Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ARTIKEL JURNAL KB SUNTIK DMPA

PADA Ny. M P2002 AKSEPTOR BARU KB SUNTIK 3 BULAN


DI PMB YULIS AKTRIANI, S.TR. KEB
TANGGAL 02 FEBRUARI 2021

Laporan Studi Kasus ini disusun untuk Memenuhi Stase KBKR


Asuhan Kebidanan Holistik Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi

Disusun Oleh:
Palupi Endah Pramestiwi
NIM. P17312205026

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2021
KB SUNTIK 3 BULAN
Palupi Endah Pramestiwi
Poltekkes Kemenkes Malang, Indonesia
Email: palupi_ p17312205026@poltekkes-malang.ac.id

ABSTRAK
Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga dan mengendalikan angka kelahiran. Salah satu jenis kontrasepsi
efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik, ini disebabkan karena aman, efektif,
sederhana dan murah. Sebagian besar peserta KB Aktif memilih suntikan dan pil sebagai alat
kontrasepsi bahkan sangat dominan (lebih dari 80%). Studi kasus ini bertujuan untuk
melakukan asuhan kebidanan pada Keluarga Berencana pada akseptor baru KB suntik 3
bulan. Desain yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatana case study. Subjek yang
digunakan adalah PUS usia 23 tahun dengan akseptor baru DMPA. Penanganan yang
dilakukan yaitu melakukan pemeriksaan, dan pemberian edukasi tentang KB suntik 3 bulan.
Kata Kunci : KB Suntik 3 Bulan, Keluarga Berencana, Akseptor baru

ABSTRACT
The family planning (KB) program is an effort to improve family welfare and control birth
rates. One type of effective contraception that is the choice of mothers is injection family
planning, this is because it is safe, effective, simple and inexpensive. Most of the active
contraceptive participants chose injections and pills as contraceptives, and they were very
dominant (more than 80%). This case study aims to provide midwifery care for family
planning for new 3-month injection family planning acceptors. The design used is descriptive
with a case study approach. The subjects used were PUS aged 23 years with new DMPA
acceptors. Handling that is done is to carry out examinations, and provide education about
3-month injection family planning.
Keywords: 3 months injection family planning, Contraception, new acceptor

PENDAHULUAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2014 tentang
Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana, dan Sistem
Informasi Keluarga menyebutkan bahwa program Keluarga Berencana (KB) adalah upaya
mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan
keluarga yang berkualitas (Riskesdas, 2017).
Salah satu cara untuk menunjang program pemerintah yaitu dengan cara penggunaan
alat kontrasepsi. Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma
(konsepsi), atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi pada dinding Rahim.
Dalam pelaksanaannya, sasaran pelaksanaan program KB yaitu Pasangan Usia Subur (PUS).
Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-istri yang terikat dalam perkawinan yang
sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun (KKB, 2013).
Program yang dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi laju pertumbuhan
penduduk dapat dilakukan dengan gerakan keluarga berencana dan pemakaian alat
kontrasepsi secara sukarela kepada pasangan usia subur (PUS) (Rismawati, dkk 2015). KB
dilaksanakan dengan berbagai macam metode kontrasepsi sederhana seperti kondom, pantang
berkala dan koitus interuptus. Metode kontrasepsi efektif efektif hormonal seperti pil, susuk,
dan suntikan. Metode kontrasepsi efektif mekanis seperti IUD dan Implant. Dan metode
kontrasepsi mantap seperti metode operasi wanita (MOW) dan Metode Operasi Pria (MOP).
Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan dan indikasi pasien yang ingin memilihnya. (Manuaba,
2012).Berdasarkan data BKKBN, pada tahun 2016 penggunaan KB suntikan sebesar
(48,85%), pil sebesar (24,589%), kondom sebesar (4,31%), MOP sebesar (0,40%), MOW
sebesar (2,56%).
Salah satu jenis kontrasepsi efektif yang menjadi pilihan kaum ibu adalah KB suntik,
ini disebabkan karena aman, efektif, sederhana dan murah. Kontrasepsi Suntik adalah
kontrasepsi hormonal jenis suntikan yang dibedakan menjadi dua macam yaitu DMPA
( depot medroksi progesterone asetat) dan kombinasi. Suntikan DMPA berisi depot medroksi
progesterone asetat yang diberikan dalam suntikan tunggal 150mg/ml secara intramuskuler
(IM) setiap 12 minggu ( Sulistyawati, 2013).
Salah satu peranan penting bidan adalah meningkatkan jumlah penerimaan dan
kualitas metode KB kepada masyarakat sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan bidan.
Dalam melakukan pemilihan metode kontrasepsi perlu 2 diperhatikan ketetapan bahwa makin
rendah pendidikan masyarakat, semakin efektif metode KB yang dianjurkan yaitu susuk atau
AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit) (Manuaba, 2016) sudah menjadi tugas dan tanggung
jawab bidan mengarahkan pemilihan alat kontrasepsi sesuai dengan kebutuhan klien.
Disinilah peran Bidan untuk pelaksanaan KIE Keluarga Berencana berdasarkan Permenkes
Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 mengenai cara bidan membantu pasien memilih kontrasepsi
yang tepat dan sehat yaitu dimulai dengan membuat pasien merasa nyaman saat pelayanan,
menjelaskan metode KB sesuai kebutuhan, dilakukan secara perlahan-lahan dan jelas,
menggunakan alat bantu, membantu pasien memilih kontrasepsi, menelaah pemahaman
pasien tentang cara menggunakan metode, membicarakan kemungkinan efek sampingserta
meminta pasienkembali untuk kunjungan ulang.
Berdasarkan data diatas, angka kejadian akseptor KB suntik 3 bulan tergolong masih
tinggi. Maka penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul laporan artikel jurnal KB
suntik DMPA pada Ny. M P2002 akseptor baru KB suntik 3 bulan.

KASUS
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan pendekatan studi kasus atau case
study, yaitu dengan mendeskripsikan asuhan kebidanan keluarga berencana. Jenis karya tulis
ilmiah ini adalah laporan kasus asuhan kebidanan pada P2002Ab000 Usia 23 Tahun Dengan
Akseptor DMPA. Studi kasus ini dilakukan di PMB Yulis Aktriani, Ciptomulyo, Kota
Malang.
Subyek kasus ini adalah Ny. M P2002 usia 23 tahun akseptor baru KB suntik 3 bulan
telah dilakukan pengkajian pada tanggal 02-02-2021 pukul 10.00 WIB, didapatkan hasil
anamnesa usia menarche 12 tahun, jumlah darah haid 2-3 x ganti pembalut/ hari, lama haid 7
hari, HPHT 15-01-2021. Ny. M memiliki 2 orang anak, anak pertama usia 3 tahun jenis
kelamin perempuandan anak kedua usia 1,5 bulan jenis kelamin perempuan. Ny. M tidak
memiliki riwayat penyakit menurun dan menular. Pola makan yang biasa diakukan yaitu 3
kali sehari dengan poris 1 piring (menu nasi, sayur, lauk pauk, buah). Untuk pola minum
yaitu 10 gelas/hari. Pola kebersihan diri, Ny. M mandi 2 kali sehari, ganti celana dalam tiap
mandi. Aktivitas sehari-hari yaitu mengerjakan pekerjaan rumah seperti menyapu, mencuci
dan memasak. Menikah 1 kali usia 20 tahun, lama menikah 3 tahun. Riwayat KB Ny. M
pernah memakai KB suntik 3 bulan. Ibu memilih metode KB suntik 3 bulan karena tidak
mengganggu produksi ASI dan ibu sudah mengetahui efek samping dari pemakaian KB
suntik 3 bulan.
Hasil pemeriksaan fisik yaitu keadaan umum baik, kesadaran composmentis, BB 53
Kg, TD 110/80 mmHg, suhu 36,6ºC, nadi 86x/menit, RR 21 x/menit. Wajah tidak oedema,
sklera tidak ikhterus, ekstermitas normal. KIE yang diberikan yaitu melakukan pemeriksaan
dan pemberian edukasi tentang KB DMPA.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN


Berdasarkan hasil pemeriksaan Ny. M P2002 akseptor baru KB suntik 3 bulan.
Menurut Hartanto (2014) periode usia antara 20-35 tahun merupakan periode usia paling baik
untukmelahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4 tahun.
Pada masa umur ini diperlukan jenis kontrasepsi yang mempunyai efektivitas cukup tinggi,
reversibilitas cukup tinggi karena peserta masih mengharapkan punya anak lagi, dapat
dipakai 2 sampai 4 tahun yaitu sesuai dengan jarak kehamilan anak yang direncanakan.
Menurut (Trirestuti & Puspitasari, 2018) data subjektif menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesa. Dalam pelaksanaan
asuhan kebidanan ini, data subjektif yang ditemukan pada pengkajian ini serta dengan teori
yang ditemukan. Data subjektif yang ditemukan pada kasus yaitu ibu mengatakan ingin KB
suntik atau KB yang tidak mengganggu produksi ASI ibu. Menurut Affandi (2013) suntik
kombinasi merupakan suntik yang hormone sitetis estrogen dan progesteron, keuntungan
pada suntik ini yaitu sangat efektif, resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada
hubungan suami istri, dapat dipakai dan diberikan pasca persalinan, tidak terganggu
pengeluaran laktasi dan tumbuh kembang bayi.
Pada data objektif menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lainnya yang dirumuskan dalam data fokus untuk
mendukung asuhan (Mufdillah, Asri Hidayat, 2012). Data obyektif yang ditemukan
kesadaran composmentis dan tanda-tanda vital dalam batas normal. Asessment kasus ini
selaras dengan teori menurut (Trirestuti & Puspitasari, 2018) Pendokumentasian yang
termasuk assesment yaitu menggambarkan pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi
subjektif, dan objektif dalam suatu identitasi, baik itu diagnosis atau masalah, antisipasi
diagnosis atau masalah potensial. Selain itu identifikasi mengenai perlunya tindakan segera
oleh bidan atau dokter. Diagnosa yang dapat ditegakkan pada asuhan kebidanan ini adalah
Akseptor baru KB suntik 3 bulan. Pendokumentasian yang termasuk planning
menggambarkan pendokumentasian dari tindakan dan evaluasi perencanaan berdasarkan
assesment atau kebutuhan pasien (Trirestuti & Puspitasari, 2018). Planning pada kasus ini
melakukan pemeriksaan, pemberian edukasi tentang KB DMPA, menganjurkan ibu
kunjungan ulang tanggal 23 Mei 2021.
Dalam memilih suatu metode kontrasepsi suntik 3 bulanan, wanita harus menimbang
berbagai faktor termasuk status kesehatannya, efek samping potensial suatu metode,
konsekuensi terhadap kehamilan yang tidak diinginkan, besarnya keluarga yang diinginkan,
kerja sama pasangan dan norma budaya, mengenal kemampuan mempunyai anak. Termasuk
didalamnya adalah memakai dan menenentukan metode kontrasepsi suntik 3 bulanan. Wanita
harus mempertimbangkan pengaruh metode tersebut terhadap fungsi reproduksi, sekaligus
kesejahteraan umum. Wanita mungkin menganggap masalah kesehatan, terutama masalah
reproduksi, berkaitan dengan metode kontrasepsi yang digunakan saat ini. Hal ini disebabkan
oleh penyuluhan dan pendidikan tentang metode yang kurang memadai, sehingga
mempengaruhi pengetahuan akseptor tentang kontrasepsi suntik 3 bulanan.
Oleh sebab itu informasi tentang kontrasepsi dari petugas kesehatan sangat
diperlukan. Hal ini dapat dilakukan dengan mengingatkan akseptor untuk kembali tepat
waktu dan melakukan kunjungan rumah terhadap akseptor yang sudah waktunya kembali
suntik tetapi belum kembali suntik. Menurut Lestari, dkk (2015), pada kartu KB dapat dilihat
ketepatan waktu untuk suntik ulang pada kunjungan kedua dan seterusnya. Dikatakan tepat
waktu apabila dalam melakukan kunjungan ulang untuk suntik kembali akseptor KB suntik 3
bulan belum melampaui batas waktu selama satu minggu dari 12 minggu. Ketepatan waktu
untuk suntik kembali merupakan kepatuhan akseptor karena bila tidak tepat dapat
mengurangi efektifitas kontrasepsi tersebut. Kegagalan dari metode kontrasepsi suntik
disebabkan karena keterlambatan akseptor untuk melakukan penyuntikan ulang.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil studi kasus didapatkan bahwa klien melakukan kunjungan untuk
akseptor baru KB suntik 3 bulan. Program keluarga berencana (KB) merupakan salah satu
upaya untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan mengendalikan angka kelahiran.
Akseptor baru KB dalam memilih metode kontrasepsi harus mempertimbangan berbagai
factor termasuk status kesehatan dan efek samping yang akan ditimbulkan. Maka informasi
tentang kontrasepsi sebelum penggunaan metode kontrasepsi dari petugas kesehatan sangat
diperlukan, selain itu dalam penggunaan metode kontrasepsi KB suntik 3 bulan perlu
diingatkan kepada akseptor dalam ketepatan waktu untuk suntik ulang pada kunjungan
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, (2013). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : PT Bina Sarwono
Prawirohardjo

BKKBN. 2018.Info Pelayanan Kontrasepsi. Klaten : BKKBN.

Hartanto.2014.Ilmu Pelayanan Kebidanan.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

Lestari, dkk. 2015. Pengetahuan Akseptor tentang KB Suntik 3 Bulan Tidak Berhubungan
dengan Ketepatan Waktu Kunjungan Ulang di BPRB Bina Sehat Kasihan, Bantul,
Yogyakarta. Yogyakarta: Journal Ners And Midwifery Indonesia

Murniati, dkk. 2019. Perbedaan Siklus Menstruasi Antara Akseptor KB Suntik 1 Bulan dan
Akseptor KB Suntik 3 Bulan di BPM Ny. S Desa Kluwih Kecamatan Tulakan
Kabupaten Pacitan. Pacitan: Jurnal Delima Harapan

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2017). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2017

Saifuddin, Bari, A. 2016. Buku panduan kontrasepsi, PTBina pustaka sarwono


prawirohardjo, Jakarta

Sulistyawati, Ari. 2013. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai