Anda di halaman 1dari 32

Nama : Neng Sri Krismayanti

NPM : 6221543

Tugas : MK biostatistika

1. Jurnal metode analisis komparatif

Jurnal Kebidanan 11 (01) 1 - 104


Jurnal Kebidanan
http : //www. ejurnal.stikeseub.ac.id

PERBEDAAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA


AKSEPTOR SUNTIK
DMPA DENGAN KOMBINASI

Sri Handayani 1), Supartini 2)


1) 2)
Prodi Kebidanan, Stikes Estu Utomo
E-mail: handaeub@yahoo.co.id

ABSTRAK
Salah satu metode dan alat kontrasepsi di Indonesia adalah metode kontrasepsi suntik. Metode
kontrasepsi suntik ini telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya
makin bertambah. Tingginya minat pemakai kontrasepsi suntik ini karena kepraktisan dan
kepercayaan tentang ampuhnya suntikan. Keuntungan pemakaian kontrasepsi dengan metode suntik
diantaranya sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila digunakan setiap 1 bulan atau 3 bulan
(sesuai dengan jenis suntik KB). Kerugian dari pemakaian kontrasepsi suntik adalah terjadinya
perubahan penambahan berat badan. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya perbedaan kenaikan
berat badan akseptor KB suntik di BPM Tutik Nur Hidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sragen. Metode penelitian analitik komparatif dengan desain cohort. Alat digunakan
dalam pengumpulan data adalah kuesioner dan studi dokumentasi berupa Buku Register Akseptor KB
untuk mengetahui jenis kontrasepsi suntik yang dipakai dan berat badan sebelum dan sesudah menjadi
akseptor KB di BPM Tutik Nur Hidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono dengan jumlah
populasi 302 dengan sampel sebanyak 60 responden. Teknik sampling quota sampling. Uji statistik
yang digunakan adalah Mann-Whitney. Hasil penelitian analisa secara keseluruhan didapatkan
kenaikan berat badan akseptor suntik DMPA (4,70 kilogram), kenaikan berat badan akseptor suntik
kombinasi (1,03 kilogram) dan terdapat perbedaan sangat signifikan kenaikan berat badan antara
akseptor KB suntik DMPA dengan KB suntik kombinasi (U = 123.000, p = 0,000). Kesimpulan ada
perbedaan sangat signifikan kenaikan berat badan antara akseptor KB suntik DMPA dengan KB
suntik kombinasi di BPM Tutik Nur Hidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sragen.
Kata Kunci : Kenaikan Berat Badan. Akseptor KB Suntik.

DIFFERENCE WEIGHTINCREASE OF ACCEPTOR KB INJECT

ABSTRACT
One of the intrauterine device and method in Indonesia is contraception method inject. Contraception
method inject this have come to part of family movement of berencana national and also its enthusiast
more and more to increase. Enthusiasm height of contraception inject this because practical and trust
about its injection. Advantage of usage of contraception with method inject among others very
effective to prevent pregnancy when used each every 1 months or 3 months (as according to type
inject KB). Loss of usage of contraception inject is the happening of change of heavy addition of body.
Target of study to know the existence of difference of weight increase of acceptor KB inject in BPM
Tutik Nur Hidayati Countryside of Majenang District Of Sukodono Sub-Province of Sragen. Method
study analytic of comparability with cohort desain. Appliance used in data collecting is
documentation study and kuesioner in the form of Book of Register Acceptor of KB to know
contraception type inject weared and body weight before and after becoming acceptor of KB in BPM
Tutik Nur Hidayati Countryside of Majenang District of Sukodono with amount of population 302
with sample used 60 responder. Sampling technique of quota sampling. Statistical test the used is
Mann-Whitney. Result of study analysis is as a whole got weight increase of acceptor inject KB DMPA
(4,70 kilogram), weight increase acceptor of inject KB combination (1,03 kilogram) and there are
difference very signifikan weight increase acceptor of KB inject DMPA with KB inject combination
(U = 123.000, p = 0,000). Conclusion there is difference very signifikan weight increase acceptor of
KB inject DMPA with KB inject combination in BPM Tutik Nur Hidayati Countryside of Majenang
District Of Sukodono Sub- Province of Sragen.
Keyword: Weight Increase. Acceptor Of KB Inject.
PENDAHULUAN dipakai sekarang ini terdapat 2 jenis. Obat
Tujuan Program Keluarga hormonal suntikan yang dipergunakan
Berencana (KB) adalah mengatur untuk kontrasepsi antara lain yaitu suntik 3
kehamilan dengan menggunakan alat atau bulan yang mengandung
cara kontrasepsi. Pemakaian alat medroxyprogestin acetate 150 mg dan
kontrasepsi yang benar dan tepat oleh suntik 1 bulan yang mengandung
pasangan usia subur dijadikan upaya untuk medroxyprogesteron acetat (Hartanto,
menunda kehamilan, 2006).
menjarangkan kehamilan dan mengakhiri Menurut Hartanto (2006), terdapat
kehamilan. Perkembangan program berbagai keuntungan pemakaian
Keluarga Berencana (KB) terlihat dari kontrasepsi dengan metode suntik
banyaknya pilihan metode dan alat diantaranya sangat efektif untuk
kontrasepsi yang tersedia, itulah sebabnya mencegah kehamilan bila digunakan setiap
program pemakaian alat kontrasepsi 1 bulan atau 3 bulan (sesuai
menjadi tumpuan harapan untuk dengan jenis suntik KB). Kerugian dari
merealisasikan kebijakan pemakaiankontrasepsi suntik adalah
kependudukan dalam hal pengendalian terjadinya perubahan penambahan berat
jumlah penduduk. (BKKBN, 2009). badan (Saifudin dkk, 2014).
Salah satu metode dan alat Puskesmas Sukodono adalah pusat
kontrasepsi di Indonesia adalah metode pelayanan kesehatan dasar di wilayah kerja
kontrasepsi suntik. Metode kontrasepsi Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen.
suntik ini telah menjadi bagian gerakan Pada tahun 2018 jumlah keseluruhan
keluarga berencana nasional serta akseptor KB aktif di Puskesmas Sukodono
peminatnya makin bertambah. Tingginya Kabupaten Sragen sebanyak 3703 orang.
minat pemakai kontrasepsi suntik ini Distribusi akseptor KB berdasarkan
karena kepraktisan dan kepercayaan metode kontrasepsi yang digunakan adalah
tentang ampuhnya suntikan. Cara ini diakui yaitu akseptor KB yang menggunakan
sebagai cara aman dan sederhana metode kontrasepsi suntik sebanyak 3054
(Prawirohardjo, 2011). orang (82,47%), akseptor KB yang
Data Profile Kesehatan Indonesia menggunakan metode pil sebanyak 587
tahun 2017 diperoleh cakupan KB aktif di orang (15,85%), akseptor KB yang
Jawa Tengah 65,6%. Sebanyak 62,77% menggunakan metode kondom sebanyak
akseptor KB menggunakan kontrasepsi 57 orang (1,53%) dan yang menggunakan
suntik. (Kemenkes,2018) metode AKBK sebanyak 5 orang (0,13%).
Kontrasepsi suntik yang sering Survey pendahuluan yang telah
dilakukan di BPM Tutik Nur Hidayati Desa akseptor KB suntik di BPM Tutik Nur
Majenang Kecamatan Sukodono Hidayati Desa Majenang Kecamatan
Kabupaten Sragen kepada 8 orang akseptor Sukodono Kabupaten Sragen.
KB suntik diantaranya 4 akseptor suntik
DMPA dan 4 akseptor suntik kombinasi. METODE
Dari 4 orang akseptor suntik DMPA, 3 Sesuai tujuan penelitian untuk
orang mengalami kenaikan berat badan dan mengetahui perbedaan kenaikan berat
1 orang tidak mengalami kenaikan berat badan akseptor KB suntik maka jenis
badan, sedangkan 4 orang akseptor suntik penelitian ini adalah penelitian analitik
kombinasi, 2 orang mengalami kenaikan komparatif. Desain penelitian yang
berat badan dan 2 orang tidak mengalami digunakan adalah desain cohort yaitu
kenaikan berat badan. desain penelitian dengan mengukur
Berdasarkan data diatas penulis pengaruh determinan dalam rentang waktu
tertarik untuk mengadakan penelitian tertentu secara prospektif.
mengenai perbedaan kenaikan berat badan
Variabel independen adalah akseptor suntik DMPA dan kombinasi. Variabel terikat
adalah kenaikan berat badan.
Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala
Akseptor Suntik Wanita yang menjadi peserta RM Akseptor Suntik Nominal
KB menggunakan alat DMPA
kontrasepsi suntik Akseptor Suntik
Kombinasi
Perubahan Selisih berat badan sesudah RM Selisih Berat Badan Interval
Berat Badan dibandingkan sebelum dalam Kilogram
menggunakan alat
kontrasepsi suntik KB.

Populasi penelitian ini adalah suntik kombinasi yang mendapat


seluruh akseptor KB suntik sebanyak 302 pelayanan di BPM Tutik Nur Hidayati
akseptor, yang terdiri dari akseptor suntik Desa Majenang Kecamatan Sukodono
DMPA sebanyak 272 orang dan suntik Kabupaten Sragen pada Bulan Desember
kombinasi 30 orang yang menjadi akseptor 2017. Teknik sampling pada penelitian ini
lebih dari 1 tahun, di BPM Tutik Nur dengan purposive sampling.
Hidayati Desa Majenang Kecamatan Alat pengumpul data penelitian ini
Sukodono Kabupaten Sragen pada Bulan meliputi buku register akseptor KB. Data
Desember 2018. Sampel penelitian ini penelitian ini bersumber dari data sekunder
adalah 60 orang akseptor suntik yaitu 30 yaitu data peserta KB suntik diperoleh
akseptor suntik DMPA dan 30 akseptor dengan metode studi dokumentasi berupa
Buku Register Akseptor KB untuk 18 45 2 3,3
19 46 3 5,0
mengetahui jenis kontrasepsi suntik yang
20 3 5,0
dipakai dan berat badan sebelum dan 21 1 1,7
sesudah menjadi akseptor KB di BPM 22 1 1,7
Total 60 100,0
Tutik Nur Hidayati Desa Majenang
Rerata 30
Kecamatan Sukodono. Sumber : data primer yang diolah
Analisis univariat disajikan dalam Tabel 1 menunjukkan distribusi
bentuk tekstular dan table. Analisis frekuensi dan rerata umur responden.
bivariat dengan menggunakan uji non Rerata umur responden adalah 30
parametrik (Man-Whitney). tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN b. Distribusi Frekuensi Tingkat


Hasil penelitian terhadap 60 akseptor Pendidikan Responden
suntik di BPM Tutik Nur Hidayati Desa Tabel 2. Distribusi Frekuensi
Majenang Kecamatan Sukodono Tingkat Pendidikan KB Suntik di
BPM Tutik Nurhidayati Desa
Kabupaten Sragen diuraikan dibawah ini.
Majenang Kecamatan Sukodono
Karakteristik responden Kabupaten Sragen
a. Distribusi frekuensi umur responden
Tingkat
No f %
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur Pendidikan
Akseptor KB Suntik di BPM Tutik 1 SD 22 36,7
Nurhidayati Desa Majenang 2 SMP 15 25,0
Kecamatan Sukodono Kabupaten 3 SMA 20 33,3
Sragen 4 Perguruan 3 5,0
Tinggi
Jumlah 60 100
Umur f %
No Responden Sumber : data primer yang diolah
1 20 3 5,0
2 21 3 5,0 Tabel 2 menunjukkan bahwa tingkat
3 22 3 5,0 pendidikan responden terbanyak adalah
23
4 25 6 10,0
pendidikan SD sebanyak 22 orang
5 26 5 8,3
6 27 5 8,3 (36,7%) dan paling sedikit perguruan
7 28 3 5,0
tinggi (PT) sebanyak 3 orang (5,0%).
8 29 2 3,3
9 30 1 1,7
31
10 32 2 3,3
11 33 2 3,3
12 34 1 1,7
13 35 2 3,3
14 36 1 1,7
15 37 6 10,0
38
16 39 1 1,7
17 40 4 6,7
Analisa Univariat
a. Distribusi Jenis Akseptor KB Suntik
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Jenis Akseptor KB Suntik di BPM Tutik Nurhidayati Desa
Majenang Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen

No Jenis Akseptor KB Suntik Frekuensi Persen

1 DMPA 30 50
2 Kombinasi 30 50
Jumlah 60 100
Sumber : data primer yang diolah

Tabel 3 menunjukkan frekuensi akseptor KB suntik DMPA setara dengan akseptor KB


kombinasi.

b. Perubahan Berat Badan Responden


Tabel 4. Perubahan Berat Badan Akseptor Suntik KB DMPA di BPM Tutik Nurhidayati
Desa Majenang Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen

No Responden BB sebelum (kg) BB sesudah (kg) Perubahan BB (kg)


2 57 67 10
4 61 65 4
5 54 57 3
7 87 90 3
9 45 52 7
16 42 46 4
17 56 59 3
18 49 55 6
19 61 58 -3
20 45 51 6
23 77 85 8
27 53 58 5
31 47 50 3
32 64 70 6
33 56 59 3
34 71 73 2
35 44 52 8
41 44 49 5
42 65 73 8
43 37 40 3
45 46 50 4
46 40 44 4
48 38 45 7
49 55 61 6
50 72 77 5
52 45 48 3
53 36 44 8
54 45 48 3
57 55 60 5
59 59 61 2
Rerata 53,53 58,23 4,70
Sumber : data primer yang diolah

Perubahan berat badan responden suntik KB kombinasi tersaji dalam Tabel 5 di


bawah:
Tabel Tabel 5. Perubahan Berat Badan Akseptor Suntik KB Kombinasi di BPM Tutik
Nurhidayati Desa Majenang

No Responden BB sebelum (kg) BB sesudah (kg) Perubahan BB (kg)


1 48 49 1
3 45 53 8
6 48 50 2
8 50 55 5
10 49 49 0
11 41 43 2
12 48 48 0
13 40 41 1
14 41 39 -2
15 64 67 3
21 51 60 9
22 50 41 -9
24 56 58 2
25 38 38 0
26 56 58 2
28 53 55 2
29 54 55 1
30 65 68 3
36 64 66 2
37 58 51 -7
38 39 42 3
39 50 52 2
40 45 45 0
44 46 46 0
47 84 85 1
51 44 45 1
55 59 59 0
56 48 48 0
58 50 50 0
60 48 47 -1
Rerata 51,07 52,10 1,03
Tabel 5 menunjukkan bahwa rerata berat badan responden sebelum suntik KB
kombinasi sebesar 51,07 kilogram, sesudah suntik KB kombinasi sebesar 52,10 kilogram
dan rerata perubahan berat badan responden suntik KB kombinasi sebesar 1,03 kilogram.

Analisis Bivariat
Perbedaan Perubahan Berat Badan antara Akseptor KB Suntik DMPA dengan KB Suntik
Kombinasi
Tabel 6. Perubahan Berat Badan menurut Jenis Akseptor KB Suntik di BPM Tutik
Nurhidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen

Rerata Berat Badan (kg) ___________ Sebelum


_____________________________ Sesudah _____ Perubahan U _____________ p
Jenis DMPA 53,53 58,23 4,70
Akseptor KB 123,000 0,000
Suntik ______ Kombinasi ____ 51,07 _______ 52,10 _______ 1,03 ____________________
Sumber : data primer yang diolah

Tabel 6 menunjukkan bahwa PEMBAHASAN


rerata perubahan berat badan akseptor 1. Jenis Akseptor Suntik
suntik KB DMPA (4,70 kilogram) lebih Tabel 3 menunjukkan frekuensi
tinggi dibandingkan akseptor suntik KB akseptor suntik DMPA setara dengan
kombinasi (1,03 kilogram). akseptor suntik kombinasi, masing-
Analisis statistik untuk masing 30 responden (50%). Penelitian
mengetahui perbedaan perubahan berat yang mengukur pengaruh sesuatu
badan antara akseptor KB suntik DMPA dalam hal ini jenis suntik KB dengan
dengan KB suntik kombinasi, dilakukan membandingkan
analisis statistik non parametrik karena perubahan efek yang terjadi sebaiknya
distribusi data berat badan responden tidak dilakukan dengan 2 kelompok yang
normal (lampiran). Analisis statistik sebanding sehingga pada penelitian ini
berupa uji beda mean 2 sampel bebas yaitu kedua kelompok memiliki jumlah
Uji Mann-Whitney menggunakan Program anggota sebanding. Karakteristik
SPSS. kelompok berupa variabel perancu
Perhitungan statistik Uji Mann- terhadap efek perubahan berat badan
Whitney memperoleh nilai U sebesar tidak dikendalikan,
123.000 dan nilai signifikan p sebesar sehingga perlu
0,000. dilakukan penelitian selanjutnya untuk
Hasil perbandingan antara nilai p mengendalikan faktor - faktor luar
menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil dari selain jenis suntik KB.
level of significant 5% (0,000 < 0,05). 2. Perubahan Berat Badan Akseptor
berarti Ho ditolak dan Suntik
H1 diterima, maka dari itu dapat Tabel 4 dan Tabel 5 menunjukkan
disimpulkan ada perbedaan sangat bahwa rerata berat badan kedua
signifikan perubahan berat badan antara kelompok responden suntik DMPA
akseptor suntik DMPA dengan suntik maupun kombinasi mengalami
kombinasi perubahan cenderung meningkat.
Kondisi tersebut sesuai dengan teori 0,05). berarti Ho ditolak dan H1
bahwa salah satu efek penggunaan diterima. Maka dapat diambil simpulan
metode kontrasepsi hormonal seperti bahwa terdapat perbedaan perubahan
suntik KB adalah kenaikan berat badan. berat badan antara akseptor KB suntik
Hormon Progestin akan merangsang DMPA dengan KB suntik kombinasi.
produk insulin yang berlebihan tetapi Keadaan itu disebabkan
tidak menyebabkan terjadinya diabetes perbedaan kandungan hormon antara 2
militus. Hormon insulin mempunyai jenis alat kontrasepsi suntik tersebut.
peranan dalam menyalurkan energi ke Suntik KB DMPA memiliki kandungan
dalam sel-sel tubuh. Seseorang yang hormone Progesteron sedangkan suntik
mengalami peningkatan hormone KB kombinasi mengandung hormone
insulin akan meningkat pula timbunan Sintesis Estrogen dan Progesteron
lemak di dalam tubuhnya (Purwanti, (Hartanto, 2010).
2005). Selain itu Depoprogestin Hormon Progestin akan
merangsang pusat pengendali nafsu merangsang produk insulin yang
makan di hipotalamus yang akan berlebihan tetapi tidak menyebabkan
menyebabkan akseptor makin banyak terjadinya diabetes militus. Hormon
makan dari biasanya (Hartanto, 2010). insulin mempunyai peranan dalam
Hal tersebut sesuai dengan penelitin menyalurkan energi ke dalam sel-sel
Darmawati dan Fitri (2012) yang tubuh. Seseorang yang mengalami
menyatakan bahwa penggunaan peningkatan hormone insulin akan
kontrasepsi hormonal sebagian besar meningkat pula timbunan lemak di
penggunanya mengalami perubahan dalam tubuhnya (Purwanti, 2005).
berat badan yang dikarenakan adanya Selain itu Depoprogestin merangsang
retensi cairan dan estrogen dan pusat pengendali nafsu makan di
progesteron yang mengakibatkan hipotalamus yang akan menyebabkan
bertambahnya lemak sukutan akseptor makin banyak makan dari
terutama pada pinggul, paha dan biasanya (Hartanto, 2010). Hormon
payudara. estrogen pada suntik KB kombinasi
3. Perbedaan Perubahan Berat Badan akan menyeimbangkan efek hormon
antara Akseptor KB Suntik DMPA progestin sehingga rangsangan
dengan KB Suntik Kombinasi terhadap produksi insulin tidak seperti
Hasil perbandingan antara nilai p pada suntik KB DMPA yang hanya
menunjukkan bahwa nilai p lebih kecil mengandung hormon progestin, selain
dari level of significant 5% (0,000 < itu kandungan hormon estrogen akan
mempengaruhi percepatan peristaltik harus diganti alat kontrasepsi yang lainnya.
sehingga perubahan berat badan lebih Bagi Peneliti lain, perlu dikembangkan
cenderung terjadi pada akseptor KB penelitian selanjutnya untuk meneliti
DMPA (Purwati, 2005). Hal tersebut pengaruh variabel luar terhadap perubahan
sesuai dengan penelitian Diana berat badan akseptor suntik seperti faktor
Purnamasari (2009) menyatakan bahwa genetic, gizi, psikis dan lain-lain. Bagi
terdapat 73,34% pengguna suntik Akseptor KB, pengguna alat kontrasepsi
DMPA mengalami kenaikan BB. Dan suntik perlu memahami dengan baik efek
penelitian Pratiwi dkk (2013) yang samping khususnya kenaikan atau
menyatakan akaseptor suntik DMPA penurunan berat badan dapat dipengaruhi
mengalami peningkatan BB sebanyak oleh berbagai faktor yaitu genetik, gizi, dll.
57,5%.
DAFTAR PUSTAKA
BKKBN., 2009, http://www.bkkbn.go.id,
PENUTUP diperoleh tanggal 19 Agustus 2011.
Berdasarkan hasil penelitian dan Kementerian Kesehatan RI, Profil
Kesehatan Indonesia Tahun 2017,
pembahasan mengenai perbedaan
Kemenkes 2018.
perubahan berat badan antara akseptor Datik., 2006. Gambaran Pengetahuan
Akseptor KB Suntik Tentang
suntik DMPA dengan suntik kombinasi di
Kontrasepsi Suntik Di Rumah
BPM Tutik Nur Hidayati Desa Majenang Bersalin Puji Sanyoto Semawung
Trucuk Klaten. Skripsi. (Tidak
Kecamatan Sukodono
dipublikasikan).
Kabupaten Sragen dapat disusun simpulan Hartanto., 2010. Keluarga Berencana Dan
bahwa kenaikan berat badan akseptor Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar
Harapan.
suntik DMPA (4,70 kilogram), kenaikan Handayani., 2005. Pengetahuan Sikap
berat badan akseptor suntik kombinasi Dan Perilaku Ibu-Ibu Akseptor KB
Mengenai KB Suntik Dan Pil Serta
(1,03 kilogram). Terdapat perbedaan Faktor-Faktor Yang Berhubungan
sangat signifikan perubahan berat badan Di RW 03 Kelurahan Tanjung
Duren Utara Jakarta Barat. Skripsi.
antara akseptor suntik DMPA dengan (Tidak dipublikasikan).
suntik kombinasi (p = 0,000 < 0,05). Manuaba., 2017. Ilmu Kebidanan Dan
Penyakit Kandungan Dan
SARAN Keluarga Berencana Untuk
Bagi Bidan sebagai pelayanan Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi
kebidanan di desa Majenang Kecamatan Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Sukodono Kabupaten Sragen untuk Rineka Cipta.
Purnamasari D, 2009, Hubungan lama
memperhatikan dietnya para pengguna alat pemakaian KB suntik DMPA
kontrasepsi Suntik, bila terjadi penurunan dengan prubahan BB di BPS Yossi
Trihana Jogonalan, Klaten,
atau kenaikan berat badan yang mencolok Surakarta, Uiversitas Sebelas Maret.
Purwanti, S., Rahayuningsih, S., &
Salimar., 2005. Perencanaan
Menu Untuk Penderita
Kegemukan.
Jakarta:Peneba
r
Swadaya.
Pratiwi D dkk, 2013, Hubungan Antara
penggunaan Kontrasepsi DMPA
dengan Peningkatan BB di
Puskesmas Lapai, Kota Padang,
jurnal.fk.unand.
Prawirohardjo, 2011. Buku Panduan
Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka.
Saifuddin, Abdul Bari. 2014. Buku Ilmu
Kebidanan Sarwono
Prawirohardjo. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
2. Jurnal analisis kolerasi

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KUNJUNGAN ULANG ANC DENGAN


KEPATUHAN PENERAPAN 5M DI PMB HJ.NURIPAH

Elise Putri1, Marsela Renasary Presti2, Lilis Nur Hidayati3

Nama Asal Institusi: Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak


Email korespondensi: akpb-pontianak.ac.id

Abstrak
Indonesia masih berjuang melawan virus Corona hingga saat ini, sama dengan negara lain di dunia. tanggal
12 Maret 2021 di dapatkan negara dan wilayah yang terjangkit COVID-19 ada 223 wilayah dengan kasus
terkonfirmasi virus COVID-19 ada 118.268.575 kasus, dan penelitian lain juga menegaskan bahwa kelompok ibu
hamil juga termasuk ke resiko tinggi terpapar virus COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan tentang kunjungan ulang anc dengan kepatuhan penerapan 5 M di PMB HJ.Nuripah S.ST tahun
2021. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan jenis analisis korelasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara cross
sectional. Populasi 135, sampel 101 responden yang di uji Chi Square. Sebagian kecil dari responden yaitu 40
responden (39,6%) berpengetahuan kurang dan sebagian kecil dari responden yaitu 25 responden (24,8%)
berpengetahuan baik dan hampir seluruh responden yaitu 87 responden (86,1%) tidak patuh dan sangat sedikit dari
responden yaitu 14 responden (13,9%) patuh. Didapatkan hasil penelitian terhadap 101 responden adalah sebagai
berikut responden yang berpengetahuan baik dengan patuh menerapan 5M yaitu 8 responden (32,0%) dan tidak
patuh menerapkan 5M yaitu 17 responden (68,0), responden yang berpengetahuan cukup dengan patuh menerapkan
5 M yaitu 3 responden (8,3%), dan tidak patuh yaitu 33 responden (91,7%), responden yang berpengetahuan kurang
dengan patuh menerapkan 5M yaitu 3 responden (7,5%) dan tidak patuh menerapkan 5M yaitu 37 responden
(92,5%). Berdasarkan analisis Chi Square X2=0,010<0,05 maka Sehingga ha di terima yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan tentang kunjungan ulang ANC dengan kepatuhan penerapan 5M. Kesimpulan ada
hubungan antara pengetahuan tentang kunjungan ulang ANC dengan kepatuhan penerapan 5M di PMB HJ.Nuripah
S.ST tahun 2021. Saran diharapkan kepada petugas kesehatan atau bidan agar dapat memberikan informasi yang
lebih mengarah mengenai pengetahuan tentang ANC dan lebih menekan kan ibu hamil untuk patuh akan protokol
kesehatan.

Kata Kunci: Pengetahuan, Kunjungan Ulang, ANC, Kepatuhan, Penerapan 5M

Abstract
Indonesia is still battling the Corona virus to this day, just like other countries in the world. On March 12,
2021, it was found that countries and regions infected with COVID-19 had 223 regions with confirmed cases of the
COVID-19 virus, there were 118,268,575 cases, and other studies also confirmed that the group of pregnant women
is also at high risk of being exposed to the COVID-19. The purpose of this study was to determine the relationship
between knowledge about anc return visits and adherence to the implementation of 5 M at PMB HJ.Nuripah S.ST
in 2021. This type of research is quantitative with the type of correlation analysis. This research was conducted in
a cross sectional way. Population 135, sample of 101 respondents in the Chi Square test. A small part of the
respondents, namely 40 respondents (39.6%) had less knowledge and a small part of the respondents, namely 25
respondents (24.8%) had good knowledge and almost all respondents, namely 87 respondents (86.1%) were not
obedient and very few of them respondents, namely 14 respondents (13.9%) obeyed. The results of the research on
101 respondents are as follows: respondents who have good knowledge and obediently apply 5M, namely 8
respondents (32.0%) and do not comply with 5M, namely 17 respondents (68.0), respondents who are
knowledgeable enough to obediently apply 5M, namely 3 respondents (8.3%), and 33 respondents (91.7%), who did
not comply with the knowledge of obeying 5M were 3 respondents (7.5%) and 37 respondents did not comply with
5M (92, 5%). Based on the analysis of Chi Square X2 = 0.010 <0.05, so that ha is accepted which states that there
is a relationship between knowledge about ANC repeat visits and compliance with 5M implementation. The
conclusion is that there is a relationship between knowledge about ANC return visits and compliance with
5Mimplementation at PMB HJ.Nuripah S.ST in 2021. Suggestions are expected for health workers or midwives to
be able to provide more directed information about knowledge about ANC andput more emphasis on pregnant

1
Dosen Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak
2
Dosen Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak
3
Mahasiswi Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak
women to comply with health protocols.

Keywords: Knowledge, Revisit, ANC, compliance, 5M implementation


Pendahuluan Sekadau yaitu 103 kasus terkonfirmasi.
Indonesia masih berjuang melawan virus Sedangkan di Kubu Raya sendiri 705 kasus
Corona hingga saat ini, sama dengan negara lain terkonfirmasi (Dinkes Prov.Kalbar, 2021).
di dunia. Jumlah kasus virus Corona terus Penelitian lain juga menegaskan bahwa
bertambah dengan beberapa melaporkan kelompok ibu hamil juga termasuk ke resiko
kesembuhan, tapi tak sedikit yang meninggal tinggi terpapar virus COVID-19 karena Kondisi
dunia. Dilihat dari cara penularannya, transmisi
kehamilan menyebabkan penurunan kekebalan
terjadinya penularan COVID-19 melalui parsial karena perubahan fisiologi pada saat
percikan-percikan (droplet) dari hidung atau kehamilan, sehingga mengakibatkan ibu hamil
mulut seseorang yang terjangkit COVID-19 saat lebih rentan terhadap infeksi virus. Oleh karena
bernafas atau batuk. itu, pandemi COVID-19 sangat mungkin
Data angka kejadian COVID-19 dari menyebabkan konsekuensi yang serius bagi ibu
WHO (Word Health Organization) per tanggal
hamil. Sampai saat ini informasi tentang
12 Maret 2021 di dapatkan negara dan wilayah COVID-19 pada kehamilan masih terbatas.
yang terjangkit COVID-19 ada 223 wilayah
Pengumpulan data ibu hamil dengan COVID-19
dengan kasus terkonfirmasi virus COVID-19 ada di Indonesia sendiri juga belum dapat
118.268.575 kasus, dan kasus kematian disimpulkan (Anung Ahadi Pradana , Casman,
sebanyak 2.624.677 kasus. Khususnya di 2020)
Indonesia sendiri kejadian COVID-19 total Risiko ibu hamil bisa tertular COVID- 19
kasus comulative ada 1.403.722 kasus. Dengan salah satunya saat melakukan kunjungan
38,049 kasus kematian (WHO, 2021). pemeriksaan kehamilan di fasilitas kesehatan
Data angka kejadian kasus COVID-19 Sehingga ibu hamil harus lebih meningkatkan
dari Dashboard COVID-19 Kalimantan Barat kewaspadaan dengan terus disiplin dalam
per tanggal 12 Maret 2021 adalah 6946 kasus mentaati aturan protokol kesehatan. Namun
terkonfirmasi 827 isolasi, 6079 sembuh dan 40 sampai saat ini penyebaran virus COVID-19
meninggal dengan hasil suspek 1779 kasus, 536
masih belum mereda bahkan cenderung
dirawat, 1190 discarded (orang yang berstatus meningkat hal ini menunjukan bahwa banyak
kontak erat dan sudah menyelesaikan masa anggota masyarakat yang belum memahami
karantina selama 14 hari yang hasil pemeriksaan apalagi mentaati protokol kesehatan terutama ibu
RT-PCR 2 kali negatif selang waktu 24 jam), 52 hamil yang melakukan kunjungan ANC di
probable (orang yang meninggal dengan fasilitas kesehatan.
gambaran klinis meyakinkan COVID-19 namun Hasil survey lapangan penulis
belum ada tes lab) dan kontak erat sebanyak menemukan bahwa PMB tersebut dekat dengan
24253 jiwa. Kasus tertinggi COVID-19 di pasar dimana pasar adalah tempat kerumunan
Kalimantan Barat per tanggal 18 April 2021 yang sering di datangi masyarakat ramai untuk
ditemukan Pontianak yaitu sebanyak 1577 kasus membeli kebutuhan pokok, sehingga besar
terkonfirmasi dan paling terendah adalah kemungkinan akan terjadi penularan virus
COVID-19 jika masyarakat setempat tidak Jadi, sampel yang diambil adalah 101 responden.
perduli akan protokol kesehatan. Dan ditemukan Adapun kriteria inklusi sampel sebagai
juga pasien sepulang dari pasar langsung mampir berikut Ibu hamil yang ada diwilayah PMB HJ
untuk ber KB ataupun untuk berobat di PMB Nuripah S.ST, Ibu hamil Usia kehamilan TM
Hj.Nuripah S.ST yang tidak menerapkan I,II, dan III , Ibu hamil K1 dan K4 Bisa
protokol kesehatan seperti tidak mencuci tangan membaca, Bersedia menjadi responden, Sehat
dan memakai masker. jasmani dan rohani.
Instrumen penelitian yang digunakan
Metode dalam variabel pengetahuan ini berupa kuesioner
Jenis penelitian ini adalah penelitian yang di adopsi dari penelitian Khairani, 2012
kuantitatif yaitu penelitian yang sistematis skala yang digunakan adalah ordinal untuk
terhadap hubungan, dengan jenis analisis mengukur variabel pengetahuan ini dengan
korelasi yaitu nilai yang menunjukan arah
menanyakan kepada responden sebanyak 20
hubungan. Penelitian ini dilakukan dengan cara soal. Dengan menggunakan pilihan ganda
pendekatan cross sectional, Cross sectional ialah
(multiple choice). Untuk jawaban yang benar
suatu penelitian untuk mempelajari dinamika diberi skor 5 dan untuk jawaban yang salah
korelasi antara faktor- faktor resiko dengan efek, diberi skor 0 , skor
dengan cara pendekatan, observasi atau terendah adalah 0 dan skor tertinggi adalah 100.
pengumpulan data sekaligus. Responden dapat dikatakan pengetahuan nya
Teknik pegambilan sampel pada baik bila bisa menjawab >75% , cukup 60- 75%
penelitian ini menggunakan cara sampling dan kurang <60% dari pertanyaan yang
accidental yaitu teknik penentuan sampel diberikan.
berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang Instrumen penelitian yang digunakan
secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat dalm variabel kepatuhan ini berupa lembar
digunakan sebgai sampel, bila dipandang orang checklist yang dibuat sendiri oleh peneliti Untuk
yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber kepatuhan diukur dengan menggunakan
data. pernyataan yang dinyatakan dalam kategori
Peneltian ini dilakukan di PMB respon dengan metode Likert dan dilakukan
HJ.Nuripah S.ST. Waktu penelitian ini di mulai skoring pada masing-masing item dengan jumlah
dari bulan Maret sampai dengan bulan Juni 2021. keseluruhan pernyataan yang dibagi dalam
Populasi dalam penelitian ini ialah ibu hamil empat macam kategori jawaban yaitu sangat
yang melakukan pemeriksaan ANC di PMB Setuju (SS), Stuju (S),Tidak Setuju (TS), Sangat
HJ.Nuripah S.ST pada bulan Maret 2021 K1 dan Tidak Setuju (STS).
K4 yaitu sebanyak 135 orang. Pada penelitian ini
sampel diambil dari sebagian ibu hamil yang
melakukan kunjungan ulang ANC di PMB
HJ.Nuripah S.ST. menggunakan rumus Slovin.
Pengumpulan data diakukan sesuai jadwal merupakan suatu data kasar yang perlu di olah.
yang diatur, setelah ndapatpersetujuan dari Pengolahan data ini terdiri dari editing,
pembimbing dan penguji proposal, dengan codding,scoring, tabulating, entering, clening.
menggunakan instrumen kuesioner. Pada lokasi Analisa data untuk mengetahui hubungan antara
penelitian dilakukan pada saat setelah mendapat pengetahuan dan kepatuhan dimana data di
surat dan izin dari pimpinan unit tempat analisis dengan menggunakan uji chi square (x2)
penelitian. Kuesioner diisi oleh responden yang pada kemaknaan 95% (0,05) dengan
memenuhi kriteria insklusif dan eksklusif setelah bantuan komputer
menanda tangani persetujuan. (penyuluhan), pengalaman sendiri maupun orang
Pengolahan data merupakan proses lain, media massa ataupun lingkungan (Febyanti
penataan data, karena data yang terkumpul & Susilawati, 2012).

Hasil dan Pembahasan


Tabel 1 Distribusi frekuensi pengetahuan tentang kunjungan ulang ANC
Jum ah
No Pengetahuan
N %
1 Kurang 40 39,6
2 Cukup 36 35,6
3 Baik 25 24,8
Total 101 100,0

Tabel 2 Distribusi frekuensi kepatuhan penerapan 5 M

No Kepatuhan Jumlah
N %
1 Tidak patuh 87 86,1
2 Patuh 14 13,9
Total 101 100,0

Tabel 3 Hubungan pengetahuan tentang ANC sesuai standar dengan kepatuhan penerapan 5M

_________ Kepatuhan ----------- .Tu m 1 fih


No Tidak patuh Patuh P value
Pengetahuan ---- - ------■—— N % N %
1 Kurang 37 92,5 3 7,5 40 100,0
2 Cukup 33 91,7 3 8,3 36 100,0
0,018
3 Baik 17 68,0 8 32,0 25 100,0
Total 87 86,1 14 13,9 101 100,0

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan baik.


bahwa bahwa sebagian kecil dari responden Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
yaitu 40 responden (39,6%) berpengetahuan setelah orang melakukan pengindraan terhadap
kurang dan sebagian kecil dari responden suatu objek tertentu yang bisa diperoleh
yaitu 25 responden (24,8%) berpengetahuan melalui pendidikan formal atau informal
Pengetahuan merupakan indikator harus dijalankan (Evi, 2020).
seseorang dalam melakukan suatu tindakan, jika Kepatuhan adalah motivasi seseorang
seseorang didasari dengan pengetahuan yang kelompok; atau organisasi untuk berbuat atau
baik terhadap kesehatan maka orang tersebut tidak berbuat sesuatu sesuai dengan aturan yang
akan memahami pentingnya menjaga kesehatan telah ditetapkan. Perilaku kepatuhan seseorang
dan memotivasi diri untuk diaplikasikan dalam merupakan interaksi antara perilaku individu,
kehidupannya. kelompok dan organisasi (Setiawan, 2013).
Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan Kepatuhan adalah suatu sikap yang akan
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun muncul pada seseorang yang merupakan suatu
sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat reaksi terhadap sesuatu yang ada dalam
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta peraturan yang harus dijalankan. Sikap tersebut
yang mendukung tindakan seseorang (Tamaka et muncul apabila individu tersebut dihadapkan
al., 2013). pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
Hal ini sejalan dengan penelitian yang (Putra, 2020).
dilakukan oleh Evayanti, 2015 yang berjudul Hal ini tidak sejalan dengan penelitian
hubungan pengetahuan ibu dan dukungan suami yang dilakukan oleh Putra, 2020 yang berjudul
pada ibu hamil terhadap keteraturan kunjungan analisis determinan kepatuhan masyarakat
ANC yang menyatakan pengetahuan ibu berada terhada pelaksanaan protokol kesehatan. Dalam
pada kategori kurang baik yaitu 22 responden penelitiannya dia menyatakan masyarakat sudah
atau (55%). mematuhi protokol kesehatan COVID- 19 di
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan Kecamatan Percut Sei Tuan. Sebagai informasi,
bahwa hampir seluruh responden yaitu 87 bahwa survei dilakukan pada bulan April 2020,
responden (86,1%) tidak patuh yaitu di artinya wabah COVID-19 baru memasuki bulan
pernyataan nomer 3 tentang menjaga jarak dan ke-2 di Indonesia. Sehingga kepatuhan
pernyataan nomer 8 tentang mengurangi masyarakat terhadap protokol kesehatan, dapat
mobilitas dan sangat sedikit dari responden yaitu dikatakan didasari lama waktu wabah.
14 responden (13,9%) patuh. Setelah dilakukan analisis dengan
Kepatuhan berasal dari kata patuh menggunakan SPSS dengan taraf signifikan
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI, (a=0,05) di dapatkan hasil dengan p value 0,018
patuh berarti suka menurut perintah, taat kepada < 0,05. Sehingga ha di terima yang menyatakan
perintah, atau atu ran dan berdisiplin .Kepatuhan bahwa ada hubungan antara pengetahuan tentang
berarti bersifat patuh,ketaatan,tunduk pada kunjungan ANC dengan kepatuhan penerapan
ajaran dan aturan. Kepatuhan adalah perilaku 5M di PMB Hj. Nuripah S.S.T tahun 2021.
positif penderita dalam mencapai tujuan terapi. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu
Kepatuhan merupakan suatu bentuk perilaku setelah orang melakukan pengindraan terhadap
manusia yang taat pada aturan perintah yang suatu objek tertentu yang bisa diperoleh melalui
telah ditetapkan, prosedur dan disiplin yang pendidikan formal atau informal (penyuluhan),
pengalaman sendiri maupun orang lain, media terdapat 37 (92,5%) dengan sikap tidak patuh
massa ataupun lingkungan (Febyanti & dan 3 (7,5%) memiliki sikap patuh. Dan
Susilawati, 2012). sebanyak 36 responden yang tingkat
Pengetahuan merupakan indikator pengetahuanya cukup terdapat 33 (91,7%)
seseorang dalam melakukan suatu tindakan, jika memiliki sikap tidak patuh dan 3 (8,3) memiliki
seseorang didasari dengan pengetahuan yang sikap patuh. Serta sebanyak 25 responden yang
baik terhadap kesehatan maka orang tersebut tingkat pengetahuanya baik terdapat 17 (68,0%)
akan memahami pentingnya menjaga kesehatan memiliki sikap tidak patuh dan 8 (32,0%)
dan memotivasi diri untuk diaplikasikan dalam memiliki sikap patuh.
kehidupannya. Kepatuhan adalah motivasi seseorang
Pengetahuan diperlukan sebagai dukungan kelompok; atau organisasi untuk berbuat atau
dalam menumbuhkan rasa percaya diri maupun tidak berbuat sesuatu sesuai dengan aturan yang
sikap dan perilaku setiap hari, sehingga dapat telah ditetapkan. Perilaku kepatuhan seseorang
dikatakan bahwa pengetahuan merupakan fakta merupakan interaksi antara perilaku individu,
yang mendukung tindakan seseorang (Tamaka et kelompok dan organisasi (Setiawan, 2013).
al., 2013). Kepatuhan adalah suatu sikap yang akan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan muncul pada seseorang yang merupakan suatu
bahwa sebagian kecil dari responden 40 orang reaksi terhadap sesuatu yang ada dalam
(39,6%) berpengetahuan kurang dikarenakan peraturan yang harus dijalankan. Sikap tersebut
sebagian dari responden banyak yang usianya muncul apabila individu tersebut dihadapkan
masih muda untuk menjalani kehamilan dimana pada suatu stimulus yang menghendaki adanya
Umur juga dapat mempengaruhi pengetahuan (Putra, 2020).
seseorang dimana semakin bertambah usia Ketidak patuhan terhadap penerapan
seseorang maka akan semakin bertambah pula protokol kesehatan protokol kesehatan itu sendiri
pengetahuannya. dapat disebabkan beberapa faktor, salah satunya
Tingkat pengetahuan yang rendah bisa adalah sikap tidak peduli yang ditunjukkan
dikarenakan ibu tidak mengetahui tujuan, warga. Tingginya jumlah pelanggaran dan terjadi
manfaat, dan waktu kunjungan karena kurang secara massif di masyarakat yang tidak hanya di
aktifnya petugas kesehatan dalam satu tempat merupakan sebuah permasalahan
mensosialisasikan informasi tentang kunjungan sosial di Indonesia dalam konteks penanganan
Antenatal Care yang mengakibatkan ibu tidak COVID- 19.
memiliki pengetahuan yang cukup tentang Pada penelitian yang dilakukan oleh
kunjungan ANC sehingga pada akhirnya dapat Anggreni 2020 menyatakan tingkat pengetahuan
mempengaruhi prilaku untuk tidak teratur tidak diikuti dengan kepatuhan hal ini
melakukan Antenatal Care. menyebabkan pengetahuan baik tetapi seorang
Didapatkan hasil bahwa sebanyak 40 tidak patuh akan protokol kesehatan karena
responden yang tingkat pengetahuanya kurang ketidak pedulian dan tidak adanya motivasi
untuk melakukan nya karena perlu diingat faktor Aritonang, J., Nugraeny, L., Sumiatik, & Siregar,
R. N. (2020). Peningkatan Pemahaman
dari kepatuhan dipengaruhi oleh pengetahuan,
Kesehatan pada Ibu hamil dalam Upaya
motivasi serta dukungan dari keluarga. Pencegahan COVID-19. Jurnal SOLMA,
9(2), 261-269.
Hasil penelitian menunjukan bahwa
https://doi.org/ 10.22236/solma.v9i2.5522
hampir seluruh responden yaitu 87 responden
Armaya, R. (2018). Kepatuhan Ibu Hamil dalam
(86,1%) tidak patuh dan sangat sedikit dari
Melakukan Kunjungan Antenatal Care dan
responden yaitu 14 responden (13,9%) patuh. hal Faktor yang Mempengaruhi. Jurnal Ilmu
Kesehatan Masyarakat,
ini dikarenakan sikap ketidakpedulian warga
7(01), 43-50.
akan pentingnya menerapkan 5M dalam masa https://doi.org/10.33221/jikm.v7i01.51
pandemi namun yang dilakukan ternyata tidak Athena, A., Laelasari, E., & Puspita, T. (2020).
sepenuhnya karena ketidak pedulian. Masih Pelaksanaan Disinfeksi Dalam
Pencegahan Penularan Covid-19 Dan
banyak warga yang melakukan pelanggaran Potensi Risiko Terhadap Kesehatan Di
karena belum memahami secara pasti tentang Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan,
19(1), 1-20.
Covid-19 dan bahaya penularannya. https://doi.org/10.22435/jek.v19i1.3146

Bodas, M., & Peleg, K. (2020). Self-isolation


Kesimpulan compliance in the COVID-19 era
Berdasarkan hasil penelitian dengan influenced by compensation: Findings
peritungan menggunakan program spss 16.0 from a recent survey in Israel. Health
Affairs, 39(6), 936-941.
didapatkan bahwa hasil p value 0,018 > 0,05 https://doi.org/10.1377/hlthaff.2020.0038
yang artinya ada hubungan antara pengetahuan 2
tentang kunjungan ulang ANC dengan Chan, K. W., Wong, V. T., & Tang, S. C. W.
kepatuhan penerapan 5M di PMB HJ.Nuripah (2020). COVID-19: An Update on the
Epidemiological, Clinical, Preventive and
S.S.T Tahun 2021. Therapeutic Evidence and Guidelines of
Integrative Chinese-Western Medicine for
the Management of 2019 Novel
Referensi Coronavirus Disease. American Journal
Adli, D. N. (2020). IndonesiaTerserah: The
Impact of Hashtag Indonesia Whatever to the of Chinese Medicine, 48(3), 737-762.
https://doi.org/10.1142/S0192415X20500
Effectiveness Policy of Handling COVID-19: 378
Case Study in Indonesia. Journal Article, May.
Corneles, S., & Losu, F. (2015). Hubungan
Tingkat Pendidikan Dengan Pengetahuan
Anggreni, D., & Safitri, C. A. (2020). Ibu Hamil Tentang Kehamilan Risiko
Hubungan Pengetahuan Remaja tentang Tinggi. Jurnal Ilmiah Bidan, 3(2), 91532.
COVID-19 dengan Kepatuhan dalam
Menerapkan Protokol Kesehatan di Masa Damayanti, P. (2015). Persepsi Ibu Hamil
New Normal. Hospital Majapahit, 12(2), Tentang Kehamilan Resiko Tinggi di atas
134-142. usia 35 tahun. Persepsi Ibu Hamil Tentang
Kehamilan Resiko Tinggi Di Desa Begawat
Anung Ahadi Pradana , Casman, N. (2020). Kecamatan Bumijawa Kabupaten Tegal
Pengaruh kebijakan. Pengaruh Kebijakan Tahun 2016, 1(2015), 15-17.
Social Distancing Pada Wabah Covid-19 http://ejournal.poltektegal.ac.id/index.php
Terhadap Kelompok Rentan Di Indonesia /SENIT2017/article/view/563/pdf_7
The, 09(02), 61-67.
Dinkes Prov.Kalbar. (2021). Dashbord Covid- Isma. (2014). BAB III SKRIPSI ISMA.pdf. X, 35-
19. https://dinkes.kalbarprov.go.id/covid- 52.
19/
Juan, J., Gil, M. M., Rong, Z., Zhang, Y., Yang,
Evi, W. (2020). Studi literatur tentang H., & Poon, L. C. (2020). Effect of
kepatuhan ibu hamil dalam coronavirus disease 2019 (COVID-19) on
mengkonsumsi Tablet FE sesuai standar maternal, perinatal and neonatal outcome:
dengan kadar hemoglobin pada kehamilan systematic review. Ultrasound in
di trimester III. Obstetrics and Gynecology, 56(1), 1527.
https://doi.org/10.1002/uog.22088
Fadli, A. (2020). M ENGENAL C OVID -19 DAN
C EGAH P ENYEBARANNYA D ENGAN “ Kemenkes RI. (2020). kesiapsiagaan menghadpi
P EDULI L INDUNGI ” A PLIKASI B infeksi covid.
ERBASIS A NDORID (Issue April). https://www.kemkes.go.id/article/view/2
https: //www.researchgate.net/publication/ 0062000001/menkes-terbitkan-protokol-
340790225_MENGENAL_COVID 19_D kesehatan-di-tempat-umum.html
AN_CEGAH_PENYEBARANNYA_DE
NGAN_PEDULI_LINDUNGI_APLIKA Kepmenkes. (2021). KMK No. HK.01.07-
SI_BERBASIS_ANDORID MENKES-382-2020 tentang Protokol
Kesehatan Bagi Masyarakat di Tempat dan
Fathimah, A. F., Al-Islami, M. F., Gustriani, T., Fasilitas Umum Dalam Rangka
Rahmi, H. A., Gunawan, I., Agung, I. M., Pencegahan COVID-19.
& Husni, D. (2021). Kepatuhan https://promkes.kemkes.go.id/kmk-no-
Masyarakat Terhadap Pemerintah Selama hk0107-menkes-382-2020-tentang-
Pandemi: Studi Eksplorasi Dengan protokol-kesehatan-bagi-masyarakat-di-
Pendekatan Psikologi Indigenous. tempat-dan-fasilitas-umum-dalam-
Psikobuletin:Buletin Ilmiah Psikologi, rangka-pencegahan-covid19
2(1), 15.
https://doi.org/10.24014/pib.v2i1.11703 Khairani, L. I. L. I. S. (2012). PEMERIKSAAN K
E H A MI L A N DI WIL A Y A H K E R J A
Febyanti, N. K., & Susilawati, D. (2012). PUSKESMAS 4 U L U m b.
Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
Tentang Antenatal Care terhadap Perilaku Linggarjati, D., & Parmitasari, N. (2021). Studi
Kunjungan Kehamilan. Deskriptif Literasi Mahasiswa Terkait Covid-19.
Soedirman Journal of Nursing, 7(3), 3(2), 113-119.
148-157.
https://www.mendeley.com/catalogue/5f2 Mira Rizkia, M. (2020). Hubungan Pengetahuan
7eb69-e2a7-38a6-a6f1- dengan Perilaku Ibu Hamil dalam
a4c69dbdf571/?utm_source=desktop&ut Menjalani Kehamilan Selama
m_medium=1.19.4&utm_campaign=ope Masa Pandemi Covid-19. Jurnal
n_catalog&userDocumentId=%7B1ef621 Keperawatan Malang, 5(2), 80-86.
8f-6d1b-4782-a71d-acb1c0af9901%7D https://doi.org/10.36916/jkm.v5i2.110

Grecya ananda suprapto. (2019). hubungan Nurhana, S., Safitri, U. R., Setiawati, D.,
antara ngetahuan ibu hamil tentang tanda Ekonomi, F., Boyolali, U., Teknik, F., &
bahaya kehamilan dengan kepatuhan Universitas, I. (2021). Edukasi penerapan
kunjungan kehamilan. protokol kesehatan di tpa an- nur, dukuh
gading, ngargosari, ampel, boyolali. 2(09),
Hendrawan, Sanchaya, J., & Sirine, H. (2017). 81-85.
Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi,
Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Nurhayati, D. (2019). hubungan pengetahuan
Minat Berwirausaha (Studi Kasus pada tentang anemia dengan kepatuhan dalam
Mahasiswa FEB UKSW Konsentrasi mengkonsumsi tablet fe pada ibu hamil
Kewirausahaan). Asian Journal of trimester.
Innovation and Entrepreneurship,
02(03), 297. Nurmawati, & Indrawati, F. (2018). Cakupan
Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil. Sri Astuti dkk. (2017). Asuhan Ibu dalam masa
HIGEIA (Journal of Public Health kehamilan. Penerbit Erlangga.
Research and Development), 2(1), 113-
124. Tamaka, C., Madianung, A., & Sambeka, J.
https: //j ournal .unnes.ac.id/sj u/index.php/ (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
higeia/article/view/18317 Dengan Keteraturan Pemeriksaan
Antenatal Care Di Puskesmas Bahu
Putra, I. mirzaya. (2020). Judul: ANALISIS Kecamatan Malalayang Kota Manado.
DETERMINAN KEPATUHAN Jurnal Keperawatan UNSRAT, 1(1),
MASYARAKAT KECAMATAN PERCUT 113078.
SEI TUAN, KABUPATEN DELI: Ilham
Mirzaya Putra. 2019. Wagiyo. (2016). asuhan keperawatan
Antenatal,intranatal,dan bayi baru lahir
Qiang, Z., Wang, B., Garrett, B. C., Rainey, R. fisiologis dan patologis.
P., & Superko, H. R. (2021). Coronavirus
disease 2019. Current Opinion in WHO. (2021). Data Covid 19.
Cardiology, Publish Ah, 1-66. https://www.who.int/emergencies/disease
https://doi.org/10.1097/hco.00000000000 s/novel-coronavirus-
00851 2019?gclid=Cj0KCQiAv6yCBhCLARIs
ABqJTjYV9BnwQqe_9e_HTHexQ-
Qomar, U. L., Na’mah, L. U., & Yelvin, B. K. D. hOvkv3TElznUXLYQIAcnjo1LkeK6hW
V. W. (2021). Hubungan Paritas, Umur M_EaAqWZEALw_wcB
Dan Usia Kehamilan Dengan Jarak
Kunjungan Antenatal Care Trimester Iii Di Windiyati. (2021). Buku panduan penulis karya
Masa Pandemi Covid 19 Di Pmb Brida tulis ilmiah.
Kitty Dinarum Vwy. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 16(2), 133-136. Wiranti, Sriatmi, A., & Kusumastuti, W.
https://doi.org/10.26753/jikk.v16i2.512 (2020). Determinan kepatuhan
masyarakat Kota Depok terhadap
Sari, R. K. (2021). Identifikasi Penyebab kebijakan pembatasan sosial berskala besar
Ketidakpatuhan Warga Terhadap dalam pencegahan COVID-19.
Penerapan Protokol Kesehatan 3M Di

Masa Pandemi Covid-19. Jurnal AKRAB


JUARA, 6(1), 84-94.

Sari, R. P., & Utami, U. (2020). Hubungan


Kecemasan dan Kepatuhan dalam
Pelaksanaan Protokol Kesehatan di
Posyandu Malangjiwan Colomadu
Relationship of Anxiety to Compliance on
The Implementation of Health Protocols at
Posyandu Malangjiwan Colomadu.
Stethoscope, 1(2), 114-122.

Siagian, T. H. (2020). Corona Dengan Discourse


Network Analysis. Jurnal Kebijakan
Kesehatan Indonesia, 09(02), 98-106.
file:///C:/Users/WAYCOM/Downloads/5
5475-174277-1-PB.pdf

Setiawan, P. A. (2013). Analisis Faktor-Faktor


Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib
Pajak Badan Pada Perusahaan Perhotelan
Di Kota Surakarta.
Jurnal Riset Kebidanan Indonesia Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia, 09(03), 117-124.
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81 https: //j ournal .ugm.ac .id/j kki/article/view /58484

Yusuf. (2019). Hubungan Pengetahuan Ibu


Hamil Trimester III Dengan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care.
In Jurnal Ilmiah Bidan (Vol. 3, Issue 1).

Zukmadini, A. Y., Karyadi, B., & Kasrina. (2020). Edukasi Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat ( PHBS ) dalam. Jurnal Pengabdian Magister
Pendidikan IPA, 3(1).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i1.440
3. Jurnal analisis multivariat

ISSN 2615-
5621 74

Faktor ibu, pola asuh anak, dan MPASI terhadap kejadian


stunting di kabupaten Gorontalo
Siti Surya Indah Nurdin1*, Dwi Nur Octaviani Katili2, Zul Fikar Ahmad3
12
Program Studi Kebidanan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Gorontalo

3
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo

INFORMASI ARTIKEL: ABSTRAK


Riwayat Artikel: Latar belakang: Stunting merupakan retardasi pertumbuhan linier
kurang dari standar menurut usianya. Masalah stunting masih
merupakan salah satu masalah terbesar di Kabupaten Gorontalo.
Tanggal diterima: 1 Desember
Tujuan penelitian: Diketahuinya pengaruh faktor ibu, pola asuh, dan
2019
variasi MPASI terhadap kejadian stunting di Kabupaten Gorontalo.
Metode: Desain penelitian menggunakan Case Control Study.
Tanggal di revisi: 20 Desember Seluruh balita di Kabupaten Gorontalo menjadi Populasi studi.
2019 Sampel kasus merupakan balita yang menderita stunting, dan sampel
kontrol adalah balita normal. Jumlah sampel sebanyak 118 balita.
Tanggal di Publikasi: 30 Sampel kasus dipilih dengan menggunakan purposive sampling dan
Desember 2019 sampel kontrol dipilih menggunakan random sampling. Data
Kata10.32536/jrki.v3i2.57
kunci: dianalisis dengan menggunakan uji Chi Square dan Logistic
Regression. Hasil: pola asuh (OR = 3,901, 95% CI 1,692 - 8,994),
variasi MPASI (OR = 3,260, 95% CI 1,371 - 7,750), riwayat KEK (OR
Sangat Pendek
= 2,482, 95% CI 1,013 - 6,081) dan pendidikan ibu (OR = 2,345, 95%
CI 1,007 - 5,456). Umur ibu, pemberianASI Ekslusif, makanan
Pola Asuh pendamping ASI (MPASI), konsumsi snak hampir tiap hari, dan
konsumsi mie instan > 3 kali dalam seminggu bukan merupakan
MPASI faktor risiko kejadian stunting. Simpulan: Faktor ibu yaitu
pendidikan ibu, riwayat KEK, pola pemberian MPASI, dan pola asuh
KEK merupakan faktor risiko kejadian stunting.

Background: Stunting is a linear growth retardation that is less than


standard according to its age. Stunting Problem is still one of the
biggest problems in Gorontalo District Research Objectives: Knowing
Key word : the influence of maternal factors, parenting, complementary foods on
the incidence of stunting in Gorontalo District. Method: The study
design used a Case Control Study. All toddlers in Gorontalo District
Stunting
are the study population. Case samples are toddlers suffering from
stunting, and control samples are normal toddlers. The total sample
Parenting of 118 toddlers. Case samples were selected using purposive sampling
and case samples were selected using random sampling. Results:
Complementary parenting (OR = 3,901, 95% CI 1,692 - 8,994), complementary food
Foods variation (OR = 3,260, 95% CI 1,371 - 7,750), history of KEK (OR =
2,482, 95% CI 1,013 - 6,081) and maternal education (OR = OR 2,345,
CED 95% CI 1,007 - 5,456). Mother's age, exclusive breastfeeding,
complementary foods (MPASI), daily consumption of snacks, and
consumption of instant noodles> 3 times a week are not risk factors
for stunting. Conclusion: Mother factors, namely mother's education,
history of CED, complementary foods variation, and parenting are
risk factors for stunting.
Pendahuluan stunting ketika memasuki masa kanak-kanak
memiliki kemampuan kosakata dan penilaian
Sangat pendek atau stunting merupakan yang
kualitatif yang lebih rendah.
memiliki z-skor tinggi badan di bawah minus dua
Stunting juga dapat menyebabkan peningkatan
berdasarkan tinggi rata-rata anak menurut usia
morbiditas dan mortalitas yang berdampak pada
berdasarkan standar
penurunan kemampuan untuk produktif secara
ekonomi (Prendergast and Humphrey, 2014). Olofin

Korespondensi penulis. et al. (2013) menemukan bahwa keakitan dan


Alamat E-mail: suryaindahnurdin@umgo.ac.id kematian akibat penyakit infeksi lebih banyak terjadi
pertumbuhan anak Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO, 2006). Masa pertumbuhan anak adalah salah pada mereka yang mengalami stunting, khususnya,
satu hambatan paling penting bagi perkembangan khususnya
manusia, yang secara global mempengaruhi sekitar
162 juta anak-anak di bawah usia 5 tahun (WHO, pneumonia dan diare pada balita.
2009). Selain menyebabkan penurunan
Di Indonesia hasil Riskesdas menunjukkan
produktivitas secara ekonomi bagi individu, dampak
prevalensi balita stunting secara nasional tahun 2013
yang lebih luas akibat stunting dapat menyebabkan
sebesar 37,2% yang terdiri dari 18,0% sangat pendek
kerugian ekonomi bagi pemerintah daerah. Renyoet,
dan 19,2% pendek (Kemenkes, 2013).
Martianto, and Sukandar (2016) menemukan bahwa
Sementara tahun 2015, jumlah balita mengalami
rata-rata kerugian ekonomi di 32 provinsi yang ada
gangguan pertumbuhan sebanyak 10,1% sangat
di Indonesia berkisar Rp 96 miliar - Rp 430 miliar
pendek dan 18,9% pendek serta tahun 2016 jumlah
(0,15-0,67%) dari rata-rata PDRB provinsi-provinsi
balita sangat pendek sebanyak 8,6% sangat pendek
di Indonesia. Untuk provinsi gorontalo sendiri
dan 19% pendek.
kerugian ekonomi karena penurunan produktivitas
Data tahun 2016 menunjukkan bahwa
akibat kejadian stunting diperkirakan berkisar Rp. 22
prevalensi balita pendek di Provinsi Gorontalo
miliar - Rp. 98 miliar atau sekitar 0,18% - 0,83% dari
sebesar 8,8% balita sangat pendek dan balita pendek
rata-rata PDRB provinsi Gorontalo.
sebesar 15,8%. Berdasarkan data dinas kesehatan
Pengaruh faktor ibu, pola asuh, dan pemberian
kabupaten gorontalo, prevalensi stunting dari tahun
MPASI terhadap kejadian Stunting sampai saat ini
2015 sampai tahun 2017 mengalami penurun, yaitu
masih belum jelas. Menurut Makoka & Masibo
tahun 2015 sebesar 40,7 %, di tahun 2016 sebesar
(2015) pendidikan Ibu memiliki hubungan yang
32,3 %, dan di tahun 2017 sebesar 32,3 %.
signifikan dengan kejadian stunting. Namun nenurut
Meskipun prevalensi
Deshmukh, Sinha, and Dongre (2013) pendidikan ibu
mengalami penurunan dari tahun ke tahun, tetapi
bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting di
angka tersebut masih terbilang tinggi.
Wardha, India Tengah. Faktor ibu lain yang dikaitkan
Kejadian stunting pada anak umumnya dapat
dengan kejadian stunting yaitu riwayat KEK saat
dideteksi pada umur diatas 12 bulan (Beatty,
hamil di Gunung Kidul (Febrina, Santoso, &
Ingwersen, Leith, & Null, 2017). Stunting merupakan
Kurniati, 2017), namun di Boyolali tidak ditemukan
gangguan pertumbuhan linier yang dikaitkan dengan
hubungan riwayat KEK dengan status gizi bayi usia
gangguan pada kemampuan kognitif dan motorik
6-12 bulan berdasarkan Indeks panjang badan
(Sudfeld et al., 2015), Woldehanna, Behrman, and
menurut umur (Prabandari, dkk 2016).
Araya (2017) menemukan bahwa balita yang
Pola asuh yang buruk juga dikaitkan dengan stunting. Oleh karena itu diperlukan penelitian lebih
kejadian stunting (Aramico, Sudargo, & Susilo, lanjut untuk menilai pengaruh faktor ibu, pola asuh,
2016), termasuk diantaranya pola asuh pemberian dan pemberian MPASI terhadap kejadian stunting di
makanan pendamping ASI yang buruk berisiko Kabupaten Gorontalo.
membuat anak menjadi stunting (Rahmad & Miko,
Metode penelitian
2016), hasil berbeda diberikan (Masrul, 2019) yang
menemukan bahwa pola asuh makan dan intake zat Penelitian ini merupakan penelitian
gizi pada anak di Kabupaten Pasaman tidak obsevasional analitik yang menggunakan desain
berhubungan dengan kejadian stunting. Case Control Study yang menilai pengaruh
Ketidakjelasan pengaruh tersebut membuat berdasarkan kejadian stunting. Variabel
intervensi untuk pencegahan dan penanganan independen dalam penelitian ini adalah Faktor ibu
masalah stunting tidak sasaran sehingga tidak yang terdiri dari umur ibu, riwayat kekurangan energi
berdampak secara signifikan dalam menurunkan kronik (KEK) selama kehamilan, pendidikan
ibu, kebiasaan konsumsi snak, konsumsi mie instan besar risiko variabel independen terhadap kejadian
selama hamil dan menyusui, faktor pola asuh orang stunting, dan analisis multivariat untuk menilai
tua, serta faktor pemberian ASI ekslusif, MPASI, faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
variasi pemberian MPASI. kejadian stunting. Analisis dilakukan dengan bantuan
Populasi penelitian merupakan seluruh balita program komputer.
di Kabupaten Gorontalo. Sampel penelitian terdiri
Hasil dan Pembahasan
dari dua: 1) Sampel Kasus yaitu balita yang
menderita stunting, dan 2) Sampel kontrol yaitu Hasil
balita dengan tinggi badan normal. Besar sampel
untuk masing-masing kelompok diperoleh sebanyak Karakteristik responden yang meliputi jenis
kelamin, usia balita, usia ibu dan status gizi balita
59 orang. Pada penelitian ini digunakan disajikan pada Tabel 1.
perbandingan sampel kasus dengan sampel kontrol
Tabel 1. Karakteristik Umum Responden
1:1. Sampel kasus dipilih dengan menggunakan Karakteristik Frekuensi
n %
tehnik Purposive Sampling dan sampel kontrol
Status Gizi
dipilih dengan menggunakan tehnik Simple Random Stunting 59 50
Normal 59 50
Sampling. Jenis Kelamin Balita
Laki-laki 60 50,8
Data dikumpulkan dengan menggunakan Perempuan 58 49,2
kuesioner. Data tinggi badan/panjang badan diukur Usia Balita
24-41 Bulan 54 45,8
menggunakan Mikrotois dan berat badan diukur 42-59 Bulan 64 54,2
Usia Ibu
menggunakan Timbangan anak, data konsumsi ibu < 35 Tahun 81 68,6
> 35 Tahun 37 31,4
dikumpulkan dengan menggunakan Food Recall.
Riwayat kekurangan energi kronik diperoleh dari
catatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Karakteristik Umum Responden

Data dianalisis dengan analisis univariat untuk Balita yang mengalami stunting sebanyak

menggambarkan karakteristik responden dan 50%. Responden balita laki-laki (50,8%) sedikit

variabel penelitian, analisis bivariat untuk menilai lebih tinggi dibandingkan dengan balita perempuan
78 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81
(49,2%). Balita dengan rentang usia 42-29 bulan
(54,2%) lebih tinggi dibandingkan dengan balita usia
24-41 bulan (54,2%). Selengkapnya disajikan dalam
Tabel 1.

Analisa Univariat Variabel Penelitian


Hasil analisis univariat variabel penelitian
disajikan dalam tabel 2. Faktor Ibu berdasarkan
pendidikan ibu, stunting lebih banyak ditemukan
pada ibu yang berpendidikan rendah (28%) bila
dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan tinggi
(22%) dan balita yang tidak stunting lebih banyak
ditemukan pada ibu yang berpendidikan tinggi yaitu
sebanyak 29,2%.
Faktor ibu berdasarkan umur ibu, stunting
lebih banyak ditemukan pada ibu yang berumur < 35
tahun (37,3%) dibandingkan dengan ibu yang
berumur > 35 tahun yang hanya sebsesar 12,7%.
Faktor ibu berdasarkan riwayat kekurangan energi
kronik selama kehamilan, balita stunting lebih
banyak ditemukan pada ibu yang tidak memiliki
riwayat KEK selama kehamilan, yaitu sebesar 28%
dibandingkan dengan ibu yang memiliki riwayat
KEK selama kehamilan.
Balita stunting lebih banyak ditemukan pada
pola asuh anak yang buruk (34,7%) bila
dibandingkan dengan pola asuh anak yang baik
(15,3%). Balita stunting lebih banyak ditemukan
pada balita yang mendapatkan ASI Ekslusif (33,9%),
namun secara umum pemberian ASI
79 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81

ekslusif lebih banyak pada kedua kelompok balita. Analisis Bivariat


Stunting lebih banyak ditemukan pada ibu yang Jarang 17 13,6 23 19,5
Konsumsi Mie
memberikan MPASI yang monoton dan tidak variatif Instan
> 3 kali/minggu 41 34,7 35 29,7
(37,3%) bila dibandingkan dengan ibu yang < 3 kali/minggu 18 15,3 24 20,3
memberikan MPASI yang variatif (12,7%), dan Analisis bivariat dilakukan untuk menilai besar
secara umum balita yang mendapatkan MPASI lebih risiko masing-masing variabel terhadap kejdian
banyak daripada yang tidak diberikan MPASI. stunting. Hasil analisis ditunjukkan dalam tabel 3.
Stunting lebih banyak ditemukan pada balita Berdasarkan hasil analisis, pemberianASI Ekslusif,
yang sering mengkonsumsi snak hampir setiap hari makanan pendamping ASI (MPASI), konsumsi snak
(36,4%) bila dibandingkan dengan balita yang jarang hampir tiap hari, dan konsumsi mie instan > 3 kali
mengkonsumsi snak, dan secara umum balita yang dalam seminggu bukan merupakan faktor risiko
mengkonsumsi snak hampir setiap hari lebih banyak kejadian stunting.
ditemukan pada kedua kelompok. Balita stunting Pendidikan terakhir ibu yang rendah 1,9 kali
lebih banyak ditemukan pada balita yang lebih berisiko mengalami kejadian stunting bila
mengkonsumsi mie instan > 3 kali dalam seminggu dibandingkan dengan balita yang memiliki ibu yang
(34,7%) bila dibandingkan dengan balita yang pendidikan terakhirnya tergolong tinggi (OR = 1,983,
mengkonsumsi mie instan < 3 kali/minggu, dan secara 95% CI 0,953 - 4,126). Namun, risiko
umum balita yang mengkonsumsi > 3 kali dalam tersebut tidak signifikan secara secara statistik karena
seminggu lebih banyak pada kedua kelompok balita. nilai p = 0,066 > a = 0,05. Balita yang mempunyai ibu
yang berumur < 35 tahun 1,7 kali lebih berisiko
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian mengalami stunting dibandingkan dengan Ibu yang
Stunting Ya Tidak berumur > 35 tahun (OR = 1,744, 95% CI 0,793 -
Variabel
n % n %
3,838). Risiko umur ibu terhadap kejadian stunting
Faktor Ibu
Pendidikan Ibu tidak signifikan secara statistik.
Rendah 34 28,8 24 20,3
Tinggi 25 21,2 35 29,7
Ibu yang memiliki riwayat kekurangan energi
Umur Ibu kronik (KEK) selama kehamilan, anaknya 2,5 kali
< 35 Tahun 44 37,3 37 68,6
> 35 Tahun 15 12,7 22 31,4 lebih berisiko mengalami stunting bila dibandingkan
Riwayat KEK
KEK Kehamilan 26 22,0 12 10,2 dengan ibu yang tidak memiliki riwayat KEK (OR =
Tidak KEK 33 28,0 47 39,8
2,532, 95% CI 1,149 - 5,579). Risiko riwayat KEK
Pola Asuh
Buruk 41 34,7 22 18,6 terhadap kejadian stunting signifikan secara statistik
Baik 18 15,3 37 31,4
ASI Ekslusif dengan nilai p = 0,030 < a = 0,05.
Ya 40 33,9 42 35,6
Tidak 19 16,1 17 14,4 Tabel 3. Hasil Analisis Bivariat
MPASI OR (95% LL - UL p - Value
V ariabel
Ya 53 44,9 55 45,8 CI)
Tidak 5 5,1 4 4,2 Pendidikan Ibu
Variasi MPASI Rendah 1,983 0,953 - 4,126 0,066*
Monoton 44 37,3 29 24,6 Tinggi
Variatif 15 12,7 30 25,4 Umur Ibu
Konsumsi Snak < 35 Tahun 1,744 0,793 - 3,838 0,234*
Hampir Tiap 42 36,4 36 30,5
Hari
80 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81

> 35 Tahun turut adalah pola asuh (OR = 3,901, 95% CI 1,692 -
Riwayat KEK
KEK Kehamilan 2,532 1,149 - 5,579 0,030* 8,994), variasi MPASI (OR = 3,260, 95% CI 1,371 -
Tidak KEK Pola
Asuh
7,750), riwayat KEK (OR = 2,482, 95% CI 1,013 -
Buruk 3,831 1,782 - 8,234 0,001* 6,081) dan pendidikan ibu (OR = 2,345, 95% CI
Baik
ASI Ekslusif 1,007 - 5,456). Umur ibu bukan merupakan faktor
Ya 0,852 0,389-1,969 0,842
Tidak risiko kejadian stunting (OR = 1,693, 95% CI 0,704
MPASI - 4,071), dengan nilai p = 0,240.
Ya 0,642 0,172 - 2,405 0,741
Tidak
Variasi MPASI
Monoton 3,034 1,395 - 6,601 0,008*
Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat
Variabel B OR LL-UL
Variatif P- Value
Konsumsi Snak
Hampir Tiap 1,578 0,732 - 3,405 0,331 Pendidikan Ibu 0,852 2,345 1,007 - 5,456 0,048
Umur Ibu 0,526 1,693 0,704 - 4,071 0,240
Hari
Pola Asuh 1,361 3,901 1,692 - 8,994 0,001
Jarang
Konsumsi Mie Riwayat KEK 0,909 2,482 1,013 - 6,081 0,047
Instan 1,562 0,731 - 3,338 0,336 Variasi MPASI 1,182 3,260 1,371 - 7,750 0,007
Constant -7,213 0,001 - 0,000
> 3 kali/minggu
< 3 kali/minggu Persamaan logistik yang diperoleh adalah -
7,213 + 1,361 (pola asuh) + 1,182 (variasi MPASI)
Balita yang diasuh oleh ibu yang memiliki
+ 0,909 (riwayat KEK) + 0,852 (pendidikan ibu) = -
pola asuh yang buruk 3,8 kali lebih berisiko
mengalami kejadian stunting bila dibandingkan 2,909. Nilai dari persamaan yang diperoleh
dengan balita yang mendapatkan pola asuh yang baik menunjukkan bahwa dengan memperhatikan nilai
dari orang tuanya (OR = 3,831, 95% CI 1,782 - 8,234).
konstanta yang negatif menunjukkan pada suatu
Risiko pola asuh terhadap kejadian stunting signifikan
secara statistik dengan nilai p = 0,001 < a = kondisi dimana tidak ada pengaruh pola asuh, variasi
0,05. Balita yang mengkonsumsi makanan MPASI, riwayat KEK, dan pendidikan ibu, maka
pendamping ASI yang monoton 3 kali lebih berisiko risiko kejadian stunting dapat menurun sebesar 7,2
mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan
balita yang mengkonsumsi makanan pendamping ASI kali.
yang variatif (OR = 3,034, 95% CI 1,395 - 6,601).
Risiko MPASI yang monoton terhadap kejadian Pembahasan
stunting signifikan secara statistik.
Hasil analisis multivariat menunjukkan
Analisa multivariat bahwa pola asuh, variasi MPASI, riwayat KEK dan
Analisa multivariat dilakukan untuk menilai pendidikan ibu. Pola asuh merupakan faktor risiko
yang paling berpengaruh, dimana pola asuh ibu yang
faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
buruk 3,9 kali lebih berisiko anaknya mengalami
kejadian stunting di Kabupaten Gorontalo. Variabel kejadian stunting bila dibandingkan dengan ibu yang
yang memiliki p-Value < 0,25 memenuhi syarat untuk memiliki pola asuh anak yang baik.
Salah satu kebutuhan terpenting bagi anak
disertakan dalam analisi multivariat. Variabel yang
adalah kebutuhan fisik biomedis (pola asuh). Pola
memiliki p-Value < 0,25 adalah pendidikan ibu, umur asuh yang diberikan dapat berupa kecukupan pangan
ibu, riwayat KEK, pola asuh, dan variasi MPASI. makanan dan gizi dan perawatan kesehatan dasar
yang diberikan kepada balita bagi
Hasil analisis multivariat selengkapnya disajikan
dalam tabel 4.
Variabel yang menjadi faktor risiko setelah
dilakukan analisis multivariat (95% CI) berturut-
81 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81

balita yang terpenting bagi anak di antaranya: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak dan
pengobatan jika sakit, papan/pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan yang baik,
sandang dan kesegaran jasmani (Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Pola asuh orang tua yang berhubungan
dengan kejadian stunting berupa pola asuh makan (p=0.009), pola asuh kebersihan (p=0.034), pola asuh
kesehatan (p=0.017), dan pola asuh stimulasi psikososial (0.000) (Noftalina, Mayetti, & Afriwardi, 2019).
Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan Aramico, Sudargo, dan Susilo (2016) yang
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kejadian stunting
di Aceh Tengah. Pola asuh orang tua yang kurang baik, anaknya 8 kali lebih berisiko mengalami kejadian
stunting dibandingan dengan anak yang mendapatkan pola asuh orang tua yang baik. Penelitian lain tekait
pola asuh melalui pemberian makan oleh orang tua kepada balita yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi
subyek dapat menyebabkan stunting, termasuk dalam pemberian ASI yang tidak ekslusif, pemberian MP -
ASI yang terlalu dini pada subyek sebelum 6 bulan (Loya & Nuryanto, 2017).
Balita yang mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) yang monoton 3,2 kali lebih
berisiko mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan MPASI yang variatif.
Variasi makanan yang dimaksud adalah ragam bahan makanan yang diberikan kepada balita. Keragaman
makanan merupakan salah satu prinsip gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi balita yang nantinya
dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan balita. Variasi jenis makanan yang
diberikan juga dapat membantu meningkatkan nafsu makan. Variasi jenis yang dimaksudkan dapat berupa
nasi, lauk pauk, sayur, buah dan susu yang diberikan kepada balita. Jenis makanan tersebut kaya akan zat
gizi yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan (DEPKES, 2011).
Akibat dari pemberian MPASI yang monoton akan membuat kebutuhan gizi balita tidak terpebuhi.
Akibat kekurangan asupan energi akan membuat tubuh menghemat energi sehingga berdampak pada
hambatan kenaikan berat badan dan pertumbuhan linier. Kekurangan asupan energi pada usia 1-3 tahun 2,5
kali lebih berisiko mengalami stunting (p = 0,035). Kekurangan zat gizi lainnya seperti vitamin B2, vitamin
B6, Fe, dan Zn dapat meningkatkan risiko kejadian stunting (Hidayati & Kumara, 2010).
Jenis asupan makanan yang umumnya diberikan oleh para orang tua di kabupaten gorontalo adalah
pemberian bubur sereal dalam kemasan yang banyak dijual. Makan tersebut dipilih karena sedikit praktis,
akan tetapi pemberian MPASI tersebut dilakukan secara monoton sejak umum 6 bulan sampai 2 tahun tanpa
mempertimbangkan makanan pendamping ASI. Akibatnya adalah penurunan kualitas pemenuhan zat gizi
balita yang secara tidak lansung menyebabkan kejadian stunting.
Loya & Nuryanto (2017) menemukan bahwa MPASI yang tidak variatif dan frekuensi pemberian
makan yang tidak sesuai dengan anjuran dapat menyebabkan kejadian stunting. Penelitian lain
menunjukkan bahwa kurang beragamnya makanan pada balita, 7 kali lebih berisiko mengalami
kejadian stunting
dibandingkan dengan balita yang makanannya beragam di Bengkalis (OR = 7,031, 95% CI 2,068 - 23,910)
82 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81

(Mitra & Destriyani, 2014). Sejalan dengan penelitian Rahmad & Miko (2016) yang menemukan bahwa
pemberian makanan pendamping ASI yang buruk, membuat balita 3,4 kali lebih berisiko mengalami
stunting dibandinkan dengan balita yang mendapatkan MPASI yang baik di kota Banda Aceh (p = 0,007;
OR = 3,4).
Riwayat ibu kekurangan energi kronik selama kehamilan anaknya 2,4 kali lebih berisiko mengalami
kejadian stunting. Kekurangan energi secara kronis dapat membuat ibu hamil tidak memiliki cadangan zat
gizi yang adekuat sesuai kebutuhan fisiologis selama kehamilan. Ibu yang mengalami gangguan nutrisi
selama kehamilan akan membuat volume darah menurun dan menyebabkan cardiac output tidak adekuat.
Sehingga aliran darah ke plasenta menurun dan membuat ukuran plasenta menjadi kecil dari biasanya.
Plasenta yang lebih kecil akan membuat suplay zat-zat gizi dari ibu ke janin menjadi berkurang yang pada
akhirnya mengakibatkan pertumbuhan janin menjadi terhambat (Soetjiningsih & Ranuh, 2013) meskipun
pada dasarnya gen dalam sel janin memiliki potensi untuk tumbuh secara normal (Barker, 2007).
Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian Ningrum (2017) yang menemukan bahwa
status ibu hamil yang mengalami KEK 6,2 kali lebih berisiko mempunyai anak yang pendek bila
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami KEK (CI95% 1,529 - 31,377). Penelitian lain di
Gunung Kidul menemukan bahwa KEK selama kehamilan 2,7 kali lebih berisiko mengalami kejadian
stunting (OR 2,789, CI 95% 1,143 - 6,792) dengan nilai p = 0,024 (Febrina et al., 2017).
Pendidikan Ibu yang rendah, anaknya 2,3 kali lebih berisiko mengalami kejadian stunting bila
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi. Pendidikan ibu memiliki hubungan yang erat
dengan kejadian stunting. Seorang anak dari ibu dengan pendidikan tersier memiliki z skor hampir 0,5 dari
standar deviasi lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berasal dari seorang ibu tanpa pendidikan
(Alderman & Headey, 2017). Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Makoka & Masibo (2015) di tiga negara, yaitu Malawi, Tanzania, Zimbabwe yang menemukan bahwa
tingkat pendidikan ibu yang lebih rendah secara signifikan (nilai p <0,0001) dikaitkan dengan kejadian
stunting di ketiga negara. Tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi mengurangi kemungkinan kejadian
stunting pada anak.

Simpulan

Faktor ibu (pendidikan ibu, riwayat KEK ibu) Pola Asuh, dan variasi pemberian MPASI merupakan
faktor risiko kejadian stunting di Kabupaten Gorontalo. Umur ibu, pemberianASI Ekslusif, makanan
pendamping ASI (MPASI), konsumsi snak hampir tiap hari, dan konsumsi mie instan > 3 kali dalam
seminggu bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting.
83 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81

Ucapan terima kasih

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo yang telah
memberikan data sehingga memudahkan jalannya penelitian. Secara khusus penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, yang telah
memberikan bantuan dana hibah penelitian dasar pemula tahun anggaran 2019 sehingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik.

Daftar Pustaka

Alderman, H., & Headey, D. D. (2017). How important is parental education for child nutrition? World
Development, 94, 448-464.
Aramico, B., Sudargo, T., & Susilo, J. (2016).
Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan stunting pada siswa sekolah dasar di
Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian
Journal of Nutrition and Dietetics), 1(3), 121-130.
Barker, D. J. P. (2007). Introduction: The Window of Opportunity. The Journal of Nutrition, 137(4), 1058-
1059.
Beatty, A., Ingwersen, N., Leith, W., & Null, C. (2017). Stunting Prevalence and Correlates Among
Children in Indonesia. Mathematica Policy Research.
DEPKES. (2011). Panduan Penyelenggaraan PMT pada balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Ditjen
Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Deshmukh, P. R., Sinha, N., & Dongre, A. R. (2013). Social determinants of stunting in rural area of
Wardha, Central India. Medical Journal Armed Forces India, 69(3), 213-217.
Febrina, Y., Santoso, S., & Kurniati, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Bayi Baru Lahirdi
RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Hidayati, L., Hadi, H., & Kumara, A. (2010).
Kekurangan energi dan zat gizi merupakan faktor risiko kejadian stunted pada anak usia 1-3 tahun
yang tinggal di wilayah kumuh perkotaan Surakarta.
Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar: Pokok- pokok Hasil Riskesdan Provinsi Gorontalo Tahun 2012.
Jakarta.
Loya, R. R. P., & Nuryanto, N. (2017). Pola asuh pemberian makan pada bayi stunting usia 612 bulan di
Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Journal of Nutrition College, 6(1), 84-95.
Makoka, D., & Masibo, P. K. (2015). Is there a threshold level of maternal education sufficient to reduce
child undernutrition? Evidence from Malawi, Tanzania and Zimbabwe. BMC Pediatrics, 15(1), 96.
Masrul, M. (2019). Gambaran Pola Asuh Psikososial Anak Stunting dan Anak Normal di Wilayah Lokus
Stunting Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1),
112-116.
Mitra, N., & Destriyani, R. (2014). Jenis Dan
Keberagaman Makanan Pendamping Air Susu Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24
Bulan. Prosiding, 111.
Ningrum, E. W. (2017). Studi Korelasi Kurang Energi Kronik (Kek) Dengan Berat Badan Dan Panjang
Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Bhamada, 8(2), 10.
Noftalina, E., Mayetti, M., & Afriwardi, A. (2019). Hubungan Kadar Zinc dan Pola Asuh Ibu dengan
Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-5 Tahun di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Jurnal Ilmiah
84 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81

Universitas
Batanghari Jambi, 19(3), 565-569.
Olofin, I., McDonald, C. M., Ezzati, M., Flaxman, S., Black, R. E., Fawzi, W. W., ... Penny, M. E. (2013).
Associations of Suboptimal Growth with All-Cause and Cause-Specific Mortality in Children under
Five Years: A Pooled Analysis of Ten Prospective Studies. PLoS ONE.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.006463 6
Prabandari, Y., Hanim, D., AR, R. C., & Indarto, D. (2016). Hubungan Kurang Energi Kronik dan Anemia
pada Ibu Hamil dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan di Kabupaten Boyolali (Correlation Chronic
Energy Deficiency And Anemia During Pregnancy With Nutritional Status Of Infant 6-12 Months In
Boyolali Regency). Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research),
39(1), 1-8.
Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics
and International Child Health. https://doi.org/10.1179/2046905514Y.00000 00158
Rahmad, A. H. A. L., & Miko, A. (2016). Kajian Stunting pada Anak Balita berdasarkan Pola Asuh dan
Pendapatan Keluarga Di Kota Banda Aceh. Kesmas Indonesia, 8(02), 63-79.
Renyoet, B. S., Martianto, D., & Sukandar, D. (2016). Potensi Kerugian Ekonomi Karena Stunting Pada
Balita Di Indonesia Tahun 2013. Jurnal Gizi Dan Pangan, 11(3).
Soetjiningsih, & Ranuh, I. G. (2013). Tumbuh Kembang Anak (2nd ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sudfeld, C. R., McCoy, D. C., Danaei, G., Fink, G., Ezzati, M., Andrews, K. G., & Fawzi, W. W. (2015).
Linear growth and child development in low-and middle-income countries: a meta- analysis.
Pediatrics, 135(5), e1266-e1275.
WHO. (2006). WHO child growth standards: length/height-for-age, weight-for-age,
weight-for-length, weight-for-height and body mass index-for-age: methods and development.
WHO. (2009). Child Growth Standards and the Identifcation of Severe Acute Malnutrition in Infants and
Children. Geneva: World Health Organization.
Woldehanna, T., Behrman, J. R., & Araya, M. W. (2017). The effect of early childhood stunting on
children's cognitive achievements: Evidence from young lives Ethiopia. Ethiopian Journal of Health
Development, 31(2), 75-84.

Anda mungkin juga menyukai