Abstrak
Mayoritas PUS yang menjadi peserta KB baru didominasi peserta KB yang menggunakan Non
Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (Non MKJP) sebesar 85,95% dari seluruh peserta KB baru.
Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) seperti
IUD,MOW, MOP dan Implant hanya sebesar 14,05%. Metode Operasi Wanita (MOW) merupakan
kontrasepsi dikenal paling efektif dan efisien untuk menekan kelahiran atau mengakhiri kehamilan.
Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran paritas PUS, gambaran pengetahuan PUS dan hubungan
paritas dengan pengetahuan PUS dalam pemilihan kontrasepsi MOW di wilayah kerja Puskesmas
Batang IV. Desain penelitian deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi 5305 PUS
dan sampel 99 responden yang di pilih melalui purposive sampling. Uji statistik menggunakan uji
statistik spearmans rho. Hasil penelitian menunjukan 18 PUS kategori grande multipara memiliki
pengetahuan kurang (46.2 %). Ada hubungan antara paritas dengan pengetahuan dalam pemilihan
kontrasepsi MOW (p = 0.000). PUS yang sudah memenuhi syarat menggunakan kontrasepsi MOW
diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan mempertimbangkan untuk menggunakan kontrasepsi
MOW atas dasar paritas, tenaga kesehatan terutama bidan dapat melakukan pendekatan dengan
konseling kepada PUS agar dapat lebih meningkatkan kesadaran PUS untuk menggunakan kontrasepsi
yang lebih efektif.
Kata Kunci: Paritas, Pengetahuan, MOW
Abstract
Majority of PUS participants who are new participants are dominated by family planning participants
who use Non-Long Term Contraception Methods (Non MKJP) of 85.95% of all new family planning
participants. While new participants who used the Long Term Contraception Method (MKJP) such as
IUD, MOW, MOP and Implant were only 14.05%. Female Surgery Method (MOW) is known to be the
most effective and efficient contraception for suppressing birth or ending pregnancy. The aim of the study
was to determine the description of PUS parity, description of PUS knowledge and the relationship
parity with PUS knowledge in the selection of MOW contraception in the work area of Batang IV Health
Center. Descriptive correlative research design with cross sectional approach. Population 5305 PUS and
sample of 99 respondents selected through purposive sampling. Statistical test using test spearmans rho.
The results showed that 18 PUS in the multipara grande category had less knowledge (46.2%). There is a
relationship between parity and knowledge in the selection of MOW contraception (p = 0.000). PUS that
have met the requirements of using MOW contraception are expected to be able to increase their
knowledge and consider using MOW contraception on the basis of parity, health workers, especially
midwives, can approach counseling to PUS in order to further increase PUS awareness to use more
effective contraception.
Keywords: Parity, Knowledge, MOW
persentasenya adalah sebagai berikut : 348.134 Batang. Serta mengidentifikasi hubungan paritas
peserta IUD (8,00%) , 77.092 peserta MOW dengan pengetahuan Pasangan Usia Subur
(1,59%), 430.897 peserta Implant (8,87%), (PUS) dalam pemilihan kontrasepsi Metode
2.396.818 peserta Suntikan (49,35%), 1.264.386 Operasi Wanita (MOW) di wilayah kerja
peserta Pil (26,03%), 9.375 peserta MOP Puskesmas Batang IV Kabupaten Batang. Hasil
(0,26%) dan 286.359 peserta Kondom (5,90%) penelitian diharapkan dapat memberikan
(BKKBN,2013). informasi dan manfaat dalam pemilihan
Menurut data BKKBN Provinsi Jawa kontrasepsi MOW pada Pasangan Usia Subur
Tengah pada tahun 2012 jumlah PUS yang (PUS).
menjadi peserta KB aktif tercatat sebanyak
5.080.580 (78.32 %) PUS, dengan rincian tiap TINJAUAN PUSTAKA
metode kontrasepsi sebagai berikut : 445.718 Paritas adalah jumlah total kehamilan
peserta IUD, 293.264 peserta MOW, 63.367 yang berlangsung lebih dari usia gestasi 20
peserta MOP, 87.083 peserta Kondom, 488.018 minggu tanpa memperhatikan hasil akhir janin
peserta Implant, 2.834.891 peserta Suntik, (Paulette, 2007; h.23). Paritas adalah jumlah
868.239 peserta PIL (BKKBN Jateng, 2012 janin dengan berat janin lebih dari 500 gram
).Berdasarkan data diatas KB MOW yang pernah dilhirkan, hidup mupun mati, jika
menunjukan cakupan KB terendah kedua setelah berat badan tidak dapat diketahui maka dapat
KB MOP baik di tingkat nasional maupun di diketahui melalui umur kehamilan lebih dari 24
Jawa Tengah. minggu (Sumarah, 2008; h.1-2).
Metode Operasi Wanita (MOW) Menurut Friedman (2005) dalam Ari
merupakan metode kontrasepsi yang dikenal Widya (2012) faktor – faktor yang
paling efektif dan efisien untuk menekan mempengaruhi paritas adalah :
kelahiran atau mengakhiri kehamilan, 1) Pendidikan, Pendidikan berarti bimbingan
memberikan manfaat yang optimal dengan yang diberikan oleh seseorang terhadap
meminimalkan efek samping maupun keluhan perkembangan orang lain menuju ke arah suatu
yang ditimbulkan. Serta ekonomis dibandingkan cita-cita tertentu. Semakin tinggi tingkat
metode kontrasepsi lainya. Namun keikutsertaan pendidikan seseorang, maka makin mudah
akseptor terhadap KB MOW masih sangat dalam memperoleh menerima informasi,
rendah dibandingkan metode lainya. Mereka sehingga kemampuan ibu dalam berpikir lebih
menganggap bahwa Metode Operasi Wanita rasional. Ibu yang mempunyai pendidikan tinggi
(MOW) mempunyai efek samping yang akan lebih berpikir rasional bahwa jumlah anak
membahayakan seperti perubahan hormonal, yang ideal adalah 2 orang.
perubahan haid dan problem psikologis, serta 2) Pekerjaan, Pekerjaan adalah serangkaian
takut dengan pembedahan yang dilakukan saat tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan
proses MOW dilaksanakan (Badriah, 2009). oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau
Beberapa faktor yang mempengaruhi profesi masing-masing. Beberapa segi positif
PUS dalam pemilihan kontrasepsi MOW adalah mendukung ekonomi rumah tangga.
diantaranya adalah paritas dan pengetahuan. Pekerjaan jembatan untuk memperoleh uang
Paritas dan pengetahuan PUS merupakan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan
variabel yang mempunyai pengaruh cukup untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik
penting terhadap pemakaian kontrasepsi Metode untuk keluarga dalam hal gizi, pendidikan,
Operasi Wanita (MOW). tempat tinggal, sandang, liburan dan hiburan
Jumlah paritas PUS akan serta fasilitas pelayanan kesehatan yang
mempengaruhi pemakaian kontrasepsi. Cukup diinginkan. Banyak anggapan bahwa status
banyak PUS yang menggunakan cara KB tidak pekerjaan seseorang yang tinggi, maka boleh
rasional yaitu, tidak sesuai dengan umur ibu, mempunyai anak banyak karena mampu dalam
jumlah anak yang diinginkan dan kondisi memenuhi kebutuhan hidup sehari-sehari.
kesehatan ibu, seharusnya mereka lebih efektif 3) Keadaan ekonomi, keadaan ekonomi
menggunakan kontrasepsi jangka panjang keluarga yang tinggi mendorong ibu untuk
seperti kontrasepsi mantap MOW. Hasil mempunyai anak lebih karena keluarga merasa
penelitian yang dilakukan oleh Feri Padmasari mampu dalam memenuhi kebutuhan hidup.
tahun 2010 paritas merupakan fakor yang 4) Latar Belakang Budaya, Cultur universal
sangat penting mempengaruhi keputusan adalah unsur-unsur kebudayaan yang bersifat
pemilihan kontrasepsi tubektomi atau MOW. universal, semua kebudayaan di dunia, seperti
Penelitian ini ingin mengetahui pengetahuan bahasa dan khasanah dasar, cara
gambaran paritas Pasangan Usia Subur (PUS) di pergaulan sosial, adat-istiadat, penilaian-
wilayah kerja Puskesmas Batang IV Kabupaten penilaian umum. Tanpa disadari, kebudayaan
Batang. Dan Mengetahui gambaran pengetahuan telah menanamkan garis pengaruh sikap
Pasangan Usia Subur (PUS) mengenai terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah
kontrasepsi Metode Operasi Wanita (MOW) di mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena
wilayah kerja Puskesmas Batang IV Kabupaten kebudayaan dapat memberi corak pengalaman
individu-individu yang menjadi anggota pada wanita adalah setiap tindakan pada kedua
kelompok masyarakat asuhannya. Hanya saluran telur yang mengakibatkan orang atau
kepercayaan individu yang telah mapan dan pasangan yang bersangkutan tidak akan
kuatlah yang dapat memudarkan dominasi mendapatkan keturunan lagi. Kontrasepsi ini
kebudayaan dalam pembentukan sikap untuk jangka panjang dan sering disebut
individual. Latar belakang budaya yang tubektomi atau sterilisasi. (Handayani, 2010;
mempengaruhi paritas antara lain adanya h.182)
anggapan bahwa semakin banyak jumlah anak, Menurut Prawirohardjo (2008) dalam
maka semakin banyak rejeki. Astriani (2013) ada beberapa faktor yang
5) Pengetahuan, Pengetahuan merupakan mempengaruhi pemilihan KB MOW yaitu:
domain dari perilaku. Semakin tinggi tingkat 1) Faktor pasangan
pengetahuan seseorang, maka perilaku akan (a) Umur
lebih bersifat langgeng. Dengan kata lain ibu Umur ibu diatas 30 tahun, dianjurkan
yang tahu dan paham tentang jumlah anak yang untuk menghentikan/ mengakhiri
ideal, maka ibu akan berperilaku sesuai dengan kehamilan/ kesuburan karena alasan
apa yang ia ketahui. medis dan alasan lainnya pilihan
Menurut Hartanto (2004; h.31) utamanya adalah dengan menggunakan
mengatakan bahwa pada usia 35 tahun keatas kontrasepsi mantap wanita / MOW.
sebaiknya mengakhiri kesuburan setelah (b) Gaya hidup
mempunyai 2 orang anak. Teori diatas sesuai Gaya hidup seorang wanita atau pasangan
dengan hasil penelitian yang dilakukan Afif suami istri sangat mempengaruhi dalam
Rifai tahun 2011, bahwa kecenderungan pemilihan penggunaan kontrasepsi
pemakaian kontrasepsi efektif yaitu pada paritas mantap wanita/ MOW, yaitu pada
≥ 3, dengan demikian berarti paritas sangat aktivitas seksual mereka, wanita yang
mempengaruhi seseorang dalam memilih jenis telah menjalani sterilisasi tidak memiliki
kontrasepsi. resiko disfungsi seksual. Pasangan lebih
Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan menikmati seks karena mereka bebas dari
setelah seseorang melakukan penginderaan kecemasan terhadap kehamilan yang
terhadap suatu objek. Penginderaan terhadap tidak direncanakan.
obyek terjadi melalui panca indera manusia, (c) Jumlah keluarga yang diinginkan
yaitu indera penglihatan, pendengaran, Pasangan Usia Subur (PUS) yakin telah
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar mempunyai besar keluarga yang sesuai
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dengan keinginanya.
dan telinga. (Notoatmodjo, 2012;h. 138). Pengalaman dengan metode kontrasepsi
Menurut BKKBN (2007) Pasangan yang lalu.
Usia Subur diklasifikasikan menjadi dua yaitu : (d) Pasangan suami istri yang telah
1) Pasangan Usia Subur (PUS) Peserta KB berpengalaman menggunakan berbagai
Pasangan suami isteri yang isterinya berumur metode kontrasespi dan mengalami
antara 15 sampai dengan 49 tahun sedang masalah serta komplikasi akibat
menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan tidak kontrasepsi yang digunakan akan
ingin mempunyai anak segera atau tidak ingin cenderung memilih kontrasepsi yang
mempunyai anak tetapi ditunda atau yang sudah lebih efektif minim efek samping seperti
tidak menginginkan anak kembali. kontrasepsi MOW.
2) Pasangan Usia Subur (PUS) Bukan Peserta 2) Faktor kesehatan
KB (a) Status kesehatan
a) PUS Ingin Memiliki Anak Segera Mempunyai masalah –masalah medis
Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang yang signifikan missal pada penderita
tidak menggunakan salah satu alat cara penyakit jantung, hipertensi, diabetes,
kontrasepsi dikarenakan ingin memiliki anak obesitas dan Penyakit Radang Panggul
segera atau masih menginginkan untuk (PRP).
memiliki anak dengan batas waktu kurang (b) Riwayat haid
dari 2 tahun. Berkaitan dengan siklus, lama dan jumlah
b) Tidak Ingin Memiliki Anak Lagi menstruasi.
Pasangan Usia Subur (PUS) yang sedang (c) Riwayat keluarga
tidak menggunakan salah satu alat atau cara Kebahagiaan keluarga, yang meliputi
kontrasepsi tetapi tidak ingin memiliki anak terkait dalam perkawinan yang syah, dan
lagi. harmonis, memiliki sekurang-kurangnya
Kontrasepsi MOW (Tubektomi) adalah dua anak yang hidup dan sehat, baik fisik
tindakan operasi ringan atau prosedur bedah maupun mental.
suka rela untuk menghentikan fertilitas (d) Pemeriksaan fisik
(kesuburan) seorang perempuan secara Pemeriksaan fisik perlu dilakukan,
permanen (Hartanto, 2004). Kontrasepsi mantap meliputi kondisi – kondisi yang mungkin
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Responden akan semakin memiliki resiko kematian dalam
Menurut Pekerjaan Suami Diwilayah Kerja persalinan. Hal ini berarti jumlah anak akan
Puskesmas Batang IV sangat mempengaruhi kesehatan ibu dan dapat
meningkatkan taraf hidup keluarga secara
Presentase maksimal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
NO Pekerjaan Frekuensi
(%) Feri Padmasari tahun 2010 paritas merupakan
1 Buruh 55 55.6 fakor yang sangat penting mempengaruhi
2 Wiraswasta 37 37.4 keputusan pemilihan kontrasepsi tubektomi atau
3 Karyawan 3 3.0 MOW.
4 PNS 4 4.0 Beberapa faktor yang mempengaruhi PUS
dalam pemilihan kontrasepsi MOW diantaranya
Total 99 100 adalah paritas. Jumlah paritas PUS akan
mempengaruhi pemakaian kontrasepsi. Cukup
Berdasarkan tabel diatas menunjukan jumlah banyak PUS yang menggunakan cara KB tidak
pekerjaan suami sebagai buruh sebanyak 55 rasional, yaitu tidak sesuai dengan umur ibu,
responden (55.6 %) dan jumlah pekerjaan suami jumlah anak yang diinginkan dan kondisi
sebagai karyawan sebanyak 3 responden (3.0 %). kesehatan ibu, seharusnya mereka lebih efektif
menggunakan kontrasepsi jangka panjang
1. Analisis Univariate seperti kontrasepsi mantap MOW.
a) Paritas Menurut Friedman (2005) dalam Widya
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Paritas (2012) faktor – faktor yang mempengaruhi
Pasangan Usia Subur (PUS) di Wilayah paritas diantaranya, pendidikan, pekerjaan,
Kerja Puskesmas Batang IV keadaan ekonomi, latar belakang budaya dan
pengetahuan.
Hasil penelitian pada tabel 3 dan 6
Presentase menyatakan bahwa sebanyak 63 responden
NO Paritas Frekuensi
(%) (63.6%) istri berpendidikan dasar dan
1 Multipara 77 77.8 sebanyak 51 responden (51.5%) suami
2 Grande 22 22.2 berpendidikan dasar. Hal ini dapat
Multipara mempengaruhi paritas PUS, semakin tinggi
Total 99 100.0 tingkat pendidikan seseorang, maka makin
Dari data diatas dapat dilihat bahwa responden mudah dalam memperoleh menerima
dengan kategori paritas tertinggi adalah informasi, sehingga kemampuan PUS dalam
multipara dengan jumlah 77 responden (77.8 berpikir lebih rasional. PUS yang mempunyai
%). pendidikan tinggi akan lebih berpikir rasional
Hasil penelitian paritas pasangan usia bahwa jumlah anak yang ideal adalah 2 orang,
subur (PUS) pada tabel 7. menyatakan bahwa hal ini sesuai dengan teori yang di kemukaan
bahwa responden dengan kategori paritas oleh Friedman (2005) dalam Widya (2012).
multipara sejumlah 77 responden (77.8 %) dan Hasil penelitian pada tabel 5 dan 6 menyatakan
kategori paritas grande multipara sejumlah 22 bahwa sejumlah 51 responden (51 %) istri
responden (22.2 %). Data ini menunjukan bekerja sebagai buruh dan 55 responden (55.6
bahwa kategori paritas tertinggi di wilayah %) suami bekerja sebagai buruh. Pekerjaan
kerja puskesmas Batang IV adalah multipara seseorang juga akan mempengaruhi paritas
sebanyak 77 responden ( 77.8 %). Paritas PUS. Bekerja akan mempunyai pengaruh
adalah jumlah kehamilan yang berakhir dengan terhadap kehidupan keluarga, jumlah anak dan
kelahiran bayi atau bayi telah mencapai titik dalam pemilihan metode KB yang di inginkan.
kemampuan bertahan hidup. Titik ini dicapai Menurut Friedman (2005) dalam Widya
pada umur kehamilan 20 minggu atau berat (2012) pekerjaan adalah serangkaian tugas atau
janin > 500 gram. (Varney, 2007; h.523). kegiatan yang harus dilaksanakan oleh
Menurut Prawirohardjo (2005) dalam seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi
Khomsiyah (2013) paritas dibagi menjadi 3 masing-masing. Beberapa segi positif dari
yaitu, primipara adalah seorang wanita yang pekerjaan adalah mendukung ekonomi rumah
pernah mengandung dimana wanita tersebut tangga karena pekerjaan jembatan untuk
telah melahirkan untuk pertama kali, multipara memperoleh uang dalam rangka memenuhi
adalah seorang wanita yang telah hamil dan kebutuhan hidup dan untuk mendapatkan
melahirkan dua kali atau lebih atau < 5 kali kualitas hidup yang baik untuk keluarga dalam
dan grande multipara adalah seorang wanita hal gizi, pendidikan, tempat tinggal, sandang,
yang melahirkan > 5 kali. Menurut Hartanto liburan dan hiburan serta fasilitas pelayanan
(2004; h.31) mengatakan bahwa pada usia 35 kesehatan yang diinginkan. Bekerja umumnya
tahun keatas sebaiknya mengakhiri kesuburan merupakan kegiatan yang menyita waktu
setelah mempunyai 2 orang anak. Semakin sehingga akan mempunyai pengaruh terhadap
sering seorang wanita melahirkan anak, maka kehidupan keluarga, jumlah anak dan
pemakaian kontrasepsi. Untuk itu sebagai Penelitian ini di lakukan pada PUS yang
tenaga kesehatan dan fasilitas kesehatan bisa belum menggunakan atau melakukan MOW
menjadi salah satu faktor yang dapat sehingga responden yang diteliti belum
mempengaruhi masyarakat terhadap paritas mengalami dan mengetahui secara jelas tentang
atau jumlah anak yang ideal, dengan kontrasepsi MOW, hasil penelitian ini
memberikan informasi serta meningkatkan menunjukan bahwa sebagian besar responden
pelayanan KB terhadap PUS sehingga PUS berpengetahuan kurang dan cukup tentang
dapat menggunakan KB yang rasional. Tidak kontrasepsi MOW. Banyak PUS yang belum
hanya pada pasangan usia subur saja tetapi juga mengetahui mengenai indikasi dan
anggota keluarga lain yang berada didekat kontraindikasi MOW, syarat, bagaimana
PUS, disamping peran aktif dari masyarakat prosedur pelaksanaan dan pembedahan MOW,
sendiri untuk melakukan pemilihan kontrasepsi waktu pelaksanaan dan efeksamping
metode operasi wanita (MOW) sehingga dapat kontrasepsi MOW, hal ini di ambil dari hasil
menekan jumlah kelahiran dan mempunyai kuesioner yang telah dibagikan kepada
jumlah anak yang ideal. responden.
b) Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2005; h.13)
Tabel 8. Distribusi Frekuensi menyatakan bahwa pengalaman merupakan
Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) guru terbaik. Pepatah tersebut dapat diartikan
di Wilayah Kerja Puskesmas Batang IV bahwa pengalaman merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu suatu cara
untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,
Presentase
NO Pengetahuan Frekuensi oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat
(%)
digunakan sebagai upaya untuk memperoleh
1 Baik 29 29.3 pengetahuan.
2 Cukup 31 31.3 Selain faktor pengalaman, ada beberapa
3 Kurang 39 39.4 faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan
Total 99 100.0 responden, seperti pendidikan, pekerjaan, umur,
lingkungan dan sosial budaya. Pendapat ini
Hasil dari data diatas bisa dilihat bahwa sesuai dengan teori yang dikemukaan oleh
responden dengan pengetahuan kurang Wawan dan Dewi (2010; h.18).
memiliki jumlah tertinggi yaitu sejumlah 39 Menurut Arikunto (2006) dalam Wawan
responden (39.4%). dan Dewi (2011; h. 18) kategori pengetahuan
Berdasarkan hasil penelitian pengetahuan terdiri dari pengetahuan baik dengan prosentase
pasangan usia subur (PUS) pada tabel 8 76 – 100 %, pengetahuan cukup dengan dengan
menyatakan bahwa dari keseluruhan jumlah prosentase 56 – 75 % dan untuk pengetahuan
responden yaitu 99 responden sebanyak 39 kurang dengan prosentase kurang dari 56 %.
responden (39.4 %) memiliki pengetahuan Semakin tinggi tingkat pengetahuan
kurang, 31 responden (31.3%) memiliki seseorang, maka perilaku akan lebih bersifat
pengtahuan cukup dan 29 responden (29.3) langgeng. Dengan kata lain ibu yang
memiliki pengetahuan baik. Hasil penelitian mengetahui dan paham tentang jumlah anak
tersebut menunjukan bahwa responden yang yang ideal, maka PUS akan berperilaku sesuai
mempunyai pengetahuan kurang dengan jumlah dengan apa yang ia ketahui yaitu dengan dapat
prosentase tertinggi yang artinya masih banyak menggunakan kontrasepsi yang rasional, ideal
pasangan usia subur cenderung belum bisa dan efektif. Hasil penelitian ini dapat diketahui
memilih kontrasepsi Metode Operasi wanita bahwa kurangnya pengetahuan responden
(MOW) . terhadap kontrasepsi MOW ini menjadi salah
Pengetahuan adalah hasil pengindraan satu penyebab banyak responden tidak
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap menggunakan kontrasepsi MOW.
objek melalui pengindraan yang dimilikinya.
Sehingga dengan sendirinya pada waktu 2. Analisis Bivariate
pengindraan dapat menghasilkan pengetahuan. Berdasarkan hasil analisis bivariate antara
Pengetahuan sangat dipengaruhi oleh intensitas variabel paritas dengan pengetahuan pasangan
perhatian dan presepsi terhadap objek. usia subur (PUS) dalam Pemilihan Kontrasepsi
Sebagian besar pengetahuan seseorang Metode Operasi Wanita (MOW), uji statistic
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), yang digunakan untuk melihat hubungan antara
dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan dua variabel tersebut adalah Sperman Rank
seseorang terhadap objek memiliki intensitas dengan hasil sebagai berikut :
atau tingkat yang berbeda (Notoatmodjo, 2010;
h.27).
Tabel 9. Hubungan Paritas dengan Pengetahuan Pasangan Usia Subur (PUS) Tentang
Kontrasepsi Metode Operasi Wanita (MOW)
pengetahuan mempunyai beberapa faktor
Pengetahuan Ni
Baik Total lai Nilai p
Paritas Cukup Kurang r
N % N % N % N %
Multipara 27 93.1 77 10 -
29 93.5 21 53.8
0 0,
0,000
Grande 2 6.9 22 10 41
2 6.5 18 46.2
multipara 0 6
Total 29 100 31 100 39 100 99
Setelah dilakukan uji statistik pendidikan, umur, pekerjaan, sosial budaya dan
menggunakan Spearman’s Rho didapatkan nilai lingkungan dan ada juga faktor pendukung lain
signifikasi (p) sebesar 0.000 yang dibandingkan yang dapat mempengaruhi pengetahuan dalam
dengan α : 5%, maka p < 0.05 sehingga Ha pemilihan kontrasepsi yaitu faktor pasangan
diterima yang artinya ada hubungan paritas yang meliputi umur, gaya hidup, jumlah
dengan pengetahuan pasangan usia subur keluarga yang diinginkan dan pengalaman
(PUS) dalam pemilihan kontrasepsi metode dengan metode kontrasepsi yang lalu.
operasi wanita (MOW). (Dahlan, 2009;h. 27), Hasil penelitian dapat diketahui bahwa
dengan nilai r sebesar -0.416 yang mayoritas responden dengan kategori paritas
menunjukkan taraf keeratan hubungan sedang multipara sehingga PUS menganggap
dan arah hubungan negatif. pemakaian kontrasepsi MOW belum diminati
Berdasarkan analisa bivariat dengan uji selain itu juga pengetahuan yang kurang
statistik Korelasi Spearman’s Rho didapatkan mengenai kontrasepsi MOW masih rendah
nilai signifikasi (p value) yang besarnya 0.000 sehingga PUS belum mengetahui syarat,
dibandingkan dengan α = 0,05, maka p value < indikasi, kontraindikasi, prosedur, waktu
0.05 hal ini menunjukkan H0 di tolak dan Ha pelaksanaan dan efek samping yang di
diterima yang artinya ada hubungan yang timbulkan.
signifikan antara paritas dengan pengetahuan Hasil penelitian yang telah dilakukan
pasangan usia subur (PUS) dalam pemilihan yaitu ada hubungan antara paritas dengan
kontrasepsi metode operasi wanita (MOW) pengetahuan. Responden yang memiliki
dengan kekuatan hubungan untuk koefisien pengetahuan baik diartikan bahwa responden
korelasi -0.416 adalah sedang dan arah telah memahami kontrasepsi MOW merupkan
hubungan negatif . Hal ini menunjukkan kontrasepsi yang efektif untuk mencegah
semakin tinggi paritas PUS yaitu dengan kehamilan sehingga responden mempunyai
kategori grande multipara justru memiliki inisiatif untuk berpartisipasi menggunakan
pengetahuan kurang tentang kontrasepsi MOW. kontrasepsi MOW. Responden yang memiliki
Sedangkan untuk PUS dengan kategori pengetahuan kurang dan cukup dapat diartikan
multipara justru menunjukan memiliki bahwa responden belum memahami mengenai
pengetahuan baik tentang kontrasepsi MOW kontrasepsi MOW bahwa kontrasepsi MOW
Hasil penelitian yang dilakukan oleh merupakan kontrasepsi yang sangat efektif
Purwoko (2010) menyatakan bahwa ada sehingga tidak ada keinginan untuk memilih
hubungan antara umur dan paritas dalam kontrasepsi MOW.
pemilihan kontrasepsi mantap. Pada umur > 35
tahun dan paritas > 3 kontrasepsi yang KESIMPULAN
dianjurkan kepada ibu menurut pemakaian 1. Pasangan usia subur (PUS) mayoritas dalam
kontrasepsi yang rasioanal adalah kontrasepsi kategori multipara yaitu sebanyak 77
mantap. responden (77,8%).
Mayasari (2011) menyatakan bahwa ada 2. Pasangan usia subur (PUS)yang mempunyai
hubungan antara pengetahuan PUS tentang pengetahuan kurang atau belum bisa memilih
metode kontrasepsi MOW dengan pemilihan kontrasepsi metode operasi wanita (MOW)
metode kontrasepsi MOW. Pengetahuan yaitu sebanyak 39 responden (39.4%).
merupakan faktor penting dalam membentuk 3. Ada hubungan yang signifikan antara paritas
suatu tindakan. Apabila semakin tinggi tinggi dengan pengetahuan pasangan PUS dalam
pengetahuan seseorang maka ia akan cenderung memilih MOW di wilayah kerja Puskesmas
berfikir dan bersikap positif. Batang IV dengan kekuatan hubungan
Hubungan koefisien korelasi yang sedang sedang dengan r = - 0.416 dan p = 0.000
antara hubungan paritas dengan pengetahuan dengan arah hubungan negatif, hal ini
pasangan usia subur (PUS) dalam pemilihan menunjukkan semakin tinggi paritas PUS
pemilihan kontrasepsi MOW karena yaitu dengan kategori grande multipara justru
memiliki pengetahuan kurang tentang Mayasari, Elia. 2011. Faktor Perilaku Yang
kontrasepsi MOW. Sedangkan untuk PUS Berhubungan Dengan Pemilihan
dengan kategori multipara justru menunjukan Metode Kontraepsi Medis Operatif
memiliki pengetahuan baik tentang Wanita (MOW) Di KElurahan Mangli
kontrasepsi MOW. Kecamatan Kaliwates Kabupaten
Saran penelitian ini adalah bagi Jember: Fakultas Ilmu Kesehatan
responden yang mempunyai pengetahuan Masyarakat Universitas Jember
kurang yaitu sebanyak 39 responden (39.4 Mega, Ragilia Astriani. 2013. Hubungan
%) atau belum memilih kontrasepsi MOW Pendidikan Dengan Sikap Wanita Usia
tetapi sudah memenuhi syarat untuk Subur (WUS) Dalam Pemilihan
menggunakan MOW agar dapat Kontrasepsi MOW Di Desa Rowo
mempertimbangkan untuk memilih Cacing Kecamatan Kedungwuni
kontrasepsi MOW atas dasar paritas dan Kabupaten Pekalongan: Akademi
dengan dukungan keluarga maupun Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan
lingkungan sekitar, responden dapat mencari Notoatmodjo, Soekidjo. 2010 Metodologi
informasi mengenai kontrasepsi metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka
operasi wanita (MOW). Cipta
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi
DAFTAR PUSTAKA Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.
Anggraini, Martini. 2011. Pelayanan Keluarga Jakarta: Rieneka Cipta
Berencana. Yogyakarta: Rohima Press Notoatmodjo, Soekidjo.2005 Metodologi
Ari Widya. 2012. Hubungan Paritas Dengan Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rieneka
Usia Menopouse Di Kelurahan Susukan Cipta
Kecamatan Ungaran Kabupaten Nursalam. 2008. Metodologi Riset
Semarang: Universitas Muhammadiyah Keperawatan. Jakarta: CV Informatika
Semarang Paulette, S Haws. 2007. Asuhan Neonatus.
Badriah, Dewi Laelatul. 2009. Metode Jakarta : EGC
Penelitian Ilmu-ilmu Kesehatan. Purwoko, Edi, 2010. Hubungan Antara Umur
Bandung: Multazam dan Paritas Dalam Pemilihan
BKKBN. 2007. Pasangan Usia Subur(PUS). Kontrasepsi Mantap. Universitas
Diunduh dari http://www.bkkbn.go.id Muhammadiyah Semarang
BKKBN. 2012. Cakupan Pemakaian Puskesmas Batang IV Kabupaten Batang, 2013.
Kontrasepsi MKJP & Non MKJP. Cakupan Peserta KB Aktif dan Peserta
Diunduh dari KB Baru
<http://www.bkkbnjateng.go.id> Sumarah, Wisdyastusti, Y, Wiyati, N. 2008.
BKKBN. 2013.Laporan Hasil Pelayanan Perawatan Ibu Bersalin. Yogyakarta :
Kontrasepsi Juli 2013. Diunduh dari Fitramaya
<http://www.bkkbn.go.id > Varney, H, Krebs,J.M & Gegor, C.L. 2007.
BPPMKB Kabupaten Batang. 2013. Laporan Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4
Hasil Perolehan Peserta KB Baru. Volume 1. Jakarta : EGC
Dahlan, M. Sopiyudin. 2009. Besar Sampel dan Wawan & Dewi. 2011. Teori dan Pengukuran
Cara Pengambilan Sampel dalam Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku
Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Manusia. Cetakan II. Yogyakarta.:
Jzkarta: Salemba Nuha Medika
Dinas Kesehatan Kabupaten Batang. 2012.
Profil Kesehatan Kabupaten Batang.
Feri Padmawati. 2010. Factor – factor Yang
Mempengaruhi Keptusan Pemilihan
Kontrasepsi Tubektomi: Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Ahmad Dahlan
Yogyakarta
Handayani, Sri. 2010. Buku Ajar Pelayanan
Keluarga Berencana. Yogyakarta:
Pustaka Rihama
Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana
dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan
Khomsiyah, 2013. Hubungan Antara Umur Dan
Paritas Ibu Dengan Kejadian
Preeklampsia Di RSUD Kraton
Kabupaten Pekalongan: Akademi
Kebidanan Harapan Ibu Pekalongan.