Anda di halaman 1dari 4

REFLEKSI KASUS

Disusun oleh:

BAYU AJI WICAKSONO

1713020025

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO

PUSKESMAS 1 SUMBANG

PERIODE 21 JANUARI – 23 MARET 2019

1
REFLEKSI KASUS
STASE IKM
PUSKESMAS 1 SUMBANG

1. Rangkuman Kasus
Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama
dalam kependudukan. Sejak 2004, program Keluarga Berencana (KB) dinilai
berjalan lambat, hingga angka kelahiran mencapai 4,5 juta per tahun dan pada
tahun 2010 berdasarkan sensus penduduk mencapai 237 juta jiwa. Ledakan
penduduk disadari akan berpengaruh pada ketersediaan pangan dan kualitas
sumber daya manusia. Untuk menghindari dampak tersebut, pemerintah berusaha
keras menekan angka kelahiran hingga di bawah 237 juta jiwa pertahun.1
Pemakaian Metode Kontrsepsi Jangka Panjang (MKJP) memiliki banyak
keuntungan, baik dilihat dari segi program, maupun dari sisi klien (pemakai).
Disamping mempercepat penurunan Total Fertility Rate (TFR), penggunaan
kontrasepsi MKJP juga lebih efisien karena dapat dipakai dalam waktu yang lama
serta lebih aman dan efektif. Metode kontrasepsi ini sangat tepat digunakan pada
saat kondisi krisis yang dialami oleh sebagian besar masyarakat Indonesia
terutama pada masyarakat yang tergolong kurang mampu/miskin2.
World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan kontrasepsi telah
meningkat dibanyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika Latin dan
terendah di Sub-Sahara Afrika. Secara global, pengguna kontrasepsi modern telah
meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun 1990 menjadi 57,4% pada tahun
2014. Hasil prevalensi KB di Indonesia berdasarkan Survei Pemantauan Pasangan
Usia Subur (PUS) tahun 2013 mencapai angka 65,4% dengan metode KB yang
didominasi oleh peserta KB suntikan (36%), pil KB (15,1%), Implant (5,2%), IUD
(4,7%), dan MOW (2,2%).

2. Perasaan Terhadap Pengalaman

Pasien penggunaan KB Implant mengharapkan dapat merencanakan


kehamilannya dan agar tidak lupa dalam penggunaan alat kontrasepsi seperti
suntik yang harus tiap 3 bulan. Pasien sudah sadar akan perencanaan kehamilan

2
dan perkembangan anaknya agar tercapai kesehatan keluarga yang maksimal.
Dukungan keluarga terhadap pemasangan alat kontrasepsi berupa implant
merupakan salah satu faktor pendukung, akan tetapi biasanya suami tidak begitu
peduli dalam penggunaan alat kontrasepsi yang harus di pilih oleh istri.

3. Evaluasi

Pemasangan implant sudah sesuai dengan prosedur yang seharusnya.


Ketersediaan alat yang sudah disediakan oleh dinas kesehatan sudah sesuai dan
cukup di puskemas sehingga penggunaanya dapat maksimal. Pemerintah begitu
peduli dengan perencanaan keluarga. Karena di harapkan dengan perencanaan
yang matang dalam keluarga akan menciptakan kesehatan di masyarakat.
Perlunya edukasi terhadap masyarakat sehingga meyakinkan masyarakat dalan
keuntungan dan kerugian penggunaan alat kontrasepsi implant.

4. Analisis
Petugas kesehatan perlu melakukan promosi terhadap masyarakat agar
mau menggunakan alat kontrasepsi implant. Masyarakat juga di harapkan tidak
hanya merencanakan kehamilan tetapi merencanakan kesehatan keluarga yang
lainnya. Peran keluarga dalam mendukung perencanaan juga sangat penting.
Pasien juga merasa puas karena penggunaan KB implant tidak begitu
mengganggu kesuburan, sehingga ketika akan hamil tinggal di lepas.

5. Kesimpulan

Pasien mendukung program pemerintah untuk keluarga berencana dan


mereka juga merencakan kesehatannya. Implan adalah kontrasepsi jangka
panjang bersifat reversibel berisi hanya progestin saja (progestin-only) yang
melepaskan sejumlah kecil progestin secara terus-menerus ke dalam aliran darah.
Implan merupakan suatu alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit lengan
atas sebelah dalam. Berbentuk kapsul silatik yang lentur, panjangnya sedikit lebih
pendek daripada batang korek api. Sehingga masyarakat tidak lupa dalam
penggunaan kontrasepsi pada aktifitas seksual yang tinggi.

3
6. Daftar Pustaka

Mahmudah, L. N. (2015) Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Pemilihan


Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) pada Akseptor KB Wanita
di Kecamatan Banyubiru Kabupaten Semarang. Unnes Journal of Public
Health, 2(2), 76 85.
Kurniawan, Herman, dkk (2017) Perilaku Akseptor dalam Memilih Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) di POSKESDES Anuta Singgani
Kecamatan Mantikulore Kota Palu. Jurnal Preventif, 8(1), 1-58
Jacobstein R, Stanley H. (2013) Contraceptive Implants: Providing Better Choice
to Meetgrowing Family Planning Demand. Global Health: Science and
Practice, 1(1), 11-17.
Prawirohardjo, Sarwono (2006) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.
Jakarta, Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo Sarwono.
Noviawati, Dyah (2009) Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Nuha Medika,
Jogjakarta.

Anda mungkin juga menyukai