NPM : 6221543
Tugas : MK biostatistika
ABSTRAK
Salah satu metode dan alat kontrasepsi di Indonesia adalah metode kontrasepsi suntik. Metode
kontrasepsi suntik ini telah menjadi bagian gerakan keluarga berencana nasional serta peminatnya
makin bertambah. Tingginya minat pemakai kontrasepsi suntik ini karena kepraktisan dan
kepercayaan tentang ampuhnya suntikan. Keuntungan pemakaian kontrasepsi dengan metode suntik
diantaranya sangat efektif untuk mencegah kehamilan bila digunakan setiap 1 bulan atau 3 bulan
(sesuai dengan jenis suntik KB). Kerugian dari pemakaian kontrasepsi suntik adalah terjadinya
perubahan penambahan berat badan. Tujuan penelitian untuk mengetahui adanya perbedaan kenaikan
berat badan akseptor KB suntik di BPM Tutik Nur Hidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono
Kabupaten Sragen. Metode penelitian analitik komparatif dengan desain cohort. Alat digunakan
dalam pengumpulan data adalah kuesioner dan studi dokumentasi berupa Buku Register Akseptor KB
untuk mengetahui jenis kontrasepsi suntik yang dipakai dan berat badan sebelum dan sesudah menjadi
akseptor KB di BPM Tutik Nur Hidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono dengan jumlah
populasi 302 dengan sampel sebanyak 60 responden. Teknik sampling quota sampling. Uji statistik
yang digunakan adalah Mann-Whitney. Hasil penelitian analisa secara keseluruhan didapatkan
kenaikan berat badan akseptor suntik DMPA (4,70 kilogram), kenaikan berat badan akseptor suntik
kombinasi (1,03 kilogram) dan terdapat perbedaan sangat signifikan kenaikan berat badan antara
akseptor KB suntik DMPA dengan KB suntik kombinasi (U = 123.000, p = 0,000). Kesimpulan ada
perbedaan sangat signifikan kenaikan berat badan antara akseptor KB suntik DMPA dengan KB
suntik kombinasi di BPM Tutik Nur Hidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono Kabupaten
Sragen.
Kata Kunci : Kenaikan Berat Badan. Akseptor KB Suntik.
ABSTRACT
One of the intrauterine device and method in Indonesia is contraception method inject. Contraception
method inject this have come to part of family movement of berencana national and also its enthusiast
more and more to increase. Enthusiasm height of contraception inject this because practical and trust
about its injection. Advantage of usage of contraception with method inject among others very
effective to prevent pregnancy when used each every 1 months or 3 months (as according to type
inject KB). Loss of usage of contraception inject is the happening of change of heavy addition of body.
Target of study to know the existence of difference of weight increase of acceptor KB inject in BPM
Tutik Nur Hidayati Countryside of Majenang District Of Sukodono Sub-Province of Sragen. Method
study analytic of comparability with cohort desain. Appliance used in data collecting is
documentation study and kuesioner in the form of Book of Register Acceptor of KB to know
contraception type inject weared and body weight before and after becoming acceptor of KB in BPM
Tutik Nur Hidayati Countryside of Majenang District of Sukodono with amount of population 302
with sample used 60 responder. Sampling technique of quota sampling. Statistical test the used is
Mann-Whitney. Result of study analysis is as a whole got weight increase of acceptor inject KB DMPA
(4,70 kilogram), weight increase acceptor of inject KB combination (1,03 kilogram) and there are
difference very signifikan weight increase acceptor of KB inject DMPA with KB inject combination
(U = 123.000, p = 0,000). Conclusion there is difference very signifikan weight increase acceptor of
KB inject DMPA with KB inject combination in BPM Tutik Nur Hidayati Countryside of Majenang
District Of Sukodono Sub- Province of Sragen.
Keyword: Weight Increase. Acceptor Of KB Inject.
PENDAHULUAN dipakai sekarang ini terdapat 2 jenis. Obat
Tujuan Program Keluarga hormonal suntikan yang dipergunakan
Berencana (KB) adalah mengatur untuk kontrasepsi antara lain yaitu suntik 3
kehamilan dengan menggunakan alat atau bulan yang mengandung
cara kontrasepsi. Pemakaian alat medroxyprogestin acetate 150 mg dan
kontrasepsi yang benar dan tepat oleh suntik 1 bulan yang mengandung
pasangan usia subur dijadikan upaya untuk medroxyprogesteron acetat (Hartanto,
menunda kehamilan, 2006).
menjarangkan kehamilan dan mengakhiri Menurut Hartanto (2006), terdapat
kehamilan. Perkembangan program berbagai keuntungan pemakaian
Keluarga Berencana (KB) terlihat dari kontrasepsi dengan metode suntik
banyaknya pilihan metode dan alat diantaranya sangat efektif untuk
kontrasepsi yang tersedia, itulah sebabnya mencegah kehamilan bila digunakan setiap
program pemakaian alat kontrasepsi 1 bulan atau 3 bulan (sesuai
menjadi tumpuan harapan untuk dengan jenis suntik KB). Kerugian dari
merealisasikan kebijakan pemakaiankontrasepsi suntik adalah
kependudukan dalam hal pengendalian terjadinya perubahan penambahan berat
jumlah penduduk. (BKKBN, 2009). badan (Saifudin dkk, 2014).
Salah satu metode dan alat Puskesmas Sukodono adalah pusat
kontrasepsi di Indonesia adalah metode pelayanan kesehatan dasar di wilayah kerja
kontrasepsi suntik. Metode kontrasepsi Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen.
suntik ini telah menjadi bagian gerakan Pada tahun 2018 jumlah keseluruhan
keluarga berencana nasional serta akseptor KB aktif di Puskesmas Sukodono
peminatnya makin bertambah. Tingginya Kabupaten Sragen sebanyak 3703 orang.
minat pemakai kontrasepsi suntik ini Distribusi akseptor KB berdasarkan
karena kepraktisan dan kepercayaan metode kontrasepsi yang digunakan adalah
tentang ampuhnya suntikan. Cara ini diakui yaitu akseptor KB yang menggunakan
sebagai cara aman dan sederhana metode kontrasepsi suntik sebanyak 3054
(Prawirohardjo, 2011). orang (82,47%), akseptor KB yang
Data Profile Kesehatan Indonesia menggunakan metode pil sebanyak 587
tahun 2017 diperoleh cakupan KB aktif di orang (15,85%), akseptor KB yang
Jawa Tengah 65,6%. Sebanyak 62,77% menggunakan metode kondom sebanyak
akseptor KB menggunakan kontrasepsi 57 orang (1,53%) dan yang menggunakan
suntik. (Kemenkes,2018) metode AKBK sebanyak 5 orang (0,13%).
Kontrasepsi suntik yang sering Survey pendahuluan yang telah
dilakukan di BPM Tutik Nur Hidayati Desa akseptor KB suntik di BPM Tutik Nur
Majenang Kecamatan Sukodono Hidayati Desa Majenang Kecamatan
Kabupaten Sragen kepada 8 orang akseptor Sukodono Kabupaten Sragen.
KB suntik diantaranya 4 akseptor suntik
DMPA dan 4 akseptor suntik kombinasi. METODE
Dari 4 orang akseptor suntik DMPA, 3 Sesuai tujuan penelitian untuk
orang mengalami kenaikan berat badan dan mengetahui perbedaan kenaikan berat
1 orang tidak mengalami kenaikan berat badan akseptor KB suntik maka jenis
badan, sedangkan 4 orang akseptor suntik penelitian ini adalah penelitian analitik
kombinasi, 2 orang mengalami kenaikan komparatif. Desain penelitian yang
berat badan dan 2 orang tidak mengalami digunakan adalah desain cohort yaitu
kenaikan berat badan. desain penelitian dengan mengukur
Berdasarkan data diatas penulis pengaruh determinan dalam rentang waktu
tertarik untuk mengadakan penelitian tertentu secara prospektif.
mengenai perbedaan kenaikan berat badan
Variabel independen adalah akseptor suntik DMPA dan kombinasi. Variabel terikat
adalah kenaikan berat badan.
Variabel Definisi Alat Ukur Kategori Skala
Akseptor Suntik Wanita yang menjadi peserta RM Akseptor Suntik Nominal
KB menggunakan alat DMPA
kontrasepsi suntik Akseptor Suntik
Kombinasi
Perubahan Selisih berat badan sesudah RM Selisih Berat Badan Interval
Berat Badan dibandingkan sebelum dalam Kilogram
menggunakan alat
kontrasepsi suntik KB.
1 DMPA 30 50
2 Kombinasi 30 50
Jumlah 60 100
Sumber : data primer yang diolah
Analisis Bivariat
Perbedaan Perubahan Berat Badan antara Akseptor KB Suntik DMPA dengan KB Suntik
Kombinasi
Tabel 6. Perubahan Berat Badan menurut Jenis Akseptor KB Suntik di BPM Tutik
Nurhidayati Desa Majenang Kecamatan Sukodono Kabupaten Sragen
Abstrak
Indonesia masih berjuang melawan virus Corona hingga saat ini, sama dengan negara lain di dunia. tanggal
12 Maret 2021 di dapatkan negara dan wilayah yang terjangkit COVID-19 ada 223 wilayah dengan kasus
terkonfirmasi virus COVID-19 ada 118.268.575 kasus, dan penelitian lain juga menegaskan bahwa kelompok ibu
hamil juga termasuk ke resiko tinggi terpapar virus COVID-19. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara pengetahuan tentang kunjungan ulang anc dengan kepatuhan penerapan 5 M di PMB HJ.Nuripah S.ST tahun
2021. Jenis penelitian ini kuantitatif dengan jenis analisis korelasi. Penelitian ini dilakukan dengan cara cross
sectional. Populasi 135, sampel 101 responden yang di uji Chi Square. Sebagian kecil dari responden yaitu 40
responden (39,6%) berpengetahuan kurang dan sebagian kecil dari responden yaitu 25 responden (24,8%)
berpengetahuan baik dan hampir seluruh responden yaitu 87 responden (86,1%) tidak patuh dan sangat sedikit dari
responden yaitu 14 responden (13,9%) patuh. Didapatkan hasil penelitian terhadap 101 responden adalah sebagai
berikut responden yang berpengetahuan baik dengan patuh menerapan 5M yaitu 8 responden (32,0%) dan tidak
patuh menerapkan 5M yaitu 17 responden (68,0), responden yang berpengetahuan cukup dengan patuh menerapkan
5 M yaitu 3 responden (8,3%), dan tidak patuh yaitu 33 responden (91,7%), responden yang berpengetahuan kurang
dengan patuh menerapkan 5M yaitu 3 responden (7,5%) dan tidak patuh menerapkan 5M yaitu 37 responden
(92,5%). Berdasarkan analisis Chi Square X2=0,010<0,05 maka Sehingga ha di terima yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan tentang kunjungan ulang ANC dengan kepatuhan penerapan 5M. Kesimpulan ada
hubungan antara pengetahuan tentang kunjungan ulang ANC dengan kepatuhan penerapan 5M di PMB HJ.Nuripah
S.ST tahun 2021. Saran diharapkan kepada petugas kesehatan atau bidan agar dapat memberikan informasi yang
lebih mengarah mengenai pengetahuan tentang ANC dan lebih menekan kan ibu hamil untuk patuh akan protokol
kesehatan.
Abstract
Indonesia is still battling the Corona virus to this day, just like other countries in the world. On March 12,
2021, it was found that countries and regions infected with COVID-19 had 223 regions with confirmed cases of the
COVID-19 virus, there were 118,268,575 cases, and other studies also confirmed that the group of pregnant women
is also at high risk of being exposed to the COVID-19. The purpose of this study was to determine the relationship
between knowledge about anc return visits and adherence to the implementation of 5 M at PMB HJ.Nuripah S.ST
in 2021. This type of research is quantitative with the type of correlation analysis. This research was conducted in
a cross sectional way. Population 135, sample of 101 respondents in the Chi Square test. A small part of the
respondents, namely 40 respondents (39.6%) had less knowledge and a small part of the respondents, namely 25
respondents (24.8%) had good knowledge and almost all respondents, namely 87 respondents (86.1%) were not
obedient and very few of them respondents, namely 14 respondents (13.9%) obeyed. The results of the research on
101 respondents are as follows: respondents who have good knowledge and obediently apply 5M, namely 8
respondents (32.0%) and do not comply with 5M, namely 17 respondents (68.0), respondents who are
knowledgeable enough to obediently apply 5M, namely 3 respondents (8.3%), and 33 respondents (91.7%), who did
not comply with the knowledge of obeying 5M were 3 respondents (7.5%) and 37 respondents did not comply with
5M (92, 5%). Based on the analysis of Chi Square X2 = 0.010 <0.05, so that ha is accepted which states that there
is a relationship between knowledge about ANC repeat visits and compliance with 5M implementation. The
conclusion is that there is a relationship between knowledge about ANC return visits and compliance with
5Mimplementation at PMB HJ.Nuripah S.ST in 2021. Suggestions are expected for health workers or midwives to
be able to provide more directed information about knowledge about ANC andput more emphasis on pregnant
1
Dosen Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak
2
Dosen Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak
3
Mahasiswi Akademi Kebidanan Panca Bhakti Pontianak
women to comply with health protocols.
No Kepatuhan Jumlah
N %
1 Tidak patuh 87 86,1
2 Patuh 14 13,9
Total 101 100,0
Tabel 3 Hubungan pengetahuan tentang ANC sesuai standar dengan kepatuhan penerapan 5M
Grecya ananda suprapto. (2019). hubungan Nurhana, S., Safitri, U. R., Setiawati, D.,
antara ngetahuan ibu hamil tentang tanda Ekonomi, F., Boyolali, U., Teknik, F., &
bahaya kehamilan dengan kepatuhan Universitas, I. (2021). Edukasi penerapan
kunjungan kehamilan. protokol kesehatan di tpa an- nur, dukuh
gading, ngargosari, ampel, boyolali. 2(09),
Hendrawan, Sanchaya, J., & Sirine, H. (2017). 81-85.
Pengaruh Sikap Mandiri, Motivasi,
Pengetahuan Kewirausahaan Terhadap Nurhayati, D. (2019). hubungan pengetahuan
Minat Berwirausaha (Studi Kasus pada tentang anemia dengan kepatuhan dalam
Mahasiswa FEB UKSW Konsentrasi mengkonsumsi tablet fe pada ibu hamil
Kewirausahaan). Asian Journal of trimester.
Innovation and Entrepreneurship,
02(03), 297. Nurmawati, & Indrawati, F. (2018). Cakupan
Kunjungan Antenatal Care pada Ibu Hamil. Sri Astuti dkk. (2017). Asuhan Ibu dalam masa
HIGEIA (Journal of Public Health kehamilan. Penerbit Erlangga.
Research and Development), 2(1), 113-
124. Tamaka, C., Madianung, A., & Sambeka, J.
https: //j ournal .unnes.ac.id/sj u/index.php/ (2013). Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil
higeia/article/view/18317 Dengan Keteraturan Pemeriksaan
Antenatal Care Di Puskesmas Bahu
Putra, I. mirzaya. (2020). Judul: ANALISIS Kecamatan Malalayang Kota Manado.
DETERMINAN KEPATUHAN Jurnal Keperawatan UNSRAT, 1(1),
MASYARAKAT KECAMATAN PERCUT 113078.
SEI TUAN, KABUPATEN DELI: Ilham
Mirzaya Putra. 2019. Wagiyo. (2016). asuhan keperawatan
Antenatal,intranatal,dan bayi baru lahir
Qiang, Z., Wang, B., Garrett, B. C., Rainey, R. fisiologis dan patologis.
P., & Superko, H. R. (2021). Coronavirus
disease 2019. Current Opinion in WHO. (2021). Data Covid 19.
Cardiology, Publish Ah, 1-66. https://www.who.int/emergencies/disease
https://doi.org/10.1097/hco.00000000000 s/novel-coronavirus-
00851 2019?gclid=Cj0KCQiAv6yCBhCLARIs
ABqJTjYV9BnwQqe_9e_HTHexQ-
Qomar, U. L., Na’mah, L. U., & Yelvin, B. K. D. hOvkv3TElznUXLYQIAcnjo1LkeK6hW
V. W. (2021). Hubungan Paritas, Umur M_EaAqWZEALw_wcB
Dan Usia Kehamilan Dengan Jarak
Kunjungan Antenatal Care Trimester Iii Di Windiyati. (2021). Buku panduan penulis karya
Masa Pandemi Covid 19 Di Pmb Brida tulis ilmiah.
Kitty Dinarum Vwy. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, 16(2), 133-136. Wiranti, Sriatmi, A., & Kusumastuti, W.
https://doi.org/10.26753/jikk.v16i2.512 (2020). Determinan kepatuhan
masyarakat Kota Depok terhadap
Sari, R. K. (2021). Identifikasi Penyebab kebijakan pembatasan sosial berskala besar
Ketidakpatuhan Warga Terhadap dalam pencegahan COVID-19.
Penerapan Protokol Kesehatan 3M Di
Zukmadini, A. Y., Karyadi, B., & Kasrina. (2020). Edukasi Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat ( PHBS ) dalam. Jurnal Pengabdian Magister
Pendidikan IPA, 3(1).
https://doi.org/10.29303/jpmpi.v3i1.440
3. Jurnal analisis multivariat
ISSN 2615-
5621 74
3
Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo
Data dianalisis dengan analisis univariat untuk Balita yang mengalami stunting sebanyak
menggambarkan karakteristik responden dan 50%. Responden balita laki-laki (50,8%) sedikit
variabel penelitian, analisis bivariat untuk menilai lebih tinggi dibandingkan dengan balita perempuan
78 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81
(49,2%). Balita dengan rentang usia 42-29 bulan
(54,2%) lebih tinggi dibandingkan dengan balita usia
24-41 bulan (54,2%). Selengkapnya disajikan dalam
Tabel 1.
> 35 Tahun turut adalah pola asuh (OR = 3,901, 95% CI 1,692 -
Riwayat KEK
KEK Kehamilan 2,532 1,149 - 5,579 0,030* 8,994), variasi MPASI (OR = 3,260, 95% CI 1,371 -
Tidak KEK Pola
Asuh
7,750), riwayat KEK (OR = 2,482, 95% CI 1,013 -
Buruk 3,831 1,782 - 8,234 0,001* 6,081) dan pendidikan ibu (OR = 2,345, 95% CI
Baik
ASI Ekslusif 1,007 - 5,456). Umur ibu bukan merupakan faktor
Ya 0,852 0,389-1,969 0,842
Tidak risiko kejadian stunting (OR = 1,693, 95% CI 0,704
MPASI - 4,071), dengan nilai p = 0,240.
Ya 0,642 0,172 - 2,405 0,741
Tidak
Variasi MPASI
Monoton 3,034 1,395 - 6,601 0,008*
Tabel 4. Hasil Analisis Multivariat
Variabel B OR LL-UL
Variatif P- Value
Konsumsi Snak
Hampir Tiap 1,578 0,732 - 3,405 0,331 Pendidikan Ibu 0,852 2,345 1,007 - 5,456 0,048
Umur Ibu 0,526 1,693 0,704 - 4,071 0,240
Hari
Pola Asuh 1,361 3,901 1,692 - 8,994 0,001
Jarang
Konsumsi Mie Riwayat KEK 0,909 2,482 1,013 - 6,081 0,047
Instan 1,562 0,731 - 3,338 0,336 Variasi MPASI 1,182 3,260 1,371 - 7,750 0,007
Constant -7,213 0,001 - 0,000
> 3 kali/minggu
< 3 kali/minggu Persamaan logistik yang diperoleh adalah -
7,213 + 1,361 (pola asuh) + 1,182 (variasi MPASI)
Balita yang diasuh oleh ibu yang memiliki
+ 0,909 (riwayat KEK) + 0,852 (pendidikan ibu) = -
pola asuh yang buruk 3,8 kali lebih berisiko
mengalami kejadian stunting bila dibandingkan 2,909. Nilai dari persamaan yang diperoleh
dengan balita yang mendapatkan pola asuh yang baik menunjukkan bahwa dengan memperhatikan nilai
dari orang tuanya (OR = 3,831, 95% CI 1,782 - 8,234).
konstanta yang negatif menunjukkan pada suatu
Risiko pola asuh terhadap kejadian stunting signifikan
secara statistik dengan nilai p = 0,001 < a = kondisi dimana tidak ada pengaruh pola asuh, variasi
0,05. Balita yang mengkonsumsi makanan MPASI, riwayat KEK, dan pendidikan ibu, maka
pendamping ASI yang monoton 3 kali lebih berisiko risiko kejadian stunting dapat menurun sebesar 7,2
mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan
balita yang mengkonsumsi makanan pendamping ASI kali.
yang variatif (OR = 3,034, 95% CI 1,395 - 6,601).
Risiko MPASI yang monoton terhadap kejadian Pembahasan
stunting signifikan secara statistik.
Hasil analisis multivariat menunjukkan
Analisa multivariat bahwa pola asuh, variasi MPASI, riwayat KEK dan
Analisa multivariat dilakukan untuk menilai pendidikan ibu. Pola asuh merupakan faktor risiko
yang paling berpengaruh, dimana pola asuh ibu yang
faktor risiko yang paling berpengaruh terhadap
buruk 3,9 kali lebih berisiko anaknya mengalami
kejadian stunting di Kabupaten Gorontalo. Variabel kejadian stunting bila dibandingkan dengan ibu yang
yang memiliki p-Value < 0,25 memenuhi syarat untuk memiliki pola asuh anak yang baik.
Salah satu kebutuhan terpenting bagi anak
disertakan dalam analisi multivariat. Variabel yang
adalah kebutuhan fisik biomedis (pola asuh). Pola
memiliki p-Value < 0,25 adalah pendidikan ibu, umur asuh yang diberikan dapat berupa kecukupan pangan
ibu, riwayat KEK, pola asuh, dan variasi MPASI. makanan dan gizi dan perawatan kesehatan dasar
yang diberikan kepada balita bagi
Hasil analisis multivariat selengkapnya disajikan
dalam tabel 4.
Variabel yang menjadi faktor risiko setelah
dilakukan analisis multivariat (95% CI) berturut-
81 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81
balita yang terpenting bagi anak di antaranya: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan bayi/anak dan
pengobatan jika sakit, papan/pemukiman yang layak, higiene perorangan, sanitasi lingkungan yang baik,
sandang dan kesegaran jasmani (Soetjiningsih & Ranuh, 2013). Pola asuh orang tua yang berhubungan
dengan kejadian stunting berupa pola asuh makan (p=0.009), pola asuh kebersihan (p=0.034), pola asuh
kesehatan (p=0.017), dan pola asuh stimulasi psikososial (0.000) (Noftalina, Mayetti, & Afriwardi, 2019).
Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan Aramico, Sudargo, dan Susilo (2016) yang
menemukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua dengan kejadian stunting
di Aceh Tengah. Pola asuh orang tua yang kurang baik, anaknya 8 kali lebih berisiko mengalami kejadian
stunting dibandingan dengan anak yang mendapatkan pola asuh orang tua yang baik. Penelitian lain tekait
pola asuh melalui pemberian makan oleh orang tua kepada balita yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi
subyek dapat menyebabkan stunting, termasuk dalam pemberian ASI yang tidak ekslusif, pemberian MP -
ASI yang terlalu dini pada subyek sebelum 6 bulan (Loya & Nuryanto, 2017).
Balita yang mendapatkan makanan pendamping ASI (MPASI) yang monoton 3,2 kali lebih
berisiko mengalami kejadian stunting dibandingkan dengan balita yang mendapatkan MPASI yang variatif.
Variasi makanan yang dimaksud adalah ragam bahan makanan yang diberikan kepada balita. Keragaman
makanan merupakan salah satu prinsip gizi seimbang untuk memenuhi kebutuhan gizi balita yang nantinya
dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan balita. Variasi jenis makanan yang
diberikan juga dapat membantu meningkatkan nafsu makan. Variasi jenis yang dimaksudkan dapat berupa
nasi, lauk pauk, sayur, buah dan susu yang diberikan kepada balita. Jenis makanan tersebut kaya akan zat
gizi yang memegang peranan penting dalam pertumbuhan (DEPKES, 2011).
Akibat dari pemberian MPASI yang monoton akan membuat kebutuhan gizi balita tidak terpebuhi.
Akibat kekurangan asupan energi akan membuat tubuh menghemat energi sehingga berdampak pada
hambatan kenaikan berat badan dan pertumbuhan linier. Kekurangan asupan energi pada usia 1-3 tahun 2,5
kali lebih berisiko mengalami stunting (p = 0,035). Kekurangan zat gizi lainnya seperti vitamin B2, vitamin
B6, Fe, dan Zn dapat meningkatkan risiko kejadian stunting (Hidayati & Kumara, 2010).
Jenis asupan makanan yang umumnya diberikan oleh para orang tua di kabupaten gorontalo adalah
pemberian bubur sereal dalam kemasan yang banyak dijual. Makan tersebut dipilih karena sedikit praktis,
akan tetapi pemberian MPASI tersebut dilakukan secara monoton sejak umum 6 bulan sampai 2 tahun tanpa
mempertimbangkan makanan pendamping ASI. Akibatnya adalah penurunan kualitas pemenuhan zat gizi
balita yang secara tidak lansung menyebabkan kejadian stunting.
Loya & Nuryanto (2017) menemukan bahwa MPASI yang tidak variatif dan frekuensi pemberian
makan yang tidak sesuai dengan anjuran dapat menyebabkan kejadian stunting. Penelitian lain
menunjukkan bahwa kurang beragamnya makanan pada balita, 7 kali lebih berisiko mengalami
kejadian stunting
dibandingkan dengan balita yang makanannya beragam di Bengkalis (OR = 7,031, 95% CI 2,068 - 23,910)
82 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81
(Mitra & Destriyani, 2014). Sejalan dengan penelitian Rahmad & Miko (2016) yang menemukan bahwa
pemberian makanan pendamping ASI yang buruk, membuat balita 3,4 kali lebih berisiko mengalami
stunting dibandinkan dengan balita yang mendapatkan MPASI yang baik di kota Banda Aceh (p = 0,007;
OR = 3,4).
Riwayat ibu kekurangan energi kronik selama kehamilan anaknya 2,4 kali lebih berisiko mengalami
kejadian stunting. Kekurangan energi secara kronis dapat membuat ibu hamil tidak memiliki cadangan zat
gizi yang adekuat sesuai kebutuhan fisiologis selama kehamilan. Ibu yang mengalami gangguan nutrisi
selama kehamilan akan membuat volume darah menurun dan menyebabkan cardiac output tidak adekuat.
Sehingga aliran darah ke plasenta menurun dan membuat ukuran plasenta menjadi kecil dari biasanya.
Plasenta yang lebih kecil akan membuat suplay zat-zat gizi dari ibu ke janin menjadi berkurang yang pada
akhirnya mengakibatkan pertumbuhan janin menjadi terhambat (Soetjiningsih & Ranuh, 2013) meskipun
pada dasarnya gen dalam sel janin memiliki potensi untuk tumbuh secara normal (Barker, 2007).
Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian Ningrum (2017) yang menemukan bahwa
status ibu hamil yang mengalami KEK 6,2 kali lebih berisiko mempunyai anak yang pendek bila
dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak mengalami KEK (CI95% 1,529 - 31,377). Penelitian lain di
Gunung Kidul menemukan bahwa KEK selama kehamilan 2,7 kali lebih berisiko mengalami kejadian
stunting (OR 2,789, CI 95% 1,143 - 6,792) dengan nilai p = 0,024 (Febrina et al., 2017).
Pendidikan Ibu yang rendah, anaknya 2,3 kali lebih berisiko mengalami kejadian stunting bila
dibandingkan dengan ibu yang memiliki pendidikan tinggi. Pendidikan ibu memiliki hubungan yang erat
dengan kejadian stunting. Seorang anak dari ibu dengan pendidikan tersier memiliki z skor hampir 0,5 dari
standar deviasi lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang berasal dari seorang ibu tanpa pendidikan
(Alderman & Headey, 2017). Hasil penelitian yang diperoleh sejalan dengan penelitian yang dilakukan
Makoka & Masibo (2015) di tiga negara, yaitu Malawi, Tanzania, Zimbabwe yang menemukan bahwa
tingkat pendidikan ibu yang lebih rendah secara signifikan (nilai p <0,0001) dikaitkan dengan kejadian
stunting di ketiga negara. Tingkat pendidikan ibu yang lebih tinggi mengurangi kemungkinan kejadian
stunting pada anak.
Simpulan
Faktor ibu (pendidikan ibu, riwayat KEK ibu) Pola Asuh, dan variasi pemberian MPASI merupakan
faktor risiko kejadian stunting di Kabupaten Gorontalo. Umur ibu, pemberianASI Ekslusif, makanan
pendamping ASI (MPASI), konsumsi snak hampir tiap hari, dan konsumsi mie instan > 3 kali dalam
seminggu bukan merupakan faktor risiko kejadian stunting.
83 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81
Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Gorontalo yang telah
memberikan data sehingga memudahkan jalannya penelitian. Secara khusus penulis mengucapkan terima
kasih yang tak terhingga kepada Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, yang telah
memberikan bantuan dana hibah penelitian dasar pemula tahun anggaran 2019 sehingga penelitian ini dapat
terlaksana dengan baik.
Daftar Pustaka
Alderman, H., & Headey, D. D. (2017). How important is parental education for child nutrition? World
Development, 94, 448-464.
Aramico, B., Sudargo, T., & Susilo, J. (2016).
Hubungan sosial ekonomi, pola asuh, pola makan dengan stunting pada siswa sekolah dasar di
Kecamatan Lut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah. Jurnal Gizi Dan Dietetik Indonesia (Indonesian
Journal of Nutrition and Dietetics), 1(3), 121-130.
Barker, D. J. P. (2007). Introduction: The Window of Opportunity. The Journal of Nutrition, 137(4), 1058-
1059.
Beatty, A., Ingwersen, N., Leith, W., & Null, C. (2017). Stunting Prevalence and Correlates Among
Children in Indonesia. Mathematica Policy Research.
DEPKES. (2011). Panduan Penyelenggaraan PMT pada balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI Ditjen
Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Deshmukh, P. R., Sinha, N., & Dongre, A. R. (2013). Social determinants of stunting in rural area of
Wardha, Central India. Medical Journal Armed Forces India, 69(3), 213-217.
Febrina, Y., Santoso, S., & Kurniati, A. (2017). Faktor Risiko Kejadian Stunting Pada Bayi Baru Lahirdi
RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul Tahun 2016. Poltekkes Kemenkes Yogyakarta.
Hidayati, L., Hadi, H., & Kumara, A. (2010).
Kekurangan energi dan zat gizi merupakan faktor risiko kejadian stunted pada anak usia 1-3 tahun
yang tinggal di wilayah kumuh perkotaan Surakarta.
Kemenkes. (2013). Riset Kesehatan Dasar: Pokok- pokok Hasil Riskesdan Provinsi Gorontalo Tahun 2012.
Jakarta.
Loya, R. R. P., & Nuryanto, N. (2017). Pola asuh pemberian makan pada bayi stunting usia 612 bulan di
Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur. Journal of Nutrition College, 6(1), 84-95.
Makoka, D., & Masibo, P. K. (2015). Is there a threshold level of maternal education sufficient to reduce
child undernutrition? Evidence from Malawi, Tanzania and Zimbabwe. BMC Pediatrics, 15(1), 96.
Masrul, M. (2019). Gambaran Pola Asuh Psikososial Anak Stunting dan Anak Normal di Wilayah Lokus
Stunting Kabupaten Pasaman dan Pasaman Barat Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas, 8(1),
112-116.
Mitra, N., & Destriyani, R. (2014). Jenis Dan
Keberagaman Makanan Pendamping Air Susu Ibu Dengan Kejadian Stunting Pada Anak Usia 6-24
Bulan. Prosiding, 111.
Ningrum, E. W. (2017). Studi Korelasi Kurang Energi Kronik (Kek) Dengan Berat Badan Dan Panjang
Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Ilmu Kesehatan (JIK) Bhamada, 8(2), 10.
Noftalina, E., Mayetti, M., & Afriwardi, A. (2019). Hubungan Kadar Zinc dan Pola Asuh Ibu dengan
Kejadian Stunting pada Anak Usia 2-5 Tahun di Kecamatan Panti Kabupaten Pasaman. Jurnal Ilmiah
84 Jurnal Riset Kebidanan Indonesia ISSN 2615-5621
Vol 3, No. 2, Desember 2019, pp. 74-81
Universitas
Batanghari Jambi, 19(3), 565-569.
Olofin, I., McDonald, C. M., Ezzati, M., Flaxman, S., Black, R. E., Fawzi, W. W., ... Penny, M. E. (2013).
Associations of Suboptimal Growth with All-Cause and Cause-Specific Mortality in Children under
Five Years: A Pooled Analysis of Ten Prospective Studies. PLoS ONE.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.006463 6
Prabandari, Y., Hanim, D., AR, R. C., & Indarto, D. (2016). Hubungan Kurang Energi Kronik dan Anemia
pada Ibu Hamil dengan Status Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan di Kabupaten Boyolali (Correlation Chronic
Energy Deficiency And Anemia During Pregnancy With Nutritional Status Of Infant 6-12 Months In
Boyolali Regency). Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal of Nutrition and Food Research),
39(1), 1-8.
Prendergast, A. J., & Humphrey, J. H. (2014). The stunting syndrome in developing countries. Paediatrics
and International Child Health. https://doi.org/10.1179/2046905514Y.00000 00158
Rahmad, A. H. A. L., & Miko, A. (2016). Kajian Stunting pada Anak Balita berdasarkan Pola Asuh dan
Pendapatan Keluarga Di Kota Banda Aceh. Kesmas Indonesia, 8(02), 63-79.
Renyoet, B. S., Martianto, D., & Sukandar, D. (2016). Potensi Kerugian Ekonomi Karena Stunting Pada
Balita Di Indonesia Tahun 2013. Jurnal Gizi Dan Pangan, 11(3).
Soetjiningsih, & Ranuh, I. G. (2013). Tumbuh Kembang Anak (2nd ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Sudfeld, C. R., McCoy, D. C., Danaei, G., Fink, G., Ezzati, M., Andrews, K. G., & Fawzi, W. W. (2015).
Linear growth and child development in low-and middle-income countries: a meta- analysis.
Pediatrics, 135(5), e1266-e1275.
WHO. (2006). WHO child growth standards: length/height-for-age, weight-for-age,
weight-for-length, weight-for-height and body mass index-for-age: methods and development.
WHO. (2009). Child Growth Standards and the Identifcation of Severe Acute Malnutrition in Infants and
Children. Geneva: World Health Organization.
Woldehanna, T., Behrman, J. R., & Araya, M. W. (2017). The effect of early childhood stunting on
children's cognitive achievements: Evidence from young lives Ethiopia. Ethiopian Journal of Health
Development, 31(2), 75-84.