Anda di halaman 1dari 24

ENERGI NON KONVENSIONAL – ENERGI PANAS BUMI

( GEOTHERMAL )

DISUSUN OLEH;

IQFAL HUDA
NIM; 431.21.0097

ABDAN SYAKURO
NIM; C431.21.0096

YUDHA MARTIN TRIATMOJO


NIM C 431.21.0005

SYARIFUL
C.431.21.0106

EMIR SYEH

Dosen Pengajar :

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ELEKTRO
UNIVERSITAS SEMARANG

2024
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL.................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 4
1.3 Tujuan........................................................................................ 4
1.4 Manfaat...................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Energi Panas Bumi ( Geothermal ).......................... 5
2.2 Terjadinya Sistem Panas Bumi.................................................. 5
2.3 Perhitungan Energi Panas Bumi................................................. 10
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Potensi Energi Panas Bumi di Indonesia.................................... 13
3.2 Teknologi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Serta Prinsip Kerjanya............................................................... 14
3.3 Keuntungan dan Kekurangan dari Energi Panas Bumi............... 19
3.4 Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi
Terhadap Lingkungan.................................................................. 21
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan ...............................................................................
4.2 Saran...........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 23

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Saat ini panas bumi (geothermal) mulai menjadi perhatian dunia karena
energi yang dihasilkan dapat dikonversi menjadi energi listrik, selain bebas polusi.
Beberapa pembangkit listrik bertenaga panas bumi telah terpasang di
mancanegara seperti di Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Italia, Swedia, Swiss,
Jerman, Selandia Baru, Australia, dan Jepang. Amerika saat ini bahkan sedang
sibuk dengan riset besar mereka di bidang geothermal dengan nama Enhanced
Geothermal Systems (EGS). EGS diprakarsai oleh US Department of Energy
(DOE) dan bekerja sama dengan beberapa universitas seperti MIT, Southern
Methodist University, dan University of Utah. Proyek ini merupakan program
jangka panjang dimana pada 2050 geothermal merupakan sumber utama tenaga
listrik Amerika Serikat. Program EGS bertujuan untuk meningkatkan sumber daya
geothermal, menciptakan teknologi terbaik dan ekonomis, memperpanjang life
time sumur-sumur produksi, ekspansi sumber daya, menekan harga listrik
geothermal menjadi seekonomis mungkin, dan keunggulan lingkungan hidup.
Program EGS telah mulai aktif sejak Desember 2005 yang lalu.
Panas yang ada di dalam bumi ini berperan besar pada dinamika bumi atau
proses yang terjadi di planet bumi ini. Panas dapat berpindah secara konduksi,
konveksi dan radiasi. Perpindahan panas secara konduksi disebabkan interaksi
atomik atau molekul penyusun bahan tersebut dalam mantel. Perpindahan panas
secara konveksi diikuti dengan perpindahan massa. Kedua proses inilah yang
sangat dominan di dalam bumi.
Pada kedalaman 100-300 km di bawah permukaan bumi, suhu pada mantel
bumi dapat melelehkan batuan dan membentuk magma yang cair atau cair
sebagian. Magma yang terkumpul dalam dapur magma dapat naik sebagian

3
melalui zona lemah. Penyebaran gunung api di dunia 95% terletak di batas
lempeng.
Indonesia yang kaya akan wilayah gunung berapi, memiliki potensi panas
bumi yang besar untuk dapat dimanfaatkan sebagai sumber pembangkit tenaga
listrik. Sekitar 54% potensi panas bumi di dunia berada di wilayah indonesia.
Dengan potensi yang sangat besar ini (lebih dari 50%), wilayah Indonesia sangat
cocok untuk menggunakan sumber pembangkit listrik tenaga panas bumi.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai
berikut :
1. Bagaimana potensi Energi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia.
2. Apa saja teknologi sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi beserta
prinsip kerjanya.
3. Apa saja keuntungan dan kekurangan energi panas bumi (geothermal).
4. Bagaimana analisa dampak lingkungan dan resiko eksplorasi.

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah Energi Panas Bumi (Geothermal) ini
adalah :
1. Untuk mengetahui potensi Energi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia
2. Untuk mengetahui teknologi sistem Pembangkit Listerik Tenaga Panas
Bumi serta prinsip kerjanya.
3. Untuk mengetahui keuntungan dan kekurangan dari Energi Panas Bumi
(Geothermal).
4. Untuk Mengetahui dampak lingkungan dan resiko eksplorasi dari Energi
Panas Bumi (Geothermal)

1.4 Manfaat

4
Manfaat yang diperoleh dari penulisan makalah ini adalah dapat
menambah wawasan bagi penulis dan para pembaca dibidang Energi Panas Bumi
(Geothermal), pembangkitan tenaga listrik, khususnya PLTP.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Energi Panas Bumi (Geothermal Energy)


Energi panas bumi, adalah energi panas yang tersimpan dalam batuan di
bawah permukaan bumi dan fluida yang terkandung didalamnya. Energi panas
bumi telah dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. di Italy sejak tahun 1913 dan
di New Zealand sejak tahun 1958. Pemanfaatan energi panas bumi untuk sektor
non‐listrik (direct use) telah berlangsung di Iceland sekitar 70 tahun.
Meningkatnya kebutuhan akan energi serta meningkatnya harga minyak,
khususnya pada tahun 1973 dan 1979, telah emacu negara‐negara lain, termasuk
Amerika Serikat, untuk mengurangi ketergantungan mereka pada minyak dengan
cara memanfaatkan energi panas bumi. Saat ini energi panas bumi telah
dimanfaatkan untuk pembangkit listrik di 24 Negara, termasuk Indonesia.
Disamping itu fluida panas bumi juga dimanfaatkan untuk sektor non‐listrik di 72
negara, antara lain untuk pemanasan ruangan, pemanasan air, pemanasan rumah
kaca, pengeringan hasil produk pertanian, pemanasan tanah, pengeringan kayu,
kertas dll.

2.2. Terjadinya Sistem Panas Bumi


Secara garis besar bumi ini terdiri dari tiga lapisan utama (Gambar 2.1),
yaitu kulit bumi (crust), selubung bumi (mantle) dan inti bumi (core). Kulit bumi
adalah bagian terluar dari bumi. Ketebalan dari kulit bumi bervariasi, tetapi
umumnya kulit bumi di bawah suatu daratan (continent) lebih tebal dari yang
terdapat di bawah suatu lautan. Di bawah suatu daratan ketebalan kulit bumi
umumnya sekitar 35 kilometer sedangkan di bawah lautan hanya sekitar 5
kilometer. Batuan yang terdapat pada lapisan ini adalah batuan keras yang
mempunyai density sekitar 2.7 - 3 gr/cm3.

6
Gambar 2.1. Susunan Lapisan Bumi
Di bawah kulit bumi terdapat suatu lapisan tebal yang disebut
selubung bumi (mantel) yang diperkirakan mempunyai ketebalan sekitar 2900
km. Bagian teratas dari selubung bumi juga merupakan batuan keras.
Bagian terdalam dari bumi adalah inti bumi (core) yang mempunyai
ketebalan sekitar 3450 kilometer. Lapisan ini mempunyai temperatur dan tekanan
yang sangat tinggi sehingga lapisan ini berupa lelehan yang sangat panas yang
diperkirakan mempunyai density sekitar 10.2 - 11.5 gr/cm 3. Diperkirakan
temperatur pada pusat bumi dapat mencapai sekitar 60000F.
Kulit bumi dan bagian teratas dari selubung bumi kemudian dinamakan
litosfir (80 - 200 km). Bagian selubung bumi yang terletak tepat di bawah
litosfir merupakan batuan lunak tapi pekat dan jauh lebih panas. Bagian
dari selubung bumi ini kemudian dinamakan astenosfer (200 - 300 km). Di
bawah lapisan ini, yaitu bagian bawah dari selubung bumi terdiri dari
material-material cair, pekat dan panas, dengan density sekitar 3.3 - 5.7 gr/cm3.
Hasil penyelidikan menunjukkan bahwa litosfer sebenarnya bukan
merupakan permukaan yang utuh, tetapi terdiri dari sejumlah lempeng-lempeng
tipis dan kaku (Gambar 2.2).

7
Gambar 2.2. Lempengan-lempengan Tektonik

Lempeng-lempeng tersebut merupakan bentangan batuan setebal 64 – 145


km yang mengapung di atas astenosfer. Lempeng-lempeng ini bergerak secara
perlahan-lahan dan menerus. Di beberapa tempat lempeng-lempeng bergerak
memisah sementara di beberapa tempat lainnya lempeng-lempeng saling
mendorong dan salah satu diantaranya akan menujam di bawah lempeng
lainnya (lihat Gambar 2.3). Karena panas di dalam astenosfere dan panas akibat
gesekan, ujung dari lempengan tersebut hancur meleleh dan mempunyai temperatur
tinggi (proses magmatisasi).

Gambar 2.3. Gambaran Pergerakan Lempengan-lempengan Tektonik (Wahl, 1977)

Adanya material panas pada kedalaman beberapa ribu kilometer


di bawah permukaan bumi menyebabkan terjadinya aliran panas dari sumber
8
panas tersebut hingga ke pemukaan. Hal ini menyebabkan tejadinya perubahan
temperatur dari bawah hingga ke permukaan, dengan gradien temperatur rata-rata
sebesar 300C/km. Di perbatasan antara dua lempeng (di daerah penujaman)
harga laju aliran panas umumnya lebih besar dari harga rata-rata tersebut. Hal
ini menyebabkan gradien temperatur di daerah tersebut menjadi lebih besar dari
gradien tempetatur rata-rata, sehingga dapat mencapai 70-80 0C/km, bahkan di
suatu tempat di Lanzarote (Canary Island) besarnya gradien temperatur sangat
tinggi sekali hingga besarnya tidak lagi dinyatakan dalam 0C/km tetapi dalam
0
C/cm.
Pada dasarnya sistem panas bumi terbentuk sebagai hasil perpindahan
panas dari suatu sumber panas ke sekelilingnya yang terjadi secara konduksi
dan secara konveksi. Perpindahan panas secara konduksi terjadi melalui
batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi terjadi karena adanya
kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan panas secara konveksi
pada dasarnya terjadi karena gaya apung (bouyancy). Air karena gaya gravitasi
selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah, akan tetapi apabila
air tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan
panas sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan.
Keadaan ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang
lebih dingin bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus
konveksi.

Gambar 2.4. Perpindahan Panas Di Bawah Permukaan


Terjadinya sumber energi panas bumi di Indonesia serta karakteristiknya
dijelaskan oleh Budihardi (1998) sebagai berikut. Ada tiga lempengan yang
9
berinteraksi di Indonesia, yaitu lempeng Pasifik, lempeng India-Australia dan
lempeng Eurasia. Tumbukan yang terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut
telah memberikan peranan yang sangat penting bagi terbentuknya sumber energi
panas bumi di Indonesia. Tumbukan antara lempeng India-Australia di sebelah
selatan dan lempeng Eurasia di sebelah utara mengasilkan zona penunjaman
(subduksi) di kedalaman 160 - 210 km di bawah Pulau Jawa-Nusatenggara
dan di kedalaman sekitar 100 km (Rocks et. al, 1982) di bawah Pulau Sumatera.
Hal ini menyebabkan proses magmatisasi di bawah Pulau Sumatera lebih dangkal
dibandingkan dengan di bawah Pulau Jawa atau Nusatenggara. Karena perbedaan
kedalaman jenis magma yang dihasilkannya berbeda. Pada kedalaman yang
lebih besar jenis magma yang dihasilkan akan lebih bersifat basa dan lebih cair
dengan kandungan gas magmatik yang lebih tinggi sehingga menghasilkan
erupsi gunung api yang lebih kuat yang pada akhirnya akan menghasilkan
endapan vulkanik yang lebih tebal dan terhampar luas. Oleh karena itu, reservoir
panas bumi di Pulau Jawa umumnya lebih dalam dan menempati batuan volkanik,
sedangkan reservoir panas bumi di Sumatera terdapat di dalam batuan sedimen dan
ditemukan pada kedalaman yang lebih dangkal.

2.3. Perhitungan Energi Panas Bumi

Perkiraan atau penilaian potensi panas bumi pada prinsipnya


mempergunakandata-data geologi, geofisika, dan geokimia. Analisa-analisa
kimia memberikanparameter-parameter yang dapat digunakan untuk perkiraan
potensi panas bumi suatudaerah. Rumus yang ada adalah sangat kasar dan
merupakan perkiraan garis besar.Diantara rumus yang ada atau sering dipakai
adalah metode Perry dan metode Bandwell,yang pada umumnya merupakan
rumus empirik.

Metode Perry

10
pada dasarnya mempergunakan prinsip energi dari panas yanghilang. Rumus
untuk mendapatkan energi metode Perry adalah sebagai berikut :

E = D x Dt x P

Dimana :

E = Arus energi (Kkal/detik)

D = Debit air panas (L/det)Dt = perbedaan suhu permukaan air panas dan air
dingin (oC)

P = Panas jenis (Kkal/kg)

Untuk perhitungan ini, data suhu dinyatakan dalam derajat celcius, debit air panas
dalam satuan liter per detik, sedangkan isi chlorida dalam larutan air panas
dinyatakan dalam miligram per liter.

Metode Bandwell

Rumus yang digunakan untuk mendapatkan energi panas bumi oleh Bandwell
adalah :

E = M (h1-h2) Kwh

Dimana :

E = energi panas

M = massa dari waduk uap panas bumi yang terdiri dari cairan dan uap

h1 = entalphi uap pada t1 (BTU/lb)

h2 = entalphi uap pada t2 (BTU/lb)

t1 = suhu waduk uap panas bumi mula-mula (oF)

t2 = suhu waduk uap panas bumi mendingin (oF)

Massa dari waduk uap panas bumi (M) sangat tergantung pada :
11
- Volume waduk uap panas bumi

- Persentase uap yang terkandung dalam waduk

12
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Potensi Energi Panas Bumi (Geothermal) di Indonesia


Jawa Barat merupakan daerah yang memiliki potensi sumber daya panas
bumiyang terbesar di Indonesia. Potensi panas bumi di Jawa Barat mencapai 5411
MW atau 20% dari total potensi yang dimiliki Indonesia. Sebagian potensi panas
bumi tersebut dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga listrik, seperti :
 PLTP Kamojang didekat Garut, memiliki unit 1,2,3 dengan kapasitas total
140 MW. Potensi yang masih dapat dikembangkan sekitar 60 MW.
 PLTP Darajat, 60 Km sebelah tenggara Bandung dengan Kapasitas 55
MW.
 PLTP Gunung Salak di Sukabumi, terdiri dari unit 1,2,3,4,5,6 dengan
kapasitas total 330 MW.
 PLTP Wayang Windu di Panggalengan dengan Kapasitas 110 MW.
Walaupun pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP) hanya mengolah sumber
panas yang tersimpan di reservoir perut bumi, bukan berarti tidak memerlukan
biaya. Investasi untuk menggali energi panas bumi tidak sedikit karena tergolong
berteknologi dan berisiko tinggi. Investasi untuk kapasitas di bawah satu MW,
berkisar US$ 3.000-5.000 per kilowatt (kW). Sementara untuk kapasitas di atas
satu MW, diperlukan investasi US$1.500-2.500 per kW. Karakter produksi dan
kualitas produksi akan berbeda dari satu area ke area yang lain. Penurunan
produksi yang cepat, merupakan karakter produksi yangharus ditanggung oleh
pengusaha atau pengembang, ditambah kualitas produksi yangkurang baik, dapat
menimbulkan banyak masalah di pembangkit. Misalnya, kandungan gas yang
tinggi mengakibatkan investasi lebih besar. Dalam pembangkitan listrik, harga
jual per kWh yang ditetapkan PLN dinilai terlalu murah sehingga tak sebanding
dengan biaya eksplorasi dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas
Bumi (PLTP). Dalam hat ini, PLN tidak bisa disalahkan karena tarif dasar listrik
yang ditetapkan pemerintah masih di bawah harga komersial, yaitu tujuh sen
dollar AS per kWh.
13
3.2. Teknologi Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi serta Prinsipnya
Fluida panas bumi yang telah dikeluarkan ke permukaan bumi
mengandung energi panas yang akan dimanfaatkan untuk menghasilkan
energi listrik. Hal ini dimungkinkan oleh suatu sistem konversi energi fluida
panas bumi (geothermal power cycle) yang mengubah energi panas dari fluida
14
menjadi energi listrik.
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) pada prinsipnya sama
seperti Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), hanya pada PLTU uap dibuat
di permukaan menggunakan boiler, sedangkan pada PLTP uap berasal dari
reservoir panas bumi. Apbila fluida di kepala sumur berupa fasa uap, maka uap
tersebut dapat dialirkan langsung ke turbin, dan kemudian turbin akan
mengubah energi panas bumi menjadi energi gerak yang akan memutar generator
sehingga dihasilkan energi listrik. Apabila fluida panas bumi keluar dari kepala
sumur sebagai campuran fluida dua fasa (fasa uap dan fasa cair) maka terlebih
dahulu dilakukan proses pemisahan pada fluida. Hal ini dimungkinkan dengan
melewatkan fluida ke dalam separator, sehingga fasa uap akan terpisahkan dari
fasa cairnya. Fraksi uap yang dihasilkan dari separator inilah yang kemudian
dialirkan ke turbin.
Secara garis besar, Teknologi pembangkit listrik tenaga panas bumi dapat
dibagi menjadi 3 (tiga), pembagian ini didasarkan pada suhu dan tekanan
reservoir. Saat ini terdapat tiga macam teknologi pembangkit listrik tenaga panas
bumi (geothermal power plants), pembagian ini didasarkan pada suhu dan
tekanan reservoir, yaitu :

 dry steam

 flash steam

 binary cycle

Ketiga macam teknologi ini pada dasarnya digunakan pada kondisi yang berbeda-
beda.

3.2.1. Siklus Uap Kering (Direct Dry Steam Cycle)


Teknologi ini bekerja pada suhu uap reservoir yang sangat panas
(>235oC), dan air yang tersedia di reservoir amat sedikit jumlahnya. Seperti
terlihat digambar, cara kerja nya adalah uap dari sumber panas bumi langsung

15
masuk ke turbin melalui pipa, kemudian turbin akan memutar generator untuk
menghasil listrik. Teknologi ini merupakan teknologi yang tertua yang telah
digunakan pada Lardarello, Italia pada tahun 1904. Jenis ini adalah cocok untuk
PLTP kapasitas kecil dan untuk kandungan gas yang tinggi. Contoh jenis ini di
Indonesia adalah PLTP Kamojang 1 x 250 kW dan PLTP Dieng 1 x 2000 Kw.

Gambar 3.2.1. Dry Steam Power Plant

Bilamana uap kering tersedia dalam jumlah lebih besar, dapat


dipergunakan PLTP jenis condensing, dan dipergunakan kondensor dengan
kelengkapannya seperti menara pendingin dan pompa. Tipe ini adalah sesuai
untuk kapasitas lebih besar. Contoh adalah PLTP Kamojang 1 x 30 MW dan 2 x
55 MW, serta PLTP Drajad 1 x55 MW.

Pembangkitan listrik di PLTP Kamojang pada prinsipnya sama seperti pada


Gambar 3.2.1, karena sumur-sumur di lapangan Kamojang menghasilkan
uap kering (temperatur di dalam reservoir 2400C). Unit I dengan kapasitas 30
MW beroperasi pada tanggal 7 Februari 1983. Unit II dan III masing-masing
sebesar 55 MW dioperasikan berturut-turut pada tanggal 29 Juli 1987 dan 13
September 1987, sehingga jumlah daya terpasang PLTP Kamojang seluruhnya
menjadi 140 MW. Lapangan Kamojang terus dikembangkan. Untuk memenuhi
kebutuhan uap PLTP Kamojang telah dimanfaatkan produksi uap dari 26
sumur. Pola pengusahaan panasbumi Kamojang unit 1 s.d unit 3, adalah sebagai
berikut:

16
3.2.2. Flash steam

Teknologi ini bekerja pada suhu diatas 182 oC pada reservoir, cara kerjanya
adalah bilamana lapangan menghasilkan terutama air panas, perlu dipakai suatu
separator yang memisahkan air dan uap dengan menyemprotkan cairan ke dalam
tangki yang bertekanan lebih rendah sehingga cairan tersebut menguap dengan
cepat menjadi uap yang memutar turbin dan generator akan menghasilkan listrik.
Air panas yang tidak menjadi uap akan dikembalikan ke reservoir melalui
injectionwells.

Contoh ini adalah PLTP Salak dengan 2 x 55 MW.

Gambar 2.5.2. Flash Steam Power Plant

3.2.3. Binary Cycle


Teknologi ini menggunakan suhu uap reservoir yang berkisar antara 107-
182oC. Cara kerjanya adalah uap panas dialirkan ke salah satu pipa di heat
exchanger untuk menguapkan cairan di pipa lainnya yang disebut pipa kerja. Pipa
kerja adalah pipa yang langsung terhubung ke turbin, uap ini akan menggerakan
turbin yang telah dihubungkan ke generator. Dan hasilnya adalah energi listrik.
Cairan di pipa kerja memakai cairan yang memiliki titik didih yang rendah seperti
Iso-butana atau Iso-pentana.

17
Gambar 2.5.3. Binary Steam Power Plant

Keuntungan teknologi binary-cycle adalah dapat dimanfaatkan pada


sumber panas bumi bersuhu rendah. Selain itu teknologi ini tidak mengeluarkan
emisi. Karena alasan tersebut teknologi ini diperkirakan akan banyak dipakai
dimasa depan. Sedangkan teknologi 1 dan 2 diatas menghasilkan emisi
carbondioksida, nitritoksida dan sulfur, namun 50x lebih rendah dibanding emisi
yang dihasilkan pembangkit minyak.

Dua lapangan yang menggunakan siklus konversi energi seperti ini


adalah Parantuka, Kamchatka Peninsula (USSR) dan Otake (Jepang). Di
lapangan Lahendong juga terdapat sebuah pembangkit listrik panasbumi siklus
binari (binary geothermal power plant) berkapasitas 2,5 MW.

Gambar 4.6. Skema Diagram Pembangkit Listrik Untuk Sistem Binary Cycle
3.3 Keuntungan dan Kekurangan PLTP

18
Dalam halaman ini kita akan membahas tentang keuntungan dan
kekurangan dari energi panas bumi diatas :
A. Keuntungan PLTP
 Bersih.
PLTP, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Angin dan Matahari tidak
membakar bahan bakar untuk menghasilkan uap panas guna memutar
turbin. Menghasilkan listrik dengan energi geotermal membantu
menghemat pemanfaatan bahan bakar fosil yang tidak bisa
diperbaharui, dan dengan pengurangan pemakaian jenis-jenis bahan
bakar ini, kita mengurangi emisi yang merusak atmosfir kita.
 Tidak boros lahan.
Lokal area yang diperlukan untuk membangun PLTP ukurannya per
MW lebih kecil dibandingkan hampir semua jenis pembangkit
lain.Instalasi geotermal tidak memerlukan pembendungan sungai atau
penebangan hutan,dan tidak ada terowongan tambang, lorong-
lorong,lubang-lubang terbuka,timbunan limbah atau tumpahan minyak.
 Dapat diandalkan.
PLTP dirancang untuk beroperasi 24 jam sehari sepanjang tahun.Suatu
pembangkit listrik geotermal terletak diatas sumber bahan
bakarnya.Hal ini membuatnya resisten terhadap hambatan penghasilan
listrik yang diakibatkan oleh cuaca dan bencana alam yang bisa
mengganggu transportasi bahan bakar.
 Fleksibel.
Suatu PLTP bisa memiliki rancangan moduler, dengan unit tambahan
dipasang sebagai peningkatan yang diperlukan untuk memenuhi
permintaan listrik yang meningkat.
 Mengurangi Pengeluaran.
Uang tidak perlu dikeluarkan untuk mengimpor bahan bakar untuk
PLTP ’’ Bahan bakar “geotermal, selalu terdapat dimana pembangkit
itu berada.

19
 Pembangunan
PLTP di lokasi terpencil bisa meningkatkan standar dan kualitas hidup
dengan cara membawa tenaga listrik ke orang yang bertempat tinggal
jauh dari sentra populasi yang berlistrik.

B. Kerugian – kerugian PLTP


 PLTP selalu dibangun di daerah lapang Panas Bumi dimana terdapat
banyak sumber air panas atau uap yang mengeluarkan gas H 2S, hal
ini akan menyebabkan kandungan H2S akan meningkat.Kandungan
H2S yang bersifat korosit akan dapat menyebabkan peralatan–
peralatan mesin maupun listrik berkarat.
 Ancaman akan adanya hujan asam
 Penurunan stabilitas tanah yang akan berakibat pada bahaya erosi
dan amblesan (subsidence). Amblesan juga didukung letak
geomorfologi tapak kegiatan yang berada pada kaldera vulkanik
dengan patahan sekelilingnya sesuai dengan munculnya kerucut
resent. Faktor lain yang berpengaruh adalah posisi Bali secara
regional merupakan daerah rawan gempa bumi. Untuk memantau
dampak amblesan, maka di tapak kegiatan harus dipasang mikro
seismograf. Apabila terjadi amblesan maka kegiatan operasional
PLTP harus dihentikan.
 Menyusut dan menurunnya debit maupun kwalitas sumber mata air
tanah maupun danau-danau di sekitar area pembangunan yang akan
menyebabkan gangguan pada kehidupan biota perairan dan
menurunkan kemampuan tanah untuk menahan air
 Berubahnya tata guna lahan, perubahan dan ancaman kebakaran
hutan di mana diperlukan waktu antara 30-50 tahun untuk
mengembalikan fungsi hutan lindung seperti semula

20
 Terganggunya kelimpahan dan keanekaragaman jenis biota air
karena diperkirakan akan tercemar zat-zat kimia SO 2, C02, CO, NO2
dan H2S
3.4 Dampak Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi terhadap Lingkungan
Dalam pemanfaatan energi panas bumi untuk pembangkit listrik terdapat
berbagai dampak terhadap lingkungan akibat kegiatan-kegiatan yang dilakukan
pada tahap eksplorasi dan eksploitasi. Dampak-dampak tersebut di antaranya
adalah :
 Akuisisi lahan
 Gangguan permukaan (flora, fauna, tanah)
 Emisi udara
 Thermal effluents
 Chemical discharge
 Limbah padat
 Penggunaan air

Dampak-dampak yang dihasilkan dari pemanfaatan energi panas bumi


sebagai pembangkit listrik dapat diminimalisir dengan manajemen lingkungan
yang tepat. Salah satu contohnya adalah melakukan pemantauan dampak-dampak
yang ditimbulkan.

21
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, kiranya dapat disimpulkan bahwa
1. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi cukup
menjanjikan. Apalagi kalau diingat bahwa pemanfaatan energi
panas bumi sebagai sumber penyedia tenaga listrik adalah
termasuk teknologi yang tidak menimbulkan pencemaran terhadap
lingkungan, suatu hal yang dewasa ini sangat diperhatikan dalam
setiap pembangunan dan pemanfaatan teknologi, agar alam masih
dapat memberikan daya dukungnya bagi kehidupan umat manusia.
2. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi adalah Pembangkit Listrik
(Power generator) yang menggunakan Panas bumi (Geothermal)
sebagai energy penggeraknya.
3. Teknologi PLTP dibedakan menjkadi 3, yaitu : dry steam, flash
steam, dan binarycycle. Ketiga teknologi ini pada dasarnya
digunakan pada kondisi yang berbeda beda
4. Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi memiliki
kelebihan dan kekurangan tersendiri serta adanya dampak yang
akan ditimbulkan terhadap lingkungan.

4.2 Saran
22
Diharapkan kepada semua komponen Masyarakat dapat mengetahui
tentang perlunya dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi
alternatif yang ramah terhadap lingkungan.

23
DAFTAR PUSTAKA

- I G. B. Wijaya Kusuma .Program Studi Teknik Mesin. Fakutas Teknik.


Universitas Udayana
- FISIKA ENERGI
- PLTP Panas Bumi
- jo-hnz.blog Orang Indonesia PLTP (Geothermal) Bedugul
- TEKNIK PANAS BUMI oleh Ir. Nenny Miryani Saptadji PH.d ITB
- Internet Explorer
- http://geothermal.itb.ac.id/wp-content/uploads/Sekilas_tentang_Panas_Bumi.pdf
- http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/dasar_fisika_energi/
bab7_energi_panas_bumi.pdf

24

Anda mungkin juga menyukai