1
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
2
Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya
*email: chia.aprilianti@gmail.com (email peneliti ke-2 belum ada)
ABSTRAK
Alat Bantu Pengambilan Keputusan menggunakan KB (ABPK) digunakan untuk
memberikan informasi yang benar dan jelas mengenai kontrasepsi pasca persalinan sehingga
ibu hamil dan suaminya mampu memahami kebutuhan akan hak reproduksinya dan mampu
membuat keputusan untuk menggunakan kontrasepsi pasca persalinan yang berkualitas.
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi pada ibu postpartum.
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen dengan rancangan A Controlled Trial.
Kelompok intervensi mendapat konseling dengan ABPK dan kelompok control mendapat
konseling standar. Jumlah sampel sebanyak 142 ibu postpartum, diambil dengan teknik simple
random sampling. Analisis yang digunakan adalah uji chi square dan regresi logistik berganda.
Berdasarkan jenis konseling (dengan ABPK dan tanpa ABPK) postpartum, pemilihan
kontrasepsi hormonal pada konseling tanpa ABPK sebesar 62%. Odd memilih kontrasepsi
hormonal pada responden dengan konseling tanpa ABPK 2,99 kali atau dapat dikatakan
konseling tanpa ABPK memiliki risiko 2,99 kali (95%CI=1,51-5,9) untuk memilih kontrasepsi
hormonal. Hasil menunjukkan ada hubungan signifikan secara statistik antara konseling ABPK
dengan pemilihan kontrasepsi postpartum. Usia, jumlah anak dan paritas terbukti
mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi pada ibu postpartum.
ABSTRACT
Decision Making Tool for Family Planning Clients and Provider (DMT)is used to provide
correct and clear information about postpartum contraception so that pregnant women and their
husbandsareable to understand their reproductive rights needs and be able to make decisions
to use quality postpartum contraception. This study aims to increase the use of contraception in
postpartum mothers. The type of research used was an experiment with the design of A
Controlled Trial. The intervention group received counseling with DMT and the control group
received standard counseling. The number of samples was 142 postpartum mothers, taken by
simple random sampling technique. The analysis used was chi square test and multiple logistic
regression. Based on the type of counseling (with DMT and without DMT) postpartum, the
selection of hormonal contraception in counseling without DMT was 62%. Odd choose
hormonal contraception in respondents with counseling without DMT 2.99 times or can be said
counseling without DMT has a risk of 2.99 times (95%CI=1.51-5.9) to choose hormonal
contraception. The results showed that there was a statistically significant relationship between
DMT counseling and postpartum contraceptive selection. Age, number of children and parity
were shown influenced the selection of types of contraception in postpartum mothers.
dalam penggunaan kontrasepsi (Kim et al, 2007). Tabel 1. Distribusi Karakteristik Responden di Kota
DMT diadaptasi oleh BKKBN dan Sustaining Palangka Raya Tahun 2017 (n = 142)
Technical Achievements in Reproductive Health
(STARH) menjadi Alat Bantu Pengambilan Variabel n %
Keputusan (ABPK) menggunakan KB sebagai Pemberian Konseling ABPK
salah satu instrument konseling KB (BKKBNet al, Konseling ABPK 71 50
2013). Konseling tanpa ABPK 71 50
Informasi mengenai kontrasepsi perlu Umur
diberikan melalui komunikasi interpersonal (KIP)/ ≤20 tahun 15 10,6
konseling selama pelayanan Antenatal Care 21-35 tahun 109 76.8
(ANC). ABPK digunakan untuk memberikan ≥36 tahun 18 12,7
informasi yang benar dan jelas mengenai Jumlah Anak
kontrasepsi pasca persalinan sehingga ibu hamil 1 – 2 anak 89 62.7
dan suaminya mampu memahami kebutuhan ≥3 anak 53 37,3
akan hak reproduksinya dan mampu membuat Paritas
keputusan untuk menggunakan kontrasepsi pasca Primipara 91 63,8
persalinan yang berkualitas (Kim et al, 2007). Multipara 51 36,2
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk Pendidikan
meningkatkan penggunaan kontrasepsi pada ibu Tinggi 9 6,4
post partum. Secara khusus, tujuannya untuk Menengah 119 83,7
diketahuinya perbedaan proporsi penggunaan Dasar 14 9,9
kontrasepsi postpartum pada kelompok intervensi Pekerjaan
dan kelompok kontrol, serta diketahuinya faktor- Bekerja 64 45,1
faktor yang mempengaruhi penggunaan Tidak Bekerja 78 54,9
kontrasepsi post partum. Status Ekonomi
Mampu 69 48,59
METODE PENELITIAN Kurang 73 51,1
Jenis penelitian yang digunakan adalah Jarak kelahiran
eksperimen dengan rancangan A Controlled Trial. Mean 3
Kelompok A (intervensi) mendapat konseling Standar Deviasi 2,56
dengan ABPK dan kelompok B (kontrol)
mendapat konseling standar. Populasi dalam Konseling ABPK diberikan kepada 71 (50%)
penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang dating ibu postpartum, dan konseling tanpa ABPK
memeriksakan kehamilannya ke puskesmas diberikan kepada 71 (50%) ibu postpartum dengan
minimal 1 kali setiap bulan selama periode bulan menggunakan buku KIA. Hasil Analisa
Juni-Agustus 2017 yang berlokasi di Kecamatan menunjukkan ibu postpartum berusia 21-35 tahun
Kereng Bangkirai dan Kecamatan Jekan Raya sebanyak 109 (76,8%). Pada penelitian ini
Kota Palangka Raya. Jumlah sampel sebanyak mayoritas memiliki anak 1-2 orang sebanyak 89
142 ibu postpartum, pengambilan sampel ibu postpartum (62,7%). Berdasarkan data paritas
menggunakan teknik simple random sampling. menunjukkan sebanyak 91 (63,8%) ibu adalah
Konseling ABPK diberikan kepada 71 ibu primipara. Pendidikan terbanyak responden adalah
postpartum dan konseling tanpa ABPK diberikan menengah sebanyak 119 (83,7%) ibu postpartum.
kepada 71 ibu postpartum dengan menggunakan Sedangkan berdasarkan status ekonomi sebanyak
buku KIA. Analisis yang digunakan adalah uji chi 73 (51,1%) ibu postpartum berasal dari keluarga
squaredan regresi logistik berganda. status ekonomi kurang.
HASIL PENELITIAN
Konseling KB pada ibu hamil dapat
mempengaruhi penggunaan dan pemilihan alat
kontrasepsi postpartum. Konseling dapat
dilakukan dengan banyak cara dan alat bantu,
seperti pada penelitian ini menggunakan ABPK
pada ibu hamil trimester ke-3 dengan pilihan
kontrasepsi postpartum dan dengan
menggunakan buku KIA (tanpa ABPK).
Jurnal : Buletin Media Informasi Kesehatan
Volume:14 nomor 2 Tahun 2018 Halaman : ....112
Berdasarkan jenis konseling (dengan ABPK untuk memilih kontrasepsi hormonal. Hasil
dan tanpa ABPK) postpartum, pemilihan menunjukkan ada hubungan signifikan secara
kontrasepsi hormonal pada konseling tanpa ABPK statistik antara konseling ABPK dengan pemilihan
sebesar 62%. Odd memilih kontrasepsi hormonal kontrasepsi postpartum. Hasil Analisa statistik
pada responden dengan konseling tanpa ABPK menunjukkan ada hubungan konseling ABPK
2,99 kali atau dapat dikatakan konseling tanpa dengan pemilihan kontrasepsi postpartum.
ABPK memiliki risiko 2,99 kali (95%CI = 1,51-5,9)
Berdasarkan faktor risiko (umur, jumlah Jumlah anak ≥3 berisiko 2,29 kali
anak, paritas, pendidikan, pekerjaan dan status (95%CI=1,13-4,61) untuk memilih kontrasepsi
ekonomi) pilihan kontrasepsi postpartum postpartum hormonal. Responden multipara
responden berusia ≥36 tahun berisiko 4,3 kali berisiko 1,9 kali (95%CI=0,9-3,8) untuk memilih
(95%CI=0,0-19,09), responden berusia 21-35 kontrasepsi postpartum hormonal. Hasil
tahun berisiko 2,7 kali (95%CI=0,8-9,0) untuk menunjukkan ada hubungan signifikan secara
memilih kontrasepsi postpartum hormonal. Hasil statistik antara jumlah anak dan paritas dengan
menunjukkan ada hubungan signifikan secara pemilihan kontrasepsi pascabersalin. Variabel
statistik antara usia dengan pemilihan kontrasepsi pendidikan, pekerjaan dan status ekonomi tidak
pascabersalin. bermakna secara statistik dalam hubungannya
dengan pemilihan kontrasepsi postpartum.
Tabel 4. Analisis Hubungan Konseling dengan Alat Bantu Pengambilan Keputusan dengan Pilihan
Kontrasepsi pada Ibu Postpartum di Kota Palangka Raya Tahun 2017 (n = 142)
Pilihan Kontrasepsi
Variabel Model 1 Model 2 Model 3 Model 4
Konseling
Tanpa ABPK 2,99* 2,91* 3,03* 3,12*
(1,51-5,9) (1,45- 5,81) (1,49-6,19) (1,52-6,4)
Dengan ABPK 1 1
Usia
>36 tahun 3,95 3,9 4,03
(0,85-18,27) (0,83-18,4) (0,84-19,1)
21-35 tahun 2,32 2,47 2,49
(-,67-8,04) (0,7-8,6) (0,7-8,8)
<20 tahun 1 1 1
JumlahAnak
≥3 anak 2,48* 4,12
(1,18-5,23) (0,86-1959)
1-2 anak 1 1
Paritas
Multipara 0,558
(0,116-2,68)
Primipara 1
2
R (%) 9,3% 12,2% 17,2% 17,6%
N 142 142 142 142
Jurnal : Buletin Media Informasi Kesehatan
Volume:14 nomor 2 Tahun 2018 Halaman : ....112
Setelah dilakukan analisa pada data Konseling KB pada ibu hamil dapat
pilihan kontrasepsi, didapatkan hasil pada mempengaruhi penggunaan dan pemilihan
model 3 adalah model yang paling tepat. Nilai alat kontrasepsi postpartum. Konseling dapat
2
R 17,2% menunjukkan bahwa variabilitas dilakukan dengan banyak cara dan alat bantu,
variable independent mampu menjelaskan seperti pada penelitian ini menggunakan Alat
variabilitas variable dependen sebesar Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) pada
17,2%, selebihnya dipengaruhi oleh faktor ibu hamil trimester ke-3 dengan pilihan
lain. Responden tanpa ABPK berisiko 3,03 kontrasepsi postpartum dan dengan
kali memilih kontrasepsi hormonal postpartum menggunakan buku KIA (tanpa ABPK).
setelah mengontrol variable usia dan jumlah Berdasarkan jenis konseling (dengan ABPK
anak. dan tanpa ABPK), pemilihan kontrasepsi
hormonal pada konseling tanpa ABPK
sebesar 44 (62%) ibu postpartum. Odd
PEMBAHASAN memilih kontrasepsi hormonal pada
Pemanfaatan Pelayanan KB selama responden dengan konseling tanpa ABPK
tahun pertama pascapersalinan berdampak 2,99 kali atau dapat dikatakan konseling
pada komponen pelayanan kesehatan ibu dan tanpa ABPK memiliki risiko 2,99 kali (95% CI
anak serta kesehatan reproduksi. Alasan = 1,51-5,9) untuk memilih kontrasepsi
pentingnya penggunaan KB postpartum adalah hormonal. Hasil menunjukkan ada hubungan
sebagai berikut: signifikan secara statistik antara konseling
1. Periode paling reseptif dalam menerima ABPK dengan pemilihan kontrasepsi
kontrasepsi. Perempuan lebih reseptif pascabersalin. Hasil Analisa statistik
menerima metode kontrasepsi hanya menunjukkan ada hubungan konseling ABPK
setelah melahirkan terutama pada 48 jam dengan pemilihan kontrasepsi postpartum.
pertama dengan penyedia layanan Konseling ABPK merupakan media
kesehatan yang ada memberikan pendidikan KB dengan tujuan
kesempatan untuk konseling dan memberdayakan klien memilih metode yang
menyediakan metode kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhan dan situasi.
aman dan sesuai pilihan mereka sebelum Petugas kesehatan dapat berperan aktif
meninggalkan rumah. dalam melayani klien untuk memberikan
2. Risiko kehamilan setelah melahirkan. Untuk informasi yang tepat mengenai metode
perempuan yang tidak menyusui, kehamilan kontrasepsi pasangan suami istri dan
dapat segera terjadi setelah 4 minggu meningkatkan partisipasi keluarga dalam
kelahiran. Tetapi untuk perempuan yang pelayanan KB dan dapat mengoptimalkan
tidak menggunakan metode atau LAM, penggunaan metode yang tepat. Konseling
kemungkinan akan menjadi subur sebelum ABPK dapat membantu klien mengambil
menstruasi dan yang menggunakan keputusan yang tepat penggunaan metode
metode LAM kemungkinan bisa hamil kontrasepsi, alat bantu pemecahan masalah,
setelah 6 bulan melahirkan. alat bantu petugas dan sebagai media
Alat Bantu Pengambilan Keputusan pembelajaran/pelatihan (Chin-Queeet al,
menggunakan KB (ABPK) sebagai salah satu 2007).
media Pendidikan kesehatan merupakan Penggunaan kontrasepsi postpartum
sesuatu yang relative baru di Indonesia. dipengaruhi oleh banyak factor risiko, yaitu
Pemanfaatan ABPK lebih banyak digunakan umur, jumlah anak, paritas, pendidikan,
terutama pada pasien pascapersalinan. Di pekerjaan, dan status ekonomi. Umur
luar negeri ABPK dikenal dengan DMT telah merupakan satuan waktu untuk mengukur
banyak digunakan sebagai media interaktif lamanya keberadaan suatu benda atau
antara provider dengan klien dan hasilnya mahluk hidup atau mati. Hasil analisis factor
sangat efektif meningkatkan pemahaman umur dalam penggunaan kontrasepsi
pasien tentang KB maupun pengambilan postpartum didapatkan responden berusia
keputusan bagi klien untuk memilih ≥36 tahun berisiko 4,3 kali (95%CI=0,0-
menggunakan kontrasepsi (Kimetal, 2007). 19,09), responden berusia 21-35 tahun
berisiko 2,7 kali (95%CI=0,8-9,0) untuk
Jurnal : Buletin Media Informasi Kesehatan
Volume:14 nomor 2 Tahun 2018 Halaman : ....112
Calverton, Maryland, USA: Macro WHO, 2008; Definition and Indicator in Family
Internasional. Planning, Maternal & Child Health and
Reproductive Health, Eropa: WHO.
BKKBN, Kemenkes RI, IBI, USAID & STARH.
2013.Buku Panduan Penggunaan Video Widyastuti, Y., 2010:Faktor-Faktor yang
Alat Bantu Pengambilan Keputusan Berhubungan dengan Abortus di Instalasi
menggunakan KB (ABPK). Jakarta: Rawat Inap Kebidanan SRUP Dr.
BKKBN. Mohammad Hoesin Palembang. Tesis.