Anda di halaman 1dari 8

JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN


METODE KONTRASEPSI JANGKA PENDEK (HORMONAL)

Basra1, Sitti Fatimah Umur2


1
Program Studi Profesi Ners STIKES Muhammadiyah Sidrap
2
Program Studi Ilmu Keperwatan STIKES Muhammadiyah Sidrap

Alamat Korespondensi: basra@gmail.com

ABSTRAK

Keperawatan Keluarga berencana (KB) merupakan suatu upaya untuk menunda dan
menjarangkan kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi bertujuan untuk mewujudkan suatu
keluarga yang sejahtera. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 09 Mei 2017 s.d 07 Juni 2017 di
Puskesmas Lancirang Kabupaten Sidrap. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor apasaja yang berhubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka pendek
(hormonal) di Puskesmas Lancirang Kabupaten Sidrap. Jenis penelitian kuantitatif dengan metode
analitik dan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel penelitian ini sebanyak 30
responden, dengan tekhnik pusposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square dengan
program komputer SPSS 11,5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat variabel yang
diteliti memberikan nilai pmemiliki hubungan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka
pendek hormonal di Puskesmas Lancirang Kabupaten Sidrap, yaitu kepercayaan dan budaya
nilai (p=0,653), umur nilai (p=0,471) dan pendidikan nilai (p=0,656). Kesimpulan dari penelitian
ini adalah faktor kepercayaan dan budaya, umur, dan pendidikan tidak memiliki hubungan yang
signifikan dengan pemilihan metode kontrasepsi jangka pendek hormonal di Puskesmas Lancirang
Kabupaten Sidrap Tahun 2017.

Kata kunci : Kontrasepsi, Kepercayaan dan Budaya, Umur, Pendidikan.

PENDAHULUAN kelangsungan program, pemerintah telah


Masalah kependudukan merupakan mencanangkan program Kependudukan
masalah yang dihadapi oleh semua dan Keluarga Berencana (KB) sebagai
negara termasuk Indonesia. Saat ini program nasional. (Kholifah, Nugroho
penduduk Indonesia kurang lebih Budi, Hidayah Machfudhatul, 2012).
berjumlah 228 juta jiwa, dengan Program keluarga berencana ( KB )
pertumbuhan penduduk 1,64 % dan merupakan salah satu usaha kesehatan
Total Fertility Rate (TFR) 2,6. Dari segi preventive yang paling dasar bagi
kuantitas jumlah penduduk Indonesia wanita, meskipun tidak selalu diakui
cukup besar tetapi dari sisi kualitas demikian. Untuk optimalisasi kesehatan
melalui Indeks Pembangunan Manusia KB, pelayanan KB harus disediakan
(IPM) kondisi Indonesia sangat bagi wanita dengan cara
memprihatinkan karena dari 117 negara, menggabungkan dan memenuhi
Indonesia di posisi 108. Tingginya laju kebutuhan kesehatan reproduksi utama
pertumbuhan yang tidak diiringi dengan yang lain. Keluarga berencana
peningkatan kualitas penduduk ini akan (KB) ialah usaha-usaha untuk mencegah
berpengaruh kepada tingkat kehidupan terjadinya kehamilan dimana usah
dan kesejahteraan penduduk. Untuk -ausaha itu dapat bersifat sementara,
menanggulanginya maupun untuk dapat juga bersifat permanen. (Kholifah,

7 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

Nugroho Budi, Hidayah Machfudhatul, 116.384 (1,5%), Metode Operasi Pria


2012). (MOP) sebanyak 16.062 (0,2%).
Menurut World Health Sedangkan peserta KB aktif sebanyak
Organization (WHO) (2014) 35.202.908 meliputi IUD sebanyak
penggunaan kontrasepsi telah meningkat 3.896.081 (11,07%), MOW sebanyak
di banyak bagian dunia, terutama di 1.238.749 (3,52%), MOP sebanyak
Asia dan Amerika Latin dan terendah di 241.642 (0,69%), implant sebanyak
Sub-Sahara Afrika. Secara global, 3.680.816 (10,46%), kondom sebanyak
pengguna kontrasepsi modern telah 1.110.341 (3,15%), suntikan sebanyak
meningkat tidak signifikan dari 54% 16.734.917 (47,54%), dan pil KB
pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada sebanyak 8.300.362 (29,58%) (Depkes
tahun 2014. Secara regional, proporsi RI, 2014).
pasangan usia subur 15-49 tahun Menurut data BKKBN Kabupaten
melaporkan penggunaan metode Sidrap Desember 2016 jumlah pasangan
kontrasepsi modern telah meningkat usia subur sebanyak 13.557 dan yang
minimal 6 tahun terakhir. menjadi akseptor KB sebanyak 500
Di Afrika dari 23,6% menjadi orang dengan persentase, ibu yang
27,6%, di Asia telah meningkat dari menggunakan metode kontrasepsi IUD
60,9% menjadi 61,6%, sedangkan sebanyak 5 orang, MOP tidak ada,
Amerika Latin dan Karibia naik sedikit MOW 21 orang, implant 21 orang,
dari 66,7% menjadi 67,0%. Diperkiraan suntik 315 orang, pil 132 orang dan
225 juta perempuan di negara-negara penggunaan kondom sebanyak 7 orang,
berkembang ingin menunda atau (BKKBN Desember 2016).
menghentikan kesuburan tapi tidak Data laporan keluarga berencana di
menggunakan metode kontrasepsi Puskesmas Lancirang Kabupaten
apapun dengan alasan sebagai berikut: Sidenreng Rappang pada tahu 2016
terbatas pilihan metode kontrasepsi dan menunjukkan jumlah pasangan usia
pengalaman efek samping. Kebutuhan subur di Kecamatan Pitu Riawa
yang belum terpenuhi untuk kontrasepsi berjumlah 791 orang, dengan akseptor
masih terlalu tinggi. Ketidakadilan KB yang menggunkan metode
didorong oleh pertumbuhan populasi kontrasepsi jangka pendek (suntik, pil,
(WHO, 2014). kondom) sebanyak 282 orang.
Cakupan peserta KB baru dan KB Banyaknya akseptor KB yang
aktif di Indonesia pada tahun 2014 menggunakan suntik dan pil dipengaruhi
dengan jumlah Pasangan Usia Subur beberapa alasan. Ketersediaan dokter
(PUS) sebanyak 47.019.002. Peserta KB ahli untuk melakukan pelayanan KB
baru sebesar 7.761.961 (16,15%) kontap sangat terbatas karena kurangnya
meliputi suntik sebanyak 3.855.254 mobilitas yang tinggi bagi tenaga medis.
(49,67%), pil KB sebanyak 1.951.252 Alasan lain yaitu ketidak sinkronan
(25,14%), kondom sebanyak 441.141 antara pemberlakuan alat kontrasepsi
(5,68%), implan sebanyak 826.627 yang gratis dengan jasa yang masih
(10,65%), IUD (Intra Uterine Device) diberlakukan di fasilitas kesehatan.
sebanyak 555.241 (7,15%), Metode Selain itu, ketersediaan sarana dan
Operasi Wanita (MOW) sebanyak prasarana (Obgyn bed, IUD KIT,

8 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

ABPK) belum merata di semua Sidrap dengan jumlah sampel 30


kabupaten kota. Hambatan lainnya responden.
adalah adanya pengaruh budaya yang
menyebabkan masyarakat enggan Analisa dan Penyajiam Data
memasang IUD karena malu dan 1. Analisis Univariat : Dilakukan
larangan dari suami serta masih terhadap tiap variabel dari hasil
rendahnya partisipasi pria ber-KB penelitian untuk melihat distribusi
khusus MOP karena masih banyak frekuensi dan presentase dari setiap
suami yang takut untuk ikut MOP. variabel data.
Banyaknya rumor yang tentang 2. Analisa bivariat : Analisis bivariat
kegagalan IUD yang membuat bertujuan untuk mengetahui
masyarakat takut ber-KB MKJP menjadi hubungan antara variabel
alasan lain yang membuat akseptor KB independen dengan variabel
lebih memilih metode kontrasepsi dependen. Uji yang digunakan
jangka pendek (Pusat Pengembangan adalah uji Chy-Square dengan
dan Penelitian KKB, 2012)
menggunakan nilai kemaknaaan
α= 0,05.
Tujuan penelitian ini untuk
mengetahui faktor-faktor apasaja yang
HASIL
berhubungan dengan pemilihan metode
kontrasepsi jangka pendek (hormonal) di Hasil penelitian ini akan membahas
Puskesmas Lancirang Kabupaten Sidrap. tentang analisis univariat dan analisis

BAHAN DAN METODE bivariat yang disajikan dalam tebel


Lokasi dan Desain Penelitian sebagai berikut:
Penelitian ini adalah penelitian Analisis Univariat
kuantitatif mengggunakan metode
Tabel 1. Distribusi responden
deskriptif analitik. Penelitian ini berdasarkan jenis kontrasepsi
telah dilakukan Puskesmas Lancirang Kontrasepsi Jumlah %
Kabupaten Sidrap. Pil 12 40

Suntik 18 60
Populasi dan Sampel
Populasi adalah sekumpulan objek, Total 30 100
orang atau keadaan yang memiliki satu
karakteristik umum yang sama (Tjuju, Berdasarkan table 1 menunjukkan
2016). Populasi dalam penelitian ini bahwa dari 30 responden yang
adalah semua akseptor KB yang berada mengalami mengunakan jenis
di wilayah kerja Puskesmas Lancirang kontrasepsi pil sebanyak 12 orang (40%)
Kabupaten Sidrap. dan suntik sebanyak 18 orang (60%).
Sampel dalam penelitian ini
menggunakan purposive sampling yaitu
akseptor KB jangka pendek diwilayah
kerja Puskesmas Lancirang Kabupaten

9 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

Tabel 2. Distribusi responden Analisis Bivariat


berdasarkan kepercayaan dan
budaya Tabel 5. Hubungan kepercayaan dan
Kepercayaan Jumlah % budaya dengan pemilihan metode
Percaya 3 10 kontrasepsi

Tidak Percaya 27 90 Kepercay Metode kontrasepsi jangka T %


aan dan pendek hormonal ot
Total 30 100 budaya Pil % Sunti % al
k
Percaya 1 3,3 2 6,7 3 10
Berdasarkan table 2 menunjukkan
Tidak 11 36,7 16 53,3 27 90
bahwa dari 30 responden yang percaya
kepercayaannya terhadap kontrasepsi Total 12 40 18 60 30 100
sebanyak 3 orang (10%) dan tidak P=0,653
percaya sebanyak 27 orang (90%).
Berdasarkan tabel 5 diperoleh data
Tabel 3. Distribusi responden
berdasarkan umur bahwa hasil penelitian dari 30 responden
Umur Jumlah % menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
<35 tahun 16 53,3 antara kepercayaan dan budaya dengan
pemilihan metode kotrasepsi dengan
≥35 tahun 14 46,7
nilai P=0,653.
Total 30 100 Tabel 6. Hubungan pendidikan
dengan pemilihan metode kontrasepsi
Berdasarkan table 3 menunjukkan
Pendidik Metode kontrasepsi jangka T %
bahwa dari 30 responden yang berumur
an pendek hormonal ot
<35 tahun sebanyak 16 orang (53,3%) Pil % Sunti % al
dan ≥ 35 tahun sebanyak 14 orang k
(46,7%). Tinggi 4 13,3 6 20 10 33,3
Tabel 4. Distribusi responden Rendah 8 26,7 12 40 20 66,7
berdasarkan pendidikan
Pendidikan Jumlah % Total 12 40 18 60 30 100
Tinggi 10 33,3
P=0,656
Rendah 20 66,7

Total 30 100
Berdasarkan tabel 6 diperoleh data
bahwa hasil penelitian dari 30 responden
Berdasarkan table 4 menunjukkan menunjukkan bahwa tidak ada hubungan
bahwa dari 30 responden yang antara pendidikan dengan pemilihan
bependidikan rendah sebanyak 10 orang metode kotrasepsi dengan nilai P=0,656.
(33,3%) dan berpendidikan tinggi
sebanyak 20 orang (66,7%).

10 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

Tabel 7. Hubungan umur dengan Hormonal Di Puskesmas Lancirang


pemilihan metode kontrasepsi Kabupaten Sidrap Tahun 2017.
Pandangan berbagai Agama
Umur Metode kontrasepsi jangka T %
(Tahun) pendek hormonal ot tentang Keluarga Berencana yaitu
Pil % Sunti % al yang pertama Agama islam yang
k mengharamkan jenis Kontrasepsi
<35 7 23,3 9 30 16 53,3
Vasektomi dan Tubektomi karena
≥35 5 16,7 9 30 14 46,7 mempunyai sifat permanen tetapi ada
juga Agama Islam yang
Total 12 40 18 60 30 100
membolehkan menggunakan
P=0,471 kontrasepsi. Yang kedua Agama
Katolik yang diperbolehkan hanya
Berdasarkan tabel 7 diperoleh data KB alamiah atau Pantang Berkala
bahwa hasil penelitian dari 30 responden saja sehingga sehingga untuk jenis
menunjukkan bahwa tidak ada hubungan alat kontrasepsi yang lain tidak
antara umur dengan pemilihan metode diperbolehkan. Sebagai makhluk
kotrasepsi dengan nilai P=0,471. social manusia tidak terlepas dari
budaya dimana ia hidup. Budaya
PEMBAHASAN menyangkut adat istiadat tradisi,
1. Metode Kontrasepsi Jangka Pendek kebiasaan, aturan-aturan dan
Hormonal pendapat-pendapat. Penggunaan alat
Kontrasepsi jangka pendek kontrasepsi juga turut di pengaruhi
hormonal merupakan suatu metode oleh faktor budaya mengingat
yang digunakan untuk mencegah penggunanya hidup dalam
dan menjarangkan kehamilan. Di lingkungan budaya.
lihat pada tabel 5.1 menunjukkan Pada hasil penelitian
bahwa dari 30 responden yang menunjukkan bahwa bahwa diantara
diteliti terdapat 12 responden 30 responden terdapat 1 responden
menggunakan jenis kontrasepsi pengguna pil KB percaya akan
jangka pendek hormonal pil dengan adanya larangan menggunakan
presentase (40%) dan 18 orang metode kontrasepsi tertentu dan 2
menggunakan jenis kontrasepsi respon pengguna KB suntik yang
jangka pendek hormonal suntik percaya adanya larangan dalam
dengan presentase (60%). menggunakan metode kontrasepsi
Kontrasepsi berasal dari kata kontra tertentu sedangkan yang tidak
berarti mencegah atau melawan, percaya terdapat 11 responden
sedangkan konsepsi adalah pengguna pil KB dengan presentasi
pertemuan antara sel telur (sel 36,7% dan pengguna KB suntik yang
wanita) yang matang dan sel sperma tidak percaya adanya larangan
(sel pria) yang mengakibatkan penggunaan metode kontrasepsi
kehamilan. (Depkes RI, 2005). tertentu berjumlah 16 responden
2. Hubungan Kepercayaan Dan Budaya dengan presentase (53,3%). Sehingga
Dengan Pemilihan Metode total secara keseluruhan berjumlah
Kontrasepsi Jangka Pendek 30 orang dengan presentase (100%).

11 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

Hasil penelitian ini sejalan responden terdapat 7 responden


denga penelitian Hasanuddin Asalis pengguna pil KB memiliki umur
2015 di dapatkan hasil α=0,05 kurang dari 35 tahun dengan
diperoleh nilai p=3,574 sehingga presentase (23,3%) dan 9 respon
p>0.05 berarti hipotesa di tolak pengguna KB suntik yang memiliki
dengan kesimpulan tidak ada umur kurang dari 35 tahun dengan
hubungan antara kepercayaan presentase (30%) sedangkan yang
religious dan budaya dengan memiliki umur lebih dari 35 tahun 5
pemilihan metode kontrasepsi jangka responden pengguna pil KB dengan
pendek. presentasi (16,7%) dan pengguna KB
Hal ini menunjukkan bahwa suntik yang memilikiumur lebih dari
kepercayaan religious tidak memiliki 35 tahun berjumlah 9 responden
hubungan signifikan dengan metode dengan presentase (30%). Sehingga
pemilihan metode kontrasepsi jangka total secara keseluruhan berjumlah
pendek dikarnakan akseptor KB di 30 orang dengan presentase (100%).
puskesmas lancirang mayoritas Hasil penelitian ini tidak sejalan
beragama Islam yang tidak percaya dengan penelitian Musdalipah.dkk,
terhadap larangan penggunaan jenis 2013 didapatkan hasil α 0.05
metode kontrasepsi tertentu dan dan dinperoleh nilai p=0,006 sehingga
bersuku bugis dimana dalam suku p<0,05 berarti hipotesa di terima
bugis tidak ada larangan dalam dengan kesimpulan ada hubungan
menggunakan kontrasepsi. antara umur dengan pemilihan
3. Hubungan Umur Dengan Pemilihan metode kontrasepsi jangka pendek.
Metode Kontrasepsi Jangka Pendek Hal di atas menunjukkan bahwa
Hormonal Di Puskesmas Lancirang umur tidak memiliki hubungan yang
Kabupaten Sidrap Tahun 2017. signifikan dalam memilih metode
Umur merupakan periode kontrasepsi jangka pendek hormonal
terhadap pola-pola kehidupan baru karena kemungkinan kurangnya
dan harapan- harapan baru. kesadaran masyarakat mengenai
Bertambahnya umur seseorang maka klasifikasi penggunaan kontrasepsi
semakin banyak pula ilmu yang seharusnya sehingga masih
pengetahuan yang di miliki. banyak wanita usia di atas 35 tahun
(Notoatmodjo, 2003). Menurut yang menggunakan kontrasepsi
Kusumaningrum (2009) umur dalam hormonal jangka pendek.
pengaruhnya dengan pemakaian KB 4. Hubungan pendidikan Dengan
berperan sebagai faktor intrinsik. Pemilihan Metode Kontrasepsi
Umur berpengaruh dengan struktur Jangka Pendek Hormonal Di
organ, fungsi faaliah, komposisi Puskesmas Lancirang Kabupaten
biokimiawi dan sistem hormonal Sidrap Tahun 2017.
pada suatu periode umur Pendidikan berarti bimbingan
menyebabkan perbedaan pada yang diberikan oleh seseorang
kontrasepsi yang dibutuhkan. terhadap perkembangan kearah suatu
Dari hasil penelitian cita-cita tertentu, ( suwarno dalam
menunjukkan bahwa diantara 30 nursalam, dalam mutmainnah.F

12 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

2010). Menurut Yulizawati (2012) kurangnya pengetahuan ibu akseptor


tidak ada pengaruh antara pendidikan KB dalam memilih suatu metode
reponden dengan penggunaan kontrasepsi yang cocok sesuai
kontrasepsi jangka pendek. dengan kebutuhan akseptor.
Pendidikan adalah suatu usaha untuk
mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar
sekolah dan berlangsung seumur KESIMPULAN
hidup. Pendidikan mempengaruhi 1. Tidak ada hubungan signifikan antara
proses belajar, makin tinggi kepercayaan relegius dan budaya dan
pendidikan seseorang semakin pemilihan metode kontrasepsi jangka
mudah orang tersebut untuk pendek hormonal di Puskesmas
menerima informasi. Lancirang Kabupaten Sidrap Tahun
Dari hasil penelitian 2017, dengan nilai p=0,653. Oleh
menunjukkan bahwa diantara 30 karena p=0,653>0,05(α).
responden terdapat 4 responden 2. Tidak ada hubungan yang signifikan
pengguna pil KB memiliki antara umur dengan pemilihan
pendidikan tinggi dengan presentase metode kontrasepsi jangka pendek
(13,3%) dan 6 respon pengguna KB hormonal di Puskesmas Lancirang
suntik yang memiliki pendidikan Kabupaten Sidrap Tahun 2017,
tinggi dengan presentase (20%) dengan nilai p=0,471. Oleh karena
sedangkan yang memiliki pendidikan p=0,471 >0,05(α).
rendah 8 responden pengguna pil 3. Tidak ada hubungan signifikan antara
KB dengan presentasi (26,7%) dan pendidikan dengan pemilihan metode
pengguna KB suntik yang memiliki kontrasepsi jangka pendek hormonal
pendidikan rendah berjumlah 12 di Puskesmas Lancirang Kabupaten
responden dengan presentase (40%). Sidrap Tahun 2017, dengan nilai
Sehingga total secara keseluruhan p=0,656. Oleh karena
berjumlah 30 orang dengan p=0,656>0,05(α).
presentase (100%).
Hasil penelitian ini sejalan SARAN
dengan penelitian Laksmi Indira KT Diharapkan dapat berguna dalam
2009 didapatkan hasil α=05 di memberikan pengetahuan terhadap
peroleh nilai p=0,427 sehingga Puskesmas Lancirang tentang
p>0,05 berarti hipotesa di tolak Faktor-faktor yang berhubungan dengan
dengan kesimpulan tidak ada pemilihan metode kontrasepsi jangka
hubungan antara pendidikan pendek hormonal di Puskesmas
dengan pemilihan metode Lancirang Kabupaten Sidrap.
kontrasepsi jangka pendek. DAFTAR PUSTAKA
Hasil ini menunjukkan bahwa
pendidikan tidak memiliki hubungan Anggraeni,P. (2014). Determinan
Penggunaan Metode Kontrasepsi
yang signifikan dengan pemilihan
Jangka Panjang (MKJP) Pada
metode kontrasepsi jangka pendek Akseptor KB Di Wilayah Kerja
hormonal mungkin dikarenakan

13 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394


JIKP©JURNAL ILMIAH KESEHATAN PENCERAH

Puskesmas Pemulang Tahun 2014. Rekam Medik Puskesmas Lancirang


http://repository.uinjkt.ac.id (2016). Data BKKBN. Tidak
BKKBN. (2016). Data Pengguna KB: Dipublikasikan Puskesmas
Tidak Dipublikasikan: Dinas Lancirang
Kesehatan Kabupaten Sidrap. Sujarweni, V,W. (2014). Metodologi
Dewi ,P.H & Notobroto,H.B (2014). Penelitian Kesehatan. Yogyakarta:
Rendahnya Keikutsertaan Gava Medika
Pengguna Metode Kontrasepsi Sulistiawati,S. (2014). Pelayanan
Jangka Panjang Pada Pasangan Keluarga Berencana, Jakarta:
Usia Subur . http://journal Salemba Medika
unair.ac.id. Susiana S, Pratiwi D.E (2015). Agama
Hidayah, Nugroho, Kholifah (2013). dan keikutsertaan keluarga
Faktor-Faktor yang Berencana (KB) dan pemilihan
mempengaruhi tingginya cakupan jenis alat Kontrasepsi pada
akseptor KB memilih metode KB pasangan Usia Subur (PUS) di
suntik 3 bulan di desa Cupak Desa Agramulyo Sedayu Bantul
Kecamatan ngusikan Kabupaten Yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu
jombang. Program Study D3 Kesehatan Almi Ata Yogyakarta.
Kebidana STIKES Pemkab Wulandari Sri (2016). Hubungan Faktor
Jombang. Agama dan kepercayaan dengan
Karningsih dkk. (2014). Faktor keikutsertaan KB IUD di
Predisposing Dan Enabling Puskesmas Mergansan kota
Terhadap Metode Kontrasepsi. Yokyakarta. RAKERNAS
http://ejurnal.poltekkesjakarta3.ac AIPKEMA.
.id. Yuhedi,L.T & Kurniawati,T, (2014),
Kuswandari,T.D, Raharjo.B, Kependudukan Dan Pelayanan
Nugroho,F.S (2015). Perbedaan KB Jakarta : EGC
Pengetahuan Sebelum & Sesudah
Pemberian Pendidikan Dengan
Metode Snowball Thowring
Tentang Kontrasepsi Hormonal
Pada Pasangan Usia Subur Non
Akseptor KB Di Pucangan
Pukesmas Kartasura Kabupaten
Sukoharjo.
http://eprints.ums.ac.id.
Nursalam. (2013).. Metodologi
Penelitian Ilmu Keperawatan.
Pendekatan Prktis. Edisi 3.
Pendit,B,U. (2006). Ragam Metode
Kontrasepsi (Wulansari.P Dan
Hartanto.H, Penerjemah). Jakarta:
EGC

14 Volume 6 Nomor 1 Bulan Juli Tahun 2017 ᴥ ISSN:2089-9394

Anda mungkin juga menyukai