Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan Karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas Karya Ilmiah Sederhana yang berjudul EFEK
RUMAH KACA SILAUKAN BUMI dengan baik.
Dalam kesempatan ini pula saya menyampaikan rasa bahagia dan ucapan rasa terima kasih
kepada :
1. Orang tua yang telah membiayai dan memfasilitasi saya untuk mengerjakandan
menyelesaikan tugas ini.
2. Rekan-rekan seangkatan yang selalu memberi motifasi dan dukungan baik secara
Moril maupun secara Materil.
3. Rekan-rekan yang turut membantu dalam pembuatan karya ilmiah ini.
Saya menyadari bahwa dalam penyusunan karya ilmiah sederhana ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, saya mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan penyusunan karya ilmiah sederhana yang akan datang.
Lahat,

September 2015
Penyusun,

(David Hardi, S.Pd.I)

LEMBAR PENGESAHAN
Karya tulis yang bejudul EFEK RUMAH KACA SILAUKAN BUMI telah di
periksa dan disah kan pada tanggal ______ Maret 2013 oleh:

Pembimbing II
SUKARYO
NIP. 196612082007012001

Pembimbing I
Alfiah S.Pd
NIP. 195906271981112001

K.Sekolah SMPN 1 Gondangwetan


Hj. Tanti Rahayu S.Pd MM
NIP.196007051981012002

DAFTAR ISI
Halaman Cover. i
Kata Pengantar. ii
Daftar Isi iii
Bab I Pendahuluan 1
1.1 LatarBelakang . 1
1.2 Tujuan . 2
1.3 Rumusan Masalah . 2
Bab II Pembahasan 3
2. Efek Rumah Kaca . 3
2.1 Pengertian Efek Rumah Kaca .. 4
2.2 Peneyebab Terjadinya Efek Rumah Kaca .. 4
2.3 Akibat Dari Efek Rumah Kaca 4
2.4 Efek Rumah Kaca Untuk Kehidupan di Bumi.. 5
3. Pengearuh Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan
dan Produktifvitas Tanaman . 10
4. Pengaruh Iklim Terhadap Pertumbuhan
dan Produktifvitas Tanaman 11
5. Pengaruh Biologis Langsung .. 14
5.1 Pertumbuhan Tanaman Dalam Rumah Kaca 14
5.2 Efesiensi Fotosintesis .. 15
5.3 Efesiensi Penggunaan Air .. 16
6. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi . 17
7. Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman .. 18

7.1 Kemampuan Adaptasi Terhadap Suber daya


Iklim di Bumi 18
8. Prakiraan Regional .. 19
8.1 Pola Iklim dan Respon Tanaman 19
9. Pemanasan Global .. 20
9.1 Pengertian Pemanasan Global . 20
9.2 Penyebab Pemanasan Global. 20
9.3 Dampak Pemanasan Global . 21
9.3.1 Cuaca 22
9.3.2 Tinggi Muka Laut .. 22
9.3.3 Pertanian 23
9.3.4 Hewan dan Tumbuhan 23
9.3.5 Kesehatan Manusia .. 24
10. Hubungan Pemanasan Global dengan
Efek Rumah Kaca . 24
11. Cara Menanggulangi Pemanasan Global 27
12. Manfaat Efek Rumah Kaca Bagi Kehidupan di Bumi . 30
12.1 Global Warming .. 30
12.2 Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca 31
Bab III Penutup .. 32
Daftar Pustaka.. 33

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang

Saat ini perkembangan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi atau yang sering
disebut Iptek memang memberikan dampak yang positif bagi kehidupan, yaitu dapat
menyederhanakan dan mempermudah aktivitas-aktivitas dalam kehidupan. Namun, tidak
hanya dampak positif saja yang diberikan oleh kemajuan di bidang iptek ini, tetapi juga
dampak-dampak negatif. Misalnya saja, berkat adanya kemajuan iptek manusia tak perlu lagi
berjalan kaki untuk menempuh perjalanan yang jauh ataupun dekat. Karena saat ini sudah
banyak sepeda motor dan mobil yang mempercepat dan memudahkan kita menuju ke suatu
tempat. Namun asap dari kendaraan bermotor ini dapat menyebabkan polusi dan gas rumah
kaca apabila kadarnya telah berlebih. Tidak hanya itu, pembakaran fosil seperti pada
pembangkitan tenaga listrik, kendaraan bermotor, AC, komputer, pembakaran hutan juga
menyebabkan konsentrasi gas rumah kaca meningkat.
Masalah lain yang juga kita alami saat ini adalah meningkatnya temperatur rata-rata
permukaan bumi. Dari tahun 1880-1940 temperatur bumi naik hingga 0,6 derajat celcius.
Lalu kembali menurun 0,3 derajat celcius dari tahun 1940-1975. Kemudian naik secara
perlahan-lahan sejak tahun 1975.
Masalah-masalah lingkungan ini makin lama makin bertambah, terlebih saat ini berhembus
masalah yang lebih besar mengenai global warming dan efek rumah kaca.
1.2

Tujuan

Tujuan secara umum adalah untuk mengetahui sejauh manakah pemanasan Global ini telah
terjadi? dan penyebab pastinya apa? Semua ini masih merupakan tanda Tanya bagi manusia.
Karena sampai sekarang manusia belum mendapatkan penyebab pasti dari pemanasan Global
ini dan manusia juga mau mencari kebenaran mengenai efek dari pemanasan Global yang
akan dialami oleh manusia sendiri, makhluk hidup maupun lingkungan di sekitarnya.
Jika pemanasan Global ini terjadi maka efek yang ditimbulkan bukan hanya di alami oleh
manusia saja tetapi juga semua makhluk hidup di sekitarnya, seperti meningkatnya suhu di
permukaan bumi menyebabkan kekeringan, dengan demikian akibat dari kekeringan ini
selain dialami manusia juga oleh hewan dan tumbuhan dimana tumbuhan akan menjadi layu
karena kekurangan air atau dan sebagainya.
Oleh karena itu melalui karya ilmiah ini diharapkan agar manusia dapat lebih mencegah
aktivitas yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan Global seperti mengadakan kegiatan
pembakaran zat-zat yang dapat menyebabkan suhu di permukaan bumi meningkat, dan lainlain.

1.3
Rumusan Masalah
Masalah-masalah yang akan kami bahas dalam karya ilmiah ini meliputi:
1. Apa itu rumah kaca?
2. Bagaimana dan apa penyebab rumah kaca?.
3. Apa keterkaitan efek rumah kaca dengan global warming dan perubahan iklim?.
4. Dampak apa yang diakibatkan oleh efek rumah kaca?.
5. Bagaimana cara-cara menanggulangi efek rumah kaca.
6.

Manfaat rumah kaca abagi kehidupan sehari-hari

BAB II
PEMBAHASAN

2. Efek Rumah Kaca

2.1

Pengertian efek rumah kaca

Secara alamiah cahaya matahari (radiasi gelombang pendek) yang menyentuh permukaan
bumi akan berubah menjadi panas dan menghangatkan bumi.
Sebagian dari panas ini akan dipantulkan kembali oleh permukaan bumi ke angkasa luar
sebagai radiasi infra merah gelombang panjang.
Sebagian panas sinar matahari yang dipantulkan itu akan diserap oleh gas-gas di atmosfer
yang menyelimuti bumi (disebut gas rumah kaca seperti : uap air, karbon-dioksida/CO2 dan
metana ) sehingga panas sinar tersebut terperangkap di atmosfer bumi.
Peristiwa ini dikenal dengan Efek Rumah Kaca (ERK) karena peristiwanya sama dengan
rumah kaca, dimana panas yang masuk akan terperangkap di dalamnya, tidak dapat
menembus ke luar kaca, sehingga dapat menghangatkan seisi rumah kaca tersebut.
Peristiwa alam ini menyebabkan bumi menjadi hangat dan layak ditempati manusia, karena
jika tidak ada Efek Rumah Kaca maka suhu permukaan bumi akan 33 derajat Celcius lebih
dingin.
Semua kehidupan di Bumi tergantung pada efek rumah kaca ini, karena tanpanya, planet ini
akan sangat dingin sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.
Akan tetapi, bila gas-gas ini semakin berlebih di atmosfer dan berlanjut, akibatnya
pemanasan bumi akan berkelebihan dan akan semakin berlanjut !
Efek rumah kaca, yang pertama kali diusulkan oleh Joseph Fourier pada tahun1824,
merupakan proses pemanasan permukaan suatu benda langit (terutama pada planetatau
satelit) yang disebabkan oleh komposisi dan keadaan atmosfernya.Efek rumah kaca hanya
terjadi pada planet-planet yang mempunyai lapisanatmosfer seperti Bumi, Mars, Venus, dan
satelit alami Saturnus (Titan).
2.2

Penyebab terjadinya Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca disebabkan karena naikknya konsentrasi gas Karbondioksida(CO2) dan gasgas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini terjadi akibatkenaikan

pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara, dan bahan bakar organiclainnya yang
melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorsinya.Bahan-bahan di
permukaan bumi yang berperan aktif untuk mengabsorsi hasil pembakaran tadi ialah tumbuhtumbuhan, huta, dan laut. Jadi bisa dimengerti bila hutansemakin gundul, maka panas di bumi
akan semakin naik.Energi yang diabsorsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra
merah olehawan dan permukaan bumi. Hanya saja sebagian sinar inframerah tersebut
tertahan olehawan, gas CO2, dan gas lainnya sehingga terpantul kembali ke permukaan
bumi.Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2 dan gas-gas lain di atmosfir makasemakin
banyak pula gelombang panas yang dipantulkan bumi dan diserap atmosfir.Dengan perkataan
lain semakin banyak jumlah gas rumah kaca yang berada di atmosfir,maka semakin banyak
pula panas matahari uang terperangkap di permukaan bumi.Akibatnya suhu permukaan bumi
akan naik. Sudah disebutkan di atas bahwa efek rumah kaca terjadi karena emisi gas
rumahkaca.
Meningkatnya gas rumah kaca tersebut dikontribusi oleh hal-hal berikut:

2.3

Energi Pemanfaatan berbagai macam bahan bakar fosil atau BBM memberikontribusi
besar terhadap naiknya konsentrasi gas rumah kaca, terutamaCO2.

KehutananSalah satu fungsi hutan adalah sebagai pernyerap emisi gas rumah
kaca.Karena hutan dapat mengubah CO2 menjadi O2. Sehingga pengrusakanhutan
akan memberi kontribusi terhadap naiknya emisi gas rumah kaca.

Peternakan dan PertanianDi sektor ini emisi gas rumah kaca dihasilkan dari
pemanfaatan pupuk, pembusukan sisa-sisa pertanian dan pembusukan kotorankotoran ternak,serta pembakaran sabana. Pada sektor pertanian, gas metan (CH4)
yang paling banyak dihasilkan.

SampahSampah sebagai salah satu kontributor terbesar bagi terbentuknya gasmetan


(CH4), karena aktifitas manusia sehari-hari.
Akibat dari Efek Rumah Kaca

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahaniklim yang


sangat ekstrim di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan danekosistem
lainnya sehingga mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbondioksidadi atmosfir.
Pemanasan global mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerahkutub yang dapat
menyebabkan naiknya permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akanmengakibatkan
meningkatnya suhu air laut sehingga air laut mengembang dan terjadikenaikan permukaan
laun yang mengakibatkan negara yang berupa kepulauan akanmendapat pengaruh yang
sangat besar.
2.4 Efek Rumah Kaca untuk Kehidupan di Bumi
Green house effect atau lebih kita kenal dengan sebutan efek rumah kaca adalah sebuah
kondisi di mana suhu dari sebuah benda permukaan langit, seperti planet dan bintang,
meningkat secara drastis. Meningkatnya suhu ini disebabkan karena adanya perubahan
kondisi dari komposisi serta keadaan atmosfir yang mengelilingi benda langit tersebut.

Sebenarnya, penggunaan istilah efek rumah kaca diadopsi dari petani di negara Eropa dan
Amerika, karena mekanisme pemanasan bumi ini sama seperti yang terjadi di rumah kaca
yang digunakan untuk perkebunan di negara tersebut. Biasanya para petani menggunakan
rumah kaca di musim dingin. Tanaman yang ditanam di dalam rumah kaca akan tetap hidup
dan tidak mati membeku, oleh pengaruh musim dingin. Karena kaca akan menghalangi suhu
yang masuk dan memantulkan kembali keluar. Ini menyebabkan seringnya terjadi kesalah
pahaman. bahwa efek rumah kaca disebabkan oleh banyaknya rumah berdinding kaca.
Yang terjadi pada bumi adalah, ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan
bumi, sekitar 70 persen dari energi tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah,
tumbuhan, lautan dan benda lainnya. Tiga puluh persen sisanya dipantulkan kembali melalui
awan, hujan serta permukaan reflektif lainnya. Tetapi panas 70 persen itu, tidak selamanya
berada di bumi. Benda-benda di sekitar planet yang menyerap cahaya matahari seringkali
meradiasikan kembali panas yang diserapnya.
Sebagian panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan
kembali ke bawah permukaan bumi, ketika mengenai zat yang berada di atmosfer. Seperti
karbon dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat permukaan bumi
tetap hangat daripada di luar angkasa, karena energi lebih banyak yang terserap dibandingkan
dengan yang dipantulkan kembali.
Jadi, jika bumi tidak memiliki gas rumah kaca, maka suhu di bumi akan terlalu dingin untuk
kehidupan makhluk di dalamnya. Sebagai contoh, planet Mars tidak memiliki gas rumah
kaca, sehingga suhu di sana berada di sekitar -30C. Jika suhu yang sama terjadi di bumi,
tentu saja tidak ada makhluk hidup dapat hidup di bumi.
Tidak menjadi masalah seadainya konsentrasi gas-gas rumah kaca berada dalam keadaan
konstan, tidak terjadi lonjakan drastis seperti sekarang ini. Meningkatnya konsentrasi gas-gas
rumah kaca diakibatkan berbagai aktivitas manusia yang memicu pancaran gas tersebut ke
atmosfir. Dengan adanya pancaran gas ini, maka konsentrasinya di lapisan atmosfir bumi
akan semakin tinggi. Kondisi ini akan mengakibatkan sinar matahari yang dipantulkan oleh
permukaan bumi akan sulit lewat dan menjadi terperangkap di permukaan bumi.
Pengaruh masing-masing gas rumah kaca terhadap terjadinya efek rumah kaca bergantung
pada besarnya kadar gas rumah kaca di atmosfer, waktu tinggal di atmosfer dan kemampuan
penyerapan energi. Peningkatan kadar gas rumah kaca akan meningkatkan efek rumah kaca
yang dapat menyebabkan terjadinya pemanasan global. Adapun gas-gas yang terdapat dalam
rumah kaca, adalah sebagai berikut:
CO2 (Karbon Dioksida)
CO2 adalah gas rumah kaca terpenting penyebab pemanasan global yang sedang ditimbun di
atmosfer karena kegiatan manusia. Sumbangan utama manusia terhadap jumlah karbon
dioksida dalam atmosfer berasal dari pembakaran bahan bakar fosil, yaitu minyak bumi, batu
bara, dan gas bumi.
Pembukaan lahan baru pertanian dan penggundulan hutan juga meningkatkan jumlah karbon
dioksida dalam atmosfer. Namun selain efek rumah kaca, CO2 juga memainkan peranan
sangat penting untuk kehidupan tanaman. Karbon dioksida diserap oleh tanaman dengan
bantuan sinar matahari dan digunakan untuk pertumbuhan tanaman dalam proses yang

dikenal sebagai fotosintesis. Proses yang sama terjadi di lautan di mana karbon dioksida
diserap oleh ganggang.
Dampak dari meningkatnya CO2 di atmosfer antara lain: meningkatnya suhu permukaan
bumi, naiknya permukaan air laut, anomali iklim, timbulnya berbagai penyakit pada manusia
dan hewan(Astin,2008). Berbagai upaya dilakukan untuk menekan laju peningkatan emisi
CO2 di atmosfer
H2O (Uap Air)
Uap air merupakan penyumbang terbesar bagi efek rumah kaca. Uap air tidak terlihat dan
harus dibedakan dari awan dan kabut yang terjadi ketika uap membentuk butir-butir air.
Jumlah uap air dalam atmosfer berada di luar kendali manusia dan dipengaruhi terutama oleh
suhu global. Jika bumi menjadi lebih hangat, jumlah uap air di atmosfer akan meningkat
karena naiknya laju penguapan. Ini akan meningkatkan efek rumah kaca dan pemicu naiknya
pemanasan global.
CH4 (Metana)
Metana dihasilkan ketika jenis-jenis mikroorganisme tertentu menguraikan bahan organik
pada kondisi tanpa udara (anaerob). Gas ini juga dihasilkan secara alami pada saat
pembusukan biomassa di rawa-rawa sehingga disebut juga gas rawa. Metana mudah terbakar,
dan menghasilkan karbon dioksida sebagai hasil sampingan. Kegiatan manusia telah
meningkatkan jumlah metana yang dilepaskan ke atmosfer. Sawah merupakan kondisi ideal
bagi pembentukannya, di mana tangkai padi nampaknya bertindak sebagai saluran metana ke
atmosfer. Meningkatnya jumlah ternak sapi, kerbau dan sejenisnya merupakan sumber lain
yang berarti, karena metana dihasilkan dalam perut mereka dan dikeluarkan ketika mereka
bersendawa dan kentut. Metana juga dihasilkan dalam jumlah cukup banyak di tempat
pembuangan sampah, sehingga menguntungkan bila mengumpulkan metana sebagai bahan
bakar bagi ketel uap untuk menghasilkan energi listrik. Metana merupakan unsur utama dari
gas bumi. Gas ini terdapat dalam jumlah besar pada sumur minyak bumi atau gas bumi.
CFC (Chloro Flouro Carbon)
Chlorofluorocarbon adalah sekelompok gas buatan. CFC mempunyai sifat tidak mudah
terbakar dan tidak beracun. CFC amat stabil sehingga dapat digunakan dalam berbagai
peralatan. Mulai digunakan secara luas setelah Perang Dunia II. Chloro fluoro carbon yang
paling banyak digunakan mempunyai nama dagang Freon. Dua jenis chlorofluorocarbon
yang umum digunakan adalah CFC R-11 dan CFC R-12. Zat-zat tersebut digunakan dalam
proses mengembangkan busa, di dalam peralatan pendingin ruangan dan lemari es selain juga
sebagai pelarut untuk membersihkan mikrochip.CFC menghasilkan efek pemanasan hingga
ribuan kali dari CO2. Tetapi untungnya pemakaian CFC telah dilarang di banyak negara
karena CFC telah lama dituding sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
O3 (Ozon)
Ozon terdapat secara alami di atmosfer (troposfer, stratosfer). Di troposfer, ozon merupakan
zat pencemar hasil sampingan yang terbentuk ketika sinar matahari bereaksi dengan gas
buang kendaraan bermotor. Ozon pada troposfer dapat mengganggu kesehatan manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Ternyata, tanpa kita sadari, begitu banyak pemicu terjadinya efek rumah kaca. Maka mari kita
jaga bumi ini, demi anak cucu kelak.
1. 3. Pengaruh Efek Rumah Kaca Terhadap Pertumbuhan dan Produktifitas
Tanaman.
Iklim dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas
tanaman pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini mendasarkan pada kebutuhan akan
tanaman setahun, kecuali beberapa tanaman seperti pisang, kelapa, buah-buahan, anggur,
kacang-kacangan, beberapa sayuran seperti asparagus, rhubarb, dan lain-lain. Tanamantanaman tersebut dikembangbiakan dalam kondisi pertanaman tertentu.
Produktifitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan drastis
cuaca, lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata. Tanaman dan
ternak sangat peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara dan drastis. Perbedaan
cuaca antar tahun lebih berpengaruh dibanding dengan perubahan iklim yang diproyeksikan.
Dan tak terdapat bukti bahwa perubahan iklim akan mempengaruhi perubahan cuaca tahunan.
Petani selalu berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran perbedaan antar tahun telah
melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi iklim tahunan, dalam beberapa urutan
besaran lebih tinggi dibanding dengan besar prediksi perubahan pelan-pelan iklim yang
diajukan para ahli ekologi. Hal ini digambarkan pada Musim panas daerah pertanian Jagung
Amerika serikat, antara tahun 1988 (kering dan panas) dan 1992 (basah dan dingin). Suhu
selama Juli dan Agustus berbeda 80F dalam dua tahun dibeberapa negara bagian. Hal paling
kritis yang belum diketahui adalah pola frekuensi kemarau. Kemarau terjadi dibeberapa
tempat didunia setiap tahun. Kemarau tahunan juga lumrah terjadi di area pertanian India,
China, Rusia dan beberapa negara Afrika.
Makalah ini akan membahas implikasi dari effek rumah kaca, atau khusunya, perubahan
iklim yang diakibatkan meningkatnya kandungan CO2 atmosfir dan gas rumah kaca lainnya
terhadap produktifitas tanaman pangan. Juga mempertimbangkan efek langsung maupun
biologis dari peningkatan kadar CO2 tersebut. Dan interaksi Biologi dan Iklim terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman pangan.
1. 4.

Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman

Variabel menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah bumi yang
memanas. Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan akan lebih rendah
dibanding permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan komputer. Berdasarkan
permodelan komputer, muka bumi rata-rata akan memanas sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2
meningkat duakali. Secara keseluruhan iklim akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad
nanti, dan pemanasaan terbesar terjadi dikutub, dan lebih rendah dikhatulistiwa.
Kedua, kenaikan suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola hujan. Untuk
kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan dalam
ketersediaan air memiliki akibat yang lebih besar dibanding kenaikan suhu. Permodelan iklim
secara regional telah dimodelkan dalam tingkat yang lebih kurang meyakinkan dibanding
model untuk iklim global.

Perubahan yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang
tinggi akan menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi. Pertambahan areal pertanian
beririgasi di Amerika terjadi di delta misisipi dan dataran utara. Hal serupa terjadi di India,
China dan Rusia bagian selatan. Di USA, area tanam jagung dan gandum musim dingin akan
bergeser ke utara dan akan digantikan sorgum dan padi-padian.
Ketiga, pemanasan global mempengaruhi variabel yang berpengaruh terhadap produktifitas
pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi pertanian yang terkait zona suhu, baik bagi
pertambahan maupun intensitas masa tanam atau satuan tingkat pertumbuhan. Perhatian
petani akan tertuju pada perbedaan musiman dan antar tahun pada curah hujan, salju, lama
musim tanam, dan beda suhu dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap pertumbuhan.
Stabilitas dan keandalan produksi adalah sama pentingnya dengan besaran jumlah produksi
itu sendiri.
Keprihatinan akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih besar lagi akan
diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi fotosintesis dan
berkurangnya kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil. Selama 70 tahuan,
perubahan cuaca, mencerminkan bahwa hasil tanam di USA, Rusia, India, China, Argentina,
Canada dan Australia, memungkinkan negara dengan cuaca baik dapat menjaga keamanan
pangan negara dari cuaca yang buruk. Kekeringan secara menyeluruh di dunia hampir tak
pernah terjadi saat ini.
Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat mengantisipasi perubahan iklim, perubahan
itu akan menambah masalah yang harus ditangani dalam dasa warsa kedepan. Masalah lain
adalah Kelangkaan air dan kualitas air, tanah yang menjadi gersang, pengadaan energi dari
bahan bakar fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang ada. Beberapa praktek
yang membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan harus diubah bersamaan
dengan tingkat produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus terus ditingkatkan.
Prakiraan terjadinya perubahan iklim membuat penelitian pertanian yang komprehensif
menjadi sangat penting dalam menghadapi perubahan itu secara efektif.
Penelitian mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha peningkatan produktivitas
tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, yang kini tengah dilakukan melalui
rekayasa genetik, perlakuan kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan memberi dua manfaat
sekaligus, baik sebagai pelindung mengahadapi perubahan jangka pendek lingkungan, seperti
kemarau dan juga membantu menghadapi perubahan iklim dalam jangka panjang, dan untuk
mengkapitalisasi sumberdaya hayati bagi peningkatan produksi.
Pandangan yang berbeda mengenai pemanasan global yang memiliki bobot ilmiah yang baik
muncul, mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang telah disimpulkan
oleh beberapa ilmuwan bahwa model prakiraan iklim yang dibuat merupakan
penyederhanaan yang sangat simplistis dari proses atmosfir dan lautan yang sangat kompleks.
Dan tak dapat dibuktikan bahwa pengeluaran gas rumah kaca akan berpengaruh signifikan
terhadap iklim dunia, sebab-sebab pemanasan global juga lebih tidak dapat lagi dipastikan.
1. 5.

Pengaruh Biologis Langsung:

5.1 Pertumbuhan Tanaman dalam rumah Kaca

Penelitian mengenai manfaat pengayaan CO2 dimulai abad lalu. Awal 1888, manfaat
pemupukan dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman di dalam rumah kaca di Jerman, dan
beberapa tahun kemudian di Inggris, serta 80 tahun yang lalu di USA. Hasil yang
menguntungkan pertama kali dilaporkan terjadi pada tanaman pangan seperti letuce, tomat,
mentimun, dan kemudian bunga dan tanaman hias.
Banyak catatan dan pernyataan yang disusun mengenai pertumbuhan tanaman yang berada
dalam lingkungan yang dikontrol dan diberi pengayaan CO2. Wittwer dan Robb membuat
catatan menyeluruh mengenai data-data sebelumnya dan ditambah hasil penelitiannya sendiri
bahwa tanaman tomat mencapai usia dewasa dan hasil produksi yang menguntungkan dalam
rumah kaca yang diperkaya CO2. Sementara Strain dan Cure menyusun Bibliographi
literature mengenai pengayaan CO2 dan efeknya terhadap lingkungan dan tanaman yang
lengkap. Kimball dkk. pada tahun 1983, 1985 dan 1996 mengumpulkan 770 penelitian
mengenai hasil tanaman dalam rumah kaca dengan pengayaan CO2, dan terbukti hasil
tanaman tersebut meningkat 32%.
Pada tahun 1982 diselenggarakan Konferensi Internasional yang bertujuan mengidentifikasi
makalah yang terkait dengan pengaruh biologis langsung dari pengaruh peningkatan CO2
pada produktifitas tanaman, sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dengan efisiensi
photositensis, efisiensi penggunaan air, Penyerapan Nitrogen biologis terkait dengan
sumberdaya iklim seperti cahaya, suhu dan kelembaban. Fokus makalah ini dibuat dengan
mengacu kepada tindak konferensi tersebut. Dokumentasi yang lebih lengkap mengenai efek
langsung CO2 terhadap produkstifitas tanaman diterbitkan Departemen Energi USA pada
Tahun 1985-1987 secara berseri, makalah Wittwer tahun 1985 dan 1992. Itu semua
dilengkapi oleh materi yang diedit oleh Enoch dan Kimball pada 1968 mengenai Pengayaan
Karbondioksida Pada Tanaman Rumah Kaca meliputi status dan sumber CO2, physiologi,
hasil daan ekonomi. Juga telah dilakukan riset selama 35 tahun oleh sebuah grup dalam
Komisi Tanaman Terlindung pada International Society for Holticultural Science, yang
membuktikan bahwa pengayaan CO2 menambah hasil sebesar 12-13 %, dibanding pada
kadar atmosfir biasa sebesar 335 ppm.
Pengaruh paling mencolok dari pengayaan tersebut dalah efisiensi fotosintesis dan
Penggunaan Air yang lebih efisien.
5.2 Efisiensi Fotosintesis
Hanya sedikit keraguan bahwa kadar CO2 dalam atmosfir adalah kurang optimal bagi
fototosintesis ketika faktor lain yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya, air, suhu dan
unsur hara) mencukupi. Fotosintesa Netto adalah jumlah fotosintesa brutto minus
fotorespirasi, dan fotorespirasi setidaknya memiliki besaran mengubah 50% karbohidrat hasil
fotosintesa kembali menjadi CO2, dengan peningkatan CO2 fotorespirasi diperkirakan akan
menurun. Peningkatan Biomassa terbukti terjadi ketika dilakukan pengayaan CO2. Ini tak
selalu muncul dari fotosintesa netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu penggunaan air yang
efisian dalam tanaman C4 seperti jagung. Peningkatan efisiensi air ini merangsang
pertumbuhan tanaman.
Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat
fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2
mendekati 1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih besar. Ada
perbedaan antara spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding

C4. Terjadi juga pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas, percabangan,
bibit dan jumlah dan berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio
C:N bertambah. Lebih dari itu semua hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi
Jalar, Kedelai. Dengan meningkatnya kadar CO2 menjadi dua kali sekarang secara global,
hasil pertanian diperkirakan akan meningkat sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara
saat ini sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2.
Manfaat pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan produktifitas tanaman saat ini telah
dikenal telah dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan dalam lingkungan terkontrol
secara penuh atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial (padi, Jagung, gandum,
kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman hutan), yang
membuktikannya.
5.3 Efisiensi Penggunaan Air
Kebutuhan utama tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Air kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk
terbesar di dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur
tengah, afrika utara dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh terhadap produksi
tanaman namun masih merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi. Kekeringan
adalah hal yang paling ditakuti oleh para petani diberbagai negara produsen pangan.
Kebutuhan akan air menjadi semakin penting dan kritis, di USA, 8085 % konsumsi air
bersih adalah untuk pertanian. Sepertiga persediaan tanaman pangan sekarang tumbuh padi
18% lahan beririgasi.
Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman
untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini
penguapan air akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air
meningkat. Kekurangan air adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti
yang selama ini dikumpulkan menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir
meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini adalah penemuan yang penting bagi bidang
pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu bermacam-macam, salah satunya
adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan berkurangnya kebutuhan air untuk
pertanian.
Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah
meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi
membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman
dengan cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran
daun, kedua peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi
penggunaan air.
1. 6.

Produksi Tanaman Pangan Beririgasi

Perubahan yang telah diperkirakan mengenai penguapan dan suhu akibat efek rumah kaca
dan pemanasan global sepertinya akan menguntungkan lahan pertanian beririgasi. Di USA,
luas areal pertanian beririgasi akan meluas sampai dataran utara dan delta Missisipi, hal ini
juga berlaku untuk Cina, India dan negara lain. Dimana lingkungan lebih lembab dan
diperuntukkan untuk tanaman biji-bijian dan kacang-kacangan. Kecenderungan ini telah
terjadi di USA, China, dan India. Jagung dan Gandum kini bergeser mendekati daerah yang
dingin dan lebih lembab. Produksi Sorgum dan padi-padian akan menggeser posisi areal

gandum dan jagung tersebut. Diharapkan juga, dimasa mendatang model dari atmosfir dan
iklim akan lebih berkembang dan melengakapi dari apa yang sekarang telah dikembangkan,
sehingga sensitivitas tanaman terhadap perubahan iklim lebih dapat diketahui.
1. 7.

Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman:

7.1 Kemampuan Adaptasi terhadap Suberdaya Iklim di Bumi


Banyak tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi,
ubikayu, ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung
mampu tumbuh di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian dibumi ini.
Areal produksinya di USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam lima puluh tahun ini.
Kedelai dan Kacang tanah dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang 450 LU dan 400 LS.
Gandum musim dingin yang lebih produktif dari gandum musim semi areal tanamnya telah
meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita
miliki perluasan areal tanam akan semakin mungkin dan cepat terealisasi.
Diperkirakan penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas tanaman di Amerika
Utara, hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China. Tanaman
hortikultura dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA. Tanaman
seperti Tebu dan Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan dimanfaatkannya mulsa dan
pelindung plastik. Pemanasan global akan lebih menguntungkan dibanding dengan
kembalinya era es sebagaimana diprediksi beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana
produksi tanaman pangan terpusat di Lintang 300 LU sampai 500 LS.
Perubahan iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini dipublikasikan
adalah hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin menguntungkan,
karena memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya, nanas dan
pisang , dinegara bagian selatan USA.
1. 8.

Prakiraan Regional:

8.1 Pola Iklim dan Respons Tanaman


Sejak 1850, kadar CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar 25 % akibat pembakaran
bahan bakar fosil dan penggundulan hutan tak ada yang menentangnya. Kadar gas rumah
kaca selain CO2 juga telah meningkat melebih prosentase CO2 dan dengan efek pemanas
yang setara CO2. Namun terdapat kontrovesi mengenai kapan pemanasan global pertama kali
muncul, juga terdapat kontroversi mengenai besaran perubahan suhu yang terjadi, jika terjadi
pada masa yang akan datang. Perkiraan yang ada berkisar antara minus 1,50C sampai 60C.
Prakiraan iklim dan cuaca regional dengan sebaran variabel seperti awan, kelembaban, dan
angin lebih tidak pasti lagi.
Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan, sebagaimana
dibahas diatas, namun bila terjadi kekeringan sebagaimana ramalan hasil permodelan iklim
yang sekarang, hasil pertanian tak dapat dipastikan. Namun secara garis besar dampak yang

terjadi masih dapat kita kendalikan. Tindakan dari petani, ilmuwan dan kebijkan pemerintah
lebih diperlukan dibandingkan dengan perubahan pola hidup kita.
Prakiraan pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak spekulasi, dan beberapa riset
telah dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap hubungan hama dan tanaman dan strategi
perlindungan tanaman. Gulma, Serangga, nematoda dan wabah berdampak sangat merugikan
bagi pertanian. Perubahan Iklim yang mungkin akan berdampak pada hubungan tumbuhan
hasil panen hama, dan ekosistem lain. Peningkatan kandungan karbohidrat dan akumulasi
nitrogen akan berpengaruh terhadap pola makan serangga, ini telah ditunjukan dalam
beberapa eksperimen. Pengendalian hama memasuki era baru, dengan pengintegrasian
penanganan hama.
1. 9.
9.1

Pemanasan Globa:

Pengertian Pemanasan Global

Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi akibat peningkatan
jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global akan diikuti dengan
Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di beberapa belahan dunia sehingga
menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di belahan bumi lain akan mengalami musim
kering yang berkepanjangan disebabkan kenaikan suhu.
9.2

Penyebab Pemanasan Global

Pemansan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal dengan gas
rumah kaca, yg terus bertambah di udara, hal tersebut disebabkan oleh tindakan manusia,
kegiatan industri, khususnya CO2 dan chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon
dioksida, yang umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan
penggundulan hutan serta pembakaran hutan.
Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi metan disebabkan
oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs merusak lapisan ozon seperti
juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang dihapus dalam
Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas
polutif yang terakumulasi di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara
lautan dan vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi atap sekarang
berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas rumah
kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat pemanasan global.
Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara spektakuler. Sekitar
70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan
bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah
terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk
pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini
dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, baik di negara maju
maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan bantuan keuangan dan investasi
yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan energi nuklir.

Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi
karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus hidrologis,
sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.
9.3

Dampak Pemanasan Global

Pemanasan global yaitu meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan Bumi
yang disebabkan oleh aktifitas manusia terutama aktifitas pembakaran bahan bakar fosil (batu
bara, minyak bumi, dan gas alam), yang melepas karbondioksida (CO2) dan gas-gas lainnya
yang dikenal sebagai gas rumah kaca ke atmosfer. Atmosfer semakin penuh dengan gas-gas
rumah kaca ini dan ia semakin menjadi insulator yang menahan lebih banyak pantulan panas
Matahari dari Bumi. Dampak pemanasan gelobal akan mempengaruhi :
9.3.1

Cuaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian


Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari
daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan
akan mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerahdaerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya
lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju akan semakin
sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan lebih panjang di beberapa
area. Temperatur pada musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk
meningkat.
9.3.2 Tinggi muka laut
Ketika atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,
sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan laut.
Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama sekitar Greenland,
yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi muka laut di seluruh dunia telah
meningkat 10 25 cm (4 10 inchi) selama abad ke-20, dan para ilmuan IPCC
memprediksi peningkatan lebih lanjut 9 88 cm (4 35 inchi) pada abad ke-21.
Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan di daerah pantai.
Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6 persen daerah Belanda , 17,5
persen daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau. Erosi dari tebing, pantai, dan
bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi lautan mencapai muara sungai, banjir akibat
air pasang akan meningkat di daratan. Negara-negara kaya akan menghabiskan dana
yang sangat besar untuk melindungi daerah pantainya, sedangkan negara-negara
miskin mungkin hanya dapat melakukan evakuasi dari daerah pantai.

9.3.3 Pertanian
Orang mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa
tempat. Bagian Selatan Kanada , sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan
dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan

pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh.
Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh
dapat menderita jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Tanaman
pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.
9.3.4 Hewan dan tumbuhan
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek
pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia. Dalam pemanasan
global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan.
Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena
habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan
menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan
yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati.
Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.

9.3.5

Kesehatan manusia

Di dunia yang hangat, para ilmuan memprediksi bahwa lebih banyak orang yang
terkena penyakit atau meninggal karena stress panas. Wabah penyakit yang biasa
ditemukan di daerah tropis, seperti penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan
pembawa penyakit lainnya, akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke
daerah yang sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45 persen penduduk
dunia tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa parasit
malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika temperature
meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat menyebar seperti malaria,
demam dengue (demam berdarah), demam kuning, dan encephalitis . Para ilmuan juga
memprediksi meningkatnya insiden alergi dan penyakit pernafasan karena udara yang
lebih hangat akan memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari.

1. 10.
Kaca

Hubungan Pemanasan Global dengan Efek Rumah

Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas matahari yang masuk
ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan Bumi lalu dipantulkan kembali ke
angkasa. Karena ada gas rumah kaca di atmosfer, di antaranya karbon dioksida (CO2),
metana (CH4), nitro oksida (N2O), sebagian panas tetap ada di atmosfer sehingga Bumi
menjadi hangat pada suhu yang tepat (60F/16C) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk
bisa bertahan hidup. Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas
rumah kaca, suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18C. Sayangnya, karena sekarang ini
terlalu banyak gas rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang ditangkapnya.
Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas.

Pemanasan global akibat adanya meningkatnya gas-gas rumah kaca yang


menyebabkan efek rumah kaca yang berlebihan pada atmosfer bumi diyakini merupakan
salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim global secara ekstrem ini.
Istilah Efek rumah kaca itu sendiri diusulkan pengunaan namanya pertama kali oleh Joseph
Fourier pada 1824, yang memiliki arti proses pemanasan permukaan suatu benda langit
terutama planet atau satelit yang memiliki atmosfer yang disebabkan oleh tergangunya
komposisi gas-gas rumah kaca pada atmosfernya. Komposisi gas-gas rumah kaca pada
atmosfer Bumi terdiri atas CO2 (Karbon dioksida), N2O (Nitrous Oksida), HFCs
(Hydrofluorocarbos), SF6 (Sulphur hexafluoride), PFCs (Perfluorocarbons), SO2 (sulfur
dioksida), NO (nitrogen monoksida), (NO2) nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa
senyawa organik seperti gas CH4 (Metan) dan (CFC) khloro fluoro karbon.
Gas-gas tersebut dihasilkan lewat proses alami di Bumi ataupun merupakan hasil sampingan
dari aktivitas manusia saat memenuhi kebutuhan hidup. Gas yang dihasilkan oleh letusan
gunung berapi, kebakaran hutan, rawa-rawa, proses photosintesa, proses pembusukan hingga
proses bernafaspun merupakan sumber Gas Rumah Kaca alami. Sedangkan sisa
pembakaran hasil industri, pembakaran bahan bakar fosil, emisi gas buang kendaraan
bermotor adalah sumber Gas Rumah Kaca akibat dari aktivitas manusia. Meningkatnya Gas
Rumah Kaca dimulai sejak abad 18 saat manusia menemukan teknologi industri yang banyak
menggunakan bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas maupun batubara untuk
menghasilkan energi dan menyisakan gas-gas rumah kaca yang kemudian kian banyak
terkumpul pada lapisan atmosfer melampaui batas kemampuan tumbuhan dan laut untuk
mengabsorsinya. Lantas apa hubungan meningkatnya efek rumah kaca dengan perubahan
iklim ?
Meningkatnya kadar gas rumah kaca pada atmosfer yang merupakan mesin pengendali alami
iklim di Bumi dapat mengganggu mekanismenya. Karena sifat dasar dari gas-gas rumah kaca
yang melewatkan cahaya sinar tampak (gelombang pendek) Matahari namun menyerap
gelombang panjang (sinar infra merah). Saat pancaran / radiasi dari Matahari masuk ke
Bumi, 25% dipantulkan kembali ke ruang angkasa oleh atmosfer dan atau partikel-partikel
gas di atmosfer, 25% diserap oleh atmosfer, 45% diteruskan ke permukaan bumi dan oleh
permukaan bumi seperti permukaan air, es dan permukaan refletif lainnya 5% dipantulkan
kembali dalam bentuk gelombang panjang yang berupa energi panas (sinar inframerah).
Proses inilah yang disebut sebagai efek rumah kaca. Sesungguhnya, tanpa adanya efek
rumah kaca pada sistem perikliman di bumi, maka suhu menjadi sangat rendah dan Bumi
menjadi tidak layak huni. Dalam keadaan normal, Energi yang dipantulkan kembali oleh
permukaan bumi dalam bentuk radiasi infra merah diteruskan ke angkasa oleh atmosfer,
namun saat kadar gas rumah kaca di atmosfer meningkat, Sinar infra merah tersebut
terhambat dan memantul kembali ke permukaan bumi, yang jika hal ini berlangsung terusmenerus dalam kurun waktu yang lama akan menyebabkan pemanasan global di permukaan
Bumi.
Meningkatnya suhu pada pemukaan bumi dapat mengakibatkan terganggunya ekosistem dan
mekasnisme biota di bumi, terutama hutan sebagai sarana pendaur ulang karbon dioksida di
udara. Selain itu mengakibatkan mencairnya es di wilayah kutub hingga meningkatkan
volume air laut dan mengancam kebedaraan daratan. Karena suhu merupakan salah satu
parameter dari iklim maka saat terjadi perubahan suhu secara global akan mengakibatkan
terjadinya perubahan iklim global yang ekstrim pula.

Kini tidak ada salahnya jika kita yang di Bumi hidup lebih santun terhadap alam dan mulai
merawat kelestarian lingkungan. Slogan-slogan seperti back to nature atau pun Go
Green jangan hanya diucapakan semata, tapi harus direalisasikan dalam bentuk nyata demi
kelangsungan hidup seluruh mahluk di Bumi ini.
11.

Cara-cara Menanggulangi Pemanasan Global

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Pertama, mencegah karbon dioksida dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau
komponen karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration (menghilangkan
karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.
Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbon dioksida di udara adalah dengan
reboisasi yang dapat mengantisipasi global warming. Pohon, terutama yang muda dan cepat
pertumbuhannya, menyerap karbon dioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui
fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan
hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh
kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan
yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk
mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi
semakin bertambahnya gas rumah kaca.
Gas karbon dioksida juga dapat dihilangkan secara langsung. Caranya dengan menyuntikkan
(menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi
keluar ke permukaan. Injeksi juga bisa dilakukan untuk mengisolasi gas ini di bawah tanah
seperti dalam sumur minyak, lapisan batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah
satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbon dioksida yang terbawa ke
permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak
dapat kembali ke permukaan.
Salah satu sumber penyumbang karbon dioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.
Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18.
Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh
minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa
digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan trend penggunaan bahan bakar fosil ini
sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah karbon dioksida yang dilepas ke
udara, karena gas melepaskan karbon dioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak
apalagi bila dibandingkan dengan batubara.
Walaupun demikian, penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi
pelepasan karbon dioksida ke udara. Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan
keselamatan dan limbahnya yang berbahaya. Untuk kendaraan bermotor, perlu digunakan alat
penyaring khusus gas buangan pada bagian knalpot (tempat keluar gas buangan) yang
dapatmenetralisirdan mengurangi dampak negatif gas buangan tersebut. Bisa juga dengan
mengganti bahan bakar dengan bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, seperti tenaga
surya (matahari) atau biodisel. Perlu dikeluarkan regulasi tentang usia kendraan bermotor
yang boleh beroperasi agar tidak menimbulkan pencemaran.
Untuk skala industri, perlu dibuat sistem pembuangan dan daur ulang gas buangan yang baik.
Saluran buangan perlu diperhatikan, kearah mana akan dibuang dan haruslah memperhatikan

lingkungan sekitar. Reboisasi lahan yang gundul merupakan salah satu langkah untuk
menahan laju karbondioksida yang berlebih diudara. Termasuk penanaman pohon-pohon
disepanjang jalan raya yang dapat menetralisir pencemaran udara disepanjang jalan
raya.Tetapi tidak melepas karbon dioksida sama sekali.
Selain itu diperlukan juga adanya pengelolaan sampah.Pengelolaan sampah adalah
pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-ulangan, atau pembuangan dari material
sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yg dihasilkan dari kegiatan
manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap kesehatan,
lingkungan atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan sumber
daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metode dan keahlian khusus untuk masing masing jenis zat.
Praktek pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang,
berbeda juga antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah
perumahan dengan daerah industri. Pengelolaan sampah yg tidak berbahaya dari pemukiman
dan institusi di area metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah,
sedangkan untuk sampah dari area komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan
pengolah sampah
Selain itu perlu diadakan kerja sama internasional untuk mensukseskan pengurangan gas-gas
rumah kaca. Apabila pada suatu negara diterapkan peraturan kebijakan lingkungan yang
ketat, maka ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah
dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbon dioksida terbukti sulit dilakukan. Sebagai
contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga pelopor lingkungan, telah berhasil
mengatasi berbagai macam polusi tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi
produksi karbon dioksida. Oleh karena itu, perlu adanya upaya yang serius, konsisten, dan
kontinyu agar masalah kerusakan lingkungan ini dapat diatasi atau diminimalisir.
1. 12.

12.1

Manfaat Efek Rumah Kaca Bagi Kehidupan di Bumi.

Global warming

Global warming dalah suatu peristiwa yang disebabkan meningkatnya efek rumah kaca
(green house effect). Sebenarnya efek rumah kaca bukanlah suatu hal yang buruk, justru
dengan adanya efek rumah kaca bumi kita bisa tetap hangat, bahkan memungkinkan kita bisa
survive hingga sekarang.
Kamu bisa mengibaratkan bumi kita seperti mobil yang sedang diparkir dalam cuaca yang
cerah. Kamu pasti akan berpikir bahwa temperature di dalam mobil pasti akan lebih panas
dibandingkan temperature di luar mobil. Sinar matahari memasuki mobil tersebut melalui
celah-celah pada kaca jendela dan secara otomatis panas dari sinar matahari akan diserap oleh
jok, karpet, dashboard serta benda-benda lain yang berada di dalam mobil. Ketika semua
objek tersebut melepaskan kembali panas yang diserapnya, tidak semua panas tersebut akan
bisa keluar melalui celah jendela, sebagian justru akan dipantulkan kembali- panas tersebut
akan diradiasikan kembali oleh benda-benda yang ada di dalam mobil dengan panjang
gelombang yang berbeda-beda. Sehingga sejumlah energy panas akan tetap tinggal di dalam
mobil, dan hanya sebagian kecil dari energy tersebut yang bisa melepaskan diri. Pada

akhirnya, mobil tersebut akan mengalami peningkatan temperature secara berkala, semakin
lama akan semakin panas.
Ketika cahaya matahari mengenai atmosfer serta permukaan bumi, sekitar 70% dari energi
tersebut tetap tinggal di bumi, diserap oleh tanah, lautan, tumbuhan serta benda-benda
lainnya. 30 % sisanya dipantulkan kembali melalui awan, hujan serta permukaan reflektif
lainnya. Tetapi panas yang 70 % tersebut tidak selamanya ada di bumu, karena bila demikian
maka suatu saat bumi kita akan menjadi bola api). Benda-benda di sekitar planet yang
menyerap cahaya matahari seringkali meradiasikan kembali panas yang diserapnya. Sebagian
panas tersebut masuk ke ruang angkasa, tinggal di sana dan akan dipantulkan kembali ke
bawah permukaan bumi ketika mengenai zat yang berada di atmosfer, seperti karbon
dioksida, gas metana dan uap air. Panas tersebut yang membuat permukaan bumi tetap hangat
dari pada di luar angkasa, karena energy lebih banyak yang terserap dibandingkan dengan
yang dipantulkan kembali. Itulah peristiwa yang disebut dengan efek rumah kaca (green
house effect).

12.2

Bumi Tanpa Efek Rumah Kaca

Apa yang akan terjadi bila bumi kita tanpa efek rumah kaca, maka bumi akan seperti planet
Mars. Mars tidak mmemiliki atmosfer yang cukup tebal untuk mempertahankan panas
matahari, di sana sangat dingin. Sehingga tidak memungkinkan adanya kehidupan.
BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Efek rumah kaca adalh salah satu dampak dari pemanasan global yang sangat serius
dampaknya. Pemanasan global telah menjadi permasalahan yang menjadi sorotan utama umat
manusia. Fenomena ini bukan lain diakibatkan oleh perbuatan manusia sendiri dan
dampaknya diderita oleh manusia itu juga. Untuk mengatasi pemanasan global diperlukan
usaha yang sangat keras karena hampir mustahil untuk diselesaikan saat ini. Pemanasan
global memang sulit diatasi, namun kita bisa mengurangi efeknya.
Seperti dengan cara reboisasi, penanggulangan hal ini adalah kesadaran kita terhadap
kehidupan bumi di masa depan. Apabila kita telah menanamkan kecintaan terhadap bumi ini
maka pemanasan global hanyalah sejarah kelam yang pernah menimpa bumi ini.
B.

Saran

Kehidupan ini berawal dari kehidupan di bumi jauh sebelum makhluk hidup ada. Maka dari
itu untuk menjaga dan melestarikan bumi ini harus beberapa dekade kah kita memikirkannya.
Sampai pada satu sisi dimana bumi ini telah tua dan memohon agar kita menjaga serta
melstarikannya. Marilah kita bergotong royang untuk menyelematkan bumi yang telah
memberikan kita kehidupan yang sempurna ini. Stop global warming.
DAFTAR PUSAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Efek_rumah_kaca
http://www.analisadaily.com/news/read/2011/06/12/3309/efek_rumah_kaca_untuk_kehidupa
n_di_bumi/
http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm
http://www.antaranews.com/berita/1318863686/efek-rumah-kaca-dan-dampak-terhadaplingkungan
http://iklimkarbon.com/perubahan-iklim/efek-rumah-kaca/
http://nurmadina.blogspot.com/2012/05/pengaruh-efek-rumah-kaca-pada-ekosistem.html
http://deebacalah.blogspot.com/2012/10/efek-rumah-kaca.html

Anda mungkin juga menyukai