Anda di halaman 1dari 42

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 menyebutkan

bahwa trend kesertaan berKB masih 16,4%. Sedangkan sasaran MDGs pada

tahun 2015 yaitu meningkatkan Contraseption Prevalence Rate (CPR)

modern menjadi 65% menurunkan unmetneed KB menjadi 5% dan

menurunkan angka kehamilan remaja 15%. Untuk itu peningkatan pencapaian

peserta berKB diharapkan dapat menurunkan Laju Pertumbuhan Penduduk

(LPP) dalam mewujudkan “Pendidikan Tumbuh Seimbang Tahun 2015”

(BKKBN, 2011).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2011), prevalensi kontrasepsi

menurut alat atau cara kontresepsi berdasarkan survey peserta aktif 2011,

menunjukkan bahwa prevalensi penggunaan kontrasepsi di Indonesia 75,96%.

Alat atau cara kontrasepsi yang dominan di pakai adalah suntik (46,47%), pil

(25,81%), IUD (11,28%), implan (8,82%), MOW (3,4 %), MOP (0,71%), dan

kondom (2,96%), sedangkan Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2011), peseta

aktif KB sebesar 79,32%. Alat atau cara kontrasepsi yang dominan dipakai

adalah suntik (54,67%), pil (17,83%), IUD (7,37%), implan (11,63%), MOW

(2,03%), MOP (0,30%), dan kondom (6,17%) (Sunardianingtyas, 2013).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


2

Pengguna kontrasepsi KB suntik DMPA di Lampung dari tahun 2006 - 2011

fluktuatif naik turun yaitu pada tahun 2006 sebanyak 44,74%, tahun 2007

sebanyak 44,33%, tahun 2008 sebanyak 44,32%, tahun 2009 sebanyak

44,35%, tahun 2010 sebanyak 44,37%, dan pada tahun 2011 sebanyak

44,51% (Wati, 2013). Provinsi Lampung tahun 2009 menunjukan kontrasepsi

yang dipakai responden pasangan usia subur (akseptor) terbanyak pil 14293

(34,23%), dan berikutnya suntik sebesar 13343 (31,95%), IUD 939 (21,94%),

implan 3903 (9,35%), MOP 5 (0,01%) (BKKBN, 2009).

Berdasarkan Data Dinkes Kabupaten Tanggamus tahun 2011, jumlah peserta

KB sebanyak 93.598 jiwa dengan perincian sebagai berikut yaitu pil 42.317

orang, suntik 31.820 orang, cyclo 15.091 orang, kondom 3.613 orang, IUD

403 orang, MOW + MOP sebanyak 191 orang, implan sebanyak 153 orang.

(Wati, 2013). Dimana efek samping dari alat kontrasepsi suntik ini adalah

gangguan haid, berat badan bertambah, sakit kepala, dan efek pada sistem

kardio-vaskuler (Hartanto, 2004). Berdasarkan hasil survey, dari efek

samping yang sering ditemukan dari berbagai jenis kontrasepsi di Provinsi

Lampung yang paling banyak ditemukan adalah penggunaan alat kontrasepsi

KB suntik yaitu berjumlah 36,93% mengalami gangguan haid, peningkatan

berat badan 25,07%, mengalami sakit kepala 26,88%, dan mengalami tekanan

darah menaik 8,69%. (Hidayani, 2013).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


3

KB suntik merupakan metode kontrasepsi yang diberikan melalui suntikan

hormonal. Salah satu kontrasepsi yang terpopuler di Indonesia adalah

kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) (Sarwono,

2005).

Penelitian oleh Pratiwi DKK (2014) menunjukkan 23 akseptor (57,50%)

mengalami peningkatan berat badan. Sebagian besar rata – rata peningkatan

berat badan dalam satu tahun adalah > 0 - 1 kg (47,8% akseptor). Rata – rata

berat badan sebelum dan setelah penggunaan kontrasepsi DMPA adalah 54,4

kg dan 58,1 kg, sedangkan penelitian oleh Hidayani (2012) didapatkan

jumlah KB suntik sebanyak 293 akseptor dengan data sebagai berikut:

kontrasepsi suntik DMPA 266 akseptor (90,78%), kontrasepsi cyclofem 27

akseptor (9,22%). Dari jumlah tersebut yang mengalami metroraghia

sebanyak 78 akseptor (26,62%), spooting sebanyak 36 akseptor (12,28%),

menoraghia sebanyak 26 akseptor (8,87%), amenorhea sebanyak 35 akseptor

(11,94%), penigkatan berat badan sebanyak 48 akseptor (16,38 %), mual

sebanyak 1 akseptor (0,34%), pusing sebanyak 2 akseptor (0,068%) dan tidak

ada keluhan sebanyak 67 akseptor (22,89%).

Penelitian yang dilakukan oleh University of Texas Medical Branch (UTMB),

menyatakan wanita yang mengunakan kontrasepsi suntik DMPA rata – rata

mengalami kenaikan berat badan sebanyak 5,5 kg dan mengalami

peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu 3 tahun pemakaian

(Dwi Dkk, 2010)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


4

Berdasarkan data di BPS Idawati, S,ST tahun 2014, jumlah KB aktif adalah

363 jiwa dengan perincian sebagai berikut yaitu suntik DMPA 219 akseptor

(60,33%), cyclo 127 akseptor (59,78%), IUD 3 akseptor (0,83%), pil 2

akseptor (0,55%), implant 11 akseptor (3,03%).

Hasil penelitian pada 96 responden dapat diketahui bahwa akseptor yang

menggunakan kontrasepsi DMPA dengan frekuensi pemakaian > 3 kali yang

mengalami perubahan berat badan berjumlah 45 orang (70,3 %), sedangkan

yang tidak mengalami perubahan berat badan berjumlah 19 orang (29,7%).

Akseptor yang menggunakan kontrasepsi DMPA dengan frekuensi < 3 kali

yang mengalami perubahan berat badan berjumlah 13 orang (40,6%)

sedangkan 19 orang (59,4%) yang tidak mengalami perubahan berat badan

dengan frekuensi < 3 kali dalam 1 tahun penggunaan kontrasepsi Depo

Medroksi Progesteron Acetat (DMPA).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut terlihat bahwa berat badan sangat tinggi

mengalami perubahan, untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai hubungan frekuensi pemakaian kontrasepsi DMPA dengan berat

badan di BPS Idawati, S.ST Gisting Lampung pada tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan

sebagai berikut :“Adakah hubungan frekuensi pemakaian kontrasepsi DMPA

dengan berat badan di BPS Idawati, S.ST tahun 2014 ?”

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


5

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Diketahui hubungan frekuensi pemakaian kontrasepsi DMPA dengan

berat badan di BPS Idawati, S.ST 2014.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi responden berdasarkan berat badan di BPS

Idawati, S.ST tahun 2014.

b. Diketahui distribusi responden berdasarkan frekuensi pemakaian

kontrasepsi DMPA di BPS Idawati, S.ST tahun 2014.

c. Diketahui analisis hubungan frekuensi kontrasepsi suntik DMPA

dengan berat badan di BPS Idawati, S,ST tahun 2014.

D. Ruang Lingkup

Pada penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai

berikut :

1. Jenis penelitian : Analitik

2. Rancangan penelitian : Penelitian Cross Sectional

3. Objek penelitian : Seluruh akseptor DMPA

4. Variabel penelitian : Hubungan frekuensi pemakaian DMPA

dengan berat badan.

5. Lokasi penelitian : BPS Idawati, S.ST

6. Waktu penelitian : April – Juni 2015

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


6

E. Manfaat

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah

wawasan dan pengetahuan berkaitan dengan berat badan.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Sebagai referensi bagi peneliti lain untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut tentang berat badan.

3. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan dan wawasan serta pengalaman dalam

menerapkan ilmu kebidanan khususnya pada berat badan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


7

BAB II

TINJUAUN PUSTAKA

A. Kontrasepsi Suntik

Kontrasepsi suntik merupakan suatu tindakan invasif karena menembus

pelindung kulit, penyuntikan harus dilakukan hati – hati dengan teknik

aseptik untuk mencegah infeksi (Sarwono, 2006). Salah satu tujuan utama

dari kontrasepsi ini adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi

yang berdaya kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian

setiap hari atau setiap akan bersenggama, tetapi tetap reversible.

1. KB Suntik Kombinasi

Suntik kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5

mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi intramuskular setiap sebulan

sekali (Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol

Valerat yang diberikan injeksi intramuskular (Sarwono, 2006).

2. KB Suntik Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA)

a. Definisi

Metode konrasepsi suntik yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara

disuntik intramuskular dalam di daerah bokong (Sulistyawati, 2012).

b. Jenis kontrasepsi suntik

Tersedia dua jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung

progestin, yaitu:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


8

1) Depo Medroxyprogesteron Asetat (DMPA), mengandung 150 mg

DMPA yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuskular (di daerah bokong).

2) Depo Nerotisteron Enantat (Depo Noristerat), mengandung 200 mg

noretindron enantat, diberikan setiap dua bulan dengan cara di

suntik intramuskular (Sulistyawati,2012).

c. Cara kerja

Cara kerjanya DMPA diantaranya adalah mencegah ovulasi,

mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan

penetrasi sperma, menjadikan slaput lendir rahim tipis dan atrofi, dan

menghambat transportasi gamet oleh tuba (Sulistyawati, 2012).

d. Evektivitas

Kedua jenis kontrasepsi suntik tersebut memiliki efektivitas yang

tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100 perempuan-tahun, asal

penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadual telah ditentukan

(Sarwono, 2006).

e. Keuntungan

1) Sangat efektivitas

2) Pencegahan kehamilan pada hubungan suami-istri

3) Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius

terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah

4) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI

5) Sedikit efek samping

6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


9

7) Dapat digunakan oleh perempuan usia >35 tahun sampai

perimenopause

8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik

9) Menurunkan kejadian penyakit radang panggul

10) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell) (Sarwono,

2006).

f. Kerugian

1) Perdarahan yang tidak menentu

2) Terjadi amenorea (tidak datang bulan) berkepanjangan

3) Masih terjadi kemungkinan hamil (Manuaba, 2007)

g. Efek Samping DMPA

1) Gangguan haid

a) Siklus haid yang memendek atau memanjang.

b) Perdarahan yang banyak atau sedikit

c) Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak (spooting)

d) Tidak haid sama sekali (Sarwono, 2006)

Penyebabnya karena adanya ketidakseimbangan hormon sehingga

endometrium mengalami perubahan histologi. Keadaan amenore

disebabkan atrofi endrometrium.

2) Berat badan yang bertambah

Sebuah penelitian melaporkan peningkatan berat badan lebih dari

2,3 kg pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara

bertahap hingga mencapai 7,5 kg selama enam tahun. Penyebab

kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormon

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


10

progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula

menjadi lemak dibawah kulit bertambah, selain itu hormon

progesteron juga menyebabkan nafsu makan bertambah dan

menurunkan aktivitas fisik, akibatnya pemakaian suntik DMPA

dapat menyebabkan kenaikan berat badan bertambah. (Varney,

2007)

3) Sakit kepala

Sakit kepala yang sangat pada salah satu sisi atau seluruh bagian

kepala dan terasa berdenyut disertai rasa mual yang amat sangat.

Penyebab biasanya dikaitkan dengan reaksi tubuh terhadap

progesteron.

4) Depresi

Perasaan lesu (letrargi), tidak bersemangat dalam kerja/kehidupan.

Penyebabnya diperkirakan dengan adanya hormon progesteron

terutama yang berisi 19-norsteroid menyebabkan kurangnya

vitamin B6 (Pridoxin) didalam tubuh.

5) Keputihan

Keluarnya cairan berwarna putih dari dalam vagina atau adanya

cairan putih dimulut vagina. Penyebabnya karena efek progesteron

merubah flora dan PH vagina, sehigga jamur mudah tumbuh

didalam vagina dan menimbulkan keputihan.

Menurut Glasier (2006), efek samping yang dapat ditimbulkan

dari kontrasepsi suntik yaitu:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

a. Gangguan pola menstruasi

Pada sebagian besar pemakai, terjadi peningkatan insidensi

bercak darah yang tidak teratur dan sedikit atau perdarahan

diluar siklus, kadang – kadang berkepanjangan, dan kadang –

kadang oligomenore atau bahkan amenore.

b. Gangguan mentruasi pascaterapi

Para pemakai DMPA mungkin mendapati preparat depot ini

memiliki efek selama berbulan – bulan setelah suntikan

terakhir. Tetapi setelah progesteron sudah tidak ada ditubuh

maka siklus mentruasi biasanya cepat pulih kepola

sebelumnya. Gangguan mentrusai yang berkepanjangan harus

diteliti dengan cara yang sama seperti pada wanita yang belum

pernah menggunakan metode ini.

c. Folikel ovarium persisten atau kista folikel

Wanita yang menggunakan progesteron dosis rendah kadang –

kadang mengalami nyeri payudara temporer dan rasa tidak

nyaman diabdomen bawah yang berkaitan dengan menetapnya

folikel penghasil estradiol. Folikel – folikel ini sering tumbuh

perlahan hingga garis tengah 5 -7 cm, dan kemudian

mengalami atresia secara perlahan disertai gejala berfluktuasi

selama 6 sampai 8 minggu. Torsi atau ruptur folikel menetap

ini jarang terjadi. Keberadaan folikel – folikel ini dapat

dipastikan dengan membuktikan adanya struktur ovarium

kistik unilokular yang unilateral pada ultrasonografi

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

transvagina. Biasanya tidak diperlukan terapi aktif atau

pembedahan. Pada wanita yang lebih tua, perlu dipastikan

bahwa tidak ada patologi ovarium yang lebih serius.

Pemindaian dapat diulang 1 sampai 2 bulan kemudian untuk

memastikan bahwa folikel tersebut lenyap secara spontan.

d. Efek samping lain dapat menyebabkan nyeri kepala, pusing,

mual, perubahan suasana hati, gembung abdomen, nyeri

payudara, penurunan libido, dan sejumlah gejala samar lain.

e. Jerawat

Kadang – kadang disebabkan atau diperberat oleh progesteron

yang sedikit androgenik misalnya levonorgestrel atau NET.

h. Yang dapat menggunakan kontrasepsi

1) Usia reproduksi

2) Nulipara dan yang telah memiliki anak

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki

efektivitas tinggi

4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai

5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui

6) Setelah abortus atau keguguran

7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi

8) Perokok

9) Tekanan darah <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia bulan sabit.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

10) Menggunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat) atau

obat tuberkulosis (rifampisin)

11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen

12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi

13) Anemia defisiensi besi

14) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrasepsi kombinasi (Sarwono, 2013)

i. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi

1) Hamil atau dicurigai hamil

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

5) Diabetes millitus disertai komplikasi (Sarwono, 2006)

B. Berat badan

Berat badan adalah besarnya tekanan tubuh / badan pada saat ditimbang

dengan satuan kilogram. Penyebab berat badan bertambah adalah pola makan

tidak sehat, umur, kurang olahraga dan istirahat, faktor keturunan, alat

kontrasepsi hormonal, masalah emosional, obat – obatan, resiko kelebihan

berat badan. Beberapa penyakit dan gangguan kesehatan akibat kelebihan

berat berat badan yaitu: masalah persendian, gagal jantung, diabetes millitus

dan gangguan hormonal (Dwi Dkk, 2010)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

1. Perubahan berat badan

a. Gejala / Keluhan

1) Kenaikaan berat badan rata – rata untuk setiap tahun bervariasi

antara 2,3 – 2,9 kg.

2) Berat badan berkurang / turun. Setiap tahun rata – rata penurunan

berat badan antara 1,6 – 1,9 kg.

b. Penyebab

Berat badan bertambah, kemungkinan disebabkan karena hormon

progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi

lemak dibawah kulit bertambah, selain itu hormon progesteron juga

menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktifitas fisik,

akibatnya pemakaian suntikan dapat menyebabkan berat badan

bertambah (Kusmayanti, 2013).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berat badan, diantaranya adalah:

a. Kelebihan makanan

Kegemukan hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan makanan

dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber energi. Dengan kata lain,

jumlah makanan yang makan melebihi kebutuhan hidup.

b. Kekurangan aktivitas dan kemudahan hidup

Kegemukan terjadi bukan hanya karena makanan berlebih, tetapi juga

karena aktivitas fisik berkurang, sehingga terjadi kelebihan energi.

Berbagai kemudahan hidup juga menyebabkan berkurangnya aktifitas

fisik, serta kemajuan teknologi diberbagai bidang kehidupan mendorong

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

masyarakat untuk menempuh kehidupan yang tidak memerlukan kerja

fisik yang berat.

c. Faktor psikologi

Faktor psikologi sering juga disebut sebagai faktor yang mendorong,

terjadinya obesitas. Gangguan emosional akibat adanya tekanan

psikologis atau lingkungan kehidupan masyarakat yang dirasakan tidak

menguntungkan. Saat seseorang merasa cemas, sedih, kecewa atau

tertekan, biasanya cenderung mengkonsumsi makanan lebih banyak untuk

mengatasi perasaan – perasaan tidak menyenangkan tersebut.

d. Faktor genetik

Kegemukan dapat diturunkan dari generasi sebelumnya pada generasi

berikutnya dalam sebuah keluarga. Itulah sebabnya kita sering menjumpai

orang tua gemuk cenderung memiliki anak – anak yang gemuk pula.

Dalam dal ini faktor genetik telah ikut campur menentukan jumlah unsur

sel lemak dalam tubuh yang berjumlah besar melebihi ukuran normal,

secara otomatis akan diturunkan kepada yang bayi selama didalam

kandungan. Maka tidak heran bila bayi yang lahirpun memiliki unsur

lemak tubuh yang relatif sama besar.

e. Pola konsumsi makanan

Pola makanan masyarakat perkotaan yang tinggi kalori dan lemak serta

rendah serat memicu peningkatan jumlah penderita obesitas. Masyarakat

diperkotaan cenderung sibuk, biasanya lebih menyukai mengkonsumsi

makanan cepat saji, dengan alasan lebih praktis. Meskipun, mereka

mengetahui bahwa nilai kalori yang terkandung dalam makanan cepat saji

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

sangat tinggi, dan didalam tubuh kelebihan kalori akan diubah dan

disimpan menjadi lemak tubuh.

f. Kebudayaan

Bayi – bayi yang gemuk biasanya dianggap bayi yang sangat sehat.

Banyak orang tua yang berusaha membuat bayinya sehat dengan cara

memberikan terlalu banyak susu, yang biasa diberikan adalah susu botol

atau formula. Bayi yang terlalu gemuk pada usia enam minggu pertama

akan cenderung tumbuh menjadi remaja yang gemuk. Beberapa studi

menunjukan bahwa 80% dari anak – anak yang kegemukan akan tumbuh

menjadi anak dewasa yang kegemukan juga.

g. Faktor hormonal

Menurut hipotesa para ahli, Depo Medroxy Progesteron Acetat (DMPA)

merangsang pusat pengendalian nafsu makna hipotalamus yang

menyebabkan akseptor makan lebih banyak dari pada biasanya (Hartanto,

2004).

Sistem pengontrol yang mengatur perilaku makanan terletak pada suatu

bagian otak yang disebut hipotalamus. Hipotalamus mengandung lebih

banyak pembuluh darah dari daerah lain diotak, sehingga lebih muda

dipengaruhi oleh unsur kimiawi darah. Dua bagian hipotalamus yang

mempengaruhi penyerapan makanan yaitu hipotalamus yang

mempengaruhi penyerapan makanan yaitu hipotalamus latelar (HL) yang

menggerakan nafsu makan (awal atau pusat makan), hipotalamus

ventromedial (HVM) yang bertugas menggerakan nafsu makan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

(pemberian pusat kenyang). Dari hasil suatu penelitian didapat bahwa jika

HL rusak tau hancur maka individu menolak untuk makan atau minum.

Sedangkan kerusakan pada bagian HVM maka seseorang akan menjadi

rakus dan kegemukan. Pada penggunaan progesteron yang lama (jangka

panjang) menyebabkan pertambahan berat badan akibat terjadinya

perubahan anabolik dan stimulasi nafsu makan.

h. Faktor lingkungan

Faktor lingkungan ternyata juga mempengaruhi seseorang menjadi

gemuk. Jika seseorang dibesarkan dalam lingkungan yang menganggap

gemuk adalah simbol kemakmuran dan keindahan maka orang tersebut

cenderung untuk menjadi gemuk. (Jumra, 2012)

2. Pengaruh Kontrasepsi DMPA dengan Peningkatan Berat Badan

Depo Provera ialah 6 alfa medroksiprogesteron yang digunakan untuk

tujuan kontrasepsi perenatal, mempunyai efek progesteron yang sangat

kuat dan efektif. Dalam penggunaan jangka panjang DMPA (hingga dua

tahun) turut memicu terjadinya peningkatan berat badan, kanker,

kekeringan pada vagina, gangguan emosi, dan jerawat karena penggunaan

hormonal yang lama dapat mengacaukan keseimbangan hormon estrogen

dan progesteron dalam tubuh sehingga dapat mengakibatkan terjadi

perubahan sel yang normal menjadi tidak normal. Bila sudah dua tahun,

kita harus pindah kesistem KB yang lain seperti kondom, spiral, atau

kalender. (Saifuddin, 2006)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

Umumnya peningkatan berat badan lebih dari 2,3 kg pada tahun pertama

dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga mencapai 7,5 kg

selama enam tahun. (Varney, 2007).

Kenaikan berat badan, kemungkinan dikarenakan hormonal progesteron

mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi lemak, sehingga

lemak dibawah kulit bertambah selain itu hormon progesteron juga

menyebabkan nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik,

akibatnya pemakaian kontrasepsi DMPA dapat menyebabkan berat badan

bertambah. (Kusmayanti, 2013)

Sebagian besar pengguna DMPA akan mengalami peningkatan berat

badan sebesar 5% dalam 6 bulaln pertama. Penelitian Berenson dan

Rahman pada tahun 2009 menyimpulkan bahwa selama 36 bulan,

pengguna DMPA mengalami peningkatan berat badan sebanyak 5,1 kg,

lemak tubuh 4,1 kg, dan persentase lemak tubuh 3,4%.

Beberapa studi penelitian didapatkan peningkatan berat badan akibat

penggunaan kontrasepsi DMPA berkaitan dengan peningkatan lemak

tubuh dan adanya hubungan dengan regulasi nafsu makan. Salah satu

studi menemukan peningkatan nafsu makan yang dilaporkan sendiri oleh

wanita yang menggunakan kontrasepsi DMPA setelah 6 bulan. Hal ini

dapat dihubungkan dengan kandungan pada DMPA yaitu hormon

progesteron, yang dapat merangsang pusat pengendalian nafsu makan di

hipotalamus sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan nafsu makan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang

penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap perubahan berat badan. Dari 57

responden yang diamati 31 mengalami perubahan berat badan dan 19

tidak mengalami berat badan. Hasil penelitian tersebut semakin kuat

dugaan adanya keterkaitan penggunaan kontrasepsi DMPA terhadap

perubahan berat badan. (Rohani, 2008)

C. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk

mengidentifikasi variabel – varibel yang akan diteliti (diamati) yang berkaitan

dalam konteks ilmu pengetahuan (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 2.1 Kerangka Teori


Hubungan Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan Berat Badan
di BPS Idawati, S,S.T Gisting Lampung

Faktor – faktor yang


menyebabkan berat badan
bertambah:
1. Kelebihan makanan
2. Kekurangan aktivitas dan
kemudahan hidup Berat Badan
3. Faktor psikologi
4. Faktor genetik
5. Pola konsumsi makanan
6. Kebudayaan
7. Faktor hormonal
8. Faktor lingkungan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

Keterangan :

Huruf yang dicetak tebal dan bergaris bawah : yang diteliti

Sumber : Jumra Nadilla, 2012

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah merupakn abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi

dari hal – hal yang khusus (Notoatmodjo, 2010).

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Kontrasepsi Suntik Berat Badan


DMPA

E. Hipotesis Penelitian

Menurut Notoatmodjo (2010) hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari

suatu pertanyaan penelitian. Hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ha : Ada hubungan pemakaian kontrasepsi DMPA dengan berat badan di

BPS Idawati, S.ST Kecamatan Gisting tahun 2014.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini adalah analitik, yaitu metode penelitian yang

bertujuan untuk mencoba menggali bagaimana fenomena kesehatan itu terjadi

(Notoatmodjo, 2010). Pendekatan yang digunakan penelitian adalah cross

sectional yaitu rancangan penelitian dengan melakukan pengukuran atau

pengamatan pada saat bersamaan (sekali sewaktu) antara faktor risiko atau

paparan dengan penyakit (Hidayat, 2011). Desain penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui hubungan frekuensi pemakaian kontrasepsi DMPA dengan

berat badan di BPS Idawati, S.ST tahun 2014.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang

dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep

pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2010).

1. Variabel independen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel stimulus, prediktor,

anteceden, dalam bahasa Indonesia disebut variabel bebas, merupakan

variabel yang dapat mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya

atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2010). Variabel

independen (bebas) dalam hal ini adalah frekuensi kontrasepsi DMPA.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

2. Variabel dependen

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output, konsekuen, dalam

bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat, merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat (Sugiyono, 2013). Variabel

dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah berat badan.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mengidentifikasi variabel secara operasional

berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk

melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena (Hidayat, 2011).

Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
Hubungan Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi DMPA dengan Berat Badan

Variabel Definisi Operasional Cara Alat Hasil Skala


Ukur Ukur Ukur Ukur
Variabel Alat atau metode Lembar Rekam 1= > 3 Ordinal
(Independen) pencegah kehamilan Checklist medik kali
yang diberikan melalui 0= < 3
Kontrasepsi suntik dengan jarak 3 kali
DMPA bulan sekali.
Variabel Besarnya tekanan tubuh Lembar Rekam 1 = naik Ordinal
(Dependen) pada saat ditimbang Checklist medik 0= tidak
dengan satuan kilogram naik
Berat badan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

D. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010).

Sedangkan menurut Sugiyono (2013) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuanlitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan

kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh akseptor pemakai kontrasepsi DMPA yang ada di BPS Idawati,

S.ST berjumlah 219 akseptor.

2. Sampel

Menurut Notoatmodjo (2010) sampel adalah objek yang diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi. Sampling adalah merupakan tehnik

pengambilan sampel. Dalam penelitian ini digunakan cara atau tehnik

tertentu sehingga sampel tersebut sedapat mungkin mewakili populasinya.

Menurut Sugiyono (2013) menyatakan bahwa “ cara pemilihan dijadikan

responden dengan cara sampling sistematis dengan cara pengambilan

sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor

urut.

Z 1−α 2
( √2 P ( 1−P ) ) + Z 1− β √ P1 ( 1−P 1 ) + P2 ( 1−P 2 )
2
n=
( P1−P 2 )2

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

Keterangan :

N : Besar sampel pada masing masing kelompok

P1 : Proporsi kejadian di daerah yang berisiko

P2 : Proporsi kejadian di daerah yang tidak berisiko

Z1-α : Level of significance, 0,05 = 1,96

Z1-β : Power of the test (80%) = 0,84

2
1,96 ( √2 x 0,4 (1−0,4 ) ) +0,84 √ 0,6 ( 1−0,6 )+ 0,6 ( 1−0,4 )
n=
( 0,6−0,4 )2

( 1,372+0,588 )2 ( 1,96 )2 3,8416


n= = = =96,04
( 0,2 )
2
( 0,2 )
2
0,04

n = 96,04, jadi sampel yang digunakan sebanyak 96 responden.

Karakteristik Inklusi dan Ekslusi

1) Kriteria Inklusi

Seluruh akseptor pemakai kontrasepsi DMPA

2) Kriteria Ekslusi

Seluruh akseptor yang tidak memakai kontrasepsi DMPA

E. Tempat Dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di BPS Idawati, S.ST Kecamatan Gisting

Tanggamus Lampung.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2015

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

F. Etika Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, sebelumnya peneliti menyerahkan surat izin

penelitian ke BPS Idawati, S.ST Gisting, setelah mendapatkan izin dari pihak

BPS, maka peneliti mulai mengadakan penelitian dengan pengumpulan data

sesuai variabel.

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti juga mempertahankan prinsip etika

dalam pengumpulan data, antara lain:

1. Bebas dari ekspoitasi

Informasi yang telah didapatkan tidak akan dipergunakan untuk

kepentingan merugikan.

2. Anonimity (tanpa nama)

Data yang dikumpulkan tidak menyebutkan nama pasien yang

bersangkutan.

3. Confidentiality

Data yang diperoleh harus dijaga kerahasiaannya. (Nursalam, 2013)

G. Intrument Dan Pengumpulan Data

1. Instrument

Intrument penelitian adalah alat – alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Intrument penelitian ini dapat berupa: kuisioner

(daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir – formulir lain yang

berkaitan dengan pencataan data dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010).

Pada penelitian ini instrument yang digunakan untuk mengukur hubungan

frekuensi pemakaian kontrasepsi DMPA dengan berat badan adalah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

dengan menggunakan Chek list. Menurut Notoatmodjo (2010) check list

adalah suatu daftar untuk men “cek” yang berisi nama subjek dan

beberapa gejala serta identitas lainnya dari sasaran pengamatan.

Pengamatan tinggal memberikan cek ( √ ) pada daftar tersebut yang

menunjukkan adanya gejala atau ciri dari sasaran pengamatan.

2. Pengumpulan data

Cara pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan

data sekunder yaitu data yang diperoleh dari rekam medik kunjungan di

BPS Idawati, S.ST tahun 2014. Intsrument yang digunakan dalam

penelitian ini adalah alat – alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data, instrument yang digunakan untuk penelitian ini adalah Chek list.

Berdasarkan penelitian ini, peneliti menggunakan variabel penelitian

dengan memberi nilai sesuai dengan kategori atau pada masing - masing

variabel. Adapun pengukuran variabel independent dan dependent adalah:

a. Pengukuran variabel kejadian berat badan diukur dengan

menggunakan chek list. Jika ibu mengalami perubahan berat badan

: bila “ada kenaikan” diberi skor 1, dan bila “tidak ada kenaikan”

diberi skor 0.

b. Pengukuran frekuensi pemkaian kontrasepsi DMPA dengan

menggunakan chek list. Jika ibu dengan suntik selama 1 tahun

dengan frekuensi > 3 kali diberi skor 1, dan jika selama 1 tahun

dengan frekuensi < 3 kali diberi skor 0.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

3. Pengelolaan data

Dalam suatu penelitian, pengelolaan data merupakan salah satu langkah

yang penting. Hal ini disebabkan karena data yang diperoleh langsung

dari penelitian masih mentah, belum memberikan informasi apa – apa,

dan belum siap untuk disajikan. Untuk memperoleh penyajian data

sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik, diperlukan

pengelolaan data. (Notoatmodjo, 2010). Setelah data terkumpul melalui

chek list, maka dilakukan tahap pengelolahan data. Pengelolahan data

dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program statistik

komputer dengan langkah – langkah sebagai berikut :

a. Editing

Editing adalah proses pemeriksaan data yang telah dikumpulkan

baik berupa daftar pertanyaan, kartu atau daftatr register. Pada

tahap ini penulis melakukan terhadap data yang diperoleh

kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam

pengisian.

b. Coding

Coding adalah pemberian atau pembuatan kode – kode pada tiap –

tiap data yang termasuk dalam kategorik yang sama. Kode adalah

isyarat data yang dibuat dalam bentuk angka – angka atau huruf

yang memberi petunjuk atau identitas pada suatu informasi atau

data yang akan dianalisis.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

c. Processing

Processing adalah memasukkan data yang dalam bentuk kode

dimasukkan kedalam program atau software komputer dengan

menggnakna metode komputerisasi.

d. Cleanning

Cleanning adalah pembersihan data. Apabila semua data setiap

responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat

kemungkinan – kemungkinan adanya kesalahan – kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya kemudian pembetulan atau

koreksi.

e. Tabulating

Tabulating adalah penyusunan data yang merupakan

pengorganisasian data yang sedemikian rupa agar mudah dapat

dijumlahkan, disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis.

Pada tahap ini hasil pemeriksaan yang sama dikelompokkan

dengan teliti dan teratur, lalu dihitung dan dijumlahkan, kemudian

dituliskan dalam bentuk tabel – tabel.

H. Analisa Data

Setelah data terkumpul kemudian data tersebut dianalisa. Analisa data yang

digunakan adalah analisa univariat dan bivariat.

1. Analisa univariat

Analisa univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya analisis ini hanya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.

(Notoatmodjo, 2010). Analisa univariat pada penelitian ini menghitung

distribusi frekuensi yang dilakukan terhadap variabel independent

(frekuensni kontrasepsi DMPA) dan variabel dependen ( berat badan).

Dari hasil penelitian pengelolahan dan analisis dilakukan dengan

menggunakan sistem komputerisasi dengan pembandingan menggunakan

rumus sebagai berikut:

f
p= x 100 %
n

Keterangan :

P = Presentase

f = Frekuensi kasus

n = Total responden

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat adalah teknik analisa yang digunakan terhadap dua

variabel yang diduga berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010).

Uji statistik yang digunakan adalah chi-square karena pada penelitian ini

data yang digunakan adalah data kategorik dengan menggunakan tingkat

kemaknaan sebesar 0,05 (nilai α : 0,05), apabila nilai p-value < α maka

kesimpulan bahwa ada hubungan bermakna antara variabel yang diteliti

(Ho ditotal), sedangkan jika p-value > α maka tidak ada hubungan antara

variabel yang diteliti (Ho gagal ditolak), dengan menggunakan rumus.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

Menurut Sugiyono (2013) rumus yang digunakan untuk menghitung X²

yaitu :

( (fo −fh) )

²
X ²=∑
❑ fh

Keterangan :

X² = nilai Chi kuadrat

fo = Frekuensi yang diobservasi

fh = Frekuensi yang diharapkan

kemudian untuk dapat memberikan penafsiran kekuatan hubungan, maka

dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada tabel sebagai berikut.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum dan Lokasi Penelitian

BPS Idawati, S.ST terletak di desa Pekon Gisting Atas Kecamatan Gisting

yang termasuk dalam kabupaten Tanggamus. Bidan praktek swasta (BPS)

berdiri sejak tahun dan dikelolah oleh Bidan Idawatai, S.ST

BPS Idawati S.ST mempunyai beberapa ruangan antara lain ruang Balai

Pengobatan (BP), Ruang VK, dan 2 Ruang inap. Bidan Idawati melayani

Pemeriksaan Kehamilan (ANC), Persalinan (INC), Post Partum (PNC),

Imunisasi, Keluarga Berencana (KB) dan Balita Sakit.

Dalam pelayanannya bidan Idawati mempunyai asisten bidan. Dalam

pelayanan Idawati sudah mencapai standar pelayanan asuhan kebidanan.

B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan terhadap tiap variabel – variabel penelitian.

Pada analisis ini akan menghasilkan distribusi frekuensi dari tiap variabel

– variabel yang berhubungan dengan berat badan.

Adapun variabel – variabel yang di analisis yaitu:

a. Penggunaan Kontrasepsi DMPA

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Penggunaan Kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat
di Bidan Idawati S,ST Kecamatan Gisting tahun 2014.

Pengguna Kontrasepsi DMPA Frekuensi Persentase


>3 kali 64 66,7%
< 3 kali 32 33,3%
Jumlah 96 100, %
Data sumber: BPS Idawati, S.ST tahun 2014

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

Dari tabel 4.1 menunjuakkan bahwa penggunaan kontrasepsi Depo

Medroksi Progesteron Acetat di Bidan Idawatai S,ST tahun 2014

sebagian besar termasuk dalam kategori > 3 kali pemakaian dalam 1

tahun yaitu berjumlah 64 orang (66,7%).

b. Perubahan Berat Badan

Tabel 4.2
Perubahan Berat Badan Pada Wanita Akseptor Kontrasepsi Depo Medroksi
Progesteron Acetat (DMPA) di BPS Idawati S,ST Kecamatan Gisting Tahun 2014

Perubahan Berat Badan Frekuensi Persentase


Tidak ada kenaikan 38 39,6 %
Ada kenaikan 58 60,4 %
Jumlah 96 100 %
Data sumber : BPS Idawati S,ST tahun 2014

Tabel 4.2 Menunjukkan bahwa perubahan berat badan di BPS Idawati,

S.ST tahun 2014 sebagian besar masuk dalam kategori ada kenaikan yaitu

berjumlah 58 orang (60,4 %).

2. Analisi Bivariat

Analisis bivariat pada penelitia tentang hubungan frekeunsi kontraspsi

Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dengan berat badan adalah

sebagai berikut :

Tabel 4.3
Distribusi Hubungan Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi Depo Medroksi
Progesteron Acetat (DMPA) dengan Berat Badan DI BPS Idawati, S.ST
Kecamatan Gisting Tahun 2014.
Perubahan Berat Badan
Tidak ada Ada
Total
kenaikan kenaikan
Frekuensi OR 95 P-
N % N % N % % Value
Cl
< 3 Kali 19 59,4% 13 40,6 % 32 100 % 3,462 0,008
> 3 Kali 19 29,7% 45 70,3% 64 100 %
Total 38 39,6 % 58 60,4 % 96 100 %
Data sumber : BPS Idawati S,ST tahun 2014

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

Berdasarkan tabel 4.3 Menunjukan bahwa sebagian besar pengguna

kontrasepsi DMPA yang frekuensi pemakainnya < 3 kali yaitu 19 orang

(59,4%) tidak mengalami kenaikan berat badan, sedangkan pengguna

DMPA yang frekuensi pemakaiannya > 3 kali yaitu 45 orang (70,3%)

mengalami perubahan kenaikan berat badan. Sehingga dapat disimpulkan

ada hubungan yang bermakna antara frekuensi pemakaian kontrasepsi

Depo Medroksi Progesteron Acetat (dengan) berat badan yang ditandai

denagan nilai p value (0,005) < α (0,05). Maka Ho ditolak dan Ha gagal

ditolak yang artinya ada hubungan frekuensi pemakaian kontrasepsi Depo

Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dengan berat badan.

Dapat disimpulkan bahwa dari 96 responden dengan frekuensi > 3 kali

pemakaian kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) yang

mengalami perubahan berat badan berjumlah 45 orang (70,3 %).

C. Pembahasan

1. Frekuensi Pemakaian Kontrasepsi DMPA

Dari hasil penelitian 96 responden di BPS Idwatai, S.ST pada tahun 2014

menunjukkan bahwa frekuensi pemakaian kontrasepsi > 3 kali berjumlah

64 orang (66,7%), sedangkan sisanya berjumlah 32 orang (33,3%) dengan

frekuensi pemakaian kontrasepsi < 3 kali dalam 1 tahun.

Hal ini sesuai dengan teori Hartanto (2005) bahwa salah satu jenis

kontrasepsi yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini

disebabkan karena aman, efektif, sederhana, dan murah. Cara ini mulai

disukai masyarakat kita karena dapat diperkirakan setengah juta pasangan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

memakai kontrasepsi suntikan untuk mencegah kehamilan sehingga

akseptor yang memakai lebih dari 1 tahun lebih banyak dibandingkan

dengan pemakain kurang dari 1 tahun. Sehingga pemakaian konrasepsi

suntik Depo Medroksi Progesteron (DMPA) ini lebih banyak peminat

untuk menggunakannya dari pada kontrasepsi yang lainnya.

Menurut Saifuddin (2006) banyaknya responden menggunakan

kontrasepsi suntik karena sangat efektif penggunaanya, dapat mencegah

kehamilan jangka panjang, tidak berpengaruh pada hubungan suami istri,

tidak mengganggu estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap

penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah, tidak berpengaruh

terhadap ASI, responden juga tidak perlu menyimpan obat suntik, dapat

digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun sampai perimenopause, dapat

membantu mencegah kehamilan ektropik dan kanker endometrium dan

mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul.

Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa rata – rata frekuensi

suntik DMPA responden di BPS Dian Yuni Purwani Desa Khalang

Kecamatan Sukaraja Kabupaten Banyumas adalah sebanyak 18 kali. Ini

dikarenakan mengatur jarak kehamilannya dengan melakukan suntik

DMPA kurang lebih sebanyak 20 kali atau selama 3 – 5 tahun.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

Namun menurut pendapat Octaviana (2009) mengatakan lamanya

pemakaian KB DMPA / kontrasepsi hormonal lainnya sebanyak < 5 tahun

karena kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan kanker dan

osteoporosis.

2. Perubahan Berat Badan

Berdasarkan penelitian pada 96 responden diketahui bahwa responden

yang mengalami perubahan berat badan berjumlah 58 orang (60,4%)

sedangkan yang tidak mengalami perubahan berat badan berjumlah 38

orang (39,6%).

Dari hasil penelitian sebelumnya mengatakan bahwa usia responden yang

banyak menggunakan kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron (DMPA)

ini yaitu antara usia 20 – 30 tahun. Menurut peneliti hal ini dikarenakan

usia antara 20 - 35 tahun dikategorikan tingkat kesuburan reproduksi lebih

tinggi dibanding dalam usia < 20 tahun dan > 35 tahun. (Dwi Dkk, 2010).

Hal ini dapat menyebabkan adanya perubahan berat badan dimungkinkan

karena didalam usia yang masih reproduksi sehat mereka masih

mempunyai semangat untuk beraktivitas fisik, masih mempunyai

keinginan kuat untuk menjaga berat badan agar tetap ideal dengan cara

berdiit. Selain itu nafsu makan yang makin kuat juga dapat menyebabkan

adanya penambahan berat badan. (Ardi, 2007)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

Penyebab kenaikan berat badan kemungkinan disebabkan karena hormon

progesteron mempermudah perubahan karbohidrat dan gula menjadi

lemak dibawah kulit, selain itu hormon progesteron juga menyebabkan

nafsu makan bertambah dan menurunkan aktivitas fisik, akibatnya

pemakaian suntik DMPA dapat menyebabkan kenaikan berat badan

bertambah.( Kusmayanti, 2013)

Berdasakan penelitian sebelumnya peningkatan berat badan lebih dari 2,3

kg pada tahun pertama dan selanjutnya meningkat secara bertahap hingga

mencapai 7,5 kg selama enam tahun. (Varney, 2007).

3. Hubungan Frekuensi Pemakaian Kontrsepsi Depo Medroksi Progesteron

Acetat (DMPA) dengan Berat Badan

Berdasarkan hasil penelitian pada 96 responden dapat diketahui bahwa

akseptor yang menggunakan kontrasepsi DMPA dengan frekuensi

pemakaian > 3 kali yang mengalami perubahan berat badan berjumlah 45

orang (70,3 %), sedangkan yang tidak mengalami perubahan berat badan

berjumlah 19 orang (29,7%). Akseptor yang menggunakan kontrasepsi

DMPA dengan frekuensi < 3 kali yang mengalami perubahan berat badan

berjumlah 13 orang (40,6%) sedangkan 19 orang (59,4%) yang tidak

mengalami perubahan berat badan dengan frekuensi < 3 kali dalam 1

tahun penggunaan kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat

(DMPA).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

Faktor yang mempengaruhi perubahan berat badan tersebut menurut

Hartanto (2004) salah satunya adalah efek dari suntik KB 3 bulan yang

mengandung hormon progesteron yang dapat meningkatkan berat badan,

ada beberapa wanita mengalami pertambahan berat badan yang

disebabkan oleh kontrasepsi suntikan, suntik KB 3 bulan dapat menaikkan

berat badan dari 1-5 kg dalam tahun pertama penyuntikan. Rata-rata

penambahan berat badan yang mengunakan KB suntik 3 bulan kurang

dari 1 tahun adalah 2 kg dan yang lebih dari 1 tahun adalah 3 kg.

Hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi, Dkk

(2014) bahwa terdapat 57,7 % pengguna kontrasepsi suntik DMPA yang

mengalami perubahan berat badan. Menurut hipotesis para ahli dan

beberapa penelitian menyebutkan bahwa peningkatan berat badan tersebut

disebabkan oleh karena adanya peningkatan nafsu makan akibat hormon

progesteron yang terdapat dalam kandungan kontrasepsi Depo Medroksi

Progesteron Acetat (DMPA) yang merangsang pusat pengendalian nafsu

makan di hipotalamus.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kenaikan berat badan

setelah responden menggunakan KB suntik DMPA di BPS Dian Yuni

Purani Desa Klahang Kecamatan Sokaraja Kabupaten Banyumas adalah

6,8 kg. Rata-rata berat badan sebelum menggunakan kontrasepsi suntik

DMPA adalah 48,5 kg dan berat badan sesudah menggunakan kontrasepsi

suntik DMPA adalah 55,4. Ini berarti ada kenaikan rata-rata 14,23%.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

Kenaikan berat badan sebesar nilai tersebut belum sampai mengalami

obesitas ringan sekalipun.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan University of Texas Medical

Branch (UTMB) tahun 2008, wanita yang menggunakan kontrasepsi

suntik 3 bulanan rata-rata mengalami kenaikan berat badan sebanyak 5,5

kg dan mengalami peningkatan lemak tubuh sebanyak 3,4% dalam waktu

3 tahun pemakaian. Penggunaan kontrasepsi suntik 3 bulan memiliki

resiko 2 kali lipat dibanding penggunaan kontrasepsi lainnya untuk

mengalami obesitas selama 2 tahun pemakaian. Ini juga sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Widiastuti (2009) bahwa akseptor yang

menggunakan alat kontrasepsi hormonal sebagian besar mengalami

kenaikan berat badan sekitar 1-2 kg.

Hasil dari perhitungan dari 96 akseptor, 45 akseptor yang mengalami

perubahan berat badan dengan frekuensi > 3 kali setelah mengguanakan

kontrasepsi suntik Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA). Dari

hasil uji chi square yang menggunakan aplikasi Statistical Program For

Social Science (SPSS), didapatkan p-value = 0,008 lebih kecil dari

α=0,05. Sehingga dapat disimpukan bahwa terdapat hubungan antara

frekuensi pemakaian kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat

(DMPA) dengan berat badan bertambah.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


39

Secara teoritis Salah satu efek samping kenaikan berat badan yang

disebabkan oleh kelebihan KB suntik 3 bulan yaitu retensi cairan

disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium, ini dapat

meningkatkan bertambahnya berat badan, bertambahnya berat badan

disebabkan oleh bertambahnya nafsu makan dan efek metabolik hormon.

(Wikniosastro, 2006:61)

Peningkatan berat badan yang tidak terlalu besar ini menunjukkan bahwa

kontrasepsi suntik DMPA bukan merupakan faktor yang signifikan

menyebabkan kenaikan berat badan, sehingga masih aman untuk

digunakan, ditunjang dengan efektifitas dan manfaat ang dimiliki oleh

DMPA. Peningkatan berat badan yang bervariasi ini disebabkan karena

anyak faktor – faktor lain yang mempengaruhi berat badan yang tidak

diamati, seperti genetik, jenis pekerjaan, kegiatan atau aktivitas sehari –

hari, pola konsumsi makanan, dan lain sebagainya, juga mempengaruhi

berat daban seseorang meningkat.

D. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini menggunakan cross sectional yang menggunakan data sekunder

sehingga memiliki kesulitan, dalam penelitian ini hanya menilai variabel

perubahan berat badan yang menggunakan kontrasepsi Depo Medroksi

Progesteron (DMPA) yang sudah tercatat di dalam rekam medik sehingga

peneliti tidak dapat mengkaji lebih dalam yang menyebabkan perubahan berat

badan meningkat, seperti faktor – faktor yang menyebabkan kenaikan berat

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


40

badan yaitu: usia, kejiwaan, lingkungan fisik, dan keturunan/genetik, jenis

pekerjaan, kegiatan atau aktivitas sehari – hari, pola konsumsi makanan, dan

lain sebagainya. Penelitian ini langsung mengelola data dari rekam medik

yang ada di BPS Idawati, S,ST tanpa menemukan responden secara langsung.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


41

BAB V

KESEIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti tentang hubungan frekuensi

pemakaian kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) dengan

berat badan di BPS Idawati, S.ST tahun 2014 dapat disimpulkan berdasarkan

tujuan seperti yang telah disebutkan dalam pendahuluan yaitu sebagai

berikut :

1. 60,4 % yang mengalami perubahan berat badan pada wanita askseptor

pemakaian kontrasepsi Depo Medroksi Progestin Acetat (DMPA) di BPS

Idawati, S.ST Kecamatan Gisting tahun 2014.

2. Pemakaian kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat (DMPA) di

BPS, Idawati, S.ST Kecamatan Gisting tahun 2014 sebanyak 66,7 %

dengan frekuensi > 3 kali dalam 1 tahun pemakaian.

3. Berdasarkan penelitian di BPS Idawati, S.ST Kecamatan Gisting tahun

2014 didapatkan hasil perhitungan analisis chi square terhadap hubungan

frekuensi pemakaian kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat

(DMPA) di peroleh p value (0,008) < α (0,05) sehingga Ho ditolak dan

Ha diterima dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

frekuensi pemakaian kontrasepsi Depo Medroksi Progesteron Acetat

(DMPA) dengan berat badan di BPS Idawati, S.ST Kecamatan Gisting

tahun 2014.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


42

B. SARAN

1. Bagi Pengetahuan

Hasil dari peneletian ini dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dan

pelajaran bagi peneliti- peneliti lainnya, khususnya mengenai berat badan.

2. Bagi Pendidikan

Penelitian ini dapat menambah referensi di perpustakaan kebidanan

khususnya tentang berat badan serta dapat memberikan manfaat sebagai

bahan bacaan di perpustakaan, sebagai gambaran peneliti selanjutnya dan

referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi peneliti lain dalam

rangka pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya mengenai berat

badan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai