Sumber radiasi
Terdiri atas bahan yang dapat tereksitasi ke tingkat energi yang
tinggi melalui:
a. proses pemanasan dengan bantuan arus listrik
b. proses pelepasan elektron pada beda tegangan yang tinggi.
Ketika kembali ke tingkat energi yang lebih rendah, bahan akan
melepaskan sejumlah foton.
Sumber radiasi
Panjang gelombang yang dihasilkan beragam pada daerah pita energi
yang luas.
Intensitas radiasi yang dihasilkan harus sama dan tetap sehingga
tidak ada beda Po pada saat standarisasi dengan Po pada saat
pengukuran Penting untuk model single-beam.
Pada double-beam, setiap saat Po dan P selalu diukur dan
dibandingkan secara simultan sehingga kestabilan sumber radiasi tidak
terlalu penting.
Sumber radiasi UV:
Lampu hidrogen
Lampu deutorium
Radiasi yang dihasilkan mempunyai panjang gelombang 180-350 nm.
Tungsten lamp
Lampu xenon menghasilkan radiasi UV dengan intensitas
yang lebih tinggi tetapi tidak sestabil lampu hidrogen.
Lampu pijar tungsten panjang gelombang pada
daerah sinar tampak dan near infrared (panjang gelombang
350-2500 nm)
Monokromator
Fungsi :
untuk memecah radiasi polikromatis dengan pita energi yang
lebar yang dihasilkan sumber radiasi menjadi radiasi dengan
pita energi yang lebih sempit atau menjadi radiasi
monokromatis.
Keuntungan radiasi dengan lebar pita (band width) yang sempit
adalah:
•Batas daerah yang terabsorpsi sangat berdekatan sehingga
kecepatan hasil pengukuran absorbansi menjadi tinggi.
•Sensitivitas meningkat karena pengukuran dapat dilakukan
tepat pada absorpsi maksimum.
•Kecenderungan mengikuti hukum Beer lebih besar karena yang
terukur betul-betul hanya yang dapat terabsorpsi.
Monokromator mampu menghasilkan radiasi dengan lebar pita
efektif sebesar 35 - 0,1 nm.
Lebar pita efektif yaitu kisaran panjang gelombang dimana nilai
transmitansi minimal ½ dari nilai maksimalnya.
Komponen –komponen monokromator
Celah untuk masuknya radiasi polikromatis dari
sumber radiasi.
Lensa/cermin untuk menyerap cahaya
Pendispersi cahaya yang berupa prisma atau grating
yang dapat memecah radiasi menjadi komponen-
komponen panjang gelombang.
Lensa/cermin pemfokus cahaya
Celah keluar
Monochromator
Wadah sampel (cuvet)
Cuvet terbuat dari kuarsa atau silika untuk radiasi UV
dan gelas biasa atau kuarsa untuk radiasi sinar tampak.
Tebal cuvet bervariasi dari 1-10 cm.
Cuvet ditempatkan setelah monokromator supaya
kemungkinan terjadinya dekomposisi/fluorescence oleh
panjang gelombang berenergi tinggi yang masih ada di
dalam radiasi polikromatis dapat diminimalkan.
Posisi permukaan cuvet tegak lurus datangnya radiasi
sehingga kehilangan radiasi akibat pantulan/ refraksi dapat
dikurangi.
Detektor
Fungsinya adalah mengabsorpsi foton yang menumbuknya dan
mengubahnya menjadi kuantitas yang dapat diukur seperti arus listrik atau
perubahan suhu.
Sebagian besar detektor modern mengubah energi foton menjadi sinyal
listrik yang segera mengaktifkan meteran/recorder.
Syarat detektor:
Sensitivitas tinggi sehingga daya radiasi yang kecil dapat terdeteksi.
Waktu response yang singkat
Stabil.
Sinyal elektronik yang dihasilkan mudah diperkuat sehingga dapat
dipakai untuk mengoperasikan alat pembaca hasil pengukuran
Contoh: Photoelectric detector (Jumlah arus listrik yang dibangkitkan
berbanding lurus dengan daya radiasi foton yang terabsorpsi)
Operasi single-beam dan double-beam
Single-beam
Radiasi dari monokromator yang masuk didispersikan oleh prisma/
grating. Ketika alat pendispersi dirotasikan, berbagai pita radiasi yang
telah terpecah difokuskan pada celah keluar. Radiasi dilewatkan
sampel dan diterima detektor.
Double-beam
Sinar dari monokromator diarahkan ke sel blangko dan sel
sampel dengan bantuan beam splitter (chopper). Kedua sinar
dibandingkan terus menerus/ bergantian secara berulang-
ulang.
Fluktuasi pada intensitas sumber cahaya respon detektor
dan hasil penguat sinyal dikompensasi dengan mengamati
perbandingan sinyal antara blangko dengan sampel.
Kurva standar
Untuk mengetahui hubungan konsentrasi dengan absorbansi
pada max.
Untuk membuat kurva standard perlu larutan standar
(larutan yang konsentrasinya diketahui dengan pasti).
Dibuat larutan dengan konsentrasi nol (blangko) sampai
konsentrasi tertentu.
Pelarut harus dapat melarutkan sampel dengan sempurna
dan dapat menghantarkan gelombang dengan daerah panjang
gelombang yang dipakai pada analisis.
Contoh: pelarut air (200 nm)
pelarut metanol (215 nm)
pelarut etanol 95 % (205 nm)
Absorbansi untuk tiap konsentrasi diukur pada max.
Bila larutan memenuhi hukum Beer maka kurva standar akan
berupa garis lurus.
Konsentrasi,ppm
A
I
I
II
1 2
1 Panjang gelombang 2
Dengan:
n n
Pada prinsipnya pengukuran n absorbansi pada n
panjang gelombang yang berbeda diperlukan untuk
menentukan konsentrasi n komponen di dalam
campuran maka ada n persamaan simultan
dengan n besaran yang tidak diketahui.
Bila mungkin, pilih panjang gelombang sehingga
hanya 1 komponen yang dapat menyerap panjang
gelombang itu.
Pilih panjang gelombang yang memberikan nilai
absortivitas komponen-komponen dalam campuran
yang jauh berbeda satu sama lain.
Masalah yang sering timbul pada pengukuran
•Nilai absorbansi terukur negatif
cuvet untuk pengukuran sampel dan blangko berbeda selalu
menggunakan cuvet yang sama untuk semua pengukuran.