DALAM ANC
1. Elis Imroatul A
Kelompok 1
2. Uswatun Khasanah
3. Sri Novitasari
4. Kartika
5. Rika
6. Lutfi
7. Febri
8. Santi
9. Meilita
10. Mifa
ANC (ANTENATAL CARE)
Antenatal Care (ANC) adalah
pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu hamil
secara berkala untuk menjaga
keselamatan ibu dan janin
JADWAL ANC
Pelayanan ANC pada kehamilan normal
dilakukan sebanyak 6x
a. Minimal 1x dalam TM 1
b. Minimal 1x dalam TM 2
c. Minimal 2x dalam TM 3
d. Pemeriksaan Khusus bila
terdapat keluhan-keluan tertentu
SCREENING ANTENATAL
TRORCH
T = Toxoplasmosis
O = sifilis, Group B streptoccocus, Listeriosis, Measles, Varicella,
Echovirus, Mups, Vaccinia, Polio, Coxsackie, Hepatitis B-C, HIV,HPV,
Human Prvovirus B19.
R = Rubella
C = Cytomegalovirus (CMV)
H = Herpes simplex (HSV)
Dampak Pada Janin yaitu :
Infeksi Prenatal / kongenital, perinatal.
Berat/fatal/asimptomatik (bermanifestasi
di kemudian hari)
THANK YOU
Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5
Febriati Zuchro1*, Chairil Zaman2, Dewi Suryanti3, Tri Sartika4, Puji Astuti5
DOI: https://doi.org/10.36729
ABSTRAK
Latar Belakang: Pemeriksaan antenatal (Antenatal Care/ANC) merupakan usaha yang dilakukan
untuk mencegah penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan anak. Tujuan ANC adalah
untuk menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga saat postpartum keadaan ibu dan anak sehat serta
normal secara fisik dan mental. Berdasarkan kenyataan di lapangan Puskesmas Bandar Jaya Cakupan
KI 87,6% dan Cakupan K4 86,1% dengan demikian persentase tersebut masih dibawah target
Kabupaten Lahat yakni 95%. Tujuan: Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
antenatal pada ibu hamil. Metode: Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan
metode survey analitik. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di Puskesmas Bandar Jaya Lahat tahun 2021 sejumlah 164 orang. Rancangan penelitian ini
adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling berjumlah 62
responden. Penelitian ini telah dilaksanakan Bulan Juni-Juli 2021. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik berganda.
Hasil: Ada hubungan antara pendidikan (p=0,000; OR 2,625), paritas (p=0,002; OR 0,153), usia ibu
(p=0,003; OR 0,119) dan pengetahuan (p=0,000; OR 13,2) dengan kunjungan antenatal care di
Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat tahun 2021. Hasil uji regresi logistik berganda variabel yang
paling dominan adalah pengetahuan (p=0,001; OR 16,906). Saran: Disarankan Puskesmas untuk
meningkatkan promosi kesehatan agar kegiatan antenatal care pada pelayanan kesehatan ibu dan anak
berjalan maksimal.
ABSTRACT
Background: Antenatal care (ANC) is an attempt to prevent the causes of morbidity and mortality in
pregnant women and children. The purpose of ANC is to prepare physically and mentally as well as
possible to save mothers and children during pregnancy, childbirth and the postpartum period, so that
during the postpartum period the mother and child are physically and mentally healthy and normal.
Based on the reality on the ground at Bandar Jaya Health Center, KI coverage is 87.6% and K4
coverage is 86.1%, thus the percentage is still below the Lahat Regency target of 95%. Aims: To
analyze the factors that influence antenatal care in pregnant women. Methode: The design of this
study was quantitative using an analytical survey method. The population of this study were all
pregnant women who had a pregnancy check-up at the Bandar Jaya Lahat Health Center in 2021 a
total of 164 people. The design of this research is cross sectional with accidental sampling technique of
62 respondents. This research has been carried out in June-July 2021. Data collection using a
questionnaire and analyzed using the Chi-Square test and multiple logistic regression test. Results: A
relationship between education (p=0.000; OR 2.625), parity (p=0.002; OR 0.153), maternal age
(p=0.003; OR 0.119) and knowledge (p=0.000; OR 13.2) with antenatal care visits at the Puskesmas
Bandar Jaya Lahat Regency in 2021. The results of the multiple logistic regression test the most
dominant variable is knowledge (P=0.001; OR 16.906). Suggestion: It is expected for the Puskesmas
that antenatal care activities in maternal and child health services will run optimally by being given
knowledge through health promotion media, both posters or leaflets and the provision of IEC and
counseling about antenatal care.
ibu yang mampu membaca dan menulis Analisis univariat ini dilakukan
dan ibu yang bersedia menjadi responden. untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
Data yang dikumpulkan berdasarkan data persentase dari variabel dependen yaitu
Kabupaten Lahat dan data primer yang usia ibu, dan pengetahuan.
Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden
Tabel 2.
Hubungan Pendidikan dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil
Tabel 3.
Hubungan Paritas dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil
Tabel 4.
Hubungan Usia Ibu dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil
rutin memeriksakan kehamilannya yaitu Ini berarti ada hubungan yang bermakna
sebanyak 11 responden (17,7%). antara usia ibu dengan antenatal care
Hasil uji statistik chi square dengan odds ratio (OR) = 0,119 yang
didapatkan p = 0,003 yang jika artinya responden yang usianya risiko
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p rendah mempunyai peluang sebesar 0,119
≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. kali untuk memeriksakan kehamilannya.
Tabel 5.
Hubungan Pengetahuan dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil
Tabel 6.
Hasil Analisis Multivariat
No. Variabel B S.E Wald DF Sig. Exp(B)
1 Pengetahuan 2,828 0,864 10,709 1 0,001 16,906
2 Paritas -2,630 0,956 7,564 1 0,006 0,072
3 Usia ibu -1,679 0,890 3,558 1 0,059 0,186
4 Constant 2,628 2,372 1,228 1 0,268 13,849
ditemukan juga ibu hamil dengan paritas rendah yaitu kehamilan dan kelahiran
rendah yang tidak rutin memeriksakan terbaik, artinya risiko paling rendah untuk
kehamilannya. Peneliti berasumsi bahwa ibu dan anak antara 20-35 tahun
ibu paritas rendah belum mengerti tentang (Saifuddin, 2014).
pentingnya antenatal care dikarenakan Berdasarkan hasil penelitian, maka
belum begitu mengerti tentang kehamilan. dapat diasumsikan bahwa usia ibu saat
Usia Ibu hamil mempengaruhi keputusan ibu untuk
Hasil uji statistik chi square memeriksakan kehamilannya. Usia muda
didapatkan p = 0,003 yang jika tidak rutin memeriksakan kehamilannya
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p karena belum matang proses berpikir,
≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. belum banyak mengerti pentingnya
Ini berarti ada hubungan yang bermakna antenatal care. Namun ada juga ibu hamil
antara usia ibu dengan antenatal care yang berusia risiko rendah (usia 20-35
dengan odds ratio (OR) = 0,119 yang tahun) yang tidak rutin memeriksakan
artinya responden yang usianya risiko kehamilannya menurut pendapat peneliti
rendah mempunyai peluang sebesar 0,119 dikarenakan kurangnya pengetahuan
kali untuk memeriksakan kehamilannya. tentang antenatal care dan kurangnya
Penelitian ini sejalan dengan promosi kesehatan dari Puskesmas.
penelitian Sinambela dan Solina (2021) Pengetahuan
hasil penelitian menunjukkan ada Hasil uji statistik chi square
hubungan yang bermakna antara usia ibu didapatkan p = 0,000 yang jika
dengan pemeriksaan antenatal care (ANC) dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p
dengan nilai p = 0,02 < dari nilai α = 0,05 ≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak.
dan sejalan dengan penelitian Anggriani Ini berarti ada hubungan yang bermakna
(2020), hasil penelitian menunjukkan antara pengetahuan dengan antenatal care
bahwa usia ibu mempunyai hubungan yang dengan odds ratio (OR) = 13,2 yang
bermakna dengan kunjungan antenatal artinya responden yang memiliki
care dengan nilai p = 0,002 < dari nilai α = pengetahuan baik mempunyai peluang
0,05. sebesar 13,2 kali untuk memeriksakan
Menurut Prawirohardjo (2014) kehamilannya. Penelitian ini sejalan
yang menyatakan bahwa ibu dengan risiko dengan penelitian Surya, dkk (2021) yang
tinggi yaitu bila usia ibu < 20 tahun dan > menunjukkan bahwa pengetahuan
35 tahun pada saat kehamilan dan (p=0,002; OR 2,813) memiliki hubungan
persalinan sedangkan ibu dengan risiko
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. (2017). Profil Kesehatan Sumatera Selatan.
Harfiani, E., Amalia, M., dan Chairani, A. (2019). Buku Saku ANC (Ante Natal Care) dan
Pemanfaatan TOGA pada ibu hamil. Jakarta: FK UPNVJ-LPPM
Indah, Dewi., Wahyuni, Ninik., dan Dani, Cecep. (2021). Hubungan Pengetahuan, Paritas,
Pekerjaan Ibu dengan Keteraturan Kunjungan Ibu Hamil untuk ANC selama Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Primer, 6(1)
Kemenkes RI. (2020). Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam RPJMN
dan Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024. Jakarta
Marsanelah, J., Rini, M., Feranita, U. (2012). Determinan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Yang Adekuat di Indonesia (Analisis Data SDKI 2012). Universitas Sriwijaya
Pasandang, dkk. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Ibu Hamil
Melakukan Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas
Batua Kota Makassar. (https://publikasiilmiah.ums.ac.id)
Refiani, D., Dewi, Y.I., Utami, S. (2021). Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan
Antenatal Care Saat Pandemi Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota
Pekanbaru. Health Information: Jurnal Penelitian, 13(2): 67-74
Safitri, Yulia. (2020). Dukungan Suami, Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap
Kunjungan Antenatal Care. Jurnal Kebidanan Malahayati, 6(4)
Saifuddin, Abdul Bari. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Sinambela, M., dan Solina, E. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil
terhadap Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Selama Pandemi Covid-19 di
Puskesmas Talun Kenas Tahun 2020. Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), 3(2)
Surya, Porrouw Hasnawatty., Sujawaty, Sri., Podungge, Yusni., Yulianingsih, Endah., dan
Igirisa, Yusni. (2021). Determinan Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan
Antenatal Care di Puskesmas Se-Kabupaten Boalemo. Jurnal Keperawatan, 13(1)
Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press
Wawan, A dan Dewi, M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nusa Medika
Abstrak
Infeksi TORCH (Toxoplasma, Other Disease, Rubella, Cytomegalovirus and Herpes Simplex Virus) merupakan beberapa jenis infeksi
yang bisa dialami oleh wanita yang akan ataupun sedang hamil. TORCH dapat menyebabkan CRS (Congenital Rubella Syndrome).
CRS merupakan gabungan beberapa keabnormalan fisik yang berkembang pada bayi sebagai akibat infeksi virus Rubella maternal
yang berlanjut dalam fetus. Sel yang terinfeksi virus Rubella memiliki umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang terinfeksi
memiliki jumlah sel yang lebih rendah daripada bayi yang sehat. Virus Rubella juga dapat memacu terjadinya kerusakan dengan
cara apoptosis. Risiko terjadinya kerusakan apabila infeksi terjadi pada trimester pertama kehamilan mencapai 80–90%. Risiko
infeksi akan menurun 10-20% apabila infeksi terjadi pada trimester II kehamilan. Akibat CRS, ibu dapat mengalami keguguran
bahkan kematian karena komplikasi. Selain itu, bahaya juga mengancam janin yang dalam kandungan. Janin dengan infeksi Rubella
dapat mengalami kelainan kardiovaskuler, ketulian saat lahir, kelainan mata dapat berupa glaukoma. Virus dapat berdampak di
semua organ dan menyebabkan berbagai kelainan bawaan. Janin yang terinfeksi Rubella berisiko besar meninggal dalam
kandungan, lahir prematur, abortus spontan dan mengalami malformasi sistem organ. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorik
untuk menunjang diagnosis CRS meliputi isolasi virus, pemeriksaan serologik (hemaglutinasi pasif, uji hemolisis radial, uji aglutinasi
lateks, uji inhibisi hemaglutinasi, imunoasai fluresens, imunoasai enzim) dan pemeriksaan terhadap RNA virus Rubella. Sebagai
langkah pencegahan infeksi Rubella di Indonesia dilakukan imunisasi MR (Measles dan Rubella). Imunisasi MR ditujukan bagi anak
usia 9 bulan sampai <15 tahun dengan cakupan imunisasi 95%.
Korespondensi: dr. Ratna Dewi Puspitasari, Sp.OG alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081367155786, e-mail
ratnadps@gmail.com
Virus Rubella terdiri atas dua subunit setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada fase
struktur besar, satu berkaitan dengan envelope ini, Virus Rubella sangat menular.7, 10, 11, 9
virus dan yang lainnya berkaitan dengan Infeksi Rubella menyebabkan kerusakan
10
nucleoprotein core. Virus Rubella janin karena proses pembelahan terhambat.
ditransmisikan melalui pernapasan dan Dalam rembihan (secret) tekak (faring) dan air
mengalami replikasi di nasofaring dan di daerah kemih (urin) bayi dengan CRS, terdapat virus
kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari Rubella dalam jumlah banyak yang dapat
ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan virus menginfeksi bila bersentuhan langsung. Virus
Rubella. Dalam ruangan tertutup, virus Rubella dalam tubuh bayi dengan CRS (Congenital Rubella
dapat menular ke setiap orang yang berada di Syndrom) dapat bertahan hingga beberapa bulan
ruangan yang sama dengan penderita. Masa atau kurang dari 1 tahun setelah kelahiran.
inkubasi virus Rubella berkisar antara 14–21 hari. Kerusakan janin disebabkan oleh
Masa penularan 1 minggu sebelum dan 4) hari berbagai faktor, misalnya oleh kerusakan sel
akibat virus Rubella dan akibat pembelahan sel
oleh virus. Infeksi plasenta terjadi selama viremia diantaranya menjadi penderita diabetes pada
ibu, menyebabkan daerah (area) nekrosis yang dekade ketiga kehidupan mereka.7, 12
tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel Congenital Rubella Syndrome (CRS) atau Fetal
endotel kapiler. Sel ini mengalami deskuamasi ke Rubella Syndrome merupakan gabungan beberapa
dalam lumen pembuluh darah, menunjukkan keabnormalan fisik yang berkembang pada bayi
(indikasikan) bahwa virus Rubella dialihkan sebagai akibat infeksi virus Rubella maternal yang
berlanjut dalam fetus. CRS dapat mengakibatkan
(transfer) ke dalam peredaran (sirkulasi) janin
terjadinya abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat
sebagai emboli sel endotel yang terinfeksi. Hal ini
apabila bayi tetap hidup. Risiko infeksi janin
selanjutnya mengakibatkan infeksi dan kerusakan
beragam berdasarkan waktu terjadinya infeksi
organ janin. Selama kehamilan muda mekanisme
maternal. Apabila infeksi terjadi pada 0–12
pertahanan janin belum matang dan gambaran
minggu usia kehamilan, maka terjadi 80–90%
khas embriopati pada awal kehamilan adalah
risiko infeksi janin. Infeksi maternal yang terjadi
terjadinya nekrosis seluler tanpa disertai tanda
sebelum terjadi kehamilan tidak mempengaruhi
peradangan.
janin. Infeksi maternal pada usia kehamilan15–30
Sel yang terinfeksi virus Rubella memiliki
minggu risiko infeksi janin menurun yaitu 30%
umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang
atau 10–20%.7, 12, 13
terinfeksi memiliki jumlah sel yang lebih rendah
Bayi di diagnosis mengalami CRS apabila
daripada bayi yang sehat. Virus Rubella juga
mengalami 2 gejala pada kriteria A atau 1 kriteria
dapat memacu terjadinya kerusakan dengan cara
A dan 1 kriteria B, sebagai berikut:
apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi setelah
A) Katarak, glaukoma bawaan, penyakit jantung
trimester pertama kehamilan, kekerapan
bawaan (paling sering adalah patient ductus
(frekuensi) dan beratnya derajat kerusakan janin
arteriosus atau peripheral pulmonary artery
menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini
stenosis), kehilangan pendengaran,
terjadi karena janin terlindung oleh
pigmentasi retina.
perkembangan melaju (progresif) tanggap
B) Purpura, splenomegali, jaundice,
(respon) imun janin, baik yang bersifat humoral
mikroemsefali, retardasi mental,
maupun seluler, dan adanya antibodi maternal
meningoensefalitis dan radiolucent bone
yang dialihkan (transfer) secara pasif.7, 11, 9
disease (tulang tampak gelap pada hasil foto
Risiko terjadinya kerusakan apabila infeksi
roentgen).
terjadi pada trimester pertama kehamilan
Beberapa kasus hanya mempunyai satu
mencapai 80–90%. Risiko infeksi akan menurun
gejala dan kehilangan pendengaran merupakan
10-20% apabila infeksi terjadi pada trimester II
cacat paling umum yang ditemukan di bayi
kehamilan (Gnansia, 2004). Ibu bisa mengalami
dengan CRS. Definisi kehilangan pendengaran
keguguran bahkan kematian. Selain itu, bahaya
menurut WHO adalah batas pendengaran ≥ 26 dB
juga mengancam janin yang dikandung. Janin
yang tidak dapat disembuhkan dan bersifat
dengan infeksi Rubella dapat mengalami kelainan
permanen.7, 12
kardiovaskuler, ketulian saat lahir, kelainan mata
Meskipun infeksi bawaan dapat dipastikan
dapat berupa glaukoma. Virus dapat berdampak
dengan isolasi virus dari swab tenggorokan, air
di semua organ dan menyebabkan berbagai
kemih dan cairan tubuh lainnya, tetapi
kelainan bawaan. Janin yang terinfeksi Rubella
pengasingan tersebut mungkin memerlukan
berisiko besar meninggal dalam kandungan, lahir
pemeriksaan berulang. Sehingga pemeriksaan
prematur, abortus spontan dan mengalami
serologis merupakan pemeriksaan yang sangat
malformasi sistem organ. Berat ringannya infeksi
dianjurkan. Pemeriksaan antibodi IgM spesifik
virus Rubella di janin bergantung pada lama umur
ditunjukkan untuk setiap neonatus dengan berat
kehamilan saat infeksi terjadi. Manifestasi
badan lahir rendah yang juga memiliki gejala
permulaan yang tertangguhkan (delayed-onset)
klinis Rubella bawaan. Adanya IgM di bayi
CRS yang paling sering adalah terjadinya diabetes
tersebut menandakan bahwa ia telah terinfeksi
mellitus tipe 1. Penelitian lanjutan di Australia
secara bawaan, karena antibodi ini tidak dapat
terhadap anak yang lahir pada tahun 1934
melalui perbatasan (barier) plasenta.11,14
sampai 1941, menunjukkan bahwa sekitar 20%
Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Vaksin pendengaran, pigmentasi retina, purpura,
MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 jaundice, mikrosefali, retardasi mental,
ml. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan meningoensefalitis dan radiolucent.
dan nyeri di tempat bekas suntikan setelah
imunisasi adalah reaksi normal yang akan Daftar Pustaka
menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian pasca 1. Sembiring EB, Roza E. Aplikasi diagnosa
imunisasi yang serius sangat jarang terjadi. Vaksin infeksi torch pada kehamilan. Jurnal
yang digunakan telah mendapat rekomendasi Integrasi. 2016; 8(2):119-24.
dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar 2. Magdalena CM, Arundina A, Natalia D.
dari Badan POM. Vaksin MR 95% efektif untuk Gambaran tingkat pengetahuan dan upaya
mencegah penyakit campak dan Rubella. Vaksin pencegahan infeksi torch (toxoplasmosis,
ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 rubella, cytomegalovirus, herpes simplex
negara dunia. Imunisasi MR merupakan upaya virus) pada wanita usia subur di komunitas
pencegahan yang harus dilakukan secara rutin pecinta kucing kalimantan barat tahun 2015.
dan terus-menerus. Setiap anak memiliki hak 2017. Jurnal Untan; 5(1).
untuk mendaptkan imunisasi yang lengkap. 3. Nelson CT, Demmler GJ. Laboratory methods
Imunisasi merupakan investasi yang sangat for the diagnosis of congenital
berharga bagi masa depan anak. Apabila cytomegalovirus infection. The Journal of the
orangtua memberikan imunisasi bagi anaknya, International Federation of Clinical.
maka tidak hanya anak tersebut namun orang Chemistry and Laboratory Medicine. 1996;
lain di dalam lingkungannya juga akan turut 8(10).
merasakan manfaatnya. Banyaknya informasi 4. Suromo, Budipradigdo L. Kewaspadaan
yang salah mengenai imunisasi dan disebarkan terhadap infeksi cytomegalovirus serta
oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab kegunaan deteksi secara laboratorik. Pidato
dapat menghalangi upaya pemenuhan hak anak Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran
atas kekebalan diri dari penyakit berbahaya Universitas Diponegoro. Semarang. 2007.
melalui imunisasi. Peran keluarga sangat 5. Prabandari, Mustika G, Musthofa SB,
dibutuhkan agar anak bisa mendapatkan haknya Kusumawati A. Beberapa faktor yang
untuk meiliki kekebalan tubuh melalui imunisasi. berhubungan dengan penerimaan ibu
Peran media pun sangat dibutuhkan untuk terhadpa imunisasi measles rubella pada
menyebarkan informasi yang benar terkait anak sd di desa gumpang, kecamatan
imunisasi MR ini dengan tujuan memberikan kartasura, kabupaten sukoharjo. Jurnal
pemahaman kepada masyarakat.16 Kesehatan Masyarakat. 2018; 6(4):573-81.
6. Depkes RI. imunisasi measles rubella lindungi
Ringkasan kita [internet]. 2017. Diakses pada: 30
Infeksi TORCH selama kehamilan dapat Januari 2019. Tersedia dari:
menyebabkan cacat bayi akibat adanya penularan www.depkes.go.id.
dari ibu ke bayi pada saat hamil. Termasuk di 7. Department of Health and Human Services.
dalamnya adalah infeksi Rubella, Infeksi virus Center for Disease Control and prevention:
Rubella pada trimester I kehamilan memiliki risiko epidemiology and prevention of vaccine
kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan preventable disease. 2005. Diakes pada : 30
infeksi setelah trimester pertama. Januari 2019. Tersedia dari:
http://www.cdc.gov.
Simpulan 8. Handojo I. Imunoasai untuk penyakit infeksi
Infeksi Rubella selama kehamilan virus. Dalam: Handoyo I. Imunoasai terapan
menyebabkan Congenital Rubella Syndrome pada beberapa penyakit infeksi. Surabaya:
(CRS). CRS dapat mengakibatkan terjadinya Airlangga University Press; 2004; 176–88.
abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat 9. Kadek, Darmadi. Congenital rubella
bawaan (malformasi) apabila bayi tetap hidup. syndrome based on serologic and rna virus
Gejala CSR berupa katarak, glaukoma bawaan, examination. Indonesian Journal of Clinical
penyakit jantung bawaan, kehilangan