Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) adalah salah satu solusi inovatif
dalam memanfaatkan energi bumi yang melimpah sebagai sumber listrik. Saat ini,
PLTP telah tersebar di 24 negara, sementara pemanfaatan panas bumi untuk
pemanasan digunakan di 70 negara. Potensi listrik yang dapat dihasilkan dari PLTP
mencapai antara 35 hingga 2.000 GW, dengan kapasitas global pada tahun 2022
mencapai 16.127 MW.
Tenaga panas bumi dianggap sebagai sumber energi terbarukan karena ekstraksi
panasnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan muatan panas bumi, dengan emisi
karbondioksida yang relatif rendah, sekitar seperdelapan dari emisi pembangkit listrik
tenaga batubara.
Indonesia, dengan kekayaan gunung berapi yang melimpah, memiliki potensi panas
bumi yang besar. Hanya pulau Kalimantan yang tidak memiliki potensi panas bumi,
namun potensi ini tersebar luas di pulau-pulau besar lainnya.
Proses pembangkitan listrik dari panas bumi dilakukan dengan mengebor tanah di
daerah yang memiliki potensi panas bumi, menciptakan lubang gas panas yang
memanaskan ketel uap (boiler) untuk menghasilkan uap yang dapat menggerakkan
turbin uap yang terhubung ke generator. Metode ini juga dapat langsung memutar
turbin generator untuk panas bumi dengan tekanan tinggi, setelah uap yang dihasilkan
dibersihkan.
Eksplorasi dan eksploitasi panas bumi untuk pembangkit energi listrik tergolong
minimalis, dengan PLTP hanya membutuhkan area seluas antara 0,4 hingga 3 hektare,
jauh lebih kecil dibandingkan dengan pembangkit listrik tenaga uap lainnya yang
membutuhkan area sekitar 7,7 hektare. Hal ini membantu mengatasi kekhawatiran
masyarakat akan dampak lingkungan, terutama terkait isu penebangan hutan di daerah
yang memiliki potensi panas bumi.

Pada abad ke-20, dengan meningkatnya permintaan akan listrik, tenaga panas bumi
mulai dianggap sebagai sumber potensial untuk pembangkit listrik. Percobaan
pertama pembangkit listrik tenaga panas bumi dilakukan oleh Pangeran Piero Ginori
Conti pada 4 Juli 1904 di Larderello, Italia, yang berhasil menyalakan empat lampu.
Di tahun 1911, pembangkit listrik tenaga panas bumi komersial pertama dibangun di
tempat yang sama. Meskipun uji coba dilakukan di Beppu, Jepang, dan Kalifornia,
Amerika Serikat, hingga tahun 1958, Italia tetap menjadi satu-satunya pemimpin
dalam industri ini.
Pada tahun 1958, Selandia Baru menjadi produsen listrik tenaga panas bumi terbesar
kedua setelah Pembangkit Wairakei mulai beroperasi. Wairakei juga menjadi yang
pertama menggunakan teknologi flash steam.
Di tahun 1960, Pacific Gas and Electric mengoperasikan pembangkit listrik tenaga
panas bumi pertama di Amerika Serikat di The Geysers, Kalifornia, dengan turbin
aslinya bertahan hingga 30 tahun dan menghasilkan daya bersih 11 megawatt.
Sistem siklus biner pertama kali diuji coba di Rusia dan diperkenalkan ke Amerika
Serikat pada tahun 1981, memungkinkan penggunaan sumber panas dengan suhu
lebih rendah. Di tahun 2006, sebuah pembangkit dengan sistem siklus biner di mata
air panas Chena, Alaska, mulai beroperasi, menghasilkan listrik dari sumber dengan
suhu terendah 57 °C.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi, sampai dengan baru-baru ini, hanya dapat
dibangun pada sumber panas bumi dengan suhu tinggi dan dekat permukaan tanah.
Namun, pengembangan sistem siklus biner dan teknologi pengeboran memungkinkan
pembangunan Sistem Panas Bumi yang Ditingkatkan (Enhanced Geothermal
Systems) dalam rentang geografis yang lebih luas. Meskipun efisiensi termalnya
umumnya rendah, berkisar antara 10-23%, pembangkit listrik tenaga panas bumi
memiliki faktor kapasitas yang cukup besar, bahkan mencapai 96%, karena tidak
tergantung pada sumber energi yang fluktuatif seperti angin atau surya. Namun, rata-
rata faktor kapasitas globalnya adalah 74,5% pada tahun 2008 menurut IPCC.

2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari Tugas Akhir ini adalah:
1. Menentukan output curve untuk sumur-sumur produksi unit XY
dengan persamaan deliverability menggunakan metode uji produksi
back pressure.
2. Menghitung laju alir massa uap yang dibutuhkan untuk menghasilkan
daya listrik turbin uap, serta menganalisa potensi daya listrik yang
dapat dihasilkan sumur-sumur produksi pada unit ”XY”.

3. Batasan Masalah
Adapun batasan masalah pada Tugas Akhir ini yaitu menganalisa potensi
listrik pada sumur-sumur produksi unit “XY” dengan menetukan laju alir massa
yang dibutuhkan oleh turbin uap untuk menghasilkan daya listrik yang diharapkan
dengan melakukan uji produksi untuk mengetahui deliverability sumur produksi.
BAB 2
PEMBAHASAN

Dalam era perubahan iklim dan kebutuhan akan energi terbarukan, Pembangkit
Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) menjadi fokus utama dalam upaya menjaga
keseimbangan lingkungan dan memenuhi kebutuhan energi dunia. Dengan potensi
yang besar dalam menghasilkan listrik yang bersih dan berkelanjutan, PLTP telah
menarik perhatian banyak negara di seluruh dunia. Makalah ini akan membahas
secara komprehensif tentang PLTP, termasuk sejarah, teknologi, manfaat, tantangan,
dan prospek masa depannya. Dengan memahami lebih dalam tentang PLTP,
diharapkan kita dapat merangkul sumber energi terbarukan ini untuk keberlanjutan
lingkungan dan pembangunan ekonomi global.
1. Sejarah dan perkembangan PLTP
Pada bagian ini, akan diuraikan sejarah dan perkembangan pembangkit listrik
tenaga panas bumi dari awal penemuan hingga perkembangan teknologi saat ini.
Termasuk di dalamnya adalah pencapaian-pencapaian penting dalam penggunaan
PLTP di berbagai negara.

2. Teknologi PLTP
Bagian ini akan membahas secara detail tentang teknologi yang digunakan dalam
PLTP, termasuk proses pengeboran, pengolahan panas bumi, pembangkitan listrik,
dan infrastruktur pendukung lainnya. Akan dijelaskan juga tentang jenis-jenis PLTP,
seperti flash steam dan binary cycle, serta keunggulan dan kelemahan masing-masing
teknologi.

3. Manfaat dan Keunggulan PLTP


Dalam bagian ini, akan dijabarkan manfaat dan keunggulan PLTP, baik dari segi
lingkungan maupun ekonomi. Pembahasan akan mencakup pengurangan emisi
karbon, penciptaan lapangan kerja, kemandirian energi, dan kontribusi terhadap
pembangunan berkelanjutan.

4. Tantangan dan Hambatan


Tantangan dan hambatan yang dihadapi dalam pengembangan dan penerapan
PLTP juga akan dibahas dalam makalah ini. Mulai dari aspek teknis, regulasi, hingga
masalah sosial dan lingkungan yang perlu diatasi untuk memaksimalkan potensi
PLTP.

5. Prospek Masa Depan PLTP


Terakhir, bagian ini akan membahas prospek masa depan PLTP, termasuk tren
pengembangan teknologi, proyek-proyek inovatif, dan peran PLTP dalam
menghadapi tantangan perubahan iklim dan kebutuhan energi global.
Sistem Kerja PLTP
Sistem kerja PLTP pada prinsipnya sama dengan pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) yaitu memanfaatkan panas untuk memutar turbin sehingga menghasilkan
listrik. Yang membedakan PLTP dan PLPU adalah pembangkit listrik tenaga panas
bumi memanfaatkan fluida thermal dari sumber panas bumi untuk memutar turbin.
Turbin ini kemudian memutar generator sehingga menghasilkan listrik.

turbin ini kemudian memutar generator sehingga menghasilkan listrik. Untuk bisa
mendapatkan fluida thermal, terlebih dulu harus mengebor sumur produksi panas
bumi di lokasi yang memiliki potensi energi panas bumi. Kedalaman pengeboran
biasanya 1.500 sampai 2.500 meter, sebagaimana dilansir dari situs web Kementerian
Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Dengan kedalaman itu, fluida thermal
dalam PLTP tidak berasal dari air permukaan, melainkan berasal dari sumur panas
bumi, sehingga tidak menganggu sumber air untuk masyarakat.

Setelah mengebor, fluida termal yang ada di dalam sumur panas bumi dialirkan
untuk menggerakkan turbin lalu memutar generator. Setelah dialirkan untuk memutar
turbin, fluida thermal ini tidak langsung dibuang begitu saja, tapi dimasukkan lagi ke
dalam bumi melalui sumur reinjeksi. Fungsi dialirkannya kembali fluida thermal ke
dalam bumi adalah untuk menjaga keseimbangan fluida dan panas sehingga sistem
panas bumi terus berkelanjutan.

Karakteristik energi panas bumi


Untuk diketahui, energi panas bumi adalah salah satu jenis energi terbarukan yang
ketersediannya berlanjut di alam.
Energi panas bumi terbentuk oleh proses-proses geologi yang telah dan sedang
berlangsung sepanjang jalur vulkanik.
Fluida dalam energi panas bumi disebut sebagai fluida thermal yang memiliki suhu
antara 240 derajat celsius hingga 310 derajat celsius.
Energi panas bumi adalah salah satu jenis energi terbarukan yang pemanfaatannya
terus dikembangkan di berbagai negara.
Energi panas bumi memiliki beberapa karakteristik yaitu:
 Sumber energi bersih, ramah lingkungan, dan keberlanjutan
 Tidak dapat diekspor, hanya dapat digunakan untuk konsumsi dalam negeri
 Bebas dari risiko kenaikan atau fluktuas bahan bakar fosil
 Tidak tergantung cuaca, supplier, dan ketersediaan fasilitas pengangkutan dan
bongkar muat dalam pasokan bahan bakar
 Tidak memerlukan lahan yang luas
Contoh PLTP yang ada di Indonesia

1. PLTP Dieng

2. PLTP Wayang Windu

3. PLTP Ulubelu
BAB 3
PENUTUP

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi merupakan salah satu solusi yang
menjanjikan dalam menyediakan energi bersih dan berkelanjutan untuk masa depan.
Meskipun masih menghadapi berbagai tantangan, potensi dan manfaat yang
ditawarkan oleh PLTP sangatlah besar. Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat
dari semua pihak, PLTP memiliki potensi untuk menjadi pilar utama dalam
transformasi menuju energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pemahaman yang lebih dalam dan
menginspirasi upaya-upaya lebih lanjut dalam mengembangkan PLTP untuk
kesejahteraan bersama dan pelestarian bumi kita.
MAKALAH ENERGI TERBARUKAN
“PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA PANAS BUMI”

Anggota Kelompok:
1. Naffie Kurnia R.N (26)
2. Naufal Ahmad F. (27)
3. Nayla Jasmine F. (28)
4. Renando Hummam M. (29)
5. RR. Fayyaza A.N. (30)

Anda mungkin juga menyukai