Anda di halaman 1dari 30

Spektrofotometri UV Visible

Created By
Dhanti Aulia Utari
Eva Reysita Fitri
Farhan Aldi Pratama
Maulida Azizza Shizen
Muhammad Ridwan Suharyadi
Raden Rafdhillah Kustiyawan
Siti Amira Septyani
XII 5
SMK SMAK Bogor
2015 - 2016

Shimadzu UV 2401PC

Sejarah Spektrofotometri UV Visible


Di pertengahan abad ke-19, kimiawan Jerman
Robert Wilhelm Bunsen (1811-1899) dan
fisikawan Jerman Gustav Robert Kirchhoff (18241887)
berkerja
sama
mengembangkan
spektrometer menemukan dua unsur baru:
Rubidium dan Cesium digunakan banyak
kimiawan untuk menemukan unsur baru dan gasgas mulia. Spektrofotometer terdiri atas sumber
sinar, prisma, sel optik, detektor, dan pencatat.
Fungsi prisma adalah untuk memisahkan sinar
polikromatis di sumber cahaya menjadi sinar
monokromatis.

Prinsip Dasar
Hukum Lambert Beer
Bila cahaya (monokromatik maupun campuran) jatuh pada
suatu medium homogen, sebagian dari sinar masuk akan
dipantulkan, sebagian diserap oleh medium itu, dan
sisanya diteruskan. Jika intensitas sinar masuk dinyatakan
oleh Io, Ia intensitas sinar yang diserap, It intensitas sinar
diteruskan, Ir intensitas sinar terpantulkan, maka:
Io = Ia + Ir + It
Untuk antar muka udara-kaca sebagai akibat penggunaan
sel kaca, dapatlah dinyatakan bahwa 4% cahaya masuk
akan
dipantulkan.
Ir
biasanya
terhapus
dengan
penggunaan
suatu
control,
seperti
misalnya
sel
pembanding, jadi:
Io = Ia + It
(Basset dkk., 1994)

Jenis Spektrofotometer UV - Visible

Komponen Instrumentasi UV Visible


1. Sumber Radiasi
Lampu wolfram dan lampu deuterium

2. Kuvet (Sample Container)


Kwarsa atau silika

3. Monokromator
Prisma kaca atau kwarsa

4. Detektor
Fotolistrik

5. Pembaca

Bagan Instrumen UV Visible

Fungsi Instrumen UV Visible


1. Sumber Cahaya
Lampu Tungsten (Wolfram), lampu ini digunakan
untuk mengukur sampel pada daerah tampak.
Lampu Deuterium, lampu ini dipakai pada
panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum
energi radiasinya lurus, dan digunakan untuk
mengukur sampel yang terletak pada daerah UV.
a. Lampu Tungsten
(Wolfram)
= 350-2200
nm.
Spektrum
radiasianya berupa
garis lengkung.
Masa pemakaian =

b. Lampu Deuterium
= 190-380 nm.
Spektrum energy
radiasinya lurus.
Masa pemakaian = 500
jam

2. Kuvet (Wadah Sampel)


Untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya
spektrofotometer.
3. Monokromator
Memecah cahaya polikromatis menjadi cahaya
tunggal (monokromatis) dengan komponen
panjang gelombang tertentu.

Jenis analit yang dapat


dipakai
1. Ikatan rangkap terkonjugasi: Dua ikatan rangkap terkonjugasi
memberikan suatu kromofor, seperti dalam butadien akan
mengabsorbsi
pada
217nm.
Panjang
gelombang
serapan
maksimum(lmax)dan koefisien ekstingsi molar (e) akan bertambah
dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap terkonjugasi.
2. Senyawa aromatik: cincin aromatik mengabsorbsi dalam daerah
radiasi UV. Misal : benzen menunjukkan serapan pada panjang
gelombang sekitar 255nm, begitu juga asam asetil salisilat.
3. Gugus karbonil: pada gugus karbonil aldehida dan keton dapat
dieksitasi baik dengan peralihan np* atau pp*.
4. Auksokrom: gugus auksokrom mempunyai pasangan elektron bebas,
yang disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk
dalam gugus auksokrom ini adalah substituen seperti OH, -NH2,
-NHR, dan NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan
menggeser absorbsi maksimum(lmax)ke arah l yang lebih panjang
5. Gugus aromatik: adalah yang mempunyai transisi elektron np,
seperti nitrat (313 nm), karbonat (217 nm), nitrit (360 dan 280 nm),
azida (230 nm) dan tritiokarbonat (500 nm).

Bagian bagian monokromator, yaitu :


Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar
mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi
polikromatis.
Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses
spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan
pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain
itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan
spektrum.
Celah optic
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis
yang diharapkan dari sumber radiasi.
Filter
Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga
cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang
sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.

4. Detektor
Menangkap
sinar
yang
diteruskan oleh larutan.
5. Pembaca
Merupakan system baca yang
memperagakan besarnya isyarat
listrik,
menyatakan
dalam
bentuk % Transmitan maupun
Absorbansi.

Kelebihan dan Kekurangan


Kelebihan :
1. Panjang gelombang
dari
sinar
putih
dapat
lebih
terseleksi.
2. Caranya sederhana.
3. Dapat menganalisa
larutan
dengan
konsentrasi
yang
sangat kecil.

Kekurangan :
1. Absorbsi dipengaruhi oleh pH
larutan, suhu dan adanya zat
pengganggu dan kebersihan
dari kuvet.
2. Hanya dapat dipakai pada
daerah ultra violet yang
panjang gelombang >185 nm.
3. Pemakaian hanya pada gugus
fungsional yang mengandung
elektron
valensi
dengan
energy eksitasi rendah.
4. Sinar yang dipakai harus
monokromatis.

Perbedaan Jenis Spektrofotometer


UV - Visible
1.
2.
3.

4.

Single Beam
Sederhana
Harganya murah
Panjang
gelombang
paling rendah adalah 190
sampai 210 nm dan
paling tinggi adalah 800
sampai 1000 nm
Cahaya hanya melewati
satu arah sehingga nilai
yang diperoleh hanya
nilai
absorbansi
dari
larutan yang dimasukan

Double Beam
1. Panjang gelombang
190 sampai 750 nm
2. Nilai blanko dapat
langsung
diukur
bersamaan dengan
larutan
yang
diinginkan
dalam
satu kali proses
yang sama

Perhitungan dan Pengolahan Data


Misalkan absorbansi yang dihasilkan
dari larutan standar yang telah
dibuat adalah

Absorban 0,2
si
konsentr 2
asi
ppm

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

4
ppm

6
ppm

8
ppm

10
ppm

12
ppm

14
ppm

16
ppm

Perhitungan dan Pengolahan Data


Grafiknya adalah

Perhitungan dan Pengolahan Data


Ukurlah absorbansi larutan yang belum diketahui konsentrasinya.
Setelah diperoleh absorbansinya, masukan nilai tersebut pada
grafik yang diperoleh. Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6.
Maka jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel akan sama
dengan konsentrasi larutan standar 10 ppm. Maka grafiknya
sebagai berikut:

Perhitungan dan Pengolahan Data


Selain dengan cara diatas konsentrasi sampel
dapat dihitung dengan persamaan regresi
linear:
y = bx + a
Persamaan di atas dapat dihitung dengan
bantuan
kalkulator.
Setelah
diperoleh
persamaan di atas, absorbansi sampel yang
diperoleh dimasukan sebagai nila y sehingga
diperoleh nila x. Nilai x yang diperoleh
merupakan
konsentrasi
sampel
yang
dianalisis.

Kurva Kalibrasi Standar


Konsentrasi sampel dalam suatu larutan
dapat
ditentukan
dengan
rumus
yang
diturunkan dari hukum lambert beer (A= a . b .
c atau A = . b . c). Namun ada cara lain yang
dapat
digunakan
untuk
menentukan
konsentrasi suatu spesi yang ada dalam suatu
larutan yakni dengancara kurva kalibrasi.
Cara ini sebenarnya masih tetap bertumpu
pada hukum Lambert-Beer yakniabsorbansi
berbanding
lurus
dengan
konsentrasi.

Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam


penentuan konsentrasi zat dengan kurva kalibrasi:
1. Maching kuvet : mencari dua buah kuvet yang
memiliki absorbansi atau transmitansi sama atau
hampir sama. Dua buah kuvet inilah yang akan
digunakan untuk analisis, satu untuk blanko, satu
untuk sampel. Dalam melakukan analisis
Maching
kuvet
harus
dilakukan
agar
kesalahannya makin kecil.
2. Membuat larutan standar pada berbagai
konsentrasi. Larutan standar yaitu larutan yang
konsentrasinya telah diketahui secara pasti.
Konsentrasi larutan standar dibuat dari yang
lebih kecil sampai lebih besar dari konsentrasi
analit yang diperkirakan.

3. Ambilah salah satu larutan standar, kemudian ukur


pada berbagai panjang gelombang. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui pada panjang gelombang berapa,
absorbansi yang dihasilkan paling besar. Panjang
gelombang yang menghasilkan absorbansi paling
besar atau paling tinggi disebut panjang gelombang
maksimum (lmaks).
4. Ukurlah absorbansi semua larutan standar yang
telah dibuat pada panjang gelombang maksimum.
5. Catat absorbansi yang dihasilkan dari semua larutan
standar, kemudian alurkan pada grafik absorbansi
vs konsentrasi sehingga diperoleh suatu kurva yang
disebut kurvakalibrasi. Dari hukum Lambart-Beer
jika absorbansi yang dihasilkan berkisar antara 0,20,8 maka grafik akan berbentuk garis lurus, namun
hal ini tidak dapat dipastikan.

Misalkan absorbansi yang dihasilkan dari larutan


standar yang telah dibuat adalah
Absorban 0,2
si
konsentr 2
asi
ppm
Grafiknya
adalah

0,3

0,4

0,5

0,6

0,7

0,8

0,9

4
ppm

6
ppm

8
ppm

10
ppm

12
ppm

14
ppm

16
ppm

6.Ukurlah absorbansi larutan yang belum


diketahui konsentrasinya. Setelah diperoleh
absorbansinya, masukan nilai tersebut pada
grafik yang diperoleh pada langkah 5.
Misalkan absorbansi yang diperoleh 0,6. Maka
jika ditarik garis lurus konsentrasi sampel
akan sama dengan konsentrasi larutan
standar 10 ppm. Maka grafiknya sebagai
berikut:

Selain dengan cara tadi konsentrasi


sampel dapat dihitung dengan persamaan
regresi linear:

Persamaan di atas dapat dihitung dengan


bantuan
kalkulator.
Setelah
diperoleh
persamaan di atas, absorbansi sampel yang
diperoleh dimasukan sebagai nila y sehingga
diperoleh nila x.
Nilai
x
yang
diperoleh
merupakan
konsentrasi sampel yang dianalisis.

Gangguan yang mungkin


terjadi
Faktor-faktor yang menyebabkan absorbansi vs konsentrasi
tidak linear:
I. Adanya serapan oleh pelarut.Hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan blangko, yaitu larutan yang berisi selain
komponen yang akan dianalisis termasuk zat pembentuk
warna.
II. Serapan oleh kuvet.Kuvet yang ada biasanya dari bahan
gelas atau kuarsa, namun kuvet dari kuarsa memiliki
kualitas yang lebih baik.
III. Kesalahan fotometrik normal pada pengukuran dengan
absorbansi sangat rendah atau sangat tinggi, hal ini dapat
diatur dengan pengaturan konsentrasi, sesuai dengan
kisaran sensitivitas dari alat yang digunakan (melalui
pengenceran atau pemekatan).

Aplikasi (Contoh Analisis) yang menggunakan


Spektrofotometer UV - Visible
1.

Protein

2.

Amino Acids (aromatic)

3.

Glucose Determination

4.

Enzyme Activity (Hexokinase)

5.

Niacin

6.

Pyridoxine

7.

Vitamin B12

8.

Metal Determination (Fe)

9.

Fat-quality Determination (TBA)

10.
11.
12.
13.

Enzyme Activity (glucose oxidase)


Penetapan Fe(II) sebagai kompleks dengan o-fenantrolin (VIS)
Penetapan nitrat dalam makanan daging olahan
Penetapan kafein dalam berbagai kemasan minuman kaleng

Penentuan Kafein dalam Teh


Preparasi Sampel
1. Ditimbang 0,5-1,5 g sampel teh yang telah dihaluskan.
2. Ditambahkan 5 g MgO, masukkan ke dalam piala
gelas, diencerkan dengan 100 ml aquadest.
3. Didihkan larutan selama 30 menit, kemudian
dinginkan.
4. Larutan disaring 2X dengan kertas saring biasa dan
dengan saringan membran 0,5 m
5. Dimasukkan larutan ke dalam labu ukur 250 ml,
encerkan dengan aquadest, himpitkan.
6. Dilakukan pengenceran sebanyak 10X dari larutan 5.

Pereaksi Penentuan Kafein dalam


Teh
A. Larutan Induk Kafein (50 ppm)
Dipipet 10 ml larutan induk kafein 500 ppm ke
dalam labu ukur 100 ml, encerkan dengan
aquadest, himpitkan.
B. Larutan Baku Kafein
Dibuat kurva kalibrasi dari larutan A, dengan
cara memipet larutan A masing-masing 4 ml ; 6
ml ; 8ml ; 10 ml dan 12 ml, larutan ini
mengandung 4 ; 6 ; 8 ; 10 ; 12 ppm
C. Diukur larutan baku dan sampel pada 273 nm.
D. Dihitung kadar kafein dalam sampel.

Resources
http://zaidanalrazi.blogspot.com/201
2/04/spectrofotometrer-uv-vis.html
http://catatankimia.com/catatan/spek
tofotometri-uv-vis.html
http://pangestu-ayupangestu.blogspo
t.com/2011/12/spektrofotometer-uv-v
is-dan.html
http://aaknasional.wordpress.com/201
2/06/08/spektrofotometer-uv-vis/
http://feby23meianwar.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai