KELOMPOK 2 :
1.ANNUR THARIQ SAPUTRA
2.AZIS KARIM ROSYIDIN
3.DANIEL REYNALDHY GIRSANG
Pendahuluan
Saat ini panas bumi (Geotermal) mulai menjadi perhatian dunia. Beberapa
pembangkit listrik bertenaga panas bumi sudah dimanfaatkan di banyak negara seperti
Amerika Serikat (AS), Inggris, Prancis, Italia, Swedia, Swiss, Jerman, Selandia Baru,
Australia, Jepang. Bahkan, sejak tahun 2005 AS sudah sibuk melakukan riset di bidang
geotermal, yaitu Enhanced Geothermal Systems (EGS). Saat harga minyak bumi
melambung seperti saat ini, panas bumi menjadi salah satu energi alternatif yang tepat
bagi pembangkit listrik di Indonesia. Panas bumi di Indonesia mudah didapat secara
berkelanjutan dalam jumlah besar, tidak terpengaruh cuaca dan jauh lebih murah
biaya produksinya dibandingkan minyak bumi atau batu bara. Untuk menghasilkan
330 megawatt (MW), pembangkit listrik berbahan dasar minyak bumi memerlukan 105
juta barel minyak bumi, sementara Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP)
Republik Indonesia, negara ini memiliki potensi energi panas bumi sebesar 27.000 MW
yang tersebar di 253 lokasi atau mencapai 40% dari cadangan panas bumi dunia.
Dengan kata lain, kita merupakan negara dengan sumber energi panas bumi terbesar
di dunia. Namun, hanya sekitar kurang dari 4% yang baru dimanfaatkan. Oleh karena
itu, untuk mengurangi krisis energi nasional, pemerintah melalui PLN akan
MW tahap ke-II yang salah satu prioritas sumber energi-nya adalah panas bumi
(Geothermal).
Sejarah singkat
Pada abad ke-20, permintaan akan listrik membuat tenaga
panas bumi dipertimbangkan sebagai sumber penghasil listrik.
Pangeran Piero Ginori Conti menguji coba pembangkit listrik
tenaga panas bumi yang pertama pada tanggal 4 Juli 1904 di
Larderello, Italia. Pembangkit tersebut berhasil menyalakan
empat buah bola lampu. Kemudian pada tahun 1911 pembangkit
listrik tenaga panas bumi komersial pertama dibangun pula di
situ. Pembangkit-pembangkit uji coba dibangun di Beppu,
Jepang dan di Kalifornia, Amerika Serikat pada tahun 1920,
namun hingga tahun 1958 hanya Italia satu-satunya pemilik
industri pembangkit listrik tenaga panas bumi.
2. Dari Steam Receiving Header uap kemudian dialirkan ke Separator (Cyclone Type) yang
berfungsi untuk memisahkan uap (pure steam) dari benda-benda asing seperti partikel berat
(Sodium, Potasium, Calsium, Silika, Boron, Amonia, Fluor dll).
3. Kemudian uap masuk ke Demister yang berfungsi untuk memisahkan moisture yang
terkandung dalam uap, sehingga diharapkan uap bersih yang akan masuk ke dalam Turbin.
4. Uap masuk ke dalam Turbin sehingga terjadi konversi energi dari Energi Kalor yang
terkandung dalam uap menjadi Energi Kinetik yang diterima oleh sudu-sudu Turbin. Turbin
yang dikopel dengan generator akan menyebabkan generatkut berputar saat turbin berputar
sehingga terjadi konversi dari Energi Kinetik menjadi Energi Mekanik.
6. Exhaust Steam (uap bekas) dari Turbin dikondensasikan di dalam Condensor dengan
sistem Jet Spray (Direct Contact Condensor).
7. NCG (Non Condensable Gas) yang masuk kedalam Condensor dihisap oleh First Ejector
kemudian masuk ke Intercondensor sebagai media pendingin dan penangkap NCG. Setelah
dari Intercondensor, NCG dihisap lagi oleh Second Ejector masuk ke dalam Aftercondensor
sebagai media pendingin dan kemudian dibuang ke atmosfir melalui Cooling Tower.
8. Dari Condensor air hasil condensasi dialirkan oleh Main Cooling Water Pump masuk ke
Cooling Tower. Selanjutnya air hasil pendinginan dari Cooling Tower uap kering
disirkulasikan kembali ke dalam Condensor sebagai media pendingin.
9. Primary Cooling System disamping sebagai pendingin Secondary Cooling System juga
mengisi air pendingin ke Intercondensor dan Aftercondensor.
10. Overflow dari Cold Basin Cooling Tower akan ditampung untuk kepentingan Reinjection
Pump.
11. River Make-Up Pump beroperasi hanya saat akan mengisi Basin Cooling Tower.
KESIMPULAN
Pembangkit ini memiliki keuntungan dan kerugian diantara nya :
-Keuntungan
Meski memiliki banyak manfaat, masih ada beberapa kelemahan energi panas bumi.
Kekurangan ini dapat mempengaruhi tiga tahap produksi - pra-produksi, produksi,
dan pasca-produksi:
1.Mungkin kelemahan terbesar tenaga panas bumi adalah bahwa Anda tidak
membangun pembangkit listrik panas bumi di mana saja yang Anda inginkan.Anda
akan memerlukan lokasi yang tepat mengandung batuan panas. Setelah itu tidak semua
batuan ini bisa di bor karena terlalu keras.Batuan ini juga harus memiliki kedalaman
yang memungkinkan untuk di bor.
2.Ada juga risiko lain untuk dipertimbangkan ,kadang-kadang sebuah situs panas
bumi memungkinkan untuk di bor akan tetapi sudah kehabisan tenaga uap. Bisa jadi
hal ini terjadi ketika musim kering berlangsung untuk waktu yang lama.
3.Kerugian terakhir menyangkut potensi bahaya energi panas bumi. Ketika dilakukan
pengoboran kedalam tanah dan yang dapat ditambang bisa jadi ini juga berarti bahwa
ada kemungkinan zat-zat lain yang tidak ramah lingkungan bisa juga terikut. Gas dan
mineral berbahaya dapat merembes dari bawah tanah dan sangat sulit menemukan
cara untuk membuang zat ini dengan aman ke lingkungan sekitar.
PLTP Kamojang
PLTP Kamojang terletak di Kab. Garut, Jawa Barat. Merupakan
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi tertua di Indonesia yang
pertama kali dibuat pada tahun 1982. PLTP ini dioperasikan oleh PT
Pertamina Geothermal Energy (PGE) yang mampu memproduksi
hingga 235 MW listrik. PLTP Kamojang terdiri atas lima unit yaitu
PLTP Kamojang I, PLTP Kamojang II, PLTP Kamojang III, PLTP
Kamojang IV, dan PLTP Kamojang V.
PLTP Lahendong
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Lahendong terletak di
Sulawesi Utara. Beroperasi pertama kali pada tahun 2004.
Dioperasikan oleh PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dan
mampu memproduksi listrik hingga 80 MW. Terdiri atas empat unit
yaituPLTP Lahendong I, PLTP Lahendong II, PLTP Lahendong III,
dan PLTP Lahendong IV.
PLTP Sibayak
PLTP Sibayak terletak di Gunung Sibayak – Gunung Sinabung,
Provinsi Sumatera Utara. Pembangkit yang mampu menghasilkan
listrik sebesar 12 MW ini terdiri atas tiga unit yaitu PLTP Sibayak
Unit 1, PLTP Sibayak Unit 2, dan PLTP Sibayak Unit 3.
PLTP Ulubelu
PLTP Ulubelu terletak di Kecamatan Ulubelu, Kab. Tanggamus,
Lampung. Pembangkit listrik yang mulai beroperasi pada tahun
2012 ini mampu menghasilkan listrik sebesar 11o MW. PLTP
Ulubelu terdiri atas dua unit yakni PLTP Ulubelu Unit 1 dan PLTP
Ulubelu Unit 2.