Anda di halaman 1dari 24

Kelompok 5

TUGAS FARMAKOTERAPI
HIV KO-INVEKSI TB PARU

Dosen pengampu: apt. Mida Pratiwi, M.Farm


Nama Kelompok
Fera
Erna sari Fitri suci yanti
Kurniawati
200106045 200106054
200106051

Intan fauzi
Lana rozikin Mela Agustina
dwi putri
200106068 200106071
200106064

Meri yana
200106072
Kasus Home

Pasien datang ke rumah sakit (14 Oktober 2016)


dengan kondisi lemas dan demam. Batuk dan sesak
nafas dirasakan sudah sejak kurang lebih 3 minggu
No RM : 056723
yang lalu. Pasien mengalami penurunan nafsu makan
Nama : Tn x
dan berat badan turun hingga 5kg dalam waktu 1
Umur: 45 tahun
minggu terakhir. Pasien memiliki riwayat penyakit
BB/TB : 50 Kg/159 cm
HIV sejak 5 bulan yang diterapi dengan zidvudine
300mg dua kali sehari, lamivudine 150mg dua kali
sehari dan nevirapine 200mg dua kali sehari. Pasien
juga memiliki kebiasaaan merokok sejak remaja.
Home

Hasil pemeriksaan laboratorium darah:

● Hasil pemeriksaan tanda vital:

● CD4 : 300
● BTA : S(-); P(+); S(-)
● TD :125/70mmHg
● SGOT : 45 U/L
● Nadi :88x/ menit ● SGPT : 35 U/L
● RR :20x/ menit ● Hb : 8,0 g/Dl
● Suhu :38,5ºc ● Hct : 40%
● SCr :1 mg/dL
● K : 4mmol/L
● Na : 135mmol/L
● GDS :110 mg/dL
● GDPP : 175 mg/dL
Home

Diagnosa :

HIV ko- inveksi TB paru

Terapi :

1. 3 tablet KDT/hari selama 56 hari


2. Terapi ARV (AZT 3TC, NVP) Tetap dilanjutkan sesuai dosis
sebelumnya
Patofisiologi Home

Virus HIV-AIDS menetap dalam nukleus sel sehingga sel dirangsang untuk berkembang biak dan akan keluar dengan
menggunakan dinding sel sebagai selaput luar virus, melalui cara ini T-limfosit akan musnah. Virus baru ini akan mencari sel
yang lain dan proses yang sama akan berulang, untuk seterusnya memusnahkan sistem daya tahan tubuh. Untuk mengtahui
virus HIV/AIDS menyerang daya tahan tubuh manusia maka digunakan parameter limfosit (sel darah putih). Limfosit
merupakan sel utama dalam sistem kekebalan. Terdapat hampir sekitar seratus triliun sel di dalam tubuh manusia dan
limfosit hanya satu persen. Peran limfosit sangat penting untuk melawan penyakit menular yang utama seperti AIDS, kanker,
rabies dan TBC, serta penyakit lain yang cukup serius seperti jantung dan reumatik. Limfosit terletak secara tersebar dalam
nodus limfae, namun dapat juga dijumpai dalam jaringan limfoid (limfe, tonsil, apendiks, sumsum tulang, dan timus). Sel
limfosit merupakan target utama pada infeksi HIV, karena sel ini berfungsi sentral dalam sistem imun. Karakteristik utama
infeksi HIV dapat dilihat dengan penurunan jumlah limfosit serta penyebab kegagalan sistem imun secara progresif dapat
diamati dari perubahan tanda - tanda klinis pasien (Mulyadi & Fitrika, 2017).
Home

Lanjutan …

Virus HIV menempel pada limfosit sel induk melalui gp120, sehingga akan akan
terjadi fungsi membrane HIV dengan sel induk. Inti HIV kemudian masuk ke
dalam sitoplasma sel induk. Di dalam sel induk, HIV akan membentuk DNA HIV
dari RNA HIV untuk berintegrasi dengan DNA sel induk. DNA virus yang
dianggap oleh tubuh sebagai DNA sel induk akan membentuk RNA dengan
fasilitas sel induk, sedangkan mRNA dalam sitoplasma akan diubah oleh enzim
protase menjadi partikel HIV. Partikel itu selanjutnya mengambil selubung dari
bahan sel induk untuk dilepas sebagai virus HIV lainnya. Mekanisme penekanan
pada system imun (imunosupresi) in akan menyebabkan pengurangan dan
terganggunya jumlah dan fungsi sel limfosit T (Sharfina, 2021).
Etiologi

Etiologi HIV-AIDS adalah Human Immunodefisiensi virus (HIV) yang


merupakan virus sitopatik yang diklasifikasikan dalam family
retroviridae, subfamili lentiviridae, genus lentivirus. Berdasarkan
strukturnya HIV termasuk family retrovirus yang merupakan kelompok
virus RNA yang mempunyai berat molekul 0,7 kb (kilobase). Virus ini
terdiri dari 2 grup, yaitu HIV-1 dan HIV-2. Masing-masing grup
mempunyai berbagai subtipe. Diantara kedua grup tersebut, yang paling
banyak menimbulkan kelainan dan lebih ganas di seluruh dunia adalah
grup HIV-1 (Sharfina, 2021).
Pharmacist‘s Patient Data Base
Home

Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn x
Jenis Kelamin : Laki laki
No.RM : 05-67-23
Umur : 45 tahun
BB/TB : 50 Kg/159 cm
Diagnosa : HIV ko- inveksi TB paru
Home
Subyektif (Saat MRS)

Keluhan Utama (Chief


Complaint): Riwayat Penyakit Sekarang
(History of Present
Illness)
Lemas dan demam. Batuk dan sesak
nafas dirasakan sudah sejak kurang
lebih 3 minggu yang lalu. Pasien
mengalami penurunan nafsu makan 1. HIV sejak 5 bulan
dan berat badan turun hingga 5kg 2. HIV ko- inveksi TB paru
dalam waktu 1 minggu terakhir.
Home

Riwayat Penyakit Terdahulu


(Past Medical History) Riwayat Penyakit keluarga
(family History)

Pasien memiliki riwayat penyakit Merokok


HIV sejak 5 bulan
Home
Data laboratorium
Riwayat Pengobatan (Medication History)
a. Hematologi

      Hasil Pemeriksaan
1. Zidovudin 300 mg 2X Sehari (p.o) Parameter Satuan Nilai Rujukan  

2. Lamivudin 150 mg 2X Sehari (p.o)


Hemoglobin g/dL 12,0 – 14,0 (P) 8,0 g/dL
3. Nevirapine 200 mg 2X Sehari (p.o) (Hb) 11,0 – 16,0 (L)

Indikasi : Obat untuk mengatasi infeksi HIV

Lama pengobatan: 5 bulan


Hematokrit % 40 – 50 (P) 40%

37 – 54 (L)
Home

Elektrolit
Fungsi hati

      Hasil

Parameter  Satuan  Nilai Hasil Parameter Satuan Nilai pemeriksa


Rujukan an
Rujukan pemeriksa
 
an

 
Natrium mmol/L 0,5 – 135mmol/L
ALT (SGPT) U/L 5- 35 U/L
1,5
30 Kalium mmol/L 10 - 4mmol/L
AST (SGOT) U/L 5- 45 U/L 24

30 Scr mg/dL - 1 mg/dL


Home

Pemerikasaan lainnya

    Hasil pemeriksaan

Parameter Satuan  

Gula Darah Sewaktu mg/dL 110 mg/dL

(GDS)

Gula Darah Puasa (GDP) mg/dL 175 mg/dL

CD4 - 300

BTA - S(-); P(+); S(-)


Home

Assesment

Nama Obat Rute Dosis Frekuensi

Zidovudine Oral 300 mg dua kali sehari

Lamivudin Oral 150 mg dua kali sehari

nevirapine Oral 200mg dua kali sehari

KDT (2(HRZE)/4(HR)3) Oral - 3 tablet/ hari selama 56

hari (3kali sehari)


Home

Mekanisme kerja obat


• Zidovudin :Menghambat timidin kinase, replikasi virus dan menghambat Nucleoside Reverse
Transcriptase (NRTI)
• Lamivudin : Menghambat terminasi rantai virus DNA dan menghambat DNA polimerase.
• Nevirapin : Mengikat reverse transcriptase dan akan memblok aktivitas DNA & RNA polimerase
• Rifampisin : Menghambat sintesis RNA dengan mengikat sub-unit β dari DNA-RNA dipenden
polimerase dan menghambat transkripsi RNA.
• Isoniazid: Penghambatan sintesis asam mikolat yang mengakibatkan terganggunya dinding sel bakteri
• Pirazinamid: Bakteristatik/bakterisidal terhadap mycobacterium.
• Etambutol : Menekan multiplikasi mycobacterium dengan mengganggu sintesis RNA.
• Tenofovir (TDF) : Menghambat replikasi virus.
• Lamivudin (3TC) : Menghambat terminasi rantai virus DNA dan menghambat DNA polimerase.
• Lopinavir (LPV) : Menghambat protease HIV.
• Isoniasid : Penghambatan sintesis asam mikolat yang mengakibatkan terganggunya dinding sel bakteri.
 
Problem Medik dan Drug Related Problems Home

Problem Medik Subjek/ Objek Terapi


S: Pasien mengalami
penurunan berat Zidovudin 300 mg 2x sehari
HIV ko-inveksi TB badan Lamivudine 150mg 2x sehari
paru O: CD4 :300 Nevirapine 200 mg 2x
Hb : 8 g/dL sehari
HCT : 40%

Analisis DRP
Panduan lini pertama pada
pasien HIV ko-infeksi TB
adalah TDF+3TC (atau FTC) Tidak tepat pasien
+LPV/r dosis ganda Tidak tepat obat
(Menkes RI, 2019)
Home

Rekomendasi Diberi paduan OAT kombipak SHZE :

Fase awal selama 2 bulan :


S: 720 mg/hari injeksi
AZT+3TC+NVP diganti TDF+3TC+LPV, H: 1x1 tablet 300 mg
diminum 2-8 minggu sejak mulai terapi TB Z: 3x1 tablet 500 mg
dengan dosis masing-masing obat: E: 3x1 tablet 250 mg
2
TDF = 300 mg 1x sehari, Fase Lanjutan selama 4 bulan:
H: 300 mg 1 tab
3TC = 150 mg 2x sehari atau 300 mg 1x E:250 mg 3x1tab
sehari
Penggunaan AZT dihentikan.
LPV = 400 mg atau 100 mg 2x sehari Diberi ferro sulfat 325mg 2-3x sehari diantara
waktu makan.

Kotrimoksasol 960 mg/hari


Monitoring

Efektivitas: Efektivitas:

S:
S: Batuk berkurang
BB naik
Demam turun
BB naik
O: Nafsu makan meningkat
CD4 meningkat O:
BTA (-)
SGOT SGPT menurun ESO:
ESO: Isoniasid: Hepatotoksik, Hipersensiti-
vitas
TDF:toksisitas ginjal
Pirazinamid: Hepatotoksik, GI
3TC: sakit kepala Etambutol: GI, Hipersensiti-vitas
Streptomisin: Ototoksik, nefrotoksik  
LPV:hiperlipidemia 
Efektivitas:
S: -
O: Hb meningkat
ESO:
Hipersensitivitas seperti demam, rash, sindrom
Steven Jhonson, tanda penekanan sumsum
tulang seperti aneia, trombositopenia,
leukopenia, pansitopenia.
DRUG RELATED
PERTANYAAN YES NO KOMENTAR
PROBLEMS (DRPs)
Korelasi obat dg masalah Adakah obat tanpa indikasi medis?   √   Home
medis Adakah masalah medis yang tidak diobati √   Pasien mengalami demam 38,7 °C
(Correlation between drug sehingga perlu adanya terapi untuk
therapy & medical penurunan demam
problem)
Ketepatan Pengobatan Apakah obat yang digunakan efektif/ mencapai hasil     Pemberian terapi obat belum tepat
(Appropriate Therapy) yang diinginkan (therapeutic outcome)?   √
Apakah obat yang digunakan dikontraindikasikan √   Pada HIV, Azt di KI kan pada pasien
untuk pasien? dengan Hb ,10g/dL.
Apakah obat yang digunakan merupakan drug of   √  
choice ?
Apakah terapi non-obat diperlukan? √   Terapi non obat diperlukan seperti
menjaga pola idup lebih sehat
menghindari asap dan hal yang
menimbulkan keparahan penyakit
Drug Regimen Apakah besaran dosis sudah tepat untuk pasien? √    
Apakah frekuensi pemberian sudah tepat? √    
Apakah lama pemberian obat sudah tepat? √    
Duplikasi Adakah terjadi duplikasi terapi?   √  
terapi/Polifarmasi
Adverse Drug Reactions Adakah gejala/ masalah medis yang disebabkan oleh √   Panadol dan simetidin merupakan drug
obat? induced hepar
Interaksi Obat Adakah interaksi obat-obat yg berdampak klinis?   √  
Adakah interaksi obat- makanan yg berdampak   √  
klinis?
Adakah interaksi obat- pemeriksaan laboratorium √   AZT-Hb
yang berdampak klinis?
Alergi Obat/ Intoleransi Apakah terjadi alergi /intoleransi terhadap obat ?   √  
Adherence/ Compliance Adakah masalah ketidak patuhan pasien terhadap   √  
Kesimpulan

Terapi TBC yaitu OAT kombipak kategori 1


Terapi HIV diberikan terapi : 2SHZE/4HE dengan dosis:

Fase awal:

Panduan lini pertama pada Streptomisin (S) 720 mg/hari injeksi


pasien HIV ko-infeksi TB Isoniazid (H) 1x1 tablet (300 mg)
adalah TDF+3TC (atau FTC) Pirazinamid (Z) 3 x 1 tablet (500 mg)
+LPV/r dengan dosis TDF Etambutol 3 x 1 tablet (250 mg
300mg satu kali sehari, 3TC Kotrimoksasol 960 mg/ hari
150 mg dua kali sehari dan  
LPV/r 400 mg dua kali sehari Fase lanjutan:
(Menkes RI, 2019)
Isoniazid (H) 1 tablet (300 mg)
Etambutol (E) 3 x 1 tablet (250 mg)

• Pencegahan infeksi diberikan Kotrimoksasol 960 mg/ hari.


• terapi anemia diberikan ferous sulfat 325 mg (1 tablet) 2-3x sehari.
Konseling

Non Farmakologi

makan makanan bergizi, istirahat yang cukup, menjaga


sanitasi/kebersihan lingkungan sekitar tempat tinggal, menjaga
sirkulasi udara di dalam rumah agar selalu berganti dengan udara
yang baru. olahraga seperti jalan pagi,mencegah penularan.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai