Anda di halaman 1dari 30

Karya Tulis Ilmiah

“Efek Rumah Kaca”


Dosen Pengampu: Margaretha Sumarwati

Disusun Oleh :

IANDI SANTULUS

( 53418184 )

2IA22

UNIVERSITAS GUNADARMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
DAFTAR ISI

Daftar Isi..............................................................................................................................i
Bab I Pendahuluan............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...............................................................................................................1

1.2 Tujuan............................................................................................................................1

1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................................2

Bab II Pembahasan............................................................................................................3

2. Efek Rumah Kaca..........................................................................................................3

2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca........................................................................................3

2.2 Peneyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca......................................................................3

2.3 Akibat Dari Efek Rumah Kaca......................................................................................4

2.4 Efek Rumah Kaca Untuk Kehidupan di Bumi...............................................................5

3. Pengearuh Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan dan

Produktifvitas Tanaman...............................................................................................7

4. Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan dan Produktifvitas Tanaman.................8

5. Pengaruh Biologis Langsung......................................................................................10

5.1 Pertumbuhan Tanaman Dalam Rumah Kaca...............................................................10

5.2 Efesiensi Fotosintesis...................................................................................................11

5.3 Efesiensi Penggunaan Air............................................................................................11

6. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi.......................................................................12

7. Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman..............................................................12

7.1 Kemampuan Adaptasi Terhadap Sumber Daya Iklim di Bumi...................................12

8. Prakiraan Regional......................................................................................................13

8.1 Pola Iklim dan Respon Tanaman.................................................................................13

9. Pemanasan Global.......................................................................................................14

9.1 Pengertian Pemanasan Global......................................................................................14

9.2 Penyebab Pemanasan Global.......................................................................................14

i
9.3 Dampak Pemanasan Global.........................................................................................15

9.3.1 Cuaca ........................................................................................................................15

9.3.2 Tinggi Muka Laut.....................................................................................................15

9.3.3 Pertanian...................................................................................................................16

9.3.4 Hewan dan Tumbuhan..............................................................................................16

9.3.5 Kesehatan Manusia...................................................................................................16

10. Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah Kaca....................................17

11. Cara Menanggulangi Pemanasan Global ...............................................................18

12. Manfaat Efek Rumah Kaca Bagi Kehidupan di Bumi ......................................... 20

12.1 Global Warming.........................................................................................................20

12.2 Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca.................................................................................21

Bab III Penutup...............................................................................................................22

Daftar Pustaka.................................................................................................................23

ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Saat ini perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau
yang sering disebut Iptek memang memberikan dampak yang positif bagi kehidupan, yaitu
dapat menyederhanakan dan mempermudah aktivitas-aktivitas dalam kehidupan. Namun,
tidak hanya dampak positif saja yang diberikan oleh kemajuan di bidang iptek ini, tetapi juga
dampak-dampak negatif. Misalnya saja, berkat adanya kemajuan iptek manusia tak perlu lagi
berjalan kaki untuk menempuh perjalanan yang jauh ataupun dekat. Karena saat ini sudah
banyak sepeda motor dan mobil yang mempercepat dan memudahkan kita menuju ke suatu
tempat. Namun asap dari kendaraan bermotor ini dapat menyebabkan polusi dan gas rumah
kaca apabila kadarnya telah berlebih. Tidak hanya itu, pembakaran fosil seperti pada
pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, pembakaran hutan  juga
menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca meningkat.
Masalah lain yang juga kita alami saat ini adalah meningkatnya  temperatur
rata-rata permukaan bumi. Dari tahun 1880-1940 temperatur bumi naik hingga 0,6 derajat
celcius. Lalu kembali menurun 0,3 derajat celcius dari tahun 1940-1975. Kemudian naik
secara perlahan-lahan sejak tahun 1975.
Masalah-masalah lingkungan ini makin lama makin bertambah, terlebih saat
ini berhembus masalah yang lebih besar mengenai global warming dan efek rumah kaca.

1.2 Tujuan
Tujuan secara umum adalah untuk mengetahui sejauh manakah pemanasan
Global ini telah terjadi? dan penyebab pastinya apa? Semua ini masih merupakan tanda
Tanya bagi manusia. Karena sampai sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti
dari pemanasan Global ini dan manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari
pemanasan Global yang akan dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun
lingkungan di sekitarnya. Jika pemanasan Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan
bukan hanya di alami oleh manusia saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya,
seperti meningkatnya suhu di permukaan bumi menyebabkan kekeringan, dengan demikian
akibat dari kekeringan ini selain dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana
tumbuhan akan menjadi layu karena kekurangan air atau dan sebagainya.

1
Oleh karena itu melalui karya ilmiah ini diharapkan agar manusia dapat lebih
mencegah aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti
mengadakan kegiatan pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi
meningkat, dan lain-lain.

1.3 Rumusan Masalah


Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam karya ilmiah ini meliputi:
1.    Apa itu rumah kaca?
2.    Bagaimana dan apa penyebab rumah kaca?.
3.    Apa keterkaitan efek rumah kaca dengan global warming dan perubahan iklim?.
4.    Dampak apa yang diakibatkan oleh efek rumah kaca?.
5.    Bagaimana cara-cara menanggulangi efek rumah kaca.

6.    Manfaat rumah kaca abagi kehidupan sehari-hari

2
BAB II

PEMBAHASAN 

2. Efek Rumah Kaca

2.1 Pengertian efek rumah kaca

Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh


permukaan bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi. Sebagian dari panas
ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar sebagai radiasi infra
merah gelombang panjang. Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap
oleh gas-gas di atmosfer yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air,
karbon-dioksida/CO2 dan metana ) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer
bumi.

Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK) karena peristiwanya
sama dengan rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak
dapat menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.

3
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena
jika tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih
dingin.

Semua kehidupan di Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena
tanpanya, planet ini akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.

Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya
pemanasan bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut !

Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada
tahun1824, merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama pada
planetatau satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.Efek rumah
kaca hanya terjadi pada planet-planet yang mempunyai lapisanatmosfer seperti Bumi, Mars,
Venus, dan satelit alami Saturnus (Titan).

2.2 Penyebab terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas Karbondioksida


(CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini terjadi
akibatkenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar
organiclainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut
untuk mengabsorsinya. Bahan-bahan di permukaan bumi yang berperan aktif untuk
mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuh-tumbuhan, huta, dan laut. Jadi bisa
dimengerti bila hutansemakin gundul, maka panas di bumi akan semakin naik. Energi yang
diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah olehawan dan permukaan
bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut tertahan olehawan, gas CO2, dan gas
lainnya sehingga terpantul kembali ke permukaan bumi. Dengan meningkatnya konsentrasi
gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir makasemakin banyak pula gelombang panas yang
dipantulkan bumi dan diserap atmosfir. Dengan perkataan lain semakin banyak jumlah gas
rumah kaca yang berada di atmosfir,maka semakin banyak pula panas matahari uang
terperangkap di permukaan bumi. Akibatnya suhu permukaan bumi akan naik. Sudah
disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas rumahkaca.

4
Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:

 Energi: Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM


memberikontribusi besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutama CO2.

 Kehutanan: Salah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah kaca.
Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga pengrusakanhutan akan
memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.

 Peternakan dan Pertanian: Di sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari
pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotoran-kotoran
ternak,serta pembakaran sabana. Pada sektor pertanian, gas metan (CH4) yang paling
banyak dihasilkan.
 Sampah: Sampah sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya gasmetan
(CH4), karena aktifitas manusia sehari-hari.

2.3 Akibat dari Efek Rumah Kaca


Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya
perubahaniklim yang sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya
hutan danekosistem lainnya sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap
karbondioksidadi atmosfir. Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es
di daerahkutub yang dapat menyebabkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga
akanmengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan
terjadikenaikan permukaan laun yang mengakibatkan negara yang berupa kepulauan akan
mendapat pengaruh yang sangat besar.

2.4 Efek Rumah Kaca untuk Kehidupan di Bumi


Green house effect atau lebih kita kenal dengan sebutan efek rumah kaca
adalah sebuah kondisi di mana suhu dari sebuah benda permukaan langit, seperti planet dan
bintang, meningkat secara drastis. Meningkatnya suhu ini disebabkan karena adanya
perubahan kondisi dari komposisi serta keadaan atmosfir yang mengelilingi benda langit
tersebut.

5
Sebenarnya, penggunaan istilah efek rumah kaca diadopsi dari petani di
negara Eropa dan Amerika, karena mekanisme pemanasan bumi ini sama seperti yang terjadi
di rumah kaca yang digunakan untuk perkebunan di negara tersebut. Biasanya para petani
menggunakan rumah kaca di musim dingin. Tanaman yang ditanam di dalam rumah kaca
akan tetap hidup dan tidak mati membeku, oleh pengaruh musim dingin. Karena kaca akan
menghalangi suhu yang masuk dan memantulkan kembali keluar. Ini menyebabkan seringnya
terjadi kesalah pahaman. bahwa efek rumah kaca disebabkan oleh banyaknya rumah
berdinding kaca.
Yang terjadi pada bumi adalah, ketika cahaya matahari mengenai atmosfer
serta permukaan bumi, sekitar 70 persen dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap
oleh tanah, tumbuhan, lautan dan benda lainnya. Tiga puluh persen sisanya dipantulkan
kembali melalui awan, hujan serta permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas 70 persen itu,
tidak selamanya berada di bumi. Benda-benda di sekitar planet yang menyerap cahaya
matahari seringkali meradiasikan kembali panas yang diserapnya.
Sebagian panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan
dipantulkan kembali ke bawah permukaan bumi, ketika mengenai zat yang berada di
atmosfer. Seperti karbon dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat
permukaan bumi tetap hangat daripada di luar angkasa, karena energi lebih banyak yang
terserap dibandingkan dengan yang dipantulkan kembali.
Jadi, jika bumi tidak memiliki gas rumah kaca, maka suhu di bumi akan terlalu
dingin untuk kehidupan makhluk di dalamnya. Sebagai contoh, planet Mars tidak memiliki
gas rumah kaca, sehingga suhu di sana berada di sekitar -30°C. Jika suhu yang sama terjadi di
bumi, tentu saja tidak ada makhluk hidup dapat hidup di bumi.
Tidak menjadi masalah seadainya konsentrasi gas-gas rumah kaca berada
dalam keadaan konstan, tidak terjadi lonjakan drastis seperti sekarang ini. Meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca diakibatkan berbagai aktivitas manusia yang memicu
pancaran gas tersebut ke atmosfir. Dengan adanya pancaran gas ini, maka konsentrasinya di
lapisan atmosfir bumi akan semakin tinggi. Kondisi ini akan mengakibatkan sinar matahari
yang dipantulkan oleh permukaan bumi akan sulit lewat dan menjadi terperangkap di
permukaan bumi.
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca
bergantung pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan
kemampuan penyerapan energi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek

6
rumah kaca yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Adapun gas-gas yang
terdapat dalam rumah kaca, adalah sebagai berikut:

CO2 (Karbon Dioksida)


CO2 adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang
sedang ditimbun di atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap
jumlah karbon dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu
minyak bumi, batu bara, dan gas bumi.
Pembukaan lahan baru pertanian dan penggundulan hutan juga meningkatkan
jumlah karbon dioksida dalam atmosfer. Namun selain efek rumah kaca, CO2 juga
memainkan peranan sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh
tanaman dengan bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam
proses yang dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon
dioksida diserap oleh ganggang.
Dampak dari meningkatnya CO2 di atmosfer antara lain: meningkatnya suhu
permukaan bumi, naiknya permukaan air laut, anomali iklim, timbulnya berbagai penyakit
pada manusia dan hewan(Astin,2008). Berbagai upaya dilakukan untuk menekan laju
peningkatan emisi CO2 di atmosfer.

H2O (Uap Air)


Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Uap air tidak
terlihat dan harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-
butir air. Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi
terutama oleh suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan
meningkat karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca dan
pemicu naiknya pemanasan global.

CH4 (Metana)
Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan
bahan organik pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada
saat pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah
terbakar, dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan. Kegiatan manusia telah
meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal
bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke
atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain
yang berarti, karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka

7
bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat
pembuangan sampah, sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan
bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik. Metana merupakan unsur utama dari
gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi.

CFC (Chloro Flouro Carbon)

Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat


tidak mudah terbakar dan tidak beracun. CFC amat stabil sehingga dapat digunakan dalam
berbagai peralatan. Mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chloro fluoro
carbon yang paling banyak digunakan mempunyai nama dagang Freon. Dua jenis
chlorofluorocarbon yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut
digunakan dalam proses mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan
lemari es selain juga sebagai pelarut untuk membersihkan mikrochip.CFC menghasilkan efek
pemanasan hingga ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di
banyak negara karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.

O3 (Ozon)

Ozon terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer,


ozon merupakan zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi
dengan gas buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan
manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan.
Ternyata, tanpa kita sadari, begitu banyak pemicu terjadinya efek rumah kaca.
Maka mari kita jaga bumi ini, demi anak cucu kelak.

3. Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan dan Produktifitas Tanaman.

Iklim dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan
produktifitas tanaman pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini mendasarkan pada
kebutuhan akan tanaman setahun, kecuali beberapa tanaman seperti pisang, kelapa, buah-
buahan, anggur, kacang-kacangan, beberapa sayuran seperti asparagus, rhubarb, dan lain-lain.
Tanaman-tanaman tersebut dikembangbiakan dalam kondisi pertanaman tertentu.

Produktifitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun.


Perubahan drastis cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata.

8
Tanaman dan ternak sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara dan
drastis. Perbedaan cuaca antar tahun lebih berpengaruh dibanding dengan perubahan iklim
yang diproyeksikan. Dan tak terdapat bukti bahwa perubahan iklim akan mempengaruhi
perubahan cuaca tahunan.

Petani selalu berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran perbedaan antar


tahun telah melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi iklim tahunan, dalam beberapa
urutan besaran lebih tinggi dibanding dengan besar prediksi perubahan pelan-pelan iklim
yang diajukan para ahli ekologi. Hal ini digambarkan pada Musim panas daerah pertanian
Jagung Amerika serikat, antara tahun 1988 (kering dan panas) dan 1992 (basah dan dingin).
Suhu selama Juli dan Agustus berbeda 80F dalam dua tahun dibeberapa negara bagian. Hal
paling kritis yang belum diketahui adalah pola frekuensi kemarau. Kemarau terjadi
dibeberapa tempat didunia setiap tahun. Kemarau tahunan juga lumrah terjadi di area
pertanian India, China, Rusia dan beberapa negara Afrika.

Makalah ini akan membahas implikasi dari effek rumah kaca, atau khusunya,
perubahan iklim yang diakibatkan meningkatnya kandungan CO2 atmosfir dan gas rumah
kaca lainnya terhadap produktifitas tanaman pangan. Juga mempertimbangkan efek langsung
maupun biologis dari peningkatan kadar CO2 tersebut. Dan interaksi Biologi dan Iklim
terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman pangan.

4. Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman

Variabel menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap


pertumbuhan dan produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2
adalah bumi yang memanas. Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan
akan lebih rendah dibanding permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan
komputer. Berdasarkan permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas sebesar
1,5-4,5 C jika kadar CO2 meningkat duakali. Secara keseluruhan iklim akan memanas 3 kali
1,5 C pada akhir abad nanti, dan pemanasaan terbesar terjadi dikutub, dan lebih rendah
dikhatulistiwa.

Kedua, kenaikan suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola
hujan. Untuk kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan
dalam ketersediaan air memiliki akibat yang lebih besar dibanding kenaikan suhu.

9
Permodelan iklim secara regional telah dimodelkan dalam tingkat yang lebih kurang
meyakinkan dibanding model untuk iklim global.

Perubahan yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan
kadar CO2 yang tinggi akan menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi.
Pertambahan areal pertanian beririgasi di Amerika terjadi di delta misisipi dan dataran utara.
Hal serupa terjadi di India, China dan Rusia bagian selatan. Di USA, area tanam jagung dan
gandum musim dingin akan bergeser ke utara dan akan digantikan sorgum dan padi-padian.

Ketiga, pemanasan global mempengaruhi variabel yang berpengaruh terhadap


produktifitas pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi pertanian yang terkait zona suhu,
baik bagi pertambahan maupun intensitas masa tanam atau satuan tingkat pertumbuhan.
Perhatian petani akan tertuju pada perbedaan musiman dan antar tahun pada curah hujan,
salju,  lama musim tanam, dan beda suhu dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap
pertumbuhan. Stabilitas dan keandalan produksi adalah sama pentingnya dengan besaran
jumlah produksi itu sendiri.

Keprihatinan akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih
besar lagi akan diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi
fotosintesis dan berkurangnya kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil.
Selama 70 tahuan, perubahan cuaca, mencerminkan bahwa hasil tanam di USA, Rusia, India,
China, Argentina, Canada dan Australia, memungkinkan negara dengan cuaca baik dapat
menjaga keamanan pangan negara dari cuaca yang buruk. Kekeringan secara menyeluruh di
dunia hampir tak pernah terjadi saat ini.

Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat mengantisipasi perubahan


iklim, perubahan itu akan menambah masalah yang harus ditangani dalam dasa warsa
kedepan. Masalah lain adalah Kelangkaan air dan kualitas air, tanah yang menjadi gersang,
pengadaan energi dari bahan bakar fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang
ada. Beberapa praktek yang membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan
harus diubah bersamaan dengan tingkat produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus
terus ditingkatkan. Prakiraan terjadinya perubahan iklim membuat penelitian pertanian yang
komprehensif menjadi sangat penting dalam menghadapi perubahan itu secara efektif.

10
Penelitian mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha peningkatan
produktivitas tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, yang kini tengah
dilakukan melalui rekayasa genetik, perlakuan kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan
memberi dua manfaat sekaligus, baik sebagai pelindung mengahadapi perubahan jangka
pendek lingkungan, seperti kemarau dan juga membantu menghadapi perubahan iklim dalam
jangka panjang, dan untuk mengkapitalisasi sumberdaya hayati  bagi peningkatan produksi.

Pandangan yang berbeda mengenai pemanasan global yang memiliki bobot


ilmiah yang baik muncul, mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang
telah disimpulkan oleh beberapa ilmuwan bahwa model prakiraan iklim yang dibuat
merupakan penyederhanaan yang sangat simplistis dari proses atmosfir dan lautan yang
sangat kompleks. Dan tak dapat dibuktikan bahwa pengeluaran gas rumah kaca akan
berpengaruh signifikan terhadap iklim dunia, sebab-sebab pemanasan global juga lebih tidak
dapat lagi dipastikan.

5. Pengaruh Biologis Langsung:

5.1 Pertumbuhan Tanaman dalam rumah Kaca

Penelitian mengenai manfaat pengayaan CO2 dimulai abad lalu. Awal 1888,
manfaat pemupukan dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman di dalam rumah kaca di
Jerman, dan beberapa tahun kemudian di Inggris, serta 80 tahun yang lalu di USA. Hasil yang
menguntungkan pertama kali dilaporkan terjadi pada tanaman pangan seperti letuce, tomat,
mentimun, dan kemudian bunga dan tanaman hias.

Banyak catatan dan pernyataan yang disusun mengenai pertumbuhan tanaman


yang berada dalam lingkungan yang dikontrol dan diberi pengayaan CO2. Wittwer dan Robb
membuat catatan menyeluruh mengenai data-data sebelumnya dan ditambah hasil
penelitiannya sendiri bahwa tanaman tomat mencapai usia dewasa dan hasil produksi yang
menguntungkan dalam rumah kaca yang diperkaya CO2. Sementara Strain dan Cure
menyusun Bibliographi literature mengenai pengayaan CO2 dan efeknya terhadap
lingkungan dan tanaman yang lengkap. Kimball dkk. pada tahun 1983, 1985 dan 1996
mengumpulkan 770 penelitian mengenai hasil tanaman dalam rumah kaca dengan pengayaan
CO2, dan terbukti hasil tanaman tersebut meningkat 32%.

11
Pada tahun 1982 diselenggarakan Konferensi Internasional yang bertujuan
mengidentifikasi makalah yang terkait dengan pengaruh biologis langsung dari pengaruh
peningkatan CO2 pada produktifitas tanaman, sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dengan
efisiensi photositensis, efisiensi penggunaan air, Penyerapan Nitrogen biologis terkait dengan
sumberdaya iklim seperti cahaya, suhu dan kelembaban. Fokus makalah ini dibuat dengan
mengacu kepada tindak konferensi tersebut. Dokumentasi yang lebih lengkap mengenai efek
langsung CO2 terhadap produkstifitas tanaman diterbitkan Departemen Energi USA pada
Tahun 1985-1987 secara berseri, makalah Wittwer tahun 1985 dan 1992. Itu semua
dilengkapi oleh materi yang diedit oleh Enoch dan Kimball pada 1968 mengenai Pengayaan
Karbondioksida Pada Tanaman Rumah Kaca meliputi status dan sumber CO2, physiologi,
hasil daan ekonomi. Juga telah dilakukan riset selama 35 tahun oleh sebuah grup dalam
Komisi Tanaman Terlindung pada International Society for Holticultural Science, yang
membuktikan bahwa pengayaan CO2 menambah hasil sebesar 12-13 %, dibanding pada
kadar atmosfir biasa sebesar 335 ppm. Pengaruh paling mencolok dari pengayaan tersebut
dalah efisiensi fotosintesis dan Penggunaan Air yang lebih efisien.

5.2   Efisiensi Fotosintesis
Hanya sedikit keraguan bahwa kadar CO2 dalam atmosfir adalah kurang
optimal bagi fototosintesis ketika faktor lain yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya,
air, suhu dan unsur hara) mencukupi. Fotosintesa Netto adalah jumlah fotosintesa brutto
minus fotorespirasi, dan fotorespirasi setidaknya memiliki besaran mengubah 50%
karbohidrat hasil fotosintesa kembali menjadi CO2, dengan peningkatan CO2 fotorespirasi
diperkirakan akan menurun. Peningkatan Biomassa terbukti terjadi ketika dilakukan
pengayaan CO2. Ini tak selalu muncul dari fotosintesa netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu
penggunaan air yang efisian dalam tanaman C4 seperti jagung. Peningkatan efisiensi air ini
merangsang pertumbuhan tanaman.
Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah
peningkatan tingkat fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat
sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan
lebih besar. Ada perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar
CO2 dibanding C4. Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas,
percabangan, bibit dan jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-
batang. Rasio C:N bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen meningkat. Terutama pada
Kentang, Ubi Jalar, Kedelai. Dengan meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang

12
secara global, hasil pertanian diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari sekarang. 
Perkiraan sementara saat ini sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat
kenaikan kadar CO2. Manfaat pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas
tanaman saat ini telah dikenal telah dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam
lingkungan terkontrol secara penuh atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial
(padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman
hutan), yang membuktikannya.

5.3 Efisiensi Penggunaan Air


Kebutuhan utama tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas
maupun kuantitas. Air kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan
jumlah penduduk terbesar di dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu
dinegara-negara temur tengah, afrika utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang
berpengaruh terhadap produksi tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim
kering yang terjadi. Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti oleh para petani diberbagai
negara produsen pangan. Kebutuhan akan air menjadi semakin penting dan kritis, di USA,
80–85 % konsumsi air bersih adalah untuk pertanian. Sepertiga persediaan tanaman pangan
sekarang tumbuh padi 18% lahan beririgasi.

Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah


kecenderungan tanaman untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan
tertutupnya stomata ini penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti
efisiensi penggunaan air meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari
produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan
CO2 di atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang
penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam,
salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya
kebutuhan air untuk pertanian.

Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman
C4 adalah meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3
mengurangi membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai.
Tanaman dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama
meluasnya ukuran daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan
terakhir efisiensi penggunaan air.

13
6. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi

Perubahan yang telah diperkirakan mengenai penguapan dan suhu akibat efek
rumah kaca dan pemanasan global sepertinya akan menguntungkan lahan pertanian
beririgasi. Di USA, luas areal pertanian beririgasi akan meluas sampai dataran utara dan delta
Missisipi, hal ini juga berlaku untuk Cina, India dan negara lain. Dimana lingkungan lebih
lembab dan diperuntukkan untuk tanaman biji-bijian dan kacang-kacangan. Kecenderungan
ini telah terjadi di USA, China, dan India. Jagung dan Gandum kini bergeser mendekati
daerah yang dingin dan lebih lembab. Produksi Sorgum dan padi-padian akan menggeser
posisi areal gandum dan jagung tersebut. Diharapkan juga, dimasa mendatang model dari
atmosfir dan iklim akan lebih berkembang dan melengakapi dari apa yang sekarang telah
dikembangkan, sehingga sensitivitas tanaman terhadap perubahan iklim lebih dapat
diketahui.

7. Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman:

7.1 Kemampuan Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di Bumi

Banyak tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di


bumi padi, ubikayu, ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu
sesuai. Jagung mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan
ketinggian dibumi ini. Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam
lima puluh tahun ini. Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang
450 LU dan 400 LS. Gandum musim dingin yang lebih produktif dari gandum musim semi
areal tanamnya telah meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah dengan kemampuan rekayasa
genetik yang kita miliki perluasan areal tanam akan semakin mungkin dan cepat terealisasi.

Diperkirakan penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas


tanaman di Amerika Utara, hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara
China. Tanaman hortikultura dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian
USA. Tanaman seperti Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan
dimanfaatkannya mulsa dan pelindung plastik. Pemanasan global akan lebih menguntungkan
dibanding dengan kembalinya era es sebagaimana diprediksi beberapa dekade yang lalu.
Terlebih dimana produksi tanaman pangan terpusat di Lintang 300 LU sampai 500 LS.

14
Perubahan iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini
dipublikasikan adalah hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin
menguntungkan, karena memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya,
nanas dan pisang , dinegara bagian selatan USA.

8. Prakiraan Regional:

8.1 Pola Iklim dan Respons Tanaman

Sejak 1850, kadar CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar 25 % akibat
pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan hutan tak ada yang menentangnya. Kadar
gas rumah kaca selain CO2 juga telah meningkat melebih prosentase CO2 dan dengan efek
pemanas yang setara CO2. Namun terdapat kontrovesi mengenai kapan pemanasan global
pertama kali muncul, juga terdapat kontroversi mengenai besaran perubahan suhu yang
terjadi, jika terjadi pada masa yang akan datang. Perkiraan yang ada berkisar antara minus
1,50C sampai 60C. Prakiraan iklim dan cuaca regional dengan sebaran variabel seperti awan,
kelembaban, dan angin lebih tidak pasti lagi.

Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan,


sebagaimana dibahas diatas, namun bila terjadi kekeringan sebagaimana ramalan hasil
permodelan iklim yang sekarang, hasil pertanian tak dapat dipastikan. Namun secara garis
besar dampak yang terjadi masih dapat kita kendalikan. Tindakan dari petani, ilmuwan dan
kebijkan pemerintah lebih diperlukan dibandingkan dengan perubahan pola hidup kita.

Prakiraan pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak spekulasi, dan


beberapa riset telah dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap hubungan hama dan
tanaman dan strategi perlindungan tanaman. Gulma, Serangga, nematoda dan wabah 
berdampak sangat merugikan bagi pertanian. Perubahan Iklim yang mungkin akan
berdampak pada hubungan tumbuhan – hasil panen – hama, dan ekosistem lain. Peningkatan
kandungan karbohidrat dan akumulasi nitrogen akan berpengaruh terhadap pola makan
serangga, ini telah ditunjukan dalam beberapa eksperimen. Pengendalian hama memasuki era
baru, dengan pengintegrasian penanganan hama.

9. Pemanasan Global:

9.1 Pengertian Pemanasan Global

15
Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi
akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global akan
diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia
sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami
musim kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.

9.2 Penyebab Pemanasan Global

Pemansan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal
dengan gas rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan
manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah
karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan
penggundulan hutan serta pembakaran hutan.

Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi
metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak
lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang
dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat
adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari.
Sementara lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi
“atap” sekarang berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif
dari gas rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan
global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara
spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi
tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang
mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan.
Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin,
biogas, air, khususnya hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan
bakar fosil, baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan
bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir.
Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon,
menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan
siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.

16
9.3 Dampak Pemanasan Global
Pemanasan global yaitu meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan
daratan Bumi yang disebabkan oleh aktifitas manusia terutama aktifitas pembakaran bahan
bakar fosil (batu bara, minyak bumi, dan gas alam), yang melepas karbondioksida (CO2) dan
gas-gas lainnya yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Atmosfer semakin penuh
dengan gas-gas rumah kaca ini dan ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak
pantulan panas Matahari dari Bumi. Dampak pemanasan gelobal akan mempengaruhi :

9.3.1 Cuaca
Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian
Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-
daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil.
Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang
sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada
pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan
lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada
musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

9.3.2 Tinggi muka laut


Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan
menghangat, sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland, yang lebih
memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 – 25
cm (4 – 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC memprediksi peningkatan lebih
lanjut 9 – 88 cm (4 – 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah
pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda , 17,5
persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir
akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan
meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana yang sangat besar untuk
melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat
melakukan evakuasi dari daerah pantai.

9.3.3 Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan
lebih banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa

17
tempat. Bagian Selatan Kanada , sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari
lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan pertanian
tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian
gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika
snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan
mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman pangan dan hutan dapat
mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

9.3.4 Hewan dan tumbuhan


Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan global,
hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan
mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu
hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini. Spesies-
spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan
pertanian mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat
berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

9.3.5 Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang
yang terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa
penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang
sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk dunia tinggal di daerah
di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit malaria; persentase itu akan
meningkat menjadi 60 persen jika temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya
juga dapat menyebar seperti malaria, demam dengue (demam berdarah), demam kuning, dan
encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit
pernafasan karena udara yang lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold
dan serbuk sari.

10. Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah Kaca

Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas matahari
yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi lalu dipantulkan

18
kembali ke angkasa. Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di antaranya karbon dioksida
(CO2), metana (CH4), nitro oksida (N2O), sebagian panas tetap ada di atmosfer sehingga
Bumi menjadi hangat pada suhu yang tepat (60ºF/16ºC) bagi hewan, tanaman, dan manusia
untuk bisa bertahan hidup. Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek
gas rumah kaca, suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18ºC. Sayangnya, karena sekarang ini
terlalu banyak gas rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya.
Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas.

Pemanasan global akibat adanya meningkatnya gas-gas rumah kaca yang


menyebabkan efek rumah kaca yang berlebihan pada atmosfer bumi diyakini merupakan
salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim global secara ekstrem ini.
Istilah Efek rumah kaca itu sendiri diusulkan pengunaan namanya pertama kali
oleh Joseph Fourier pada 1824, yang memiliki arti proses pemanasan permukaan suatu benda
langit terutama planet atau satelit yang memiliki atmosfer yang disebabkan oleh tergangunya
komposisi gas-gas rumah kaca pada atmosfernya. Komposisi gas-gas rumah kaca pada
atmosfer Bumi terdiri atas CO2 (Karbon dioksida), N2O (Nitrous Oksida), HFCs
(Hydrofluorocarbos), SF6 (Sulphur hexafluoride), PFCs (Perfluorocarbons), SO2 (sulfur
dioksida), NO (nitrogen monoksida),  (NO2) nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa
senyawa organik seperti gas CH4 (Metan) dan (CFC) khloro fluoro karbon.
Gas-gas tersebut dihasilkan lewat proses alami di Bumi ataupun merupakan
hasil sampingan dari aktivitas manusia saat memenuhi kebutuhan hidup. Gas yang dihasilkan
oleh letusan gunung berapi, kebakaran hutan, rawa-rawa, proses photosintesa, proses
pembusukan  hingga proses bernafaspun merupakan sumber Gas Rumah Kaca alami.
Sedangkan sisa pembakaran hasil industri, pembakaran bahan bakar fosil, emisi gas buang
kendaraan bermotor adalah sumber Gas Rumah Kaca akibat dari aktivitas manusia.
Meningkatnya Gas Rumah Kaca dimulai sejak abad 18 saat manusia menemukan teknologi
industri yang banyak menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas maupun
batubara untuk menghasilkan energi dan menyisakan gas-gas rumah kaca yang kemudian
kian banyak terkumpul pada lapisan atmosfer melampaui batas kemampuan tumbuhan dan
laut untuk mengabsorsinya. Lantas apa hubungan meningkatnya efek rumah kaca dengan
perubahan iklim ?
Meningkatnya kadar gas rumah kaca pada atmosfer yang merupakan mesin
pengendali alami iklim di Bumi dapat mengganggu mekanismenya. Karena sifat dasar dari
gas-gas rumah kaca yang melewatkan cahaya sinar tampak (gelombang pendek) Matahari

19
namun menyerap gelombang panjang (sinar infra merah).  Saat pancaran / radiasi dari
Matahari masuk ke Bumi, 25% dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan atau
partikel-partikel gas di atmosfer,  25% diserap oleh atmosfer,  45% diteruskan ke permukaan
bumi dan oleh permukaan bumi seperti permukaan air, es dan permukaan refletif lainnya 5%
dipantulkan kembali dalam bentuk gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar
inframerah). Proses inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca. Sesungguhnya, tanpa
adanya efek rumah kaca pada sistem perikliman di bumi, maka suhu menjadi sangat rendah
dan Bumi menjadi tidak layak huni. Dalam keadaan normal, Energi yang dipantulkan
kembali oleh permukaan bumi dalam bentuk radiasi infra merah diteruskan ke angkasa oleh
atmosfer, namun saat kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, Sinar infra merah
tersebut terhambat dan memantul kembali ke permukaan bumi, yang jika hal ini berlangsung
terus-menerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan pemanasan global di
permukaan Bumi.
Meningkatnya suhu pada pemukaan bumi dapat mengakibatkan terganggunya
ekosistem dan mekasnisme biota di bumi, terutama hutan sebagai sarana pendaur ulang
karbon dioksida di udara. Selain itu mengakibatkan mencairnya es di wilayah kutub hingga
meningkatkan volume air laut dan mengancam kebedaraan daratan. Karena suhu merupakan
salah satu parameter dari iklim maka saat terjadi perubahan suhu secara global akan
mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global yang ekstrim pula.
Kini tidak ada salahnya jika kita yang di Bumi hidup lebih “santun” terhadap
alam dan mulai merawat kelestarian lingkungan. Slogan-slogan seperti “back to nature” atau
pun “Go Green” jangan hanya diucapakan semata, tapi harus direalisasikan dalam bentuk
nyata demi kelangsungan hidup seluruh mahluk di Bumi ini.

11. Cara-cara Menanggulangi Pemanasan Global


Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas
rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas
tersebut atau komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration
(menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara
adalah dengan reboisasi yang dapat mengantisipasi global warming. Pohon, terutama yang
muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak,
memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia,
tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area,

20
tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika
diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah
tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan
dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan
menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar
minyak bumi keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di
bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah
dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida
yang terbawa ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer
sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan
bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada
abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian
digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas
mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan trend penggunaan bahan
bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida
yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila
dibandingkan dengan minyak apalagi bila dibandingkan dengan batubara.
Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih
mengurangi pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial
karena alasan keselamatan dan limbahnya yang berbahaya. Untuk kendaraan bermotor, perlu
digunakan alat penyaring khusus gas buangan pada bagian knalpot (tempat keluar gas
buangan) yang dapatmenetralisirdan mengurangi dampak negatif gas buangan tersebut. Bisa
juga dengan mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan,
seperti tenaga surya (matahari) atau biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia
kendraan bermotor yang boleh beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.
Untuk skala industri, perlu dibuat sistem pembuangan dan daur ulang gas
buangan yang baik. Saluran buangan perlu diperhatikan, kearah mana akan dibuang dan
haruslah memperhatikan lingkungan sekitar. Reboisasi lahan yang gundul merupakan salah
satu langkah untuk menahan laju karbondioksida yang berlebih diudara. Termasuk
penanaman pohon-pohon disepanjang jalan raya yang dapat menetralisir pencemaran udara
disepanjang jalan raya.Tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.

21
Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah
adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari
material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari
kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber
daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara
berkembang, berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga
antara daerah perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya
dari pemukiman dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab
pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya
ditangani oleh perusahaan pengolah sampah
Selain itu perlu diadakan kerja sama internasional untuk mensukseskan
pengurangan gas-gas rumah kaca. Apabila pada suatu negara diterapkan peraturan kebijakan
lingkungan yang ketat, maka ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam
polusi telah dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan.
Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah
berhasil mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam
mengurangi produksi karbon dioksida. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang serius,
konsisten, dan kontinyu agar masalah kerusakan lingkungan ini dapat diatasi atau
diminimalisir.

12. Manfaat Efek Rumah Kaca Bagi Kehidupan di Bumi. 


12.1 Global warming
Global warming dalah suatu peristiwa yang disebabkan meningkatnya efek
rumah kaca (green house effect). Sebenarnya efek rumah kaca bukanlah suatu hal yang
buruk, justru dengan adanya efek rumah kaca bumi kita bisa tetap hangat, bahkan
memungkinkan kita bisa survive hingga sekarang.
Kamu bisa mengibaratkan bumi kita seperti mobil yang sedang diparkir dalam
cuaca yang cerah. Kamu pasti akan berpikir bahwa temperature di dalam mobil pasti akan
lebih panas dibandingkan temperature di luar mobil. Sinar matahari memasuki mobil tersebut
melalui celah-celah pada kaca jendela dan secara otomatis panas dari sinar matahari akan
diserap oleh jok, karpet, dashboard serta benda-benda lain yang berada di dalam mobil.

22
Ketika semua objek tersebut melepaskan kembali panas yang diserapnya, tidak semua panas
tersebut akan bisa keluar melalui celah jendela, sebagian justru akan dipantulkan kembali-
panas tersebut akan diradiasikan kembali oleh benda-benda yang ada di dalam mobil dengan
panjang gelombang yang berbeda-beda. Sehingga sejumlah energy panas akan tetap tinggal
di dalam mobil, dan hanya sebagian kecil dari energy tersebut yang bisa melepaskan diri.
Pada akhirnya, mobil tersebut akan mengalami peningkatan temperature secara berkala,
semakin lama akan semakin panas.
Ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar
70% dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan serta
benda-benda lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta
permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas yang 70 % tersebut tidak selamanya ada di bumu,
karena bila demikian maka suatu saat bumi kita akan menjadi “bola api”). Benda-benda di
sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali meradiasikan kembali panas yang
diserapnya. Sebagian panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan
dipantulkan kembali ke bawah permukaan bumi ketika mengenai zat yang berada di
atmosfer, seperti karbon dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat
permukaan bumi tetap hangat dari pada di luar angkasa, karena energy lebih banyak yang
terserap dibandingkan dengan yang dipantulkan kembali. Itulah peristiwa yang disebut
dengan efek rumah kaca (green house effect).

12.2    Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca


Apa yang akan terjadi bila bumi kita tanpa efek rumah kaca, maka bumi akan
seperti planet Mars. Mars tidak mmemiliki atmosfer yang cukup tebal untuk mempertahankan
panas matahari, di sana sangat dingin. Sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan.

BAB III

23
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Efek rumah kaca adalh salah satu dampak dari pemanasan global yang sangat
serius dampaknya. Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan
utama umat manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri
dan dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global
diperlukan usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini.
Pemanasan global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.
Seperti dengan cara reboisasi, penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita
terhadap kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap
bumi ini maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.

B.     Saran
Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup
ada. Maka dari itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita
memikirkannya. Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita
menjaga serta melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi
yang telah memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.

DAFTAR PUSAKA

24
Agung, Firdaus,. drr. (2009), Menyiasati Perubahan Iklim Di Wilayah Pesisir Dan Pulau-
Pulau Kecil, Sarana Komunikasi Utama, Bogor

Asdak, Chay,. (2002). Hidrologi Dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai, Gadjah Mada
University Press

Djamal Irwan, Zoer’aini,. (2005). Tantangan Lingkungan Dan Lansekap Hutan Kota, Bumi
Aksara, Jakarta

Fleagle, RG dan Businger, JA. 1980. An introduction to atmospheric physics, 2nd edition.

Herawan, Dedi,. (2006). Ekologi Umum, Universitas Siliwangi Tasikmalaya

Tyler Miller, G,. (1985). Living In The Environment, Wadsworth Publishing Company,
Belmont California

25

Anda mungkin juga menyukai