi volume fiber, Panjang fiber dan orientasi fiber adalah faktor – faktor yang dapat mempengaruhi sifat
mekanik dari komposit serat.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Hermansyah, Harry. 2010. Pengaruh Orientasi Serat Pada Komposit Resin Polyester/Serat Daun Nanas
Terhadap Kekuatan Tarik. Skripsi ITP Padang.
[2] Fahmi, Hendriwan. 2014. Pengaruh Variasi Komposisi Komposit Epoxy/Serat Glass dam Serat Daun
Nanas terhadap Ketangguhan. Jurnal Teknik Mesin Vol.4, No.2. Hal 84 – 89.
[3] Sulistijono. 2013. Mekanika Material Komposit. Surabaya: ITS Press.
[4] Mohammed, Layth. Ansari, M. N. M.. Pua, Grace. 2015. A Review on Natural Fiber Reinforced Polymer
Composite and Its Applications. International Journal of Polymer Science Volume 2015.
[5] Saravanan, C. 2015. Effect of Particulate Reinforced Aluminium Metal Matrix Composite –A Review.
Mechanics and Mechanical Engineering Vol. 19, No. 1. Hal 23 – 30.
[6] Chawla, Kriskan K. 2012. Composite Materials: Science and Engineering. New York: SpringerVerlag.
[7] Marlin, Dody. Sugiyanto. Zulhanif. 2013. Perilaku Creep pada Komposit Polyester Yukalac 157 BQTN-
EX dengan Filler Serat Gelas. JURNAL FEMA, Volume 1, Nomor 1.
[8] Chung, Deborah D.L. 2010. Composite Materials: Science and Engineering. London: SpringerVerlag
[9] Sathishkumar, TP. 2014. Glass Fiber-Reinforced Polymer Composites – a Review. Journal of Reinforced
Plastics and Composites vol. 33 no. 13. Hal. 1258-1275.
[10] ASM International. 2000. A Two Dimensional Ruleof-Mixtures Micromechanics Model for Woven Fabric
Composites. Volume 22, Issue 2.
[11] M. Elkington, D. Bloom, C. Ward, A. Chatzimichali & K. Potter. 2015. Hand layup: understanding the
manual process, Advanced Manufacturing: Polymer & Composites Science, 1:3. Hal. 138- 151.
[12] A Al-Jeebory, A., Al-Mosawi, A.I. and S.A. Abdullah. 2009. Effect of Percentage of Fibers Reinforcement
on Thermal and Mechanical Properties for Polymeric Composite Material. The Iraqi Journal for mechanical and
materials Engineering, Special Issue , 1st conference of engineering college, Babylon University ,IRAQ.Hal. 70-
82.
[13] Fahmi, Hendriwan, Hermansyah, Harry. 2011. Pengaruh Orientasi Serat pada Komposit Resin
Polyester/Serat Daun Nenas terhadap Kekuatan Tarik, Jurnal Teknik Mesin Vol.1, No. 1, Institut Teknologi
Padang. Hal. 46-52.
[14] Al-Rawi, Salah S. 2009. Fibers Direction Effect on Tensile Elasticity of Epoxy Composites Using
Computer Modeling, Journal of University of Anbar for pure science : Vol.3: NO.3, University of Anbar
College of Computer.
[15] Campbell, F.C. 2010. Chapter 1 of Structural Composite Materials, ASM International, 2-7.