Anda di halaman 1dari 6

PENGARUH KONSELING TERHADAP STATUS PEMAKAIAN KONTRASEPSI DAN JENIS

KONTRASEPSI PADA IBU NIFAS


(The Effect of Counseling on the Status of Use of Contraception and Types of
Contraception in Postpartum Mothers)

*Ridha Wahyuni
*Dosen Prodi D-III Kebidanan STIKES Wiyata Husada Samarinda
Email : ridhawahyuni@stikeswhs.ac.id

ABSTRACT
Quality interaction or counseling between clients and providers (medical personnel), especially midwives,
is one of the most decisive indicators for the success of family planning programs in Indonesia. Clients
who get counseling well will tend to choose contraception correctly and precisely. The purpose of this
study was to determine the effect of counseling on contraceptive usage status and type of contraception
in postpartum mothers. This study is a quantitative analytical study and analyzed using Mann Whitney's
test. The number of respondents was 36 people by dividing the intervention group by 18 respondents and
the control group by 18 respondents. Obtained counseling effect test results with contraceptive use status
in postpartum mothers with Asymp values. Sig. (2-tailed) 0.78> 0.05 and the results of the counseling
effect test on the selection of contraception types in postpartum mothers with Asymp values. Sig. (2-
tailed) 0.014 <0.05. The conclusions in this study were that there was no effect of counseling on
contraceptive use status in postpartum mothers and there was an effect of counseling on the selection of
contraception in postpartum mothers.

Pendahuluan
Sasaran Rencana Pembangunan sterilitas. Disamping itu, faktor sosial
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) budaya juga berpengaruh pada peningkatan
Tahun 2014-2019 mengamanahkan agar atau penurunan TFR (Haryanto, 2016).
BKKBN bertanggung jawab terhadap Untuk meningkatkan TFR BKKBN
tercapainya indikator Program mengatur strategi peningkatan penggunaan
Kependudukan, Keluarga Berencana, dan metode kontrasepsi jangka panjang
Pembangunan Keluarga (KKBPK). Salah dengan: (1) Penggerakan konseling dan
satu indikator Program KKBPK adalah Pasca Pelayanan KB (MKJP, efek samping
angka kelahiran total (Total Fertility dan kelebihan-kekurangan alat kontrasepsi)
Rate/TFR), dimana target secara nasional dan Kesehatan produksi di fasilitas
pada tahun 2019 harus mencapai 2,28 anak kesehatan. (2) Penguatan substansi materi
per wanita usia subur. Tinggi rendahnya MKJP, efek samping, kelebihan dan
angka TFR ini dipengaruhi oleh lima faktor kekurangan alat kontrasepsi, mitos dan
utama penentu fertilita s, yaitu usia kawin fakta alat kontrasepsi, Kesehatan
pertama (UKP), pemakaian kontrasepsi, Repoduksi bagi Fasilitas Kesehatan. (3)
lama menyusui eksklusif, aborsi, dan Meningkatkan pemberian informasi tentang
metode kontrasepsi melalui komunikasi yang tidak diinginkan. Untuk meraih
interpersonal/kelompok. (4) Penggarapan keberhasilan tersebut, tentunya sangat
segmentasi sasaran. Hal ini dikarenakan diperlukan tenagatenaga konselor yang
disparitas CPR antar provinsi masih tinggi. profesional, diantaranya bidan. Mereka
(5) Mobilisasi penggerakan lini lapangan. bukan hanya harus mengerti seluk-beluk
(6) Meningkatkan pemberian informasi masalah KB, tetapi juga memiliki dedikasi
tentang metode kontrasepsi melalui tinggi pada tugasnya serta memiliki
komunikasi interpersonal/kelompok. (7) kepribadian yang baik, sabar, penuh
Menjamin ketersediaan alat dan obat pengertian, dan menghargai klien (Asa
kontrasepsi melalui Sistem Jaminan Sosial Mutia Sari, 2017).
Nasional (SJSN). (8) Meningkatkan Metode
jangkauan pelayanan bergerak melalui Desain Penelitian ini adalah analitik
Mobil Unit Pelayanan KB. (9) Perluasan Kualitatif untuk mengetahui pengaruh
jejaring pelayanan KB yang berkualitas. (10) konseling terhadap Status pemakaian
Peningkatan pembinaan peserta KB Aktif kontrasepsi dan pengaruh konseling
(BKKBN, Laporan Kinerja Instansi terhadap jenis kontrasepsi pada ibu nifas.
Pemerintah Tahun 2016, 2017). Responden sebanyak 36 orang dengan
Berdasarkan data SDKI 2017 TFR pembagian 18 responden intervensi dan 18
tahun 2017 mencapai 2.4, pencapaian responden kontrol. Data diuji menggunakan
peserta KB Aktif adalah 63.6% dengan mann whitney. Penelitian dilaksanakan di
presentasi MKJK masih rendah yaitu Samarinda, Medan, NTB dan Jember.
Implant 4.7 %, IUD 4.7% dan MOW 3.7%.
(BKKBN, Peran BKKBN di Balik Gerakan Hasil Penelitian
Penanggulangan Stunting, 2018). Interaksi Tabel 1. Pengaruh Konseling terhadap
Status Pemakaian Kontrasepsi
atau konseling yang berkualitas antara klien
Ibu Nifas
dan provider (tenaga medis) terutama bidan Kelompok Status Pemakaian Kontrasepsi Asy
merupakan salah satu indikator yang sangat pada Ibu nIfas mp.
menentukan bagi keberhasilan program (n) (%) (n) (%) Sig.
keluarga berencana di Indonesia. Klien Akse Bukan (2-
yang mendapatkan konseling dengan baik ptor Aksept tailed
akan cenderung memilih alat kontrasepsi KB or KB )
dengan benar dan tepat. Pada akhirnya hal Intervensi 17 47.2 1 2.7
itu juga akan menurunkan tingkat kegagalan Kontrol 13 36.1 5 13.8 0.78
KB dan mencegah terjadinya kehamilan Total 30 83.3 6 16.6
Bidan memiliki wewenang memberikan
Tabel 2. Pengaruh konseling terhadap pemilihan
penyuluhan dan konseling kesehatan
jenis kontrasepsi kontrasepsi Ibu Nifas
Kelomp Jenis Kontrasepsi Asymp. reproduksi perempuan dan keluarga
ok (n) (%) (n) (%) (n)Ti (%) Sig. berencana sesuai dengan Permenkes
Jang Jangk dak (2- 1464/Menkes/Per/X/2010.
ka a Men tailed) KB merupakan salah satu cara yang
Panj Pende ggun paling efektif untuk meningkatkan
ang k akan ketahanan keluarga, kesehatan, dan
Interve 6 16. 11 30.5 1 2.7 keselamatan ibu, anak, serta perempuan.
nsi 6 0.014 Pelayanan KB meliputi penyediaan
Kontrol 1 2.7 12 33.3 5 13. informasi, pendidikan, dan cara-cara bagi
8 keluarga untuk dapat merencanakan kapan
Total 7 19. 23 63.8 6 16. akan mempunyai anak, berapa jumlah
4 8 6 anak, berapa tahun jarak usia antara anak,
serta kapan akan berhenti mempunyai
Pembahasan anak. Adapun program KB bertujuan
Berdasarkan table 1 sebagian besar mengendalikan fertilitas yang membutuhan
responden menjadi aksebtor KB yaitu 30 metode kontrasepsi yang berkualitas agar
Responden (83.3%) dan sebagain kecil dapat meningkatkan kesehatan reproduksi
responden yaitu 6 responden (16.6%) tidak dan kesehatan seksual. Pelaksanaannya
menjadi akseptor (bukan akseptor). Dan dipengaruhi sumberdaya pelaksanaan
dari hasil uji mann whitnney test program KB, cara pandang masyarakat
didapatkkan hasil asymp. Sig. (2-taild) > sendiri terhadap kesehatan reproduksi dan
0.05 yaitu 0.78 dapat disimpulkan bahwa pelayanan KB, serta pemakaian alat
tidak ada pengaruh konseling terhadap kontrasepsi. (BKKBN, Pedoman
status pemakaian kontrasepsi. Pelaksanaan Keluarga Berencana Mandiri,
Berdasarkan hasil statistik rutin 2010)
Desember 2016 jumlah akseptor KB di Menurut Handayani (2010)
Indonesia mencapai 74.80%. adapun pemberian konseling keluarga berencana
tempat pelayanan terbesar berada di secara lengkap dengan teknik SATU TUJU
Praktik Bidan Mandiri diikuti Faskes KB mempunyai manfaat diantaranya:
Pemerintah, Praktik Dokter, Faskes KB meningkatkan peneriman klien terhadap
Swasta dan Jejaring lainnya. (RI, Profil kontrasepsi yang di informasikan, menjamin
Kesehatan Indonesia tahun 2016, 2017). pilihan yang cocok dengan kondisi dan
kesehatan klien, menjamin menggunakan terhadap pemilihan jenis kontrasepsi pada
cara KB yang efektif dan kelangsungan ibu nifas.
penggunaaan KB yang lebih lama tanpa Pada hasil penelitian pengguna KB
danya tuntutan dari pemerintah. jangka pendek seperti pil laktasi dan suntik
(Handayani, 2010) 3 bulan masih tinggi. Hal ini sejalan dengan
Berdasarkan penelitian yang survey kemenkes RI tahun 2016 yaitu KB
dilakukan oleh Lestari Handayani, dkk suntik dan Pil menempati peringkat tertinggi
(2012) didapatkan hasil Pengetahuan dan Peserta KB Baru dan KB Aktif. Namun
pemahaman masyarakat tentang hak demikian perlu diperhatikan tingkat
reproduksi khususnya KB belum baik efektifitas suntikan dan pil dalam
karena kurangnya perolehan informasi dan pengendalian kehamilan dibandingkan jenis
konseling sehingga klien mentolerir kontrasepsi lainnya. (RI, Profil Kesehatan
pelayanan tersebut. Hal ini bertolak Indonesia tahun 2016, 2017). Berdasarkan
belakang dengan penelitian yang peneliti hasil penelitian Wahyuningtiyas didapatkan
lakukan, pemilihan menjadi akseptor KB faktor yang mempengaruhi akseptor KB
dilakukan oleh kelompok intervensi memilih alat kontrasepsi suntik adalah
konseling dan kelompok kontrol. Hal ini tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan,
dikarenakan 1) Sekarang pandangan sosial ekonomi, dan sikap keluarga.
masyarakat terhadap kontrasepsi menjadi (Anggarwati Wahyuningtiyas, 2011).
sebuah kebutuhan, 2) Pelayanan KB sudah Komunikasi, Informasi dan Edukasi
merata di Indonesia dan 3) Adanya program adalah proses yang sangat penting dalam
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pelayanan KB. Pengertian komunikasi
oleh pemerinta terhadap program- program adalah penyampaian pesan secara
KB. langsung/tidak langsung melalui saluran
Berdasarkan table 2 sebagian besar komunikasi kepada penerima pesan untuk
responden memilih jenis kontrasepsi jangka mendapatkan suatu efek. Dalam bidang
pendek yaitu 23 responden, 7 responden kesehatan kita mengenal komunikasi
memilih kontrasepsi jangka panjang dan kesehatan yaitu usaha sistematis untuk
masih ada 6 responden yang tidak mempengaruhi perilaku positif masyarakat,
menggunakan kontrasepsi. Dan dari hasil dengan menggunakan prinsip dan metode
uji mann whitnney test didapatkkan hasil komunikasi baik menggunakan komunikasi
asymp. Sig. (2-taild) < 0.05 yaitu 0.78 dapat individu maupun komunikasi massa.
disimpulkan bahwa ada pengaruh konseling Sementara informasi adalah keterangan,
gagasan maupun kenyataan yang perlu
diketahui masyarakat (pesan yang Pemilihan kontrasepsi jangka
disampaikan) dan edukasi adalah proses pendek seperti pil dan suntik menjadi pilihan
perubahan perilaku ke arah yang positif. terfavorit oleh masyarakat di semua
(RI, 2014) golongan usia, termasuk pada usia risiko
Proses yang diberikan dalam KIE, tinggi di atas 35 tahun. Kedua jenis
salah satunya adalah konseling. Melalui kontrasepsi tersebut dinilai kurang efektif
konseling pemberian pelayanan membantu untuk mencegah kehamilan. Jenis
klien memilih cara KB yang cocok dan kontrasepsi yang efektif untuk mencegah
membantunya untuk terus menggunakan kehamilan bagi wanita risiko tinggi adalah
cara tersebut dengan benar. Konseling MKJP seperti IUD, sterilisasi wanita dan
adalah proses pertukaran informasi dan sterilisasi pria (Kemenkes RI, 2013), namun
interaksi positif antara klien-petugas untuk pada penelitian ini hanya 19.7% responden
membantu klien mengenali kebutuhannya, yang memilih kontrasepsi jangka panjang
memilih solusi terbaik dan membuat seperti IUD dan Implant. Dengan konseling
keputusan yang paling sesuai dengan responden telah memilih kontrasepsi sesuai
kondisi yang sedang dihadapi. Pelayanan kebutuhannya yang cocok untuk saat ini.
konseling KB memegang peranan yang Tingginya angka tidak berKB di
sangat penting, oleh karena itu untuk Indonesia mencapi 12% dari jumlah
meningkatkan keberhasilan konseling KB penduduk wanita usia subur di Indonesia.
dapat digunakan media KIE dengan Hal ini masih dipengaruhi oleh pendapat
menggunakan lembar balik Alat Bantu masyarakat tentang penggunkan
Pengambilan Keputusan (ABPK) - KB. kontrasepsi, izin dari suami dan adat dan
Konseling KB dapat dilaksanakan bagi kebiasaan masyarakat. Menurut Anderson
wanita dan pasangan usia subur, ibu hamil, (1974) menjelaskan bahwa faktor-faktor
ibu bersalin dan ibu nifas. yang mempengaruhi klien akan
. Adapun menurut penelitian Dyah memutuskan untuk menggunakan alat
Tri Kusuma Dewi teknik konseling keluarga kontrasepsi sebagai berikut : umur,
berencana yang diberikan petugas pekerjaan, pendidikan, jumlah paritas,
kesehatan lengkap (83.3%) dan terdapat agama, penghasilan, Petugas kesehatan,
80% responden memilih metode pelayanan kesehatan dan dukungan
kontrasepsi jangka panjang pascasalin. keluarga (Notoatmojo.S, 2007).
Simpulan pemakaian kontrasepsi ibu nifas dan ada
Simpulan dalam penelitian ini adalah tidak pengaruh konseling terhadap pemilihan
ada pengaruh konseling terhadap status jenis kontrasepsi pada ibu nifas
Referensi
Anggarwati Wahyuningtiyas, u. H. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Akseptor KB
Memilih Alat Kontrasepsi Suntik. Yogyakarta: STIKES 'Aisyiyah.

Asa Mutia Sari, B. P. (2017, April). PENGARUH KONSELING BIDAN TERHADAP TINGKAT
PENGETAHUAN DAN MINAT MENJADI AKSEPTOR IUD POST PLASENTA DI
KECAMATAN UNGARAN BARAT TAHUN 2016. Jurnal Kedokteran Diponegoro, 6(2),
328-336.

BKKBN. (2010). Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana Mandiri. Jakarta: BKKBN.

BKKBN. (2017). Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2016. Jakarta: BKKBN.

BKKBN. (2018). Peran BKKBN di Balik Gerakan Penanggulangan Stunting. Jurnal Keluarga
Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga, 26.

Handayani, S. (2010). Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka Rihama.

Haryanto, W. (2016). ANALISIS DATA KEPENDUDUKAN DAN KB HASIL SUSENAS 2015.


Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) BKKBN. Jakarta: BKKBN.

Kemenkes RI. (2013). Situasi Keluarga Bencana di Indonesia. Bulutin Jendela Data dan Info
Kesehatan.

Lestrari handayani, S. I. (2012). Peningkatan Informasi tentang KB : Hak Reproduksi yang Perlu
di Perhatikan Oleh Proogram Pelayanan KB. Bulutin Penelitian sistem Kesehatan, 15(3),
289-297.

RI, K. (2014). Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Kemenkes RI.

RI, K. (2017). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016. Jakarta: Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai