1 (September 2018)
ABSTRAK
Jumlah akseptor kontrasepsi MKJP lebih rendah dibandingkan non MKJP. Rendahnya angka pengguna
MKJP ini dinilai menimbulkan beberapa permasalahan seperti tingginya angka kegagalan penundaan atau
penjarangan memiliki anak.Pemilihan metode kontrasepsi ini tentunya dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor.Tujuan penelitian ini adalah menentukan determinan yang berhubungan dengan pemilihan alat
kontrasepsi pada akseptor KB di PMB Tuti Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Penelitian ini
menggunakan desain cross sectional dengan desain penelitian analitik.Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh akseptor KB di PMB Tuti Gambut. Penelitian ini menggunakan tehnik simple random sampling dan
didapatkan sampel yang diambil adalah sejumlah 75 orang.Tehnik pengambilan data menggunakan data
sekunder, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji chi square.Hasil penelitian ini yaitu dari segi
usia akseptor KB yang ada di PMB Tuti terbanyak adalah pada usia tidak berisiko (usia reproduktif) yaitu
usia 20 sampai 35 tahun. Akseptor dengan paritas yang tidak berisiko lebih banyak dari pada akseptor
yang memiliki paritas yang berisiko (paritas lebih dari 3), sedangkan akseptor yang berpendidikan tinggi
lebih sedikit dari pada akseptor yang memiliki pendidikan rendah.Akseptor yang menggunakan alat
kontrasepsi jangka panjang lebih sedikit dibandingkan dengan akseptor yang menggunakan kontrasepsi
non MKJP. Faktor determinan yang berhubungan dalam pemilihan kontrasepsi MKJP adalah usia,
sedangkan faktor paritas dan pendidikan tidak berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi MKJP.
journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 31
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)
journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 32
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)
terdapat di Bali (39,14%), D.I Yogyakarta analisis data dilakukan dengan menggunakan uji
(36,03%), dan Nusa Tenggara Timur (30,49). chi square untuk menganalisis hubungan antar
Sedangkan Kalimantan Tengah dan Kalimantan variabel.
Selatan walaupun secara keseluruhan
merupakan provinsi dengan cakupan KB aktif HASIL DAN PEMBAHASAN
yang tinggi, namun pengguna MKJP yang sangat Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
rendah (Profil Kesehatan Indonesia, 2017). mengenai determinan yang berhubungan dengan
Persentase Wanita Berumur 15–49 tahun pemilihan alat kontrasepsi yaitu ada faktor usia,
yang berstatus kawin dan menggunakan KB di paritas dan pendidikan adalah sebagai berikut:
Provinsi Kalimantan Selatan pada tahun 2012–
2017 adalah sebagai berikut pada tahun 2012 Tabel 1. Faktor Determinan Pemilihan Kontrasepsi
sebesar 70,02 persen, tahun 2013 sebesar 69,91 MKJP di PMB Tuti Gambut
Variable n (%)
persen, pada tahun 2014 sebesar 70,80 persen,
pada tahun 2015 sebesar 70,13 persen, pada Usia
Risiko 10,7
tahun 2016 sebesar 69,78 persen dan pada tahun Tidak risiko 89,3
2017 sebesar 67,59 persen (BPS, 2018).
Menurut Hasil Survei Demografi dan Paritas
Risiko 24
Kesehatan (SDKI) tren pemakaian kontrasepsi Tidak risiko 76
pada wanita kawin usia 15-49 tahun yaitu
menurut data SDKI 2012 sebesar 61,9 persen, Pendidikan
Rendah 90,7
dan meningkat pada tahun 2017 sebesar 63,6 Tinggi 9,3
persen. Status pemakaian kontrasepsi dan jenis
Kontrasepsi
yang mereka pakai pada tahun 2017 adalah MKJP 20
sebesar 63, 6 persen memakai alat kontrasepsi Non MKJP 80
yang terdiri dari sebanyak 29, 0 persen suntik KB,
12,2 peren pil, 4,7 persen implant , 4,7 persen Dari hasil penelitian diatas terlihat bahwa
IUD, 4,2 persen senggama terputus, 3,7 persen dari segi usia akseptor KB yang ada di PMB Tuti
MOW, 2,5 persen kondom, 1,9 persen pantang terbanyak adalah pada usia tidak berisiko (usia
berkala, 0,2 persen MDP dan 0,1 persen MAL reproduktif) yaitu usia 20 sampai 35 tahun.
(SDKI, 2017). Akseptor dengan paritas yang tidak
Berdasarkan data di atas, peneliti tertarik berisiko lebih banyak daripada akseptor yang
untuk meneliti analisis determinan yang memiliki paritas yang berisiko (paritas lebih dari
berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi 3), sedangkan akseptor yang berpendidikan tinggi
oleh akseptor KB. lebih sedikit daripada akseptor yang memiliki
pendidikan rendah.
Akseptor yang berpendidikan tinggi adalah
METODE PENELITIAN lulusan D. 3, dan S1.Akseptor yang
Penelitian ini menggunakan desain cross menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang
sectional dengan desain penelitian analitik karena lebih sedikit dibandingkan dengan akseptor yang
peneliti bertujuan untuk mengetahui hubungan menggunakan kontrasepsi non MKJP.
antar variabel dimana variabel independen dan Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil
variabel dependen diidentifikasi pada satu waktu survey pada profil kesehatan Indonesia tahun
(creswell, 2016). 2017 yang mengatakan bahwa pengguna alat
Peneliti menggunakan pendekatan secara kontrasepsi di Indonesia masih sangat sedikit.
cross sectional karena peneliti bermaksud Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
mengidentifikasi faktor determinan apa saja yang akseptor lebih banyak memilih alat kontrasepsi
berhubungan dengan pemilihan alat kontrasepsi yang non MKJP sedangkan kontrasepsi
jangka panjang oleh akseptor. Jumlah populasi MKJPmemiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi
adalah 92 orang yaitu seluruh akseptor KB di dibandingkan non MKJP dalam hal pencegahan
PMB Tuti Gambut Kabupaten Banjar Kalimantan kehamilan (Laporan Kinerja BKKBN, 2017).
Selatan. Penelitian ini menggunakan tehnik
simple random sampling dan didapatkan sampel
yang diambil adalah sejumlah 75 orang. Tehnik
pengambilan data menggunakan data sekunder,
journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 33
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)
journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 34
ISSN : 2598-0068 Vol. 2 No. 1 (September 2018)
menentukan dan memilih kontrasepsi yang Brahm. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi.
sesuai baginya (Brahm, 2007). Namun pada Jakarta: EGC.
zaman sekarang, pengetahuan seseorang itu Creswell, Jhon W. 2016. Research Design
tidak tergantung pada pendidikannya tetapi Pendekatan Kulalitatif, Kuantitatif dan
dapat diperoleh dari informasi-informasi Mixed. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
media dan informasi dari orang sekitar, Handayani, S. 2010. Buku Ajar Pelayanan
sehingga hal tersebut sangat berpengaruh Keluarga Berencana.
terhadap apa yang mereka putuskan Yogyakarta:Pustaka Rihama.
khususnya pada keputusan untuk memilih Hartanto, H. 2004.Keluarga Berencana Dan
menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
KEMENKES. 2018. Profil Kesehatan Indonesia
KESIMPULAN 2017. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Hasil penelitian ini yaitu dari segi usia RI.
akseptor KB yang ada di PMB Tuti terbanyak Lontaan, Anita., Kusmiyati., Dompas, Robin.
adalah pada usia tidak berisiko (usia reproduktif) 2014. Faktor – Faktor Yang
yaitu usia 20 sampai 35 tahun. Berhubungan Dengan Pemilihan
Akseptor dengan paritas yang tidak Kontrasepsi Pasangan Usia Subur Di
berisiko lebih banyak daripada akseptor yang Puskesmas Damau Kabupaten Talaud.
memiliki paritas yang berisiko (paritas lebih dari Jurnal Ilmiah Bidan Vol 2 No 1 Januari-
3), sedangkan akseptor yang berpendidikan tinggi Juni 2014.
lebih sedikit daripada akseptor yang memiliki Manuaba. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit
pendidikan rendah. Kandungan dan KB. Jakarta : EGC.
Akseptor yang berpendidikan tinggi adalah Notoatmodjo. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan.
lulusan D. 3, dan S1.Akseptor yang Jakarta: Rineka Cipta.
menggunakan alat kontrasepsi jangka panjang Putri dan Menik. 2017. Hubungan usia dan
lebih sedikit dibandingkan dengan akseptor yang paritas dengan penggunaan metode
menggunakan kontrasepsi non MKJP. kontrasepsi jangka panjang pada
Faktor determinan yang berhubungan akseptor baru di puskesmas lendah
dalam pemilihan kontrasepsi MKJP adalah usia, 1kulon progo Yogyakarta. UNISA:
sedangkan faktor paritas dan pendidikan tidak Yogyakarta.
berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi Riset Kesehatan Dasar Tahun 2012.
MKJP. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Bagi tenaga kesehatan diharapkan agar Tahun 2012.
dapat memberikan KIE kepada masyarakat agar Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
dapat memilih metode MKJP yang lebih efektif Tahun 2017.
daripada non MKJP. Bagi masyarakat diharapkan Wiknojosastro, G. 2005. Panduan Praktis
agar dapat lebih giat mencari tahu informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: YBP-
mengenai alat kontrasepsi yang efektif. SP.
DAFTAR PUSTAKA
journal.umbjm.ac.id/index.php/midwiferyandreproduction 35