Anda di halaman 1dari 9

Available online at https://jurnal.stikes-megabuana.ac.id/index.

php/MBJW 12
Mega Buana Journal of Midwifery, 1 (1), 2022, 12-20

Hubungan Kunjungan dan Konseling Masa Nifas


Dengan Penggunaan Kb Pasca Salin Di Puskesmas Ulusalu Tahun 2021

Hariyati1, Yenni Arfiyanty2, Erpinagustiani Palinggi3


1,2,3
Fakultas Kesehatan Universitas Mega Buana Palopo
Hariyanti_anti@gmail.com
*corresponding author

Abstrak
Salah satu cara yang digunakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui
pengendalian angka kelahiran. Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak
tahun 1970. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui mengetahui Hubungan Kunjungan dan
Konseling Masa Nifas Dengan Penggunaan KB Pasca Salin di Puskesmas Ulusalu. Metode
penelitian yang digunakan yaitu Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional Study.
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil trimester III di Puskesmas Ulusalu Toraja
pada bulan April – juli 2021. Tekhnik pengambilan sampel dalam penelitian ini diambil dengan
total sampling sebanyak 30 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan penggunaan lembar
kuesioner. Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dan dianalisis menggunakan Program
Statistik SPSS versi 17.0 dan dianalisis dengan uji Chi-Square.Hasil penelitian ini menunjukkan
tidak ada hubungan antara kunjungan Masa Nifas dengan penggunaan KB Pasca Salin dengan
nilai ρ = 0,285. Tidak ada hubungan antara Konseling Masa Nifas dengan Penggunaan KB Pasca
Salin dengan nilai ρ = 0,094. Dapat disimpulkan bahwa bidan sangatlah berperan penting dalam
memberikan konseling pada ibu hamil untuk menggunakan KB pasca salin.

Kata Kunci: Kunjungan Masa Nifas, Konseling Masa Nifas, KB pasca Salin

Abstract

One of the methods used to suppress the rate of population growth is through birth control. The
government through the Population and Family Planning Agency (BKKBN) has implemented the Family
Planning (KB) program which began in 1970. The purpose of this study was to determine the
relationship between postpartum visits and counseling with the use of post-natal family planning at the
Ulusalu Health Center. The research method used is Analytical Survey with Cross Sectional Study
approach. The population in this study were all third trimester pregnant women at the Ulusalu Toraja
Health Center in April - July 2021. The sampling technique in this study was taken with a total sampling
of 30 respondents. Data was collected by using a questionnaire sheet. The data that has been collected is
then processed and analyzed using the SPSS Statistical Program version 17.0 and analyzed by the Chi-
Square test. The results of this study indicate that there is no relationship between postpartum visits and
the use of postpartum family planning with a value of = 0.285. There is no relationship between
Postpartum Counseling and Postpartum KB use with a value of = 0.094. It can be concluded that
midwives have an important role in providing counseling to pregnant women to use post-partum family
planning..

Keywords: Postpartum Visits, Postpartum Counseling, Post-coupling Family Planning

This is an open access article under the CC–BY-SA license.


13

PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan adalah suatu bagian dari pembangunan nasional yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemauan, serta kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat setinggi tingginya. Pembangunan kesehatan tersebut
merupakan upaya seluruh potensi bangsa Indone-sia, baik masyarakat, swasta maupun
pemerintah. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar bagi negara
berkembang. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar setelah China,
India dan Amerika Serikat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 diketahui jumlah
penduduk Indonesia adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang mencakup mereka yang bertempat
tinggal di daerah perkotaan sebanyak 118.320.256 jiwa (49,79 persen) dan di daerah perdesaan
sebanyak 119.321.070 jiwa (50,21 persen). Laju pertumbuhan penduduk tahun 2000-2010
sebesar 1,49 persen per tahun.
Salah satu cara yang digunakan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah
melalui pengendalian angka kelahiran. Pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga
Berencana (BKKBN) telah menerapkan program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai sejak
tahun 1970. Pada dasawarsa awal berjalannya program KB (1870-1980), laju pertumbuhan
penduduk Indonesia meningkat menjadi 2,37% dari 2,13% pada dasawarsa sebelumnya.
Kemudian pada dasawarsa selanjutnya (1980-1990), laju pertumbuhan penduduk Indonesia
dapat ditekan menjadi 1,98% dan 1,40% pada dekade berikutnya (1990-2000). Selanjutnya pada
tahun 2000-2010 laju pertumbuhan penduduk meningkat menjadi 1,49%.
Berdasarkan Teori Green dan Kreuter, bahwa pemakaian alat kontrasepsi dipengaruhi oleh
beberapa faktor yakni umur, pendidikan, pengetahuan, jumlah anak hidup, ketersediaan alat
kontrasepsi, dukungan petugas kesehatan, kesepakatan suami dan istri dan efek samping.
Tingkat keikutsertaaan ber-KB di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2011 sebesar 72,62%
dari 1.280.930 Pasangan Usia Subur dengan rincian peserta IUD (4,48%), peserta MOW
(1,65%), peserta MOP (0,12%), peserta kondom (7,55%), peserta implan (9,54%), peserta suntik
(43,53%), dan peserta pil (33,13%). Data ini menunjukkan bahwa keikutsertaan pria dalam
program KB di Sulawesi Selatan masih relatif rendah
Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan khususnya
bidan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat
menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah, bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa
nifas seperti sepsis puerperalis. Cakupan pelayanan nifas adalah pelayanan kepada ibu dan
neonatal pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Pelayanan
nifas sesuai standar adalah pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya tiga kali, pada enam jam pasca
persalinan sampai dengan hari ketiga, pada minggu kedua, dan pada minggu keenam termasuk
pemberian vitamin A dua kali serta persiapan dan atau penggunaan alat kontrasepsi setelah
persalinan.
Data yang diperoleh dari Puskesmas Ulusalu, cakupan kunjungan ibu nifas dalam satu
tahun terakhir hanya berkisar 68% (tahun 2020). Hal ini tentunya masih jauh dari target cakupan
kunjungan ibu nifas di Puskesmas Ulusalu pada tahun 2021 yakni mencapai 92%. Sedangkan
cakupan kunjungan tahun ini (januari-september) baru mencapai 54% Dengan begitu, target
konseling pada ibu nifas juga belum mencapai target, artinya masih banyak ibu nifas yang

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx
14

kekurangan informasi mengenai kesehatan ibu dan bayi serta belum bisa menentukan alat
kontrasepsi yang akan digunakan. Pada ibu nifas yang sudah dilakukan kunjungan sebagian
besar menggunakan metode MAL (48,5%) dan Pil (28,7%), suntik 1 Bulan (12,3%) dan suntik 3
Bulan (10,5%).
Bidan memegang peranan penting dalam upaya pemerintah untuk meningkatkan kesehatan
dan pengertian masyarakat melalui konsep promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Dalam
standar pelayanan kebidanan, bidan memberikan pelayanan bagi ibu pada masa nifas melalui
kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu kedua dan minggu keenam setelah persalinan untuk
membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui penanganan tali pusat yang benar, penemuan
dini, penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin terjadi pada masa nifas, serta
memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, personal hygiene, nutrisi, perawatan
bayi baru lahir, pemberian ASI, imunisasi dan keluaga berencana.
Menurut data yang diperoleh dari Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) tahun
2021 di puskesmas Ulusalu (januari-oktober) tercatat jumlah PUS 1437 sedangkan peserta KB
aktif sebanyak 939 dengan perincian, IUD sebanyak 35 orang (3,72%), MOP sebanyak 12 orang
(1,27%), kondom 17 orang(1,81%), implant 54 (5,75%), suntikan 513 (54,63%), dan pil 308
(32,80%). Berdasarkan data tersebut peserta KB aktif yang terbanyak adalah suntikan sebanyak
513 (54,63%), sedangkan yang terendah ialah MOP sebanyak 12 orang (1,27%). Berdasarkan
data (PLKB) tahun 2021 di Puskesmas Ulusalu didapatkan 30 ibu pasca salin (Juli-oktober)
sehingga bidan mempunyai peran penting dalam memberikan konseling mengenai KB pasca
salin pada ibu nifas. Upaya konseling telah dilakukan oleh pihak puskesmas, yakni kegiatan
konseling rutin setiap bulan di tiap desa saat jadwal posyandu. Namun biasanya yang datang ke
posyandu hanya ibu-ibu yang memiliki bayi dan balita, sehingga terget Konseling untuk semua
PUS belum terpenuhi. Namun targer untuk konseling untuk ibu nifas sudah bisa dikatakan
berhasil 95%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui Hubungan Kunjungan dan
Konseling Masa Nifas Dengan Penggunaan KB Pasca Salin di Puskesmas Ulusalu tahun 2021.

METODE
Penelitian ini menggunakan desain Survey Analitik dengan pendekatan Cross Sectional
Study dengan pengumpulan atau pengukurn terhadap variabel dilakukan sekali dalam waktu
yang bersamaan. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja di Puskesmas Ulusalu Toraja dengan
jumlah sampel 30 responden menggunakan teknik Total Sampling. Penelitian ini menggunakan
instrument berupa kuesioner dan uji statistik yang digunakan adalah uji chi-aquare.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tabel 1. Distribusi responden berdasarkan karakteristik di Puskesmas Ulusalu Toraja
tahun 2021 (n=30)

Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 30 responden yang diteliti dimana responden
yang paling banyak adalah responden dengan usia 28-40 (60%), pendidikan tertinggi SMA ke
bawah 20 responden (66,7%). Adapun pekerjaan responden terbanyak yaitu IRT (tidak bekerja)
adalah 21 responden (70%).

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx
15

Ibu Nifas
Karakteristik
N Persentase P
Responden Frekuensi
(%)
18-27 tahun 12 40%
Usia 0,290
28-40 tahun 18 60%
total 30 100%
Tinggi (D3 ke atas) 10 33,3%
Pendidikan Rendah (SMA ke 0,127
bawah)
20 66,7%

total 30 100%

Pekerjaan IRT (tidak Bekerja) 21 70%

PNS/wiraswasta 0,397
9 30%
(bekerja)
total 30 100%

Tabel 2. Distribusi berdasarkan kunjungan masa nifas di Puskesmas Ulusalu Toraja


tahun 2021 (n=30)

Kunjungan Frekuensi %

Ya 23 76,7

Tidak 7 23,3

Jumlah 30 100

Tabel 2 menunjukan bahwa dari 30 responden yang diteliti dimana responden yang
melakukan kunjungan masa nifas sebanyak 23 reponden (76,7%) dan responden yang tidak
melakukan kunjungan masa nifas sebanyak 7 responden (23,3%).

Tabel 3. Distribusi berdasarkan konseling masa nifas di Puskesmas Ulusalu Toraja


tahun 2021 (n=30)

Konseling Frekuensi %

Ya 24 80

Tidak 6 20

Jumlah 30 100

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx
16

Berdasarkan tabel 3 menunjukkan bahwa responden yang mengikuti konseling masa nifas
sebanyak 24 orang (80%) dan yang tidak mengikuti konseling masa nifas 6 orang (20%).

Tabel 4. Distribusi Hubungan Kunjungan Masa Nifas dengan Penggunaan KB pasca Salin
di Puskesmas ulusalu Toraja tahun 2021 (n=30)

Penggunaan KB Pasca Salin


Kunjungan Pil Suntik MAL Tidak KB Jumlah %= 0,05
Masa Nifas
N(%) N(%) N(%) N(%)

Ya 6 (20%) 9 (30%) 6(20%) 2(6,7%) 23 6,7

4 (13,3%) 2 (6,7%) 0 =
Tidak 1 (3,3%) 7 3,3 0,285
Jumlah 10 (33,3%) 11(36,7%) 6 (20%) 3 (10%) 30 00

Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari 23 (76,7%) responden yang dilakukan Kunjungan
masa Nifas, terdapat 21 responden yang menggunankan KB pasca Salin, diantaranya adalah 6
(20%) responden yang menggunakan KB Pil, 9 (30%) KB Suntik, 6 (20%) KB MAL dan 2
(6,7%) yang tidak ber-KB.Sementara dari 7 (23,3%) responden yang tidak dilakukan Kunjungan
masa Nifas didapatkan 6 reponden yang menggunakan KB pasca Salin diantaranya 4 (13,3%)
KB Pil, 2 (6,7%) KB Suntik dan 1 (3,3%) yang tidak menggunakan KB.
Dari hasil analisa dengan uji statistik uji Regresi Linear (Anova) di peroleh ρ = 0,285
dimana ρ > α = 0,05, maka Ho di terima dan Ha ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara Kunjungan Masa Nifas dengan Penggunaan KB Pasca Salin.
Tabel 4 diatas menunjukkan bahwa dari 24 (80%) responden yang diberikan konseling
masa Nifas, terdapat 22 responden yang menggunakan KB pasca Salin, diantaranya 9 (30%) KB
Pil, 10 (33,3%) KB suntik, 3 (10%) KB MAL dan 2 (6,7%) responden yang tidak Menggunakan
KB. Sementara dari 6 (20%) responden yang tidak diberikan Konseling Masa Nifas didapatkan
5 responden yang menggunkan KB Pasca Salin, diantaranya 1 (3,3%) KB Pil, 1 (3,3%) KB
suntik, 3 (10%) KB MAL dan 1 (3,3%) responden yang tidak Menggunakan KB.
Dari hasil analisa dengan uji statistik uji Regresi Linear (Anova) di peroleh ρ = 0,094
dimana ρ > α = 0,05, maka Ho di terima dan Ha ditolak. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak
ada hubungan antara Konseling Masa Nifas dengan Penggunaan KB Pasca Salin

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx
17

Tabel 5. Hubungan konseling masa nifas dengan penggunaan Kb Pasca Salin di


Puskesmas Ulusalu Toraja Tahun 2021 (n=30)

Penggunaan KB Pasca Salin

Konseling α =
Masa 0,05
Nifas
Pil Suntik MAL Tidak KB Jumlah

N(%) N(%) N(%) N(%)

Ya 9 (30%) 10 (33,3%) 3 (10%) 2(6,7%) 24

ρ =
Tidak 1 (3,3%) 1 (3,3%) 3 (10%) 1 (3,3%) 6
0,094

Jumlah 10 (33,3%) 11 (36,7%) 6 (20%) 3 (10%) 30

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa sebagian besar reponden yang dilakukan kunjungan
nifas dan diberikan konseling, rata-rata menggunakan KB dimana akseptor terbanyak ialah KB
Suntik, disusul Pil dan terakhir adalah MAL. Namun, setelah di analisa melalui statistik baik itu
kunjungan masa nifas maupun konseling masa Nifas keduanya memiliki nilai p > α yang
menunnjukkan keduanya tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan penggunaan KB
pasca salin pada responden.
Dari 30 responden, terdapat 23 responden yang dikunjungi maupun diberikan konseling.
Sedangkan terdapat 7 (23,3%) responden yang tidak di kunjungi selama masa nifas, dan terdapat
6 (20%) responden yang tidak diberikan konseling mengenai KB selama masa nifas. Dari 23
responden yang dikunjungi maupun diberikan konseling terdapat 2 responden yang tidak
menggunakan alat kontrasepsi dengan alasan tidak mau menunda kehamilan karena umurnya
sudah menginjak 35 tahun. Alasan lain yang dikemukakan ialah takut dengan efek samping KB
hormonal sedangkan ia juga takut untuk melakukan pemasangan AKDR.
Dari 7 responden yang tidak diberikan kunjungan maupun konseling pada masa nifas,
hanya 1 orang yang tidak ber-KB dan 6 diantaranya tetap menggunakan alat kontrasepsi. Hal ini
terjadi karena adanya pengetahuan terlebih dahulu tentang KB oleh responden selama kehamilan
maupun persalinan sebelumnya, karena mayoritas ibu yang dijadikan reponden ialah multipara.
Pengetahuan tentang kontrasepsi setelah persalinan mempengarui pola pikir ibu dalam memilih

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx
18

kontrasepsi apakah sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya setelah mendapatkan informasi dari
petugas kesehatan tentang jenis kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilannya.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Friska (2018) dimana hasil penelitianyna
berdasarkan pengaruh terhadap pengetahuan konseling KB pada masa kehamilan didapatkan
bahwa mayoritas pengetahuan responden terhadap KB cukup setelah dilakukannya konseling
tentang KB. Setelah dianalisa secara statistik maka diperoleh nilai P 0,000 yang artinya ada
pengaruh dilakukannya konseling tentang KB pasca persalinan dengan pengetahuan responden
tentang KB pasca persalinan
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa kunjungan dan konseling masa nifas tidaklah
berpengaruh dengan penggunaan KB ibu pasca salin, hal ini dikarenakan ibu sudah memiliki
rencana penggunaan sebelum proses persalinan. Bahkan telah mendapatkan informasi KB
selama kehamilan. Di zaman yang serba canggih ini, kebanyakan ibu mendapatkan informasi
melalui jejaring sosial, sehingga pengetahuan ibu lebih banyak bahkan sebelum bidan
memberikan konseling mengenai KB. Selain itu rasa penasaran yang tinggi ibu membuatnya
dapat bertanya banyak kepada wanita yang sebelumnya juga pernah menggunakan alat
kontrasepsi, sehingga ia bisa membandingkan mulai dari manfaat sampai efek samping yang
dapat ditimbulkan oleh amasing-masing alat kontrasepsi. Sehingga jika si ibu sudah memiliki
pilihan yang mantap, maka jika sudah siap atau setelah persalinan maka dengan sendirimya si
ibu akan datang ke bidan untuk di berikan alat kontrasepsi sesuai dengan pilihannya.
Pelayanan KB pasca persalinan merupakan strategi yang penting dari kesehatan
masyarakat dengan keuntungan yang signifikan terhadap ibu dan bayinya. Idealnya pemilihan
kontrasepsi pasca persalinan, telah diperkenalkan pada saat kehamilan agar tidak terlambat
untuk mendapatkannya karena pada umumnya wanita mulai menggunakan kontrasepsi pada
minggu keenam pasca persalinan. Pelayanan KB pasca persalinan merupakan salah satu program
strategi untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan.
Seorang wanita yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk diajak
menggunakan kontrasepsi, sehinga waktu setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat
untuk mengajak seorang ibu menggunakan kontrasepsi. Tujuan pelayanan KB pasca persalinan
adalah untuk mengatur jarak kehamilan/kelahiran dan menghindari kehamilan yang tidak
diinginkan, sehingga setiap keluarga dapat merencanakan kehamilan yang aman dan sehat.
Pelayanan KB pasca persalinan dimulai dengan pemberian informasi dan konseling yang sudah
dimulai sejak masa kehamilan. Tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan memegang peranan

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx
19

penting dalam memberikan informasi dan konseling KB pasca persalinan kepada calon peserta
KB.
Dalam kelas ibu hamil, salah satu materi yang dibahas adalah tentang KB pasca persalinan
dan dalam empat kali pertemuan, minimal satu kali pertemuan, ibu hamil didampingi oleh suami
atau keluarganya. Hal ini dimaksudkan agar kesehatan ibu selama hamil, bersalin, nifas,
termasuk kesehatan bayi yang baru dilahirkannya dan kebutuhan akan KB pasca persalinan
menjadi perhatian dan tanggung jawab seluruh keluarga. Dalam P4K, ibu hamil dan keluarga
diberi penjelasan tentang kesehatan maternal termasuk KB pasca persalinan dan diminta untuk
menandatangani amanat persalinan yang salah satunya adalah kesepakatan tentang metode KB
yang akan dipakainya kelak setelah persalinan. Namun dalai kenyataannya, pelayanan KB pasca
persalinan ini belum terlaksana dengan baik, terbukti dengan cakupan pelayanan yang masih
sangat rendah. Beberapa hal yang mengakibatkan ibu hamil tidak langsung menggunakan
kontrasepsi yaitu, ingin menyusui secara ekskusif, memberikan ASI Eksklusif adalah sangat baik
untuk bayi selain sebagai nutrisi utama untuk bayi, memperpanjang masa menyusui juga sebagai
metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu.
Pada penelitian ini masih terdapat 3 (10%) responden yang tidak menggunakan alat
kontrasepsi atau tidak ber-KB. Hal ini dipengaruhi oleh dua faktor yakni sang ibu tidak mau
mengguakan KB dengan alasan ingin menambah momongan dalam waktu dekat karena umurnya
yang sudah memasuki usia 40 th. Alasan lain yang didapatkan ialah sang ibu tidak mau
menggunakan KB Akibat Efek samping yang akan ditimbulkan. Terutama pada Primi Para
dengan usia muda sangat takut jika Ber-KB dapat menimbulkan jerawat dan penambahan berat
badan berlebih. Hal ini menyebabkan sang ibu lebih memilih untuk menggunakan KB metode
alami.

SIMPULAN
Kesimpulan dari penelitian ini adalah Sebagai seorang bidan, penting melakukan
konseling tentang KB sejak dini, dimulai dari kelas ibu hamil. Agar nantinya setelah ibu
melahirkan dengan mudah ibu dapat menentukan KB apa yang akan digunakannya.
.
DAFTAR PUSTAKA

Aisyaroh, Noveri. 2016. Efektifitas Kunjungan Nifas Terhadap Pengurangan Ketidaknyamanan


Fisik Yang Terjadi Pada Ibu Selama Masa Nifas.STIKes Muhammadiyah Kudus. Diakes
Oktober 2021.

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx
20

Alexander J, Roth C, Levy V. Praktik kebidanan: riset dan isu. Alih bahasa Devi Yulianti.
Jakarta: EGC; 2007. hlm. 227-247.
Ari Sulistyawati, 2011, Pelayanan Keluarga Berencana, Salemba Medika, Jakarta
Atikah Proverawati, dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Nuha Medika, Yogyakarta
Friska Megowoti Sitorus, Julio Mohdoleno Siohoon. 2018. PelayananKeluarga Berencana
PascaPersalinan DalamUpayaMendukungPercepatan Penurunan Angka Kematian Ibu.
https://doi.org/10.31764/mj.v3i2.505
Kemenkes RI. Standar kompetensi bidan. 2015. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Kemenkes RI. Profil kesehatan Indonesia. Jakarta. 2015. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Niken Meilani, dkk. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana, Fitramaya, Yogyakarta
Sophie Grioradis. Cindylee D. Kenneth F. et al. Postpartum cultural practices: a systematic
review of the evidence. BMC [abstract]. 2008 [diunduh 10 oktober 2021]; 10.1186
tersedia di http://www.annals-general-psychiatry.comSry Handayani, 2010, Pelayanan
Keluarga Berencana, Pustaka Rihama Yogyakarta
Saleha S. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba medika; 2009. hlm.1-7,53-62,
71-76, 79-80.
Sulistyawati A. Buku ajar asuhan kebidanan pada ibu nifas. Yogyakarta: Andi Offset; 2009. hlm.
1–6; 74-86.
Varney H, Kriebs Jan M, Gegor LC. Buku ajar asuhan kebidanan edisi 4 (2). Jakarta: EGC;
2008. hlm.957-980.
WHO technical consultation on postpartum and postnatal care. 2015. Geneva: WHO
press.. hlm. 23-37.
William. Obstetri william. Jakarta: EGC; 2007.

Copyright © 2022, Mega Buana Journal of Midwifery


e-ISSN xxxx-xxxx

Anda mungkin juga menyukai