Anda di halaman 1dari 32

Kata pengantar

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit
sekali yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian
alam atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira
besarnya, sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul
Pemanasan Global dan Hujam Asam Meskipun kami berharap isi dari makalah
ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang. Oleh
karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah
ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata kelompok kami berharap agar makalah ini
bermanfaat bagi semua yang membacanya.

Bogor, April 2016

Penulis

1
Daftar Isi

Halaman
Kata pengantar ................................................................................................................... 1
Daftar Isi ............................................................................................................................ 2
BAB I Pemanasan Global.................................................................................................. 3
A. Penyebab Dari Pemanasan Global ......................................................................... 4
BAB II Gas Rumah Kaca dan Komponennya .................................................................. 8
BAB III Dampak Terjadinya Pemanasan Global ........................................................... 15
BAB IV Penipisan Lapisan Ozon ................................................................................ 17
BAB V Pemanasan Global dan Hujan Asam .................. Error! Bookmark not defined.
A. Mengapa Penipisan Lapisan Ozon Lebih Besar Terjadi di Antartika? ................ 18
BAB VI Lubang Ozon .................................................................................................. 20
BAB VII Hujan Asam ................................................................................................... 24
A. Penyebab Hujan Asam ......................................................................................... 25
LAMPIRAN ..................................................................................................................... 31

2
BAB I Pemanasan Global

Pemanasan global (bahasa Inggris: Global warming) adalah suatu proses


meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan Bumi.Suhu rata-rata
global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 0.18 C (1.33 0.32 F)
selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global
sejak pertengahan abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya
konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah
kaca.Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-
perubahan yang lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas
fenomena cuaca yang ekstrem, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi.
Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian,
hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Isu Pemanasan Global telah lama menjadi isu Internasional yang hangat,
banyak dibahas di semua negara, meskipun sebenarnya belum ada kepastian
tentang apakah benar akan terjadi, kapan akan terjadi atau mungkin sudah mulai
ada gejala-gejala terjadinya Pemanasan Global. Menghangatnya Isu Pemanasan
Global ini timbul karena mempunyai dampak yang sangat besar terhadap
kehidupan di dunia, antara lain terjadinya perubahan iklim sedunia, perubahan
curah hujan sedunia dan * kenaikan permukaan air laut, (pemanasan Global
"sesunggubnya merupakan gejala naiknya suhu di atas permukaan bumJ di
seluruh dunia yang disebabkan oleh naiknya intensitas Efek Rumah Kaca (ERK).
Oleh karena itu sebelum membahas tentang Pemanasan Global perlu terlebih
dahulu mempelajari terjadinya dan dampaknya Efek Rumah Kaca.

3
A. Penyebab Dari Pemanasan Global

1. Efek rumah kaca

Segala sumber energi yang terdapat di Bumi berasal dari matahari.


Sebagian besar energi tersebut berbentuk radiasi gelombang pendek,
termasuk cahaya tampak. Ketika energi ini tiba permukaan Bumi, ia
berubah dari cahaya menjadi panas yang menghangatkan Bumi.
Permukaan Bumi, akan menyerap sebagian panas dan memantulkan
kembali sisanya. Sebagian dari panas ini berwujud radiasi infra merah
gelombang panjang ke angkasa luar. Namun sebagian panas tetap
terperangkap di atmosfer Bumi akibat menumpuknya jumlah gas rumah
kaca antara lain uap air, karbon dioksida, sulfur dioksida dan metana yang
menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini menyerap dan
memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan Bumi dan
akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi. Keadaan ini
terjadi terus menerus sehingga mengakibatkan suhu rata-rata tahunan
bumi terus meningkat.

Efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup
yang ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.
Dengan suhu rata-rata sebesar 15 C (59 F), bumi sebenarnya telah lebih
panas 33 C (59 F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca
suhu bumi hanya -18 C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan
Bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabilagas-gas tersebut telah berlebihan di
atmosfer, akan mengakibatkan pemanasan global.

2. Efek umpan balik

penyebab pemanasan global juga dipengaruhi oleh berbagai proses


umpan balik yang dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan
air. Pada kasus pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca
seperti CO2, pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih

4
banyaknya air yang menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri
merupakan gas rumah kaca, pemanasan akan terus berlanjut dan
menambah jumlah uap air di udara sampai tercapainya suatu
kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah kaca yang dihasilkannya
lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas CO2 sendiri. (Walaupun
umpan balik ini meningkatkan kandungan air absolut di udara,
kelembapan relatif udara hampir konstan atau bahkan agak menurun
karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya berdampak
secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang panjang di
atmosfer.

Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang menjadi objek


penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan memantulkan
kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan meningkatkan
efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan tersebut akan
memantulkan sinar matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga
meningkatkan efek pendinginan.

Umpan balik penting lainnya adalah hilangnya kemampuan


memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika suhu global meningkat, es
yang berada di dekat kutub mencair dengan kecepatan yang terus
meningkat. Bersamaan dengan melelehnya es tersebut, daratan atau air di
bawahnya akan terbuka. Baik daratan maupun air memiliki kemampuan
memantulkan cahaya lebih sedikit bila dibandingkan dengan es, dan
akibatnya akan menyerap lebih banyak radiasi matahari. Hal ini akan
menambah pemanasan dan menimbulkan lebih banyak lagi es yang
mencair, menjadi suatu siklus yang berkelanjutan.

Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari


melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang
berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan
melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif.

5
Kemampuan lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang
bila ia menghangat, hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien
pada zona mesopelagic sehingga membatasi pertumbuhan diatom
daripada fitoplankton yang merupakan penyerap karbon yang rendah.

3. Variasi Matahari

Terdapat hipotesa yang menyatakan bahwa variasi dari matahari,


dengan kemungkinan diperkuat oleh umpan balik dari awan, dapat
memberi kontribusi dalam pemanasan saat ini. Perbedaan antara
mekanisme ini dengan pemanasan akibat efek rumah kaca adalah
meningkatnya aktivitas matahari akan memanaskan stratosfer sebaliknya
efek rumah kaca akan mendinginkan stratosfer. Pendinginan stratosfer
bagian bawah paling tidak telah diamati sejak tahun 1960, yang tidak akan
terjadi bila aktivitas matahari menjadi kontributor utama pemanasan saat
ini. Penipisan lapisan ozon juga dapat memberikan efek pendinginan
tersebut tetapi penipisan tersebut terjadi mulai akhir tahun 1970-an.
Fenomena variasi Matahari dikombinasikan dengan aktivitas gunung
berapi mungkin telah memberikan efek pemanasan dari masa pra-industri
hingga tahun 1950, serta efek pendinginan sejak tahun 1950.

Dua ilmuwan dari Duke University memperkirakan bahwa


matahari mungkin telah berkontribusi terhadap 45-50% peningkatan suhu
rata-rata global selama periode 1900-2000, dan sekitar 25-35% antara
tahun 1980 dan 2000. Stott dan rekannya mengemukakan bahwa model
iklim yang dijadikan pedoman saat ini membuat perkiraan berlebihan
terhadap efek gas-gas rumah kaca dibandingkan dengan pengaruh
matahari; mereka juga mengemukakan bahwa efek pendinginan dari debu
vulkanik dan aerosol sulfat juga telah dipandang remeh. Walaupun
demikian, mereka menyimpulkan bahwa bahkan dengan meningkatkan
sensitivitas iklim terhadap pengaruh matahari sekalipun, sebagian besar

6
pemanasan yang terjadi pada dekade-dekade terakhir ini disebabkan oleh
gas-gas rumah kaca.

Pada tahun 2006, sebuah tim ilmuwan dari Amerika Serikat,


Jerman dan Swiss menyatakan bahwa mereka tidak menemukan adanya
peningkatan tingkat "keterangan" dari matahari pada seribu tahun terakhir
ini. Siklus Matahari hanya memberi peningkatan kecil sekitar 0,07%
dalam tingkat "keterangannya" selama 30 tahun terakhir. Efek ini terlalu
kecil untuk berkontribusi terhadap pemansan global. Sebuah penelitian
oleh Lockwood dan Frhlich menemukan bahwa tidak ada hubungan
antara pemanasan global dengan variasi matahari sejak tahun 1985, baik
melalui variasi dari output matahari maupun variasi dalam sinar kosmis.

7
BAB II Gas Rumah Kaca dan Komponennya

Gas rumah kaca adalah gas-gas yang ada di atmosfir yang menyebabkan
efek gas rumah kaca. Gas-gas tersebut sebenarnya muncul secara alami di
lingkungan, tetapi dapat juga timbul akibat aktifitas manusia.Gas-gas rumah kaca
(GRK) di atmosfir antara lain CO2, CH4, CFC, dan N2O dan unsur unsur kecil
lainnya, memantulkan berulang- ulang radiasi yang masuk kebumi sehingga
mengakibatkan temperatur di Bumi naik.

Ada 6 senyawa gas rumah kaca yang disepakati dalam Protokol Kyoto, yaitu :

1. Karbondioksida (CO)

Meningkatnya kegiatan di permukaan bumi yang menghasilkan


gas CO2 pada umumnya karena terjadinya reaksi antara unsur karbon
dengan oksigen.

C (S) + O2 (S) CO2 (g)

Selain itu k enaikan konsentrasi gas CO ini disebabkan oleh


kenaikan pembakaran bahan bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan
bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhan-tumbuhan
dan laut untuk mengabsorbsinya.

2. Metana (CH)
Merupakan insulator (zat penyerap, tidak menghantarkan, isolator)
yang efektif, mampu menangkap panas 20 kali lebih banyak bila
dibandingkan karbondioksida. Metana dilepaskan selama produksi
(penambangan, pengeboran) dan transportasi (pengolahan) batu bara, gas
alam, dan minyak bumi. Metana juga dihasilkan dari pembusukan limbah
organik di tempat pembuangan sampah (landfill), bahkan dapat keluarkan

8
oleh hewan-hewan tertentu, terutama sapi, sebagai produk samping dari
pencernaan. Gas ini efeknya lebih parah daripada CO, tetapi jumlahnya
jauh lebih sedikit dibanding CO, sehingga dampaknya tidak sebesar CO.

3. Nitrogen Oksida (NO)


Gas N2O mempunyai kemampuan merusak lapisan ozon di
stratosfer melalui proses fotolisis. Gas tersebut merupakan gas insulator
panas yang sangat kuat. Ia dihasilkan terutama dari pembakaran bahan
bakar fosil dan oleh lahan pertanian. Nitrogen dioksida dapat menangkap
panas 300 kali lebih besar dari karbondioksida.

4. Chloro-Fluoro-Carbon (CFC)
CFC atau yang disebut sebagai Freon. Gas ini dihasilkan oleh
pendingin-pendingin yang menggunakan freon, seperti kulkas, AC, dll.
Gas ini selain mampu menahan panas juga mampu mengurangi lapisan
ozon, yang berguna untuk menahan sinar ultraviolet masuk ke dalam
bumi. CFC ini menyerang Ozon, akibatnya kandungan Ozon di angkasa
menipis dan mengakibatkan lubang di kutub utara dan selatan, sehingga
UV (ultraviolet) mampu menerobos masuk ke atmosfer dan menyebabkan
terjadinya radiasi.

5. Hidro-Fluoro-Carbon (HFCs)
HFCs ini juga disebut sebagi Freon. Gas ini juga dihasilkan oleh
pendingin-pendingin yang menggunakan freon, seperti kulkas, AC,
juga terbentuk selama manufaktur berbagai produk, termasuk busa untuk
insulasi, perabotan (furniture), dan tempat duduk di kendaraan dan dapat
menimbulkan pemanasan global.

6. Sulfur Heksafluorida (SF)

9
Konsentrasi gas ini di atmosfer meningkat dengan sangat cepat,
yang walaupun masih tergolong langka di atmosfer tetapi gas ini mampu
menangkap panas jauh lebih besar dari gas-gas rumah kaca yang telah
dikenal sebelumnya. Hingga saat ini sumber industri penghasil gas ini
masih belum teridentifikasi.

Selain keenam gas rumah kaca itu ada juga gas rumah kaca lainnya seperti :

1. Uap Air
Gas rumah kaca yang paling banyak adalah uap air yang mencapai
atmosfer akibat penguapan air dari laut, danau dan sungai. Uap air adalah
gas rumah kaca yang timbul secara alami dan bertanggungjawab terhadap
sebagian besar dari efek rumah kaca. Konsentrasi uap air berfluktuasi
secara regional, dan aktifitas manusia tidak secara langsung
mempengaruhi konsentrasi uap air kecuali pada skala lokal. Dalam model
iklim, meningkatnya temperatur atmosfer yang disebabkan efek rumah
kaca akibat gas-gas antropogenik akan menyebabkan meningkatnya
konsentrasi uap air mengakibatkan meningkatnya efek rumah kaca; yang
mengakibatkan meningkatnya temperatur; dan kembali semakin
meningkatkan jumlah uap air di atmosfer. Keadaan ini terus berkelanjutan
sampai mencapai titik ekuilibrium (kesetimbangan). Oleh karena itu, uap
air berperan sebagai umpan balik positif terhadap aksi yang dilakukan
manusia yang melepaskan gas-gas rumah kaca seperti CO. Perubahan
dalam jumlah uap air di udara juga berakibat secara tidak langsung
melalui terbentuknya awan. Uap air ini dapat menjadi sebuah lingkaran
setan, karena dengan semakin meningkatnya suhu bumi, maka air (laut,
danau, dll) akan semakin banyak yang menguap dan menambah jumlah
uap air di atmosfer, dengan kondisi demikian suhu bumi pun akan
semakin meningkat, karena uap air juga merupakan gas rumah kaca.

2. Nitrogen triflorida (NF3)

10
NF bersumber dari teknologi layar flat-panel. Penelitian terbaru
menunjukkan dalam beberapa tahun terakhir efek gas NF3 semakin
meningkat di luar perkiraan. Kadar nitrogen triflorida di udara
diperkirakan meningkat empat kali lipat beberapa tahun terakhir dan 30
kali lipat sejak 1978. Namun, peningkatan tersebut hanya menyumbang
0,04 persen dari total efek pemanasan global yang disebabkan oleh karbon
dioksida. Gas ini biasanya digunakan sebagai semacam pembersih pada
industri manufaktur televisi dan monitor komputer serta panel.
Nitrogen triflorida yang dihitung dengan skala bagian per triliun di
udara selama ini memang dianggap ancaman tak berarti. Menurut profesor
geofisika Ray Weiss di Lembaga Oseanografi, upaya awal untuk
mengetahui jumlah gas tersebut di udara memang diremehkan mengingat
jumlahnya yang tak terlalu besar.
Tetapi gas tersebut justru dikategorikan sebagai salah satu gas
yang lebih berbahaya karena ratusan kali lebih kuat menyimpan panas
daripada karbon dioksida.

3. Sulfur oksida (SO)


Sulfur oksida (SO) terutama disebabkan oleh dua komponen gas yang tidak
berwarna, yaitu sulfur oksida (SO2) dan sulfur trioksida (SO3). Keduanya
disebut sebagai SOx. Sulfur oksida mempunyai karakteristik bau yang tajam
dan tidak terbakar di udara, sedangkan sulfur trioksida merupakan komponen
yang tidak reaktif. Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan
menghasilkan kedua bentuk oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak
dipengaruhi oleh jumlah oksigen yang tersedia, meskipun udara tersedia
dalam jumlah cukup, SO2 selalu terbentuk dalam jumlah terbesar.
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang
menghasilkan SOx. Hal ini disebabkan berbagai elemen yang penting secara
alami dalam bentuk logam sulfida, misalnya tembaga (CuFeS2 dan Cu2S),
zink (ZnS), merkuri (HgS), dan timbal (PbS). Kebanyakan logam sulfida
dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi oksida
yang mudah tereduksi. Selain itu, sulfur merupakan kontaminan yang tidak

11
dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk menghilangkan
sulfur dari logam kasar daripada menghilangkan dari produk metal akhirnya.

4. Nitrogen monoksida (NO)


Gas-gas komponen udara (lapisan atmosfer terendah yaitu lapisan
troposfer) dalam keadaan normal yang paling banyak adalah gas nitrogen
(78% = 78 x 104 ppm), disusul gas oksigen. (20% - 20 x 104 ppm), uap air
(0,1% - 5%) tergantung pada kelembaban udara, sedangkan gas karbon
dioksida yang ada di udara hanya (3,25 % = 3,25 x 104 ppm). Namun banyak hal
yang dapat menyebabkan kadar gas karbon dioksida akan meningkat antara lain
hasil pembakaran bahan bakar dari fosil yang makin meningkat. Tetapi tidak
kelihatan untuk emisi N2O karena mempunyai nilai negatif dari ketiga lokasi
tersebut. Emisi dari fluks CO2 berada pada rentang 40 s/d 380 mgCm-2h-1 dan
emisi dari fluks CH4 berada pada rentang 0 s/d 1 mgCm-2h-1. Sedangkan emisi
dari fluks N2O berada pada rentang -0.04 s/d +0.03 mgNm-2h-1. Hutan bakau
berperan sebagai sumber emisi gas CO2 dan CH4 ke atmosfir melalui vegetasi
tumbuhan bakau. Perkiraan emisi metana jauh lebih besar dari emisi nitrous
oksida. Dalam hal ini metana mendapat tempat yang paling berpengaruh terhadap
efek rumah kaca dibanding nitrous oksida.

Efek rumah kaca ( Green House Effect ) merupakan suatu istilah yang
digunakan untuk meggambarkan betapa panasnya kondisi bumi dari akibat
terperangkapnya gelombang panjang sinar matahari dilapisan trofosfer bumi (
Fahri, 2009 ). Green House Effect di adopsi dari kondisi rumah kaca yang biasa
digunakan untuk budidaya pertanian. Pada siang hari, pada cuaca yang cerah
meskipun tanpa adanya alat pemanas suhu ruangan di dalam rumah kaca akan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan suhu diluar rumah kaca. Hal tersebut
terjadi karena sinar matahari yang menembus kaca dipantulkan kembali oleh
tanaman di dalam rumah kaca yang berupa panas. Sinar yang dipantulkan ini
tidak dapat menembus kembali keluar kaca sehingga suhu di dalam rumah kaca
menjadi naik dan panas yang dihasilan akan terperangkap di dalam rumah kaca.
Efek rumah kaca juga dapat diilustrasikan sebagai sebuah mobil yang diletakkan

12
di bawah terik matahari dengan kodisi jendela mobil tertutup. Bagi masyarakat
awam efek rumah kaca diartikan sebagai adanya rumah-rumah yang banyak
menggunakan kaca.

Iklim global telah berubah pada tingkatan yang cukup besar. Perubahan
tersebut terjadi karena adanya peningkatan konsentrasi Gas-gas rumah kaca di
atmosfer. Salah satunya adalah gas CO2. Peningkatan konsentrasi gas CO2 di
atmosfer terjadi akibat proses pembakaran bahan bakar fosil. Sekitar 20% dari
total peningkatan gas rumah kaca di atmosfer disebabkan oleh emisi CO2 akibat
pembakaran.

Dalam Kyoto Protokol telah disepakati untuk memberikan solusi


terhadap meningkatnya gas rumah kaca. Walaupun hanya beberapa negara
sebagai emitor gas CO2terutama negara industri, tetapi dampaknya akan terasa
pada keseluruhan otmosfer bumi. Karena angin akan selalu bergerak secara aktif
sehingga akan mendistribusikan gas rumah kaca secara merata. Penyebaran emisi
gas-gas terutama CO2 tersebar secara sporadic di berbagai tempat, akan tetapi
implementasi di lapangan ternyata cukup sulit dan tidak adil. Karena adanya
perbedaan yang cukup significant antar negara dalam emisi gas rumah kaca. Pada
tingkat global pengaturan sumber daya alam yang berkelanjutan,
mempertimbangkan dua pemicu emisi gas rumah kaca yaitu , penggunaan bahan
bakar minyak dan berhubungan dengan adanya alih guna lahan dan konversi
hutan.

Salah satu solusi untuk mengurangi emisi gas rumah kacaadalah dengan
cara pembangunan dan pengelolaan sumber daya hutan yang berkelanjutan.
Dalam konteks sumber daya, paradigma pengelolaan hutan harus bergeser dari
sistem yang beorientasi pada ekonomi semata menuju sistem yang berorientasi
ekosistem. Sehingga kelestarian fungsi ekologi hutan akan tetap terjaga sampai
generasi yang akan datang. Sudah lama hutan alam tropis menjadi perhatian
masyarakat dunia sehubungan dengan penurunan kualitas maupun kuantitasnya.
Kondisi yang demikian tidak saja memberikan dampak negatif terhadap
masyarakat yang berada pada wilayah negara yang bersangkutan, tetapi juga pada
masyarakat internasional berkenaan dengan pengaruhnya terhadap perubahan

13
cuaca ataupun iklim global, menurunnya keaneka-ragaman hayati ataupun
pengaruhnya terhadap aspek lingkungan yang lain. Sampai saat ini laju kerusakan
tersebut tidak mencapai titik setaknasi atau paling tidak melambat, melainkan
justru semakin cepat. Ada kecenderungan bahwa keadaan yang demikian adalah
karena kesalahan dalam pengaturan pengelolaan hutannya.

Semakin banyak bentangan hijau dapat diartikan sebagai semakin banyak


juga luasan permukaan daun. Kaitannya dengan pengurangan emisi gas CO2
adalah daun melakukan proses fotosintesa untuk pembentukan dan perbanyakan
biomassa di dalam pohon. Fotosintesa adalah proses perubahan molekul
anorganik oleh tumbuhan menjadi molekul organic.Akan tetapi tumbuhan hanya
melakukan fotosintesa dengan bantuan cahaya matahari. Sebaliknya pada
keadaan gelap tumbuhan mengeluarkan CO2 dan mengambil O2 untuk
respirasi.Daun-daun akan menangkap energi matahari dalam klorofil. Energi ini
lalu digunakan untuk membentuk molekul glukosa dari air dan karbon
dioksida.oksigen dikeluarkan sebagai produk sisa, sedangkan glukosa digunakan
untuk memperbanyak biomassa.

Salah satu produk dari fotosintesa adalah oksigen yang merupakan


kebutuhan vital bagi makluk hidup dalam proses respirasi. Akan tetapi sering
kali kita tidak sadar akan pentingnya kawasan hijau. Perusakan hutan dan
bentangan hijau sering dilakukan untuk alasan kepentingan ekonomi. Peniadaan
atau pengurangan vegetasi secara drastis dapat mengubah iklim secara lokal dan
global. Perubahan iklim lokal akan berkaitan dengan siklus hidrologi dan
mengubah wilayah yang lembab menjadi kering. Dampak global dari
pengurangan vegetasi adalah berkaitan dengan peran vegetasi dalam
memanfaatkan CO2 dari atmosfer. Jika vegetasi berkurang, sedangkan emisi CO2
terus meningkat, maka jelas akan mengakibatkan peningkatan CO2 dalam
atmosfer yang tidak terkendali ( Lakitan, 1994).

14
BAB III Dampak Terjadinya Pemanasan Global

1. Mencairnya lapisan es di kutub Utara dan Selatan. Peristiwa ini


mengakibatkan naiknya permukaan air laut secara global, hal ini dapat
mengakibatkan sejumlah pulau-pulau kecil tenggelam. Kehidupan
masyarakat yang hidup di daerah pesisir terancam. Permukiman penduduk
dilanda banjir rob akibat air pasang yang tinggi, dan ini berakibat
kerusakan fasilitas sosial dan ekonomi. Jika ini terjadi terus menerus
maka akibatnya dapat mengancam sendi kehidupan masyarakat.

2. Meningkatnya intensitas fenomena cuaca dan lautan yang ekstrim.


Perubahan iklim menyebabkan musim sulit diprediksi. Petani tidak dapat
memprediksi perkiraan musim tanam akibat musim yang juga tidak
menentu. Akibat musim tanam yang sulit diprediksi dan musim
penghujan yang tidak menentu maka musim produksi panen juga
demikian. Hal ini berdampak pada masalah penyediaan pangan bagi
penduduk, kelaparan, lapangan kerja bahkan menimbulkan kriminal
akibat tekanan tuntutan hidup. Selain itu Perubahan cuaca dan
lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang
panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul
kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan peningkatan
permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat
menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana alam
(banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma. Timbulnya
bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan penduduk ke tempat-
tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit, seperti: diare,
malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis, penyakit kulit, dan
lain-lain.
3. Punahnya berbagai jenis fauna. Flora dan fauna memiliki batas toleransi
terhadap suhu, kelembaban, kadar air dan sumber makanan. Kenaikan

15
suhu global menyebabkan terganggunya siklus air, kelembaban udara dan
berdampak pada pertumbuhan tumbuhan sehingga menghambat laju
produktivitas primer. Kondisi ini pun memberikan pengaruh habitat dan
kehidupan fauna.

4. Habitat hewan berubah akibat perubahan faktor-faktor suhu, kelembaban


dan produktivitas primer sehingga sejumlah hewan melakukan migrasi
untuk menemukan habitat baru yang sesuai. Migrasi burung akan berubah
disebabkan perubahan musim, arah dan kecepatan angin, arus laut (yang
membawa nutrien dan migrasi ikan). Selain itu Berubahnya habitat
memungkinkan terjadinya perubahan terhadap resistensi kehidupan larva
dan masa pertumbuhan organisme tertentu, kondisi ini tidak menutup
kemungkinan adanya pertumbuhan dan resistensi organisme penyebab
penyakit tropis. Jenis-jenis larva yang berubah resistensinya terhadap
perubahan musim dapat meningkatkan penyebaran organisme ini lebih
luas. Ini menimbulkan wabah penyakit yang dianggap baru.

5. Peningkatan muka air laut, air pasang dan musim hujan yang tidak
menentu menyebabkan meningkatnya frekuensi dan intensitas banjir.

6. Ketinggian gunung-gunung tinggi berkurang akibat mencairnya es pada


puncaknya.

7. Perubahan tekanan udara, suhu, kecepatan dan arah angin menyebabkan


terjadinya perubahan arus laut. Hal ini dapat berpegaruh pada migrasi
ikan, sehingga memberi dampak pada hasil perikanan tangkap.

16
BAB IV Penipisan Lapisan Ozon

Secara alami, terjadi beberapa reaksi pembentukan dan penguraian ozon


yang mengakibatkan jumlahnya selalu konstan di atmosfer. Reaksi ini dikenal
dengan nama reaksi Chapman. Reaksi-reaksi ini bisa terjadi dengan bantuan sinar
UV dari matahari.

(1) O2+ uv O + O

(2) O + O2 O3

(3) O3 + uv O2 + O

(4) O + O3 O2 + O2

Adanya kontaminasi zat lain di atmosfer mengakibatkan reaksi ini tidak


lagi menjadi reaksi utama pembentukan dan penguraian ozon. Zat reaktif yang
dihasilkan oleh kegiatan manusia menguraikan ozon dan mengakibatkan
ketidakseimbangan jumlah ozon yang terbentuk dan jumlah yang terurai. Hal ini
yang mengakibatkan jumlah ozon menipis.

Diantara zat yang diketahui menjadi penyebab utama penipisan lapisan


ozon adalah Khlorin (ClOx), Bromin (BrOx) serta beberapa unsur dari golongan
halogen lainnya. Zat-zat ini termasuk zat yang reaktif yang dapat memecah ozon
dengan reaksi sebagai berikut.

X + O3 XO + O2

XO + O X + O2

Zat-zat yang sangat reaktif ini sampai ke atmosfer dan lapisan stratosfer
dalam bentuk senyawa yang sangat stabil, antara lain seperti CFC (Chloro Fluoro
Carbon). CFC yang sangat stabil ini menjadi tidak stabil ketika mencapai lapisan
stratosfer karena sinar matahari yang jauh lebih besar di ketinggian tersebut.
Atom khlor, brom, ataupun fluor (X) yang dilepaskan tersebut kemudian bereaksi

17
dengan O3. Hasil reaksi tersebut berupa XO yang juga bersifat reaktif kemudian
bereaksi lagi dengan atom oksigen dan menghasilkan atom X. Atom X kembali
bereaksi memecah O3, dan seterusnya sehingga jumlah O3 yang terbentuk
menjadi tidak seimbang dengan jumlah O3 yang terurai. Jumlah ozon dalam
lapisan stratosfer tersebut pun menjadi menipis.

Selain CFC, penipisan lapisan ozon juga dapat terjadi karena senyawa lain.
Namun menurut penelitian saat ini, CFC berperan paling besar. CFC sampai ke
lapisan stratosfer dalam waktu kurang lebih 5 tahun. Namun sesampainya di
lapisan stratosfer, senyawa ini bertahan mencapai 70 tahun sebelum keluar dari
lapisan ini. Adanya CFC di lapisan stratosfer ini mengakibatkan penguraian ozon
menjadi lebih cepat empat kali lipat dibandingkan kondisi alami.

Di atas telah dijelaskan bahwa secara alamiah gas ozon melalui reaksi
fotokimia mengalami penguraian pecah menjadi gas oksigen (O2) dan atom
oksigen (O suatu oksidan kuat).Adanya penguraian gas ozon secara alamiah
melalui fotokimia menjadi gas O2, serta bereaksinya gas ozon dengan1 senyawa-
senyawa klor sebagai hasil aktivitas/rekayasa manusia ini dapat menghabiskan
ozon dan terjadi penipisan lapisan ozon dalam stratosfer. Sinar matahari
menguraikan senyawa-senyawa klor menjadi atom klor (Cl) yang akan bertindak
sebagai katalis dalam reaksi penguraian gas ozon.

Penipisan Lapisan Ozon Yang Terjadi di Antartika

Selain dibantu oleh sinar matahari, pelepasan atom Cl dari CFC dapat
terjadi karena adanya aliran udara dingin yang membentuk vorteks polar. Vorteks
polar ini mengisolasi udara di dalam pusaranya dengan temperatur yang sangat
rendah yaitu sekitar -80C atau 193 K. Dinginnya udara ini menyebabkan
terbentuknya Polar Stratospheric Cloud (PSC) atau sering disebut dengan
Mother of Pearl. Temperatur ini konstan karena selalu terisolasi dalam vorteks.
PSC merupakan tempat terjadinya reaksi-reaksi heterogen yang mengubah klor
ataupun brom yang tadinya tidak aktif menjadi atom yang reaktif. Dengan

18
bantuan sinar matahari yang mampu menembus vorteks dingin, terjadilah reaksi
penguraian ozon oleh zat-zat yang reaktif ini seperti dijelaskan sebelumnya.

Temperatur udara musim dingin di Antartika lebih rendah dibandingkan


di Arktik dan tentu daerah lainnya di bumi. Senyawa CFC sampai ke Benua
Antartika karena terbawa aliran udara. Benua lainnya menghadapi permasalahan
penipisan lapisan ozon yang sama, namun dalam waktu yang relatif lebih lama
karena perbedaan temperatur yang signifikan tersebut.

19
BAB V Lapisan Ozon

Pada awal tahun 1980-an, para peneliti yang bekerja


di Antartika mendeteksi hilangnya ozon secara periodik di atas benua tersebut.
Keadaan inI terbentuk pada bulan Oktober saat musim semi di Antartika. Antara
tahun 1950 dan tahun 1970-an kadar ozon berkisar 300 unit Dobson yaitu setebal
3 mm pada suhu dan tekanan standar. Pada bulan Oktober tahun 1978 kadar ozon
turun menjadi 125 unit Dobson. Penurunan Kadar ozon yang drastis dan
membuat lapisan ozon menjadi tipis ini dikenal sebagai lubang ozon. Keadaan ini
berlanjut selama beberapa bulan sebelum menebal kembali. Studi-studi yang
dilakukan dengan balon pada ketinggian tinggi dan satelit-satelit cuaca
menunjukkan bahwa persentase ozon secara keseluruhan di Antartika sebenarnya
terus menurun.

Pada tahun 2015, luas lubang ozon di Antartika melebihi luas Benua
Australia. Menurut ilmuwan atmosfer, Profesor David Karoly dari Universitas
Melbourne, ukurannya berfluktuasi sangat tajam ketika muncul setiap musim
semi."Setiap musim semi berakhir, hampir selama 35 tahun, sudah ada penipisan
ozon stratosfer di atas Antartika," katanya. Profesor David menerangkan, ada dua
penyebab utama penipisan lapisan ozon.Penyebab pertama adalah peningkatan
bahan kimia perusak ozon di atmosfer. Kedua, suhu udara dingin ekstrem yang
terjadi pada musim dingin dan musim semi di atas Antartika. Kedua penyebab itu
memicu pembentukan katalis perusak ozon yang memungkinkan ozon lebih cepat
diserap oleh gaschlorofluorocarbons atau CFC, bahan kimia perusak ozon yang
muncul di stratosfer akibat aktivitas manusia.

20
Secara permanen ozon terbentuk dan rusak kembali di dalam daerah
stratosfer dan sebagian kecil terbentuk pada daerah troposfer. Reaksi
destruksi/perusakan ozon dan terbentuknya O2 dapat berlangsung melalui dua
jalan :
O + O 2 2O2
O 3 + O 3 3O2

Reaksi ini dihasilkan melalui reaksi yang kompleks dengan katalis gas
dan radikal, seperti atom Cl, NO, OH. Reaksi OH dapat terbentuk oleh perusakan
uap H2O, gas buangan dari pesawat supersonik. Radikal Cl dapat berasal dari
chloroflurocarbon (CFCl atau CFC- I I dan CF2Cl atau CFC-12 ) yang banyak
digunakan pada pendingin (refrigerator) dan bahan bakar (propelan).
Sifat stabil dari CFC yang sangat bermanfaat di bumi ini memberikan
peluang baginya untuk merusak lapisan ozon. CFC yang terdifusi ke stratosfer
akan mengalami pemutusan ikatan kimianya oleh radiasi UV-C menghasilkan
khlor-khlor bebas yang bersifat sangat reaktif, kemudian mengikat sebuah atom
oksigen dari molekul ozon (O3) sehingga mengubah ozon tersebut menjadi
molekul oksigen (O2). Reaksi perubahan ozon menjadi molekul oksigen adalah
sebagai berikut:

CFCl3 + uv CFCl2 + Cl-


Cl- + O3 ClO + O2
O2 + uv energi 2O
ClO + 2O O2 + Cl-
Cl- + O3 ClO + O2

Masuknya CFC ke atmosfer menimbulkan proses reduksi-oksidasi


(redoks) antara ozon dengan unsur-unsur halogen dari senyawa CFC dan yang
sejenisnya. Setiap molekul CFC mampu merusak 100 ribu molekul ozon.

21
Sedangkan senyawa halon (berasal dari unsur halogen) mampu merusak 10 kali
lebih efektif dibandingkan dengan CFC. CFC menguraikan ozon menjadi oksigen
dan sebuah oksigen bebas radikal yang menimbulkan suatu lapisan oksigen
sehingga lapisan ozon menjadi semakin tipis yang mudah tertembus sinar
ultraviolet dari matahari. Semakin menipisnya lapisan ozon di
atmosfer, bahkan sampai berlubang, dapat menimbulkan bencana. Karena
manusia akan bermandikan sinar ultraviolet dengan intensitas tinggi yang dapat
mengundang penyakit kanker kulit, katarak, serta penurunan sistem kekebalan
tubuh.
Ketika freon (CFC) terlepas ke atmosfer, maka molekul CFC akan
terurai menjadi atom C sendiri yangsangat reaktif terhadap atom O (rumus
molekul ozon adalah O3). Ketika atom C dari pecahan freon bertemu dengan
molekul O3, maka atom C akan menarik satu atom O dari ozon, yang akan
mengakibatkan timbulnya karbon monoksida (CO) dan ozon menjadi oksigen
biasa (O2) karena kehilangan satu atom O-nya, ditambah lagi, ketika CO
terbentuk, maka mereka akan menarik lagi satu atom O dari ozon-ozon (O3) lain
sehingga menciptakan CO2, oleh karena itu ozon sebagai pelindung bumi dari
sinar ultraviolet menjadi rusak, sementara CO2 memiliki efek rumah kaca yang
dapat menahan panas di bumi. Dengan demikian bumi akan menjadi semakin
panas.

Ozon, yang terbentuk dari tiga atom oksigen, dapat menjadi pencemar
yang sangat merugikan apabila berada dekat dengan tanah. Di sisi lain, pada
lapisan stratosfer, ozon memiliki peran yang sangat penting sebagai pelindung
bumi dari cahaya ultraviolet yang berbahaya. Para ilmuwan meyakini bahwa gas-
gas klorofluorokarbon (CFC) yang lepas berperan sebagai pencemar lapisan ozon
yang menyebabkan timbulnya lubang ozon. Pada akhirnya, sebagai tindak lanjut
penemuan ini, sejak tahun 2000 berlaku larangan global terhadap produksi CFC.

Lubang ozon ini menyebabkan bertambahnya sinar ultraviolet yang dapat


mencapai bumi sehingga mengganggu kehidupan makhluk hidup di bumi.Sinar
Ultraviolet ini dapet merusak jaringan tubuh manusia dan dapat menyebabkan
kematian.Proses Terjadinya Lubang Ozon, dapat kita lihat pada penjelasan

22
singkat di bawah ini:

1. Ketika molekul oksigen (O2) diuraikan oleh cahaya ultraviolet, molekul


itu akan bergabung dengan oksigen bebas (O) dan akan membentuk
ozon(O3). CFC yang mencapai lapisan stratosfer juga akan diuraikan oleh
cahaya ultraviolet dan akan menghasilkan senyawa klorin (Cl). Klorin
kemudian mencuri satu atom oksigen dari ozon itu sehingga
menghancurkannya dan menghasilkan klorin monoksida (ClO). Tetapi,
atom oksigen dalam ClO itu tertarik oleh atom oksigen bebas dan akan
melepaskan diri sehingga menjadi O2, serta meninggalkan klorin bebas
yang akan menghancurkan ozon lagi.

2. Di atas Antartika, selama musim dingin dan musim semi, timbul arus
udara kuat yang menciptakan sel-sel udara kutub yang tidak bercampur
dengan udara dari luar. Tidak adanya cahaya matahari pada musim
dingin, akan mencegah terbentuknya ozon baru di dalam sel-sel tadi.
Penghancuran ozon oleh klorin juga akan terhenti. Kristal es yang
terbentuk dalam cuaca yang amat dingin (sekitar -80 derajat Celcius)
menyebabkan klorin monoksida bereaksi dengan H2O dan akan
membentuk sejumlah asam hipoklorit.

3. Musim semi membawa kerusakan pada lapisan ozon di atas Antartika


sewaktu sinar matahari memancar kembali dan menguraikan asam
hipoklorit yang terbentuk selama musim dingin. Klorin itu dilepaskan dan
bereaksi, sehingga menimbulkan kerusakan di lapisan ozon dan
terbentuklah lubang ozon.

4. Lubang atmosfer yang mengandung kadar ozon yang sangat rendah


(lubang ozon) terbentuk di atas Antartika pada setiap musim semi dengan
proses seperti ini. Lubang ozon dapat terbentuk kembali di atas daerah
berpenduduk di belahan bumi Utara apabila pencemaran CFC terus
berlanjut dan tidak dihentikan.

23
BAB VI Hujan Asam

Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia


karenakeragamannya sangat tinggi baik menurut waktu dan tempat. Hujan adalah
salahsatu bentuk dari presipitasi. Menurut Lakitan (2002), presipitasi adalah
prosesjatuhnya butiran air atau kristal es ke permukaan bumi.
SedangkanTjasyono (2004) mendefenisikan presipitasi sebagai bentuk air cair
dan padat (es)yang jatuh ke permukaan bumi. Kabut, embun dan embun beku
bukan merupakanbagian dari presipitasi (frost) walaupun berperan dalam alih
kebasahan (moisture).Curah hujan terukur dalam inci atau millimeter. Jumlah
curah hujan 1 mm,menunjukkan tinggi air hujan yang menutupi permukaan bumi
1 mm, jika airtersebut tidak meresap ke dalam tanah atau menguap ke atmosfer.

Nilai pH air hujan pada saat terjadi hujan asam dapat lebih kecil dari
padapH air hujan normal (5,6), yakni mencapai nilai 2 atau 3. Hujan asam
terjadikarena tingginya gas sulfur oksida (SOX) dan nitrogen oksida (NOX). Gas
sulfuroksida dapat berupa sulfur dioksida (SO2), sulfit (SO32-), dan sulfat
(SO42-);sedangkan nitrogen oksida dapat berupa nitrat (NO3) dan nitrogen
dioksida (N2O).gas-gas tersebut terdapat di atmosfer sebagai hasil emisi
(buangan) dari kegiatanindustri kendaraan bermotor. SOX terutama dihasilkan
dari hasil pembakaran batubara (mengandung banyak sulfur); sedangkan NOX
terutama dihasilkan daripembakaran bahan bakar minyak. Selain mengeluarkan
gas NOX, kendaraanbermotor juga melepaskan emisi gas hidrokarbon, CO dan
partikel timbal.

Diperkirakan, sekitar 50% dari keberadaan gas NOX dan 90% gas SOX
akanmenghasilkan H2S, HSO3- dan H2SO4 yang bersifat asam kuat, sedangkan
oksidasigas NOX akan menghasilkan asam nitrat (HNO3) sehingga menurunkan
nilai pHair hujan (Effendi, 2003).Nordstrom et.al (2000) mendefenisikan pH

24
sebagai derajat keasaman yangdigunakan untuk menyatakan tingkat keasaman
atau kebasaan yang dimiliki olehsuatu larutan. Kemasaman (pH) menunjukkan
kadar asam atau basa dalam suatularutan, melalui konsentrasi ion hydrogen H+
(Alaerts dan Santika, 1987). Airdapat bersifat asam atau basa, terkandung pada
besar kecilnya pH air ataubesarnya konsentrasi ion hydrogen dalam air, pH
normal berkisar antara 6,5-7,5.Air yang mempunyai pH lebih kecil dari pH
normal akan bersifat asam,sedangkan air yang mempunyai pH yang lebih besar
dari pH normal akan bersifatbasa (Sunu, 2001).

Nilai pH menunjukkan derajat keasaman atau kebasaan suatu


perairan.Karena pH mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan
tumbuhan danhewan akuatik, maka pH suatu perairan sering kali dipakai sebagai
petunjuk baikatau buruknya perairan sebagai lingkungan hidup. Terdapat suatu
hubungan antarapH dengan sebaran hewan akuatik di perairan alamiah yang
ternyata sangatmenarik, berkaitan dengan masalah pencemaran yang
dihubungkan dengan hujanasam dan proses pengasaman perairan secara alami
(Nugroho, 2006).

A. Penyebab Hujan Asam


Secara alami hujan asam dapat terjadi akibat semburan dari gunung
merapidan dari proses biologis tanah, rawa dan laut. Akan tetapi, mayoritas hujan
asamdisebabkan oleh aktivitas manusia seperti industri, pembangkit tenaga
listrik,kendaraan bermotor dan pabrik pengolahan pertanian. Gas-gas yang
dihasilkanoleh proses ini dapat terbawa angin hingga beberapa kilometer di
atmosfersebelum berubah menjadi asam dan terdeposit ke tanah (Agustiarni,
2008).

Hujan asam disebabkan oleh belerang (sulfur) yang merupakan


pengotordalam bahan bakar fosil serta nitrogen di udara yang bereaksi dengan
oksigenmembentuk sulfur dioksida dan nitrogen oksida. Zat-zat ini berdifusi ke
atmosferdan bereaksi dengan air untuk membentuk asam sulfat dan asam nitrat
yangmudah larut sehingga jatuh bersama air hujan. Nitrogen oksida, diemisikan

25
daripembakaran pada temperatur tinggi yang bereaksi dengan bensin yang
tidakterbakar dengan sempurna dan zat hidrokarbon lain akan membentuk ozon
rendahatau smog kabut berawan coklat kemerahan (Susanta dan Sutjahjo,
2008).Bahan bakar fosil merupakan sumber utama terjadinya pencemaran
udara.Pencemaran udara yang terjadi berbanding lurus dengan pengembangan
industrimodern, pembangkit tenaga listrik, penggunaan batubara dan kemajuan
sektortransportasi. Pembakaran sempurna bahan bakar fosil menghasilkan CO2
dan H2Obersama beberapa nitrogen oksida yang muncul dari fiksasi nitrogen dan
atmosferpada suhu tinggi. Pembakaran yang tidak sempurna menghasilkan asap
hitamyang terdiri dari partikel-partikel karbon atau hidrokarbon kompleks atau
CO dansenyawa organik yang teroksidasi sebagian (Kristanto, 2002).Secara
sederhana, reaksi pembentukan hujan asam dapat diilustrasikansebagai berikut:

S (g) + O2 (g) SO2 (g)

2SO2 (g) + O2 (g) 2SO3 (g)

SO3 (g) + H2O2 (l) H 2SO4 (Aq)

Sejak dimulainya revolusi industri, jumlah sulfur dioksida dan nitrogen


oksida keatmosfer turut meningkat. Industri yang menggunakan bahan bakar
fosil, terutamabatubara, merupakan sumber utama meningkatnya oksida belerang
ini.Pembacaan pH di area industri terkadang tercatat hingga 2,4 (tingkat
keasamancuka). Sumber ini ditambah oleh transportasi yang merupakan
penyumbang utamahujan asam. Masalah hujan asam tidak hanya meningkat
sejalan denganpertumbuhan populasi dan indutri tetapi lebih berkembang
menjadi lebih luas.Penggunaan cerobong asap yang tinggi untuk mengurangi
populasi lokalberkontribusi dalam penyebaran hujan asam, karena emisi gas
yangdikeluarkannya akan masuk ke sirkulasi udara regional yang memiliki
jangkauanlebih luas (Agustiarni,2008).

Dampak kegiatan industri dan hujan asamPertumbuhan kegiatan ekonomi


dan pembangunan yang masih berpusatpada daerah perkotaan (70 % industri
diperkirakan berlokasi di kawasanperkotaan dan sekitarnya), memacu arus

26
urbanisasi sehingga berpengaruhterhadap penyebaran penduduk. Dengan
meningkatnya jumlah penduduk danluasan lahan yang terbatas akan berakibat
terhadap menurunnya kemampuan dayadukung dan daya tampung lingkungan.
Masalah lain yang timbul akibatbertambahnya penduduk diantaranya adalah
penurunan kualitas lingkungan yangdiakibatkan oleh limbah rumah tangga,
seiring dengan meningkatnyapertumbuhan ekonomi. Dengan demikian, sektor
industri merupakan penyumbangpencemaran udara melalui penggunaan bahan
bakar fosil untuk pembangkittenaga. Adapun salah satu penyebab meningkatnya
pencemaran udara diIndonesia adalah urbanisasi dan industrialisasi yang tumbuh
dengan cepat tetapitidak dibarengi dengan pengendalian pencemaran yang
memadai dan efesiendalam penggunaan bahan bakar fosil (BPLH DKI, 2004).

Gangguan pada harta benda dan ekosistem terutama terjadi sebagai


akibatadanya hujan asam. Hujan asam terjadi bila di udara terdapat bahan
pencemarterutama gas SO2 (Sulfur Dioksida) dan gas NOx (Nitrogen Oksida) di
udara. GasSO2 di udara umumnya berasal dari bahan bakar yang mengandung
sulfur(misalnya batu-bara dan minyak bumi). Gas SO2 di udara bereaksi dengan
uap airatau larut pada tetesan air membentuk H2SO4 yang merupakan komponen
utamadari hujan asam. Dengan cara yang sama, gas NOx di udara bereaksi
dengan uapair atau larut pada tetesan air membentuk HNO3 yang juga
merupakan komponenutama dari hujan asam. Hujan asam bersifat korosif
sehingga dapat mengoksidasibenda-benda yang kontak dengannya. Proses
turunnya hujan asam ke permukaanbumi dapat terjadi pada jarak (0-10) km untuk
jarak dekat dan (100-1.000) kmuntuk jarak jauh. Selain itu juga hujan asam
mengakibatkan terjadinya perubahanpH pada badan air dan tanah yang
dilaluinya, sehingga terjadi perubahankesetimbangan dalam ekosistem
(Wardhana, 1995).

Meningkatnya kegiatan industri biasanya akan diikuti


denganmeningkatnya kegiatan perekonomian dan jumlah penduduk, sehingga
kebutuhanakan transportasi khususnya kendaraan bermotor akan meningkat terus.
Haltersebut akan menyebabkan konsentrasi pencemaran udara semakin tinggi.
Gassulfur dioksida (SO2) adalah salah satu gas buang kendaraan bermotor

27
yangmenyebabkan gangguan pernafasan, mengurangi visibilitas,
mempercepatpengkaratan, menyebabkan pencemaran udara juga menyebabkan
terjadinya hujanasam (Hanik, 1999).

Dampak negatif akibat menurunnya kualitas udara cukup berat


terhadaplingkungan terutama kesehatan manusia yaitu: menurunnya fungsi
paru,peningkatan penyakit pernafasan dan beberapa penyakit lainnya. Selain
itupencemaran udara dapat menimbulkan bau, kerusakan materi,
gangguanpenglihatan dan dapat menimbulkan hujan asam yang merusak
lingkungan. Hujanasam merupakan salah satu indikator untuk melihat kondisi
pencemaran udara danair. Hujan asam terjadi karena banyaknya polutan di udara
yang larut dan terbawaoleh air hujan sehingga pH air akan berada di bawah rata-
rata. Batas nilai ratarata pH air hujan adalah 5.6, merupakan nilai yang di anggap
normal atau hujanalami seperti yang telah disepakati secara internasional oleh
badan kesehatandunia WHO. Apabila pH air hujan lebih rendah dari 5.6, maka
hujan bersifat asamatau sering disebut hujan asam dan apabila pH air hujan lebih
besar 5.6 makahujan bersifat basa. Dampak hujan yang bersifat asam dapat
mengikisbangunan/gedung atau bersifat korosif terhadap bahan bangunan,
merusakkehidupan biota di danau-danau dan aliran sungai (BMG, 2004).

Susanta dan Sutjahjo (2008), menyatakan hujan secara alami bersifat


asam(pH sedikit di bawah 6) karena karbondioksida (CO2) di udara yang larut
denganair hujan memiliki bentuk sebagai asam lemah. Apabila hujan dengan pH
kurangdari 5,6 terutama pH di bawah 5,1 akan berdampak negatif dan
menyebabkanberbagai kerusakan diantaranya dapat merusak properti, monumen,
patung, bahanlogam, dapat mematikan berbagai jenis binatang dan tumbuhan,
menghambatpertumbuhan tanaman pangan dan sayur, menyebabkan penyakit
pernafasan danyang paling parah, pada ibu hamil akan menyebabkan bayi yang
lahir prematurdan meninggal.

Nilai pH air yang normal adalah sekitar netral, yaitu antara pH 6-8,
sedangkan pH air yang terpolusi, misalnya air buangan, berbeda-beda
tergantungdari jenis buangannya. Sebagai contoh, air buangan pabrik

28
pengalenganmempunyai pH 6,2 7,6, air buangan pabrik susu dan produk-
produk susubiasanya mempunyai pH 7,6 9,5. Pada industri makanan,
peningkatan keasamanair buangan umumnya disebabkan oleh kandungan asam-
asam organik. Airbuanganindustri-industri bahan anorganik pada umumnya
mengandung asammineral dalam jumlah tinggi sehingga keasamannya juga
tinggi atau pH-nyarendah. Adanya komponen besi sulfur (FeS2) dalam jumlah
tinggi di dalam airjuga akan meningkatkan keasaman karena FeS2 dengan udara
dan air akanmembentuk H2SO4 dan besi (Fe) yang larut. Perubahan keasaman
pada airbuangan, baik kearah alkali (pH menaik) maupun kearah asam (pH
menurun),akan sangat mengganggu kehidupan ikan dan hewan air di sekitarnya.
Selain itu,air buangan yang mempunyai pH rendah bersifat sangat korosif
terhadap baja danmenyebabkan pengkaratan pada pipa-pipa besi (Agusnar,
2008).

B. Dampak Hujan Asam

1) Mengganggu Pernafasan Pada Manusia

29
Hujan asam dengan kadar keasamaan tinggi dapat menyebabkan gangguuan
pernafasan pada manusia. Kabut yang mengandung asam sulfat bersama-sama
dengan udara terhisap masuk ke dalam saluran pernafasan manusia dapat
merusak paru-paru.

2) Menyebabkan korosi dan merusak bangunan

Hujan asam dapat mempercepat proses korosi. Proses korosi(perkaratan) terjadi


pada beberapa material dari logam. Selain korosi pada logam hujan asam juga
dapat merusak bangunan terutama yang terbuat dari batuan. Hal ini disebabkan
karena hujan asam akan melarutkan kalsium karbonat dalam batuan tersebut dan
membuat batuan menjadi mudah lapuk.

3) Tumbuhan Menjadi layu kering dan mati

Hujan asam yang larut bersama nutrisi di dalam tanah akan menyapu kandungan
nutrisi dalam tanah sebelum tumbuhan sempat mempergunakannya untuk
tumbuh. Zat kimia beracun seperti alumunium juga akan terlepas dan bercampur
dengan nutrisi. Apabila nutrisi ini diserap oleh tumbuhan akan menghambat
pertumbuhan dan mempercepat daun berguguran, kemudian tumbuhan akan
terserang penyakit, kekeringan, dan mati.

4) Merusak ekosistem perairan

Hujan asam yang jatuh pada danau akan meningkatkan keasaman danau.
Keasaman danau yang meningkat menyebabkan beberapa spesies biota air mati
karena tidak mampu bertahan di lingkungan asam. Meskipun ada beberapa
spesies yang dapat bertahan hidup tetapi karena rantai makanan terganggu maka
spesies tersebut dapat mengalami kematian pula

C. Cara Mencegah Hujan Asam

a. Menggunakan bahan bakar dengan kandungan belerang rendah.


b. Desulfurisasi (proses penghilangan unsur belerang).
c. Mengaplikasikan prinsip 4R (Reuse, Reduce, Recycle, Recovery).

30
LAMPIRAN

Dari hasil diskusi (presentasi) yang telah kami lakukan timbul pertanyaan-
pertanyaan dari para audiens yaitu sebagai berikut :

1. Lebih bahaya menggunakan CFC atau HFC? Jelaskan alasannya!


2. Mengapa hujan asam dapat mengganggu pernafasan?
3. Bagaimana cara mengurangi gas SO2 dan NO2 yang berasal dari
pabrik?
Dengan jawaban sebagai berikut :

1. HFC merupakan Hydro Fluoro Carbon sedangkan CFC merupakan


Cloro Fluoro Carbon. Sehingga lebih bahaya CFC karena CFC akan
melepaskan Cl yang radikal yang merupakan katalis dari penguraian
ozon. Dan carbon pada CFC akan membentuk CO2 yang merupakan
komponen utama terjadinya efek rumah kaca.

31
2. Karena hujan asam mengandung gas gas yang berbahaya. Gas gas
tersebut dapat bergerak bebas dan dapat masuk ke dalam pernafasan
manusia. Gas- gas tersebut dapat merusak paru paru.
3. Dengan menggunakan alat Cottrel. Dengan menyemprotkan air pada
gas gas tersebut, maka akan membentuk suatu larutan yang dapat
mengion. Lalu dengan alat Cottrel, ion tersebut dapat bermigrasi dan
tersaring oleh alat Cottrel.

32

Anda mungkin juga menyukai