Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

PEMBANGKIT LISTRIK TEANAGA PANAS BUMI

Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah:Energi Konvensional dan Alternatif

Dosen Pengampu : DR.Jumadi Tangko, S.ST.,M.T.

Oleh Kelompok E

1. RINA AMALIA (44221046)


2. ALFATH NUR MUHAMMAD (44221044)
3. M.NAUFAL ROIHAN (44221049)

KELAS 2C TPE

POLITEKNIK NEGRI UJUNGPANDANG

2023

1
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kekayaan alam Indonesia memang melimpah ruah, dari mulai sumber


daya alam sampai sumber daya mineral semua tersedia. Sumber daya mineral
yang melimpah di negara tercinta ini antara lain emas, tembaga, platina, nikel,
timah, batu bara, migas, dan panas bumi. Untuk mengelola panas bumi
(geothermal). Geothermal adalah salah satu kekayaan sumber daya mineral yang
belum banyak dimanfaatkan. Salah satu sumber geothermal kita yang berpotensi
besar tetapi belum dieksploitasi adalah yang ada di Sarulla, dekat Tarutung,
Sumut. Sumber panas bumi Sarulla bahkan dikabarkan memiliki cadangan
terbesar di dunia.

Saat ini panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena
energi yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik, selain bebas polusi.
Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas bumi telah terpasang di manca
negara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss,
Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang. Amerika saat ini bahkan sedang
sibuk dengan riset besar mereka di bidang geothermal dengan nama Enhanced
Geothermal Systems (EGS). EGS diprakarsai oleh US Department of Energy
(DOE) dan bekerja sama dengan beberapa universitas seperti MIT, Southern
Methodist University, dan University of Utah. Proyek ini merupakan program
jangka panjang dimana pada 2050 geothermal meru-pakan sumber utama tenaga
listrik Amerika Serikat. Program EGS bertujuan untuk meningkatkan sumber daya
geothermal, menciptakan teknologi ter-baik dan ekonomis, memperpanjang life
time sumur-sumur produksi, ekspansi sumber daya, menekan harga listrik
geothermal menjadi seekono-mis mungkin, dan keunggulan lingkungan hidup.
Program EGS telah mulai aktif sejak Desember 2005 yang lalu.

1
1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai


berikut :

1. Jenis-jenis sistem Pembangkit Listerik Tenaga Panas Bumi

2. Penentuan daya listrik


3. Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

4. Penentuan lokasi sumber-sumber energi panas bumi (geothermal)

5. Resiko Eksplorasi dan Pengembangan Lapangan PLTP

6. Keuntungan dan kekurangan energi panas bumi (geothermal)

7. Kendala dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas


Bumi ditinjau dari segi sosial dan budaya masyarakat sekitar

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah Pembagkit Listrik Tenaga Panas Bumi
ini adalah :
1. Untuk mengetahui jenis-jenis sistem Pembangkit Listerik Tenaga Panas
Bumi.
2. Untuk mengetahui penentuan daya listrik
3. Untuk mengetahui peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara penentuan lokasi sumber-sumber
Energi Panas Bumi (geothermal).
5. Untuk mengetahui Resiko Eksplorasi dan Pengembangan Lapangan PLTP
6. Untuk mengetahui bagaimana keuntungan dan kekurangan dari Energi
Panas Bumi (geothermal).
7. Untuk mengetahui kendala dalam pembangunan Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi (geothermal) ditinjau dari segi sosial dan budaya
masyarakat sekitar.

2
1.4 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat


menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca dibidang pembangkitan
tenaga listrik, khususnya PLTN.

1.5 Batasan Masalah

Untuk Menghindari meluasnya masalah maka permasalahan dibatasi yaitu:

1. Pemanfaatan fluida panas bumi

2. Jenis-jenis sistem Pembangkit Listerik Tenaga Panas Bumi

3. Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

4. Penentuan lokasi sumber-sumber energi panas bumi (geothermal)

5. Keuntungan dan kekurangan energi panas bumi (geothermal)

6. Kendala dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas


Bumi ditinjau dari segi sosial dan budaya masyarakat sekitar

3
1.6 Sistematika Penulisan

Karya tulis ini dibagi dalam beberapa bab, yaitu :

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang masalah, tujuan penulisan, manfaat, batasan


masalah dan sistematika penulisan

BAB II : PEMBAHASAN

Pada bab ini berisikan tentang data-data dan pembahasan dari


permasalahan yang diangkat.

BAB III : PENUTUP

Merupakan penutup dari laporan yang meliputi simpulan dan saran.

4
BAB III

PEMBAHASAN

4.1 Jenis – Jenis Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Fluida panas bumi yang telah dikeluarkan ke permukaan bumi


mengandung energi panas yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. Hal ini dimungkinkan oleh suatu sistem konversi energi fluida
panas bumi (geothermal power cycle) yang mengubah energi panas dari fluida
menjadi energi listrik.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama


seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat
di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari
reservoir panas bumi. Apbila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap
tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan
mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator
sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala
sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih
dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan
melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari
fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian
dialirkan ke turbin.

Banyak sistem pembangkitan listrik dari fluida panas bumi yang telah
diterapkan di lapangan, diantaranya:

1. Direct Dry Steam


2. Separated Steam
3. Single Flash Steam
4. Double Flash Steam
5. Multi Flash Steam

5
6. Brine/Freon Binary Cycle
7. Combined Cycle
8. Well Head Generating Unit

4.1. 1 Siklus Uap Kering (Direct Dry Steam Cycle)

Fluida panas bumi dapat berupa fasa cair, fasa uap atau campuran dari
keduanya, tergantung dari tekanan dan temperaturnya. Apabila fluida di kepala
sumur berupa fasa uap, maka uap tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin
(Gambar 4.1). Turbin akan mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak
yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi listrik.

Gambar 4.1
Skema Instalasi Pembangkit Listrik Uap Kering.

Sistem konversi untuk fluida uap kering merupakan sistem konversi yang
paling sederhana dan paling murah. Uap dari turbin dapat dibuang ke atmosfir
(atmospheric exhaust turbine) atau di alirkan ke kondensor untuk dikondensasikan
(condensing turbine). Dari kondensor, kondensat kemudian dialirkan ke menara
pendingin atau cooling tower dan selanjutnya diinjeksikan kembali ke bawah
permukaan. Sebagian dari air kondensat ini dialirkan ke kondensor. Pembangkit
listrik yang menggunakan atmospheric exhaust turbine mengkonsumsi sekitar dua
kali (dalam tekanan inlet yang sama) lebih banyak untuk setiap kilowatt keluaran

6
sehingga banyak energi dan biaya yang terbuang.

Pembangkitan listrik di PLTP Kamojang pada prinsipnya sama seperti


pada Gambar 4.1, karena sumur-sumur di lapangan Kamojang menghasilkan uap
kering (temperatur di dalam reservoir 2400C). Unit I dengan kapasitas 30 MW
beroperasi pada tanggal 7 Februari 1983. Unit II dan III masing-masing
sebesar 55 MW dioperasikan berturut-turut pada tanggal 29 Juli 1987 dan 13
September 1987, sehingga jumlah daya terpasang PLTP Kamojang seluruhnya
menjadi 140 MW. Lapangan Kamojang terus dikembangkan. Untuk memenuhi
kebutuhan uap PLTP Kamojang telah dimanfaatkan produksi uap dari 26
sumur. Pola pengusahaan panasbumi Kamojang unit 1 s.d unit 3, adalah sebagai
berikut:

4.1.2 Siklus Uap Hasil Pemisahan (Separated Steam Cycle)


Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala sumur sebagai campuran
fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih dahulu dilakukan proses
pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan melewatkan fluida ke
dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari fasa cairnya. Fraksi uap
yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian dialirkan ke turbin. Oleh
karena uap yang digunakan adalah hasil pemisahan maka, sistem konversi energi
ini dinamakan Siklus uap hasil pemisahan. Gambar 4.2 memperlihatkan proses
pembangkitan listrik dari lapangan panas bumi yang menghasilkan fluida dua
fasa, yaitu campuran uap dan air. Fluida dari sumur dipisahkan menjadi fasa uap
dan air di dalam separator dimana uapnya kemudian dialirkan ke turbin dan
airya diinjeksikan kembali kebawah permukaan.

7
Gambar 4.2
Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Fluida Dominasi Air

Sedangkan untuk unit 4 s.d 6 adalah sbb:

4.1.3 Siklus Uap Hasil Penguapan (Single Flash Steam)

Sistem ini digunakan bilamana fluida dikepala sumur dalam kondisi air
jenuh (saturated liquid). Fluida dialirkan ke sebuah flasher agar menguap.
Banyaknya uap yang dihasilkan tergantung dari tekanan flasher. Fraksi uap
yang dihasilkan kemudian dialirkan ke turbin.

8
Gambar 4.3
Skema Diagram Pembangkit Listrik dengan Siklus “Single Flash Steam”

4.1.4 Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan (Double Flash Steam)
Pada sistem ini digunakan dua pemisahan fluida yaitu separator dan
flasher dan digunakan komposisi 2 turbin, yaitu HP-turbine dan LP-turbine yang
disusun tandem (ganda), seperti diperlihatkan pada Gambar 4.4. Contoh lapangan
yang menggunakan sistem konversi seperti ini adalah Hatchobaru (Jepang), dan
Krafla (Iceland).

Gambar 4.4

Skema Diagram Pembangkit Listrik dengan Siklus Double Flash Steam

9
4.1.5 Siklus Uap Hasil Pemisahan dan Penguapan dengan Dua Turbin
Terpisah (Flashing Multi Flash Steam)

Sistem siklus konversi energi ini mirip dengan sistem double flash,
bedanya adalah kedua turbin yang berbeda tekanan disusun secara terpisah
(Gambar 4.5), Uap dengan tekanan dan temperatur tinggi yang mengandung air
dipisahkan di separator agar diperoleh uap kering yang digunakan untuk
menggerakkan high pressure turbin. Turbin akan mengubah energi panas bumi
menjadi energi gerak yang akan memutar generator sehingga dihasilkan energi
listrik. Air hasil pemisahan dari separator temperatur dan tekanannya akan lebih
rendah dari kondisi fluida di kepala sumur. Air ini dialirkan ke flasher agar
menghasilkan uap. Uap yang dihasilkan dialirkan ke low pressure turbin
sementara air sisanya dibawa ke condensor.

Gambar 4.5
Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Sistem Multi Flash Steam

4.1.6 Binary Cycle

Umumnya fluida panas bumi yang digunakan untuk pembangkit listrik


adalah fluida yang mempunyai temperatur 2000C, tetapi secara tidak langsung
fluida panas bumi temperatur sedang (100-2000C) juga dapat digunakan untuk
pembangkit listrik yaitu dengan cara menggunakannya untuk memanasi fluida

1
organik yang mempunyai titik didih rendah (Gambar 4.6), uap dari fluida
organik ini kemudian digunakan untuk menggerakan sudu-sudu turbin sehingga
menghasilkan listrik.

Fluida organik dipanasi oleh fluida panas bumi melalui mesin penukar
kalor atau heat exchanger. Jadi fluida panas bumi tidak dimanfaatkan langsung
melainkan hanya panasnya saja yang diekstraksi, sementara fluidanya sendiri
diinjeksikan kembali kedalam reservoir. Dua lapangan yang menggunakan
siklus konversi energi seperti ini adalah Parantuka, Kamchatka Peninsula
(USSR) dan Otake (Jepang). Di lapangan Lahendong juga terdapat sebuah
pembangkit listrik panasbumi siklus binari (binary geothermal power plant)
berkapasitas 2,5 MW.

Gambar 4.6

Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Sistem Binary Cycle

4.1.7 Combined Cycle

Untuk meningkatkan efisiensi pemanfaatan energi panas bumi di


beberapa industri mulai digunakan sistim pembangkit listrik dengan siklus
kombinasi (combined cycle), seperti diperlihatkan pada Gambar 4.7. Fluida
panas bumi dari sumur dipisahkan fasa-fasanya dalam separator. Uap dari
separator dialirkan ke PLTP (Turbin ke I), dan setelah itu sebelum fluida

1
diinjeksikan kembali

1
ke dalam reservoir, fluida digunakan untuk memanaskan fluida organik yang
mempunyai titik didih rendah. Uap dari fluida organik tersebut kemudian
digunakan untuk menggerakan turbin (Turbin ke II).

Gambar 4.7

Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Sistim Siklus Kombinasi

4.2.1.2 Proses Aliran Steady State


Persamaan (4.5) terbatas pemakaiannya pada proses dengan massa konstan
dimana hanya terjadi perubahan energi dalam saja. Untuk proses-proses pada
industri yang melibatkan aliran mantap melalui peralatan-peralatan diperlukan
penjabaran Hukum I Termodinamika yang lebih umum. Keadaan mantap berarti
bahwa kondisi pada semua titik dalam peralatan konstan terhadap waktu.
Sehingga persamaan (4.4)
kemudian menjadi :
∆H + ∆V2 + g∆ = Q – W
z (4.6)
2
Pada penerapannya secara termodinamika, energi potensial dan energi kinetic
sangatlah kecil dibandingkan dengan elemen yang lainnya dan dapat diabaikan.
Selain itu, pada turbin semua perpindahan panas diabaikan sehingga persamaan

1
(4.6) berubah menjadi :
ΔH = -W (4.7)
dimana kerja turbin (ditandakan dengan minus) masih dalam dasar unit massa
yang mengalir. Dengan memasukkan variabel m (massa) maka persamaan (4.7)
dapat ditulis menjadi :
W = m (h1 - h2 ) (4.8)
dimana:
W = kerja/daya turbin (kW)
m = massa (kg/s)
h1 = entalpi uap yang masuk kedalam turbin (kJ/kg)
h2 = entalpi uap yang meninggalkan turbin (kJ/kg)

Persamaan inilah yang kemudian akan dipakai selanjutnya pada perhitungan daya
turbin.
4.2 Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Suatu PLTP memiliki peralatan-peralatan yang tidak banyak berbeda
dengan suatu PLTU bahkan lebih sederhana karena tidak ada bagian
pembangkitan uap. Peralatan suatu PLTP pada dasarnya dapat dibagi menjadi
2 bagian yang besar yaitu :
4.2.1 Bagian Produksi uap dalam
Disini untuk peralatan dibagian produksi uap alam terletak dilapangan
panas bumi itu sendiri. Adapun peralatan pada bagian produksi uap alam
adalah ;
4.2.1.1 Peralatan lubang produksi (well head equpment)
Adalah peralatan yang terdapat tepat diatas lubang produksi.
a). Service Valve
Digunakan untuk pengaturan aliran serta tekanan fluida yang
keluar selama pengujian.
b). Shunt off valve
Dipergunakan untuk menutup lubang sumur, apabila diadakan
perbaikan atau pemeliharaan.
c). Bleed Valve
Dipergunakan untuk mengeluarkan gas yang tidak dapat
terkondensasi.

1
d) Bypass Valve

1
4.3 Peralatan pada Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Suatu PLTP memiliki peralatan-peralatan yang tidak banyak berbeda
dengan suatu PLTU bahkan lebih sederhana karena tidak ada bagian
pembangkitan uap. Peralatan suatu PLTP pada dasarnya dapat dibagi menjadi
2 bagian yang besar yaitu :
4.3.1 Bagian Produksi uap dalam
Disini untuk peralatan dibagian produksi uap alam terletak dilapangan
panas bumi itu sendiri. Adapun peralatan pada bagian produksi uap alam
adalah ;
4.3.1.1 Peralatan lubang produksi (well head equpment)
Adalah peralatan yang terdapat tepat diatas lubang produksi.
a). Service Valve
Digunakan untuk pengaturan aliran serta tekanan fluida yang
keluar selama pengujian.
b). Shunt off valve
Dipergunakan untuk menutup lubang sumur, apabila diadakan
perbaikan atau pemeliharaan.
c). Bleed Valve
Dipergunakan untuk mengeluarkan gas yang tidak dapat
terkondensasi.
d) Bypass Valve
Dipergunakan untuk membuang uap yang tidak diperlukan.

1
Sevice
Bypass

Expension

Shut-off
Concreate Bleed

Surface Anchor
Production
Gambar 4.23 Peralatan Lubang Produksi
S.L. Uppal, Electrical Power, Khanna Publisher, 1976. New Delhi.

4.3.1.2 Peralatan transmisi cairan ( Uap dan air panas )


a. Pipa – pipa transmisi
Yaitu peralatan yang digunakan untuk mentransmisikan cairan
( uap dan air panas ) dari lubang produksi ke PLTP.
b. Drum ( Steam Receives )
Tempat yang digunakan untuk mengumpulkan uap alam dari
lubang – lubang produksi sebelum uap dialirkan ke turbin PLTP
( uap dari sumur produksi dikumpulkan menjadi satu )
c. Pemisah Uap ( Steam Sparators )
Alat ini berfungsi sebagai pemisah antara kotoran dan air yang
terkandung dalam uap sebelum uap tersebut digunakan untuk
menggerakkan turbin.
d. Silensers
Alat ini difungsikan untuk menahan kebisingan akibat pengaliran
sat – sat dengan kecepatan yang tinggi ( uap, gas dan sebagainya )

1
4.3.2 Bagian perubahan tenaga uap dalam menjadi tenaga listrik
4.3.2.1 Turbin Uap

Turbin adalah suatu mesin penggerak dimana energi fluida kerja, dalam
hal ini adalah uap, dipergunakan langsung untuk memutar roda turbin.
Bagian turbin yang berputar dinamakan roda turbin. Roda turbin
initerletak didalam rumah turbin. Roda turbin memutar poros yang
menggerakan atau memutar bebannya, yang dalam hal ini adalah generator
listrik. Peralatan ini juga yang berfungsi untuk merubah tenaga uap
menjadi tenaga mekanis. Ditinjau dari sistem kerjanya turbin uap dibagi
menjadi dua bagian yaitu ;
➢ Condensing Turbin, turbin yang menggunakan condensor.
➢ Non Condensing Turbin, Turbin yang tidak menggunakan
condensor

1
4.3.2.2 Generator
Dalam hal ini generator berfungsi untuk merubah tenaga mekanis
menjadi tenaga listrik, seperti generator pada pembangkit listrik pada
umumnya.
4.3.2.3 Condensor
Merubah uap menjadi air kembali ( kondensasi ) dan juga untuk
menyingkirkan gas yang tidak terkondensasi seperti Baromatric jet
condenser.
Dalam studi kelayakan, telah dipertimbangkan dua jenis condenser
yang dapat dipakai pada PLTP yaitu ;
a. Barometric Condenser
Condenser jenis ini umumnya terletak di luar power house dan
pada elevasi yang lebih tinggi dari pada turbin.
❖ Kerugian : condenser jenis ini karena uap yang keluar dari
turbin harus melalui pipa penghantar yang panjang untuk ke
condenser di samping itu memerlukan fondasi tersendiri.
❖ Keuntungan : lantai turbin dapat dibuat lebih rendah sehingga
rumah pembangkit ( power house ) juga tidak akan terlampau
tinggi.
b. Low Level Condenser
Condenser terletak langsung dibawah turbin sehingga hambatan
aliran praktis kecil sekali. Dalam hal ini perlu dipasang fleksibel
guna meredam getaran yang terjadi.

1
❖ Kerugian : lantai turbin menjadi lebih tinggi, bangunan
menjadi lebih berat sehingga fondasi power house harus lebih
kuat.
❖ Keuntungan : pemanfaatan energi uap menjadi lebih baik
sebab hambatan aliran uap keluar dari turbin lebih kecil dan
kemungkinan kebocoran udara menjadi lebih kecil karena
tidak banyaknya terdapat sambungan pipa . Biaya condensor
jenis ini akan lebih murah.
Perlengkapan Condenser
Yang dimaksud perlengkapan condenser disini adalah fasilitas pembantu
pada condenser, agar supaya condenser tersebut berfungsi sebagai mana
mestinya. Perlengkapan condenser ini terdiri dari ;
a. Gas Extractor
Di dalam gas extractor ini udara dan non condensable gasses
dikeluarkan dengan jalan tarikan uap tekanan tinggi pada enjectornya.
Campuran gas yang harus dikeluarkan terdiri dari CO2 kebanyakan
dan sebagian kecil gas seperti H2S, CH4, H2, O2, N2, Ag, NH3 dan
H2O. Adanya H2S, NH3, Sulfate dan Chlorida menyebabkan adanya
larutan korosi.
Pemilihan gas extractor untuk non condensable gesses tersebut
tergantung dari :
Mass flow
Kevakuman condenser
Cooling water flow
Temperatur
b. Hot Well Pump atau Condensate Pump.
Hot pump ini berfungsi memindahkan secara kontinyu dan cepat air,
yang jatuh pada hot well. Condensate tersebut dipompa ke dalam
storage tank untuk selanjutnya dipompa ke cooling tower, biasanya
condensate pump ini memakai pompa jenis contrifugal.

2
c. Circulation Water Pump
Circulating water pump ini dipakai untuk mensirkulasi air
pendingin dengan jumlah yang besar. Pada PLTP pompa ini dipakai
untuk menaikkan condensate ke cooling tower dan untuk
mensirkulasikan air pendingin kebagian – bagian yang memerlukan
pendingin.
4.3.2.4 Pompa Vakum (Vacuum pumps)
Pompa vakum berfungsi untuk memperbaiki derajat kevakuman
4.3.2.5 Menara Pendingin (Cooling Tower)
Pada PLTP, sistem pendinginannya memenfaatkan udara pegunungan
yang dingin dan bersih. Akan tetapi, karena udara bersifat sebagai gas,
maka dibutuhkan volume yang besar, dan permukaan pertukaran panas
yang luas, agar pendinginannya sempurna. Untuk itu dibutuhkan suatu
menara yang tinggi. Pada menara pendingin ini, udara dihisap kedalam
dan setelah mendinginkan kondensator, udara yang telah menjadi
panas ini, dihembuskan keluar melalui cerobong menara disebelah
atas.

4.4 Keuntungan dan Kekurangan PLTP


Dalam halaman ini kita akan membahas tentang keuntungan dan
kekurangan dari energi panas bumi diatas :
A. Keuntungan PLTP
 Bersih.
PLTP, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari tidak
membakar bahan bakar untuk menghasilkan uap panas guna memutar
turbin. Menghasilkan listrik dengan energi geotermal membantu
menghemat pemanfaatan bahan bakar fosil yang tidak bisa
diperbaharui, dan dengan pengurangan pemakaian jenis-jenis bahan
bakar ini, kita mengurangi emisi yang merusak atmosfir kita.
 Tidak boros lahan.
Lokal area yang diperlukan untuk membangun PLTP ukurannya per
2
MW lebih kecil dibandingkan hampir semua jenis pembangkit
lain.Instalasi geotermal tidak memerlukan pembendungan sungai atau
penebangan hutan,dan tidak ada terowongan tambang, lorong-
lorong,lubang-lubang terbuka,timbunan limbah atau tumpahan minyak.
 Dapat diandalkan.
PLTP dirancang untuk beroperasi 24 jam sehari sepanjang tahun.Suatu
pembangkit listrik geotermal terletak diatas sumber bahan
bakarnya.Hal ini membuatnya resisten terhadap hambatan penghasilan
listrik yang diakibatkan oleh cuaca dan bencana alam yang bisa
mengganggu transportasi bahan bakar.
 Fleksibel.
Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan unit tambahan
dipasang sebagai peningkatan yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan listrik yang meningkat.
 Mengurangi Pengeluaran.

2
Uang tidak perlu dikeluarkan untuk mengimpor bahan bakar untuk
PLTP ’’ Bahan bakar “geotermal, selalu terdapat dimana pembangkit
itu berada.
 Pembangunan
PLTP di lokasi terpencil bisa meningkatkan standar dan kualitas hidup
dengan cara membawa tenaga listrik ke orang yang bertempat tinggal
jauh dari sentra populasi yang berlistrik.
B. Kerugian – kerugian PLTP
 PLTP selalu dibangun di daerah lapang Panas Bumi dimana terdapat
banyak sumber air panas atau uap yang mengeluarkan gas H 2S, hal
ini akan menyebabkan kandungan H2S akan meningkat.Kandungan
H2S yang bersifat korosit akan dapat menyebabkan peralatan–
peralatan mesin maupun listrik berkarat.
 Ancaman akan adanya hujan asam
 Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi
dan amblesan (subsidence). Amblesan juga didukung letak
geomorfologi tapak kegiatan yang berada pada kaldera vulkanik
dengan patahan sekelilingnya sesuai dengan munculnya kerucut
resent. Faktor lain yang berpengaruh adalah posisi Bali secara
regional merupakan daerah rawan gempa bumi. Untuk memantau
dampak amblesan, maka di tapak kegiatan harus dipasang mikro
seismograf. Apabila terjadi amblesan maka kegiatan operasional
PLTP harus dihentikan.
 Menyusut dan menurunnya debit maupun kwalitas sumber mata air
tanah maupun danau-danau di sekitar area pembangunan yang akan
menyebabkan gangguan pada kehidupan biota perairan dan
menurunkan kemampuan tanah untuk menahan air
 Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman kebakaran
hutan di mana diperlukan waktu antara 30-50 tahun untuk
mengembalikan fungsi hutan lindung seperti semula

2
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan
bahwa pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi cukup
menjanjikan. Apalagi kalau diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi
sebagai sumber penyedia tenaga listrik adalah termasuk teknologi yang
tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, suatu hal yang
dewasa ini sangat diperhatikan dalam setiap pembangunan dan
pemanfaatan teknologi, agar alam masih dapat memberikan daya
dukungnya bagi kehidupan umat manusia. Bila pemanfaatan energi panas
bumi dapat berkembang dengan baik, maka kota-kota di sekitar daerah
sumber energi panas bumi yang pada umumnya terletak di daerah
pegunungan, kebutuhan tenaga listriknya dapat dipenuhi dari pusat listrik
tenaga panas bumi. Apabila masih terdapat sisa daya tenaga listrik dari
pemanfaatan energi panas bumi, dapat disalurkan ke daerah lain sehingga
ikut mengurangi beban yang harus dibangkitkan oleh pusat listrik tenaga
uap, baik yang dibangkitkan oleh batubara maupun oleh tenaga diesel
yang keduanya menimbulkan pencemaran udara.

5.2 Saran
Dari pembahasan diatas saran-saran yang dapat penulis sampaikan yaitu:
1. Diharapkan kepada semua komponen Masyarakat dapat mengetahui
tentang perlunya dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan
energi alternatif yang ramah terhadap lingkungan.

2
DAFTAR PUSTAKA

- I G. B. Wijaya Kusuma .Program Studi Teknik Mesin. Fakutas


Teknik. Universitas Udayana
FISIKA ENERGI
PLTP Panas Bumi
jo-hnz.blog Orang Indonesia PLTP (Geothermal) Bedugul
TEKNIK PANAS BUMI oleh Ir. Nenny Miryani Saptadji PH.d
ITB Internet Explorer

Anda mungkin juga menyukai