Anda di halaman 1dari 31

KOMPONEN

DALAM ANC
1. Elis Imroatul A
Kelompok 1
2. Uswatun Khasanah
3. Sri Novitasari
4. Kartika
5. Rika
6. Lutfi
7. Febri
8. Santi
9. Meilita
10. Mifa
ANC (ANTENATAL CARE)
Antenatal Care (ANC) adalah
pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu hamil
secara berkala untuk menjaga
keselamatan ibu dan janin
JADWAL ANC
Pelayanan ANC pada kehamilan normal
dilakukan sebanyak 6x

Trimester 1 dilakukan 2x yaitu 0-12minggu


Trimester 2 dilakukan 1x yaitu 13-27 minggu
Trimester 3 dilakukan 3x yaitu 28-40 minggu
kunjungan
awal anc (K1)
Kunjungan awal dilakukan yaitu 1x sebelum bulan ke 4 kehamilan
Tujuannya adalah:
a. membina hubungan saling percaya antara bidan ibu
b. Mendeteksi masalah yang dapat diobati
c. Mencegah masalah dari praktek tradisional yang merugikan
d. Memulai persiapan persalinan dan kesiapan untuk menghadapi
komplikasi
e. Mendorong perilaku sehat
KUNJUNGAN ULANG
(K4)
Tujuan dari kunjungan ini yaitu:
a. Pendeteksian komplikasi-komplikasi
b. Mempersiapkan kelahiran dan
kegawatdaruratan
c. Pemeriksaan fisik terokus
KAPAN DILAKUKAN
KUNJUNGAN ULANG ?

a. Minimal 1x dalam TM 1
b. Minimal 1x dalam TM 2
c. Minimal 2x dalam TM 3
d. Pemeriksaan Khusus bila
terdapat keluhan-keluan tertentu
SCREENING ANTENATAL
TRORCH

T = Toxoplasmosis
O = sifilis, Group B streptoccocus, Listeriosis, Measles, Varicella,
Echovirus, Mups, Vaccinia, Polio, Coxsackie, Hepatitis B-C, HIV,HPV,
Human Prvovirus B19.
R = Rubella
C = Cytomegalovirus (CMV)
H = Herpes simplex (HSV)
Dampak Pada Janin yaitu :
Infeksi Prenatal / kongenital, perinatal.
Berat/fatal/asimptomatik (bermanifestasi
di kemudian hari)

THANK YOU
Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

ANALISIS ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL

Febriati Zuchro1*, Chairil Zaman2, Dewi Suryanti3, Tri Sartika4, Puji Astuti5

Program Studi Magister Kesehatan Masyarakat, STIK Bina Husada Palembang1*,2,3,4,5


*Correspondence e-mail: febriatizuchro1985@gmail.com1*

DOI: https://doi.org/10.36729

ABSTRAK
Latar Belakang: Pemeriksaan antenatal (Antenatal Care/ANC) merupakan usaha yang dilakukan
untuk mencegah penyebab morbiditas dan mortalitas pada ibu hamil dan anak. Tujuan ANC adalah
untuk menyiapkan sebaik-baiknya fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan masa nifas, sehingga saat postpartum keadaan ibu dan anak sehat serta
normal secara fisik dan mental. Berdasarkan kenyataan di lapangan Puskesmas Bandar Jaya Cakupan
KI 87,6% dan Cakupan K4 86,1% dengan demikian persentase tersebut masih dibawah target
Kabupaten Lahat yakni 95%. Tujuan: Untuk menganalisis faktor yang mempengaruhi pemeriksaan
antenatal pada ibu hamil. Metode: Desain penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan
metode survey analitik. Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang melakukan pemeriksaan
kehamilan di Puskesmas Bandar Jaya Lahat tahun 2021 sejumlah 164 orang. Rancangan penelitian ini
adalah cross sectional dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling berjumlah 62
responden. Penelitian ini telah dilaksanakan Bulan Juni-Juli 2021. Pengumpulan data dengan
menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji chi-square dan uji regresi logistik berganda.
Hasil: Ada hubungan antara pendidikan (p=0,000; OR 2,625), paritas (p=0,002; OR 0,153), usia ibu
(p=0,003; OR 0,119) dan pengetahuan (p=0,000; OR 13,2) dengan kunjungan antenatal care di
Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat tahun 2021. Hasil uji regresi logistik berganda variabel yang
paling dominan adalah pengetahuan (p=0,001; OR 16,906). Saran: Disarankan Puskesmas untuk
meningkatkan promosi kesehatan agar kegiatan antenatal care pada pelayanan kesehatan ibu dan anak
berjalan maksimal.

Kata Kunci: Pendidikan, Paritas, Usia Ibu, Pengetahuan, Antenatal Care

ABSTRACT
Background: Antenatal care (ANC) is an attempt to prevent the causes of morbidity and mortality in
pregnant women and children. The purpose of ANC is to prepare physically and mentally as well as
possible to save mothers and children during pregnancy, childbirth and the postpartum period, so that
during the postpartum period the mother and child are physically and mentally healthy and normal.
Based on the reality on the ground at Bandar Jaya Health Center, KI coverage is 87.6% and K4
coverage is 86.1%, thus the percentage is still below the Lahat Regency target of 95%. Aims: To
analyze the factors that influence antenatal care in pregnant women. Methode: The design of this
study was quantitative using an analytical survey method. The population of this study were all
pregnant women who had a pregnancy check-up at the Bandar Jaya Lahat Health Center in 2021 a
total of 164 people. The design of this research is cross sectional with accidental sampling technique of
62 respondents. This research has been carried out in June-July 2021. Data collection using a
questionnaire and analyzed using the Chi-Square test and multiple logistic regression test. Results: A
relationship between education (p=0.000; OR 2.625), parity (p=0.002; OR 0.153), maternal age
(p=0.003; OR 0.119) and knowledge (p=0.000; OR 13.2) with antenatal care visits at the Puskesmas
Bandar Jaya Lahat Regency in 2021. The results of the multiple logistic regression test the most
dominant variable is knowledge (P=0.001; OR 16.906). Suggestion: It is expected for the Puskesmas
that antenatal care activities in maternal and child health services will run optimally by being given
knowledge through health promotion media, both posters or leaflets and the provision of IEC and
counseling about antenatal care.

Keywords: Education, Parity, Maternal Age, Knowledge, Antenatal Care

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 102


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

PENDAHULUAN setidaknya satu kali selama proses


Antenatal care merupakan kehamilan, namun hanya setengah dari ibu
perawatan atau asuhan yang diberikan hamil yang memeriksakan diri minimal
kepada ibu hamil sebelum kelahiran, yang empat kali selama proses kehamilan. Setiap
berguna untuk memfasilitasi hasil yang kehamilan dapat menimbulkan risiko
sehat dan positif bagi ibu hamil maupun kematian ibu. Pemantauan dan perawatan
bayinya dengan menegakkan hubungan kesehatan yang memadai selama
kepercayaan dengan ibu, mendeteksi kehamilan sampai masa nifas sangat
komplikasi yang dapat mengancam jiwa, penting untuk kelangsungan hidup ibu dan
mempersiapkan kelahiran dan memberikan bayinya. Dalam upaya tersebut diperlukan
pendidikan kesehatan (Zavira, 2020). suatu standar untuk memberikan pelayanan
Pemeriksaan antenatal (Antenatal Care/ yang optimal yang disepakati oleh semua
ANC) merupakan usaha yang dilakukan pihak (Winkjosastro, 2014).
untuk mencegah penyebab morbiditas dan Indonesia merupakan negara
mortalitas pada ibu hamil dan anak. ANC berkembang dengan kematian ibu masih
adalah pemeriksaan rutin yang dilakukan menjadi masalah utama yaitu sebesar 126
oleh ibu hamil antara waktu kontrasepsi per 100.000 kelahiran hidup. Salah satu
sampai saat waktu melahirkan. Tujuan upaya untuk menurunkan angka kematian
ANC adalah untuk menyiapkan sebaik- ibu adalah melakukan pemeriksaan
baiknya fisik dan mental serta kesehatan melalui pelayanan antenatal
menyelamatkan ibu dan anak dalam yang sesuai dengan standar yang
kehamilan, persalinan dan masa nifas, ditetapkan oleh pemerintah. Laporan SDKI
sehingga saat postpartum keadaan ibu dan 2012 menyebutkan bahwa 95,7% ibu hamil
anak sehat serta normal secara fisik dan sudah menerima pelayanan antenatal,
mental (Harfiani dkk, 2019). tetapi tidak semuanya melakukan
Menurut World Health pelayanan antenatal yang sesuai dengan
Organization (WHO), kematian ibu hamil anjuran pemerintah (Marsanelah, dkk,
masih merupakan salah satu masalah 2012).
kesehatan reproduksi yang sangat penting. Indikator dan target program
Lebih dari 135 juta wanita melahirkan kesehatan masyarakat dalam RPJMN dan
setiap tahun, namun sebagian besar ibu Rencana Strategis tahun 2020-2024 yaitu
hamil tidak memeriksakan kehamilannya cakupan kunjungan antenatal sebesar 80%
ke tenaga kesehatan. Meskipun demikian, (Kemenkes RI, 2020). Pelayanan kesehatan
sebagian ibu hamil memeriksakan diri antenatal pada ibu hamil dilihat dari

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 103


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

cakupan K1 dan K4 di Provinsi Sumatera melakukan pemeriksaan kehamilan dengan


Selatan tahun 2020 yaitu cakupan tertinggi nilai p=0,004 < dari nilai α=0,05.
Kabupaten Ogan Ilir K1(121,44%) dan K4 Berdasarkan penelitian Surya, dkk (2021),
(118,88%) dan cakupan terendah yaitu kota hasil penelitian menunjukkan bahwa
Palembang dengan K1 (78,84%) dan K4 pengetahuan (p=0,002; OR 2,813)
(77,45%), sedangkan Kabupaten Lahat memiliki hubungan yang bermakna dengan
cakupan K1 sebesar 94,94% berada di pemeriksaan antenatal care. Berdasarkan
urutan 10 dari 17 Kabupaten/Kota dan kenyataan di lapangan Puskesmas Bandar
untuk cakupan K4 sebesar 92,08% berada Jaya Cakupan KI 87,6% dan Cakupan K4
di urutan 9 dari 17 Kabupaten/Kota (Profil 86,1% dengan demikian persentase
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera tersebut masih dibawah target Kabupaten
Selatan, 2020). Pelayanan antenatal di Lahat yakni 95%. Berdasarkan uraian
Kabupaten Lahat Cakupan KI tertinggi diatas peneliti mengambil judul tentang
oleh Puskesmas Sukamerindu (98,9%), “Analisis Antenatal Care (ANC) pada Ibu
diikuti oleh Puskesmas Perumnas (97,9) Hamil di Puskesmas Bandar Jaya
dan kemudian Puskesmas Kota Agung Kabupaten Lahat Tahun 2021”
(97,5%) dan Cakupan K4 Tertinggi oleh
METODE PENELITIAN
Puskesmas Sukamerindu (98,2%), diikuti
Penelitian ini menggunakan
oleh Puskesmas Perumnas (95,7%) dan
pendekatan kuantitatif dengan
kemudian Puskesmas Selawi (95,4%)
menggunakan metode survey analitik yaitu
(Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat,
suatu penelitian yang mempelajari
2020).
dinamika korelasi antara variabel
Berdasarkan penelitian Sinambela
independen yaitu pendidikan, paritas, usia
dan Solina (2021), hasil penelitian
ibu dan pengetahuan serta variabel
menunjukkan ada hubungan yang
dependen yaitu pemeriksaan kehamilan
bermakna antara pendidikan ibu dengan
(Notoatmodjo, 2012). Rancangan
pemeriksaan kehamilan dengan nilai p =
penelitian yang digunakan dalam penelitian
0,004 < dari nilai α = 0,05 dan usia ibu
ini adalah cross sectional. Lokasi
dengan pemeriksaan antenatal care (ANC)
penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas
dengan nilai p = 0,02 < dari nilai α = 0,05.
Bandar Jaya Kabupaten Lahat. Waktu
Sama halnya dengan penelitian Pasandang
Penelitian dilaksanakan bulan Juni-Juli
dkk (2016), hasil penelitian menunjukkan
2021.
ada hubungan yang bermakna antara
paritas dengan keaktifan ibu hamil

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 104


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

Populasi yang diambil untuk dikumpulkan dari ibu hamil yang


penelitian ini adalah semua ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya di Puskesmas
periksa di Puskesmas Bandar Jaya Lahat Bandar Jaya Kabupaten Lahat. Instrumen
dari bulan Januari-Juli 2021 yaitu 164 pengumpulan data menggunakan checklist
orang. Teknik pengambilan sampel ini dan kuesioner. Analisis data menggunakan
menggunakan teknik acidental sampling analisis univariat, bivariat, dan multivariat
yang berjumlah 62 orang berdasarkan dengan metode regresi logistik berganda.
kriteria inklusi yang ditetapkan oleh
peneliti yaitu ibu hamil yang datang ke HASIL PENELITIAN

Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat; Analisis Univariat

ibu yang mampu membaca dan menulis Analisis univariat ini dilakukan

dan ibu yang bersedia menjadi responden. untuk mengetahui distribusi frekuensi dan

Data yang dikumpulkan berdasarkan data persentase dari variabel dependen yaitu

sekunder yang diperoleh dari catatan pemeriksaan kehamilan dan variabel

rekam medik Puskesmas Bandar Jaya independen meliputi pendidikan, paritas,

Kabupaten Lahat dan data primer yang usia ibu, dan pengetahuan.

Tabel 1.
Distribusi Frekuensi Responden

No Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)


1 Pendidikan
 Tinggi 49 79
 Rendah 13 21
2 Paritas
 Tinggi 15 24,2
 Rendah 47 75,8
3 Usia Ibu
 Risiko Tinggi 14 22,6
 Risiko Rendah 48 77,4
4 Pengetahuan
 Baik 38 61,3
 Tidak baik 24 38,7
5 Pemeriksaan Kehamilan
 Rutin 41 66,1
 Tidak rutin 21 33,9
Jumlah 62 100

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 105


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

Berdasarkan hasil penelitian pada kehamilan rutin sebanyak 41 responden


tabel 1 diketahui bahwa responden yang (66,1%).
memiliki pendidikan tinggi sebanyak 49 Analisis Bivariat
responden (79%), paritas rendah sebanyak Analisa bivariat ini bertujuan untuk
47 responden (75,8%), usia risiko rendah mengetahui hubungan antara variabel
sebanyak 48 responden (77,4%), independen (pendidikan, paritas, usia ibu,
pengetahuan baik sebanyak 38 responden dan pengetahuan) dengan variabel
(61,3%), dan yang melakukan pemeriksaan dependen (pemeriksaan kehamilan).

Tabel 2.
Hubungan Pendidikan dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil

Pemeriksaan Kehamilan Jumlah


No Pendidikan Rutin Tidak Rutin p value OR
N %
n % n %
1 Tinggi 41 66,1 8 12,9 49 100
2 Rendah 0 0 13 21 13 100 0,000 2,625
Jumlah 41 66,1 21 33,9 62 100

Berdasarkan tabel 2 didapatkan Hasil uji statistik chi square


responden yang memiliki pendidikan tinggi didapatkan p = 0,000 yang jika
yang melakukan antenatal care rutin dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p
sebanyak 41 responden (66,1%) lebih ≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak.
banyak dibandingkan responden yang Ini berarti ada hubungan yang bermakna
memiliki pendidikan tinggi yang tidak antara pendidikan dengan antenatal care
rutin melakukan antenatal care sebanyak 8 dengan nilai odds ratio (OR) = 2,625 yang
responden (12,9%), sedangkan responden artinya responden yang berpendidikan
yang memiliki pendidikan rendah tinggi mempunyai peluang 2,625 kali
semuanya tidak rutin memeriksakan untuk memeriksakan kehamilannya secara
kehamilannya yaitu sebanyak 13 responden rutin.
(21%).

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 106


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

Tabel 3.
Hubungan Paritas dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil

Pemeriksaan Kehamilan Jumlah


No Paritas Rutin Tidak Rutin p value OR
N %
n % n %
1 Tinggi 5 8,1 10 16,1 15 24,2
2 Rendah 36 58,1 11 17,7 47 75,8 0,002 0,153
Jumlah 41 66,1 21 33,9 62 100

Berdasarkan tabel 3 didapatkan kehamilannya yaitu sebanyak 11 responden


responden yang memiliki paritas tinggi (17,7%).
yang melakukan antenatal care rutin Hasil uji statistik chi square di
sebanyak 5 responden (8,1%) lebih sedikit dapatkan p = 0,002 yang jika dibandingkan
dibandingkan responden yang memiliki dengan nilai α = 0,05 maka p ≤ 0,05
paritas tinggi yang tidak rutin melakukan sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Ini
antenatal care sebanyak 10 responden berarti ada hubungan yang bermakna
(16,1%), sedangkan responden yang antara paritas dengan antenatal care
memiliki paritas rendah melakukan dengan odds ratio (OR) = 0,153 yang
antenatal care rutin sebanyak 36 responden artinya responden yang paritas rendah
(58,1%) lebih banyak dibandingkan mempunyai peluang sebesar 0,153 kali
responden yang tidak rutin memeriksakan untuk memeriksakan kehamilannya.

Tabel 4.
Hubungan Usia Ibu dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil

Pemeriksaan Kehamilan Jumlah


No Usia Ibu Rutin Tidak Rutin p value OR
N %
n % n %
1 Risiko tinggi 4 6,5 10 16,1 14 22,6
2 Risiko rendah 37 59,7 11 17,7 48 77,4 0,003 0,119
Jumlah 41 66,1 21 33,9 62 100

Berdasarkan tabel 4 didapatkan melakukan antenatal care sebanyak 10


responden yang memiliki usia risiko tinggi responden (16,1%), sedangkan responden
yang melakukan antenatal care rutin yang memiliki usia risiko rendah rutin
sebanyak 4 responden (6,5%) lebih sedikit memeriksakan kehamilannya sebanyak 37
dibandingkan responden yang memiliki responden (59,7%) lebih banyak
usia risiko tinggi yang tidak rutin dibandingkan usia risiko rendah yang tidak

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 107


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

rutin memeriksakan kehamilannya yaitu Ini berarti ada hubungan yang bermakna
sebanyak 11 responden (17,7%). antara usia ibu dengan antenatal care
Hasil uji statistik chi square dengan odds ratio (OR) = 0,119 yang
didapatkan p = 0,003 yang jika artinya responden yang usianya risiko
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p rendah mempunyai peluang sebesar 0,119
≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. kali untuk memeriksakan kehamilannya.

Tabel 5.
Hubungan Pengetahuan dengan Antenatal Care pada Ibu Hamil

Pemeriksaan Kehamilan Jumlah


No Pengetahuan Rutin Tidak Rutin p value OR
N %
n % n %
1 Baik 33 53,2 5 8,1 38 61,3
2 Tidak baik 8 12,9 16 25,8 24 38,7 0,000 13,2
Jumlah 41 66,1 21 33,9 62 100

Berdasarkan tabel 5 didapatkan berarti ada hubungan yang bermakna


responden yang memiliki pengetahuan baik antara pengetahuan dengan antenatal care
yang melakukan antenatal care rutin dengan odds ratio (OR) = 13,2 yang
sebanyak 33 responden (53,2%) lebih artinya responden yang memiliki
banyak dibandingkan responden yang pengetahuan baik mempunyai peluang
memiliki pengetahuan baik yang tidak sebesar 13,2 kali untuk memeriksakan
rutin melakukan antenatal care sebanyak 5 kehamilannya.
responden (8,1%), sedangkan responden Analisis Multivariat
yang memiliki pengetahuan tidak baik Analisis ini menggunakan uji
rutin memeriksakan kehamilannya regresi logistik ganda, pada tingkat
sebanyak 8 responden (12,9%) lebih kemaknaan 95. Variabel independen yang
sedikit dibandingkan responden yang tidak tidak berpengaruh secara otomatis akan
rutin memeriksakan kehamilannya yaitu dikeluarkan dari perhitungan. Variabel
sebanyak 16 responden (25,8%). yang dijadikan kandidat dalam uji regresi
Hasil uji statistik chi square di logistik ini adalah variabel yang dalam
dapatkan p = 0,000 yang jika dibandingkan analisis mempunyai nilai p < 0,025.
dengan nilai α = 0,05 maka p ≤ 0,05 Berikut hasil analisis seleksi kandidat
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Ini multivariat.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 108


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

Tabel 6.
Hasil Analisis Multivariat
No. Variabel B S.E Wald DF Sig. Exp(B)
1 Pengetahuan 2,828 0,864 10,709 1 0,001 16,906
2 Paritas -2,630 0,956 7,564 1 0,006 0,072
3 Usia ibu -1,679 0,890 3,558 1 0,059 0,186
4 Constant 2,628 2,372 1,228 1 0,268 13,849

Berdasarkan tabel 6 didapatkan responden yang tidak rutin melakukan


variabel pengetahuan (p = 0,001) dan antenatal care yaitu sebanyak 21 responden
paritas (p = 0,006) memiliki nilai p < 0,05 (33,9%). Hasil penelitian ini sejalan
yang secara statistik variabel tersebut dengan penelitian Refiani, dkk (2021),
memiliki pengaruh secara simultan didapatkan perilaku ibu hamil dalam
terhadap kunjungan antenatal care di melakukan antenatal care sebanyak 52,5%
Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat lebih banyak daripada ibu yang tidak
Tahun 2021 sedangkan variabel usia ibu (p melakukan antenatal care.
= 0,059) memiliki nilai p > 0,05 sehingga Menurut Saifuddin (2014) periksa
tidak memiliki pengaruh secara simultan kehamilan paling sedikit 4 kali yaitu pada
terhadap kunjungan antenatal care di umur kehamilan 1 sampai 3 bulan
Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat sebanyak 1 kali, 4 sampai 6 bulan
Tahun 2021. Bila variabel independen di sebanyak 1 kali dan 7 sampai 9 bulan
uji secara bersama-sama maka variabel sebanyak 2 kali. Jika ibu hamil tidak
pengetahuan merupakan faktor yang paling melakukan pemeriksaan, maka tidak akan
dominan berhubungan dengan kunjungan diketahui apakah kehamilannya berjalan
antenatal care pada Ibu hamil di dengan baik, mengalami keadaan risiko
Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat tinggi dan komplikasi obstetrik dapat
Tahun 2021. membahayakan kehidupan ibu dan janin
sehingga dapat menyebabkan kematian.
PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian di atas,
Kunjungan Antenatal Care maka dapat diasumsikan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian pemeriksaan kehamilan pada ibu hamil di
didapatkan dari 62 responden yang Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat
melakukan kunjungan antenatal care rutin sudah baik karena sudah sebagian besar ibu
yaitu sebanyak 41 responden (66,1%) lebih hamil rutin memeriksakan kehamilannya.
banyak jika dibandingkan dengan Namun masih ada ibu hamil yang belum

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 109


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

rutin memeriksakan kehamilannya tentang kesehatan. Pendidikan formal


dikarenakan kurangnya pengetahuan ibu adalah jalur pendidikan yang terstruktur
akan pentingnya memantau kesehatan ibu dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan
dan bayi dalam kandungannya juga karena dasar, menengah, dan pendidikan tinggi
merasa bahwa tidak ada keluhan selama (Notoatmodjo, 2012). Tingkat pendidikan
kehamilannya sehingga tidak ibu sangat mempengaruhi bagaimana
memeriksakan kehamilannya secara rutin. seseorang untuk bertindak dan mencari
Pendidikan penyebab serta solusi dalam hidupnya.
Hasil uji statistik chi square di Orang yang berpendidikan tinggi biasanya
dapatkan p = 0,000 yang jika dibandingkan akan bertindak lebih rasional. Oleh karena
dengan nilai α = 0,05 maka p ≤ 0,05 itu orang yang berpendidikan akan lebih
sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. Ini mudah menerima gagasan baru. Demikian
berarti ada hubungan yang bermakna halnya dengan ibu yang berpendidikan
antara pendidikan dengan antenatal care tinggi akan memeriksakan kehamilannya
dengan nilai odds ratio (OR) = 2,625 yang secara teratur demi menjaga keadaan
artinya responden yang berpendidikan kesehatan dirinya dan anak dalam
tinggi mempunyai peluang 2,625 kali kandungannya (Walyani, 2015).
untuk memeriksakan kehamilannya secara Pendidikan seseorang berkaitan
rutin. dengan perilaku seseorang dalam
Penelitian ini sejalan dengan melakukan pemeriksaan kehamilannya
penelitian Sinambela dan Solina (2021), karena itu orang yang berpendidikan tinggi
hasil penelitian menunjukkan ada akan memeriksakan kehamilannya secara
hubungan yang bermakna antara teratur demi menjaga keadaan kesehatan
pendidikan ibu dengan pemeriksaan dirinya dan anak dalam kandungannya.
kehamilan dengan nilai p = 0,004 < dari Namun ada juga ibu hamil dengan
nilai α = 0,05. Menurut Anggriani (2020) pendidikan tinggi yang tidak
pendidikan seseorang dapat mempengaruhi memeriksakan kehamilan secara rutin
antenatal care. menurut pendapat peneliti dikarenakan
Tingkat pendidikan yang tinggi, kurangnya promosi kesehatan kepada ibu
maka seseorang akan cenderung untuk hamil dan menganggap kehamilannya
mendapatkan informasi, baik dari orang normal selama tidak ada keluahan sehingga
lain maupun dari media massa, semakin lalai memeriksakan perkembangan
banyak informasi yang masuk makin janinnya.
banyak pula pengetahuan yang didapat

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 110


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

Paritas ibu-ibu hamil belum begitu mengerti


Hasil uji statistik chi square tentang kehamilan dan pentingnya
didapatkan p = 0,002 yang jika pemeriksaan kehamilan (Saifudin, 2014).
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p Ibu-ibu yang mempunyai anak < 3 (paritas
≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. rendah) dapat dikategorikan pemeriksaan
Ini berarti ada hubungan yang bermakna kehamilan dengan kategori baik. Hal ini
antara paritas dengan kunjungan antenatal dikarenakan ibu paritas rendah lebih
care dengan odds ratio (OR) = 0,153 yang mempunyai keinginan yang besar untuk
artinya responden yang paritas rendah memeriksakan kehamilannya, karena bagi
mempunyai peluang sebesar 0,153 kali ibu paritas rendah kehamilannya ini
untuk memeriksakan kehamilannya. merupakan sesuatu yang sangat
Penelitian ini sejalan dengan diharapkannya sehingga mereka sangat
penelitian Pasandang, dkk (2016) hasil menjaga kehamilannya tersebut dengan
penelitian menunjukkan ada hubungan cara melakukan pemeriksaan kehamilan
yang bermakna antara paritas dengan secara rutin demi menjaga kesehatan
keaktifan ibu hamil melakukan janinnya (Walyani, 2015).
pemeriksaan kehamilan dengan nilai p = Berdasarkan hasil penelitian, maka
0,004 < dari nilai α = 0,05 dan sejalan pula dapat diasumsikan bahwa ibu hamil
dengan penelitian Indah, dkk (2021), dengan paritas rendah dapat
menunjukkan ada hubungan yang mempengaruhinya untuk memeriksakan
bermakna antara paritas responden dengan kehamilan. Hal ini dikarenakan ibu dengan
keteraturan melakukan ANC di wilayah paritas rendah lebih mempunyai keinginan
kerja Puskesmas Mandala dengan nilai P = yang besar untuk memeriksakan
0,015 < dari nilai α = 0,05. kehamilannya, karena bagi ibu paritas
Paritas anak kedua dan anak ketiga rendah kehamilannya ini merupakan
merupakan paritas paling aman ditinjau sesuatu yang sangat diharapkannya
dari sudut kematian maternal. Pada paritas sehingga mereka sangat menjaga
tinggi lebih dari 3 mempunyai angka kehamilannya tersebut dengan cara
kematian maternal lebih tinggi. Oleh sebab melakukan pemeriksaan kehamilan secara
itu, ibu-ibu yang sedang hamil anak rutin demi menjaga kesehatan janinnya.
pertama dan lebih dari anak ketiga harus Sementara ibu dengan paritas tinggi
memeriksakan kehamilan sesering merasa sudah berpengalaman dalam
mungkin agar tidak berisiko terhadap kehamilannya sehingga lalai
kematian maternal. Pada paritas rendah, memeriksakan kehamilannya. Namun

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 111


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

ditemukan juga ibu hamil dengan paritas rendah yaitu kehamilan dan kelahiran
rendah yang tidak rutin memeriksakan terbaik, artinya risiko paling rendah untuk
kehamilannya. Peneliti berasumsi bahwa ibu dan anak antara 20-35 tahun
ibu paritas rendah belum mengerti tentang (Saifuddin, 2014).
pentingnya antenatal care dikarenakan Berdasarkan hasil penelitian, maka
belum begitu mengerti tentang kehamilan. dapat diasumsikan bahwa usia ibu saat
Usia Ibu hamil mempengaruhi keputusan ibu untuk
Hasil uji statistik chi square memeriksakan kehamilannya. Usia muda
didapatkan p = 0,003 yang jika tidak rutin memeriksakan kehamilannya
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p karena belum matang proses berpikir,
≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak. belum banyak mengerti pentingnya
Ini berarti ada hubungan yang bermakna antenatal care. Namun ada juga ibu hamil
antara usia ibu dengan antenatal care yang berusia risiko rendah (usia 20-35
dengan odds ratio (OR) = 0,119 yang tahun) yang tidak rutin memeriksakan
artinya responden yang usianya risiko kehamilannya menurut pendapat peneliti
rendah mempunyai peluang sebesar 0,119 dikarenakan kurangnya pengetahuan
kali untuk memeriksakan kehamilannya. tentang antenatal care dan kurangnya
Penelitian ini sejalan dengan promosi kesehatan dari Puskesmas.
penelitian Sinambela dan Solina (2021) Pengetahuan
hasil penelitian menunjukkan ada Hasil uji statistik chi square
hubungan yang bermakna antara usia ibu didapatkan p = 0,000 yang jika
dengan pemeriksaan antenatal care (ANC) dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka p
dengan nilai p = 0,02 < dari nilai α = 0,05 ≤ 0,05 sehingga hipotesis nol (Ho) ditolak.
dan sejalan dengan penelitian Anggriani Ini berarti ada hubungan yang bermakna
(2020), hasil penelitian menunjukkan antara pengetahuan dengan antenatal care
bahwa usia ibu mempunyai hubungan yang dengan odds ratio (OR) = 13,2 yang
bermakna dengan kunjungan antenatal artinya responden yang memiliki
care dengan nilai p = 0,002 < dari nilai α = pengetahuan baik mempunyai peluang
0,05. sebesar 13,2 kali untuk memeriksakan
Menurut Prawirohardjo (2014) kehamilannya. Penelitian ini sejalan
yang menyatakan bahwa ibu dengan risiko dengan penelitian Surya, dkk (2021) yang
tinggi yaitu bila usia ibu < 20 tahun dan > menunjukkan bahwa pengetahuan
35 tahun pada saat kehamilan dan (p=0,002; OR 2,813) memiliki hubungan
persalinan sedangkan ibu dengan risiko

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 112


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

yang bermakna dengan pemeriksaan Analisis Multivariat


antenatal care. Bila variabel independen di uji
Menurut Wawan dan Dewi (2011) secara bersama-sama maka variabel
pengetahuan itu dipengaruhi oleh faktor pengetahuan merupakan faktor yang paling
pendidikan formal. Pengetahuan sangat dominan berhubungan dengan kunjungan
erat hubungannya dengan pendidikan, antenatal care pada Ibu hamil di
dimana diharapkan bahwa dengan Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Lahat
pendidikan yang tinggi maka orang Tahun 2021. Penelitian ini sejalan dengan
tersebut akan semakin luas penelitian Safitri (2020) didapatkan ada
pengetahuannya. Akan tetapi perlu hubungan pengetahuan dengan kunjungan
ditekankan, bukan berarti seseorang Antenatal Care dengan p = 0,004 < dari
dengan pendidikan rendah mutlak nilai α = 0,05 dengan peluang 13,7 kali
berpengetahuan rendah pula. Hal ini lebih tinggi melakukan kunjungan
mengingat bahwa peningkatan antenatal care dan variabel pengetahuan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh merupakan variabel paling dominan.
melalui pendidikan formal namun dapat Peneliti berasumsi bahwa
diperoleh melalui pendidikan non formal. pengetahuan menjadi sangat penting
Berdasarkan hasil penelitian, maka karena pengetahuan yang baik dapat
dapat diasumsikan bahwa pengetahuan mempengaruhi sikap seseorang. Semakin
dapat mempengaruhi seseorang dalam banyak aspek positif dan objek yang
memeriksakan kehamilannya. Orang yang diketahui maka akan menimbulkan sikap
berpengetahuan baik maka orang tersebut makin positif terhadap objek tertentu.
mengerti pentingnya antenatal care Begitu pula semakin baik pengetahuan Ibu
sedangkan orang yang berpengetahuan hamil terhadap pentingnya memeriksakan
tidak baik tidak banyak tahu pentingnya kehamilannya maka akan membuat ibu
antenatal care. Namun ada juga ibu hamil semakin rutin melakukan kunjungan
dengan pengetahuan baik yang tidak antenatal care.
memeriksakan kehamilannya secara rutin
menurut peneliti dikarenakan kurang KESIMPULAN DAN SARAN
promosi kesehatan dan informasi Kesimpulan
kunjungan ibu hamil sehingga ibu hamil 1. Responden paling banyak dengan
menjadi tidak rutin memeriksakan pendidikan tinggi, paritas rendah, usia
kehamilannya. ibu risiko rendah dan memiliki
pengetahuan baik.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 113


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

2. Ibu Hamil paling banyak melakukan 2021 yaitu variabel pengetahuan


pemeriksaan kehamilan rutin di dengan nilai OR 16,906 dan P = 0,001.
Puskesmas Bandar Jaya Kabupaten Saran
Lahat Tahun 2021. 1. Bagi Puskesmas Bandar Jaya
3. Ada Hubungan antara pendidikan Kabupaten Lahat
dengan kunjungan Antenatal Care Antenatal care di Puskesmas
pada ibu hamil di Puskesmas Bandar Bandar Jaya Lahat harus dilaksanakan
Jaya Kabupaten Lahat Tahun 2021 dengan maksimal. Agar kegiatan
dengan P = 0,000 dan odds ratio (OR) antenatal care pada pelayanan
= 2,625. kesehatan ibu dan anak berjalan
4. Ada Hubungan antara paritas dengan maksimal peneliti sarankan bagi
kunjungan Antenatal Care pada ibu Puskesmas untuk meningkatkan
hamil di Puskesmas Bandar Jaya pengetahuan ibu hamil mengenai
Kabupaten Lahat Tahun 2021 dengan antenatal care dengan media
P = 0,002 dan odds ratio (OR) = komunikasi baik poster maupun leaflat
0,153. karena media bergambar lebih menarik
5. Ada Hubungan antara Usia Ibu dengan untuk dibaca dan meningkatkan
kunjungan Antenatal Care pada ibu promosi kesehatan;
hamil di Puskesmas Bandar Jaya 2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten
Kabupaten Lahat Tahun 2021 dengan Lahat
P = 0,003 dan odds ratio (OR) = Disarankan Dinas Kesehatan
0,119. Kabupaten Lahat evaluasi pelaksanaan
6. Ada Hubungan antara Pengetahuan Antenatal Care (ANC) di seluruh
dengan kunjungan Antenatal Care Puskesmas di Kabupaten Lahat agar
pada ibu hamil di Puskesmas Bandar antenatal care maksimal;
Jaya Kabupaten Lahat Tahun 2021 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
dengan P = 0,000 dan odds ratio (OR) Disarankan penelitian ini dapat
= 13,2. dilanjutkan dengan meneliti hal-hal lain
7. Variabel yang paling dominan yang yang berhubungan dengan Antenatal
berhubungan dengan kunjungan Care dengan menggunakan desain
Antenatal Care pada ibu hamil di penelitian lainnya dan jumlah sampel
Puskesmas Bandar Jaya Lahat Tahun yang lebih banyak.

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 114


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

DAFTAR PUSTAKA

Anggriani, G. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Antenatal Care


Ibu Hamil di Puskesmas Pasar Kota Prabumulih. Citra Delima: Jurnal Ilmiah STIKES
Citra Delima Bangka Belitung, 4(1): 28-35

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan. (2017). Profil Kesehatan Sumatera Selatan.

Dinas Kesehatan Kabupaten Lahat. (2020). Profil Kesehatan Kabupaten Lahat.

Harfiani, E., Amalia, M., dan Chairani, A. (2019). Buku Saku ANC (Ante Natal Care) dan
Pemanfaatan TOGA pada ibu hamil. Jakarta: FK UPNVJ-LPPM

Indah, Dewi., Wahyuni, Ninik., dan Dani, Cecep. (2021). Hubungan Pengetahuan, Paritas,
Pekerjaan Ibu dengan Keteraturan Kunjungan Ibu Hamil untuk ANC selama Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Kesehatan Primer, 6(1)

Kemenkes RI. (2020). Pedoman Indikator Program Kesehatan Masyarakat dalam RPJMN
dan Renstra Kementerian Kesehatan 2020-2024. Jakarta

Marsanelah, J., Rini, M., Feranita, U. (2012). Determinan Pemanfaatan Pelayanan Antenatal
Yang Adekuat di Indonesia (Analisis Data SDKI 2012). Universitas Sriwijaya

Notoatmodjo, Soekidjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Pasandang, dkk. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Keaktifan Ibu Hamil
Melakukan Pemeriksaan Kehamilan pada Trimester II di Wilayah Kerja Puskesmas
Batua Kota Makassar. (https://publikasiilmiah.ums.ac.id)

Prawirohardjo, Sarwono. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka.

Refiani, D., Dewi, Y.I., Utami, S. (2021). Gambaran Perilaku Ibu Hamil dalam Melakukan
Antenatal Care Saat Pandemi Covid-19 di Puskesmas Rawat Inap Sidomulyo Kota
Pekanbaru. Health Information: Jurnal Penelitian, 13(2): 67-74

Rekam Medik Puskesmas Bandar Jaya Lahat. (2021).

Safitri, Yulia. (2020). Dukungan Suami, Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil terhadap
Kunjungan Antenatal Care. Jurnal Kebidanan Malahayati, 6(4)

Saifuddin, Abdul Bari. (2014). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sinambela, M., dan Solina, E. (2021). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Ibu Hamil
terhadap Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) Selama Pandemi Covid-19 di
Puskesmas Talun Kenas Tahun 2020. Jurnal Kebidanan Kestra (JKK), 3(2)

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 115


Volume 7, Nomor 1, Februari 2022 Febriati Z1, Chairil Z2,Dewi S3, Tri S4, Puji A5

Surya, Porrouw Hasnawatty., Sujawaty, Sri., Podungge, Yusni., Yulianingsih, Endah., dan
Igirisa, Yusni. (2021). Determinan Faktor yang Berhubungan dengan Pemeriksaan
Antenatal Care di Puskesmas Se-Kabupaten Boalemo. Jurnal Keperawatan, 13(1)

Walyani, Elisabeth Siwi. (2015). Asuhan Kebidanan pada Kehamilan. Yogyakarta: Pustaka
Baru Press

Wawan, A dan Dewi, M. (2011). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap Perilaku
Manusia. Yogyakarta: Nusa Medika

Wiknjosastro. (2014). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Jurnal ‘Aisyiyah Medika | 116


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Kehamilan dengan Infeksi TORCH


Ratna Dewi Puspita Sari1
1
Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung

Abstrak
Infeksi TORCH (Toxoplasma, Other Disease, Rubella, Cytomegalovirus and Herpes Simplex Virus) merupakan beberapa jenis infeksi
yang bisa dialami oleh wanita yang akan ataupun sedang hamil. TORCH dapat menyebabkan CRS (Congenital Rubella Syndrome).
CRS merupakan gabungan beberapa keabnormalan fisik yang berkembang pada bayi sebagai akibat infeksi virus Rubella maternal
yang berlanjut dalam fetus. Sel yang terinfeksi virus Rubella memiliki umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang terinfeksi
memiliki jumlah sel yang lebih rendah daripada bayi yang sehat. Virus Rubella juga dapat memacu terjadinya kerusakan dengan
cara apoptosis. Risiko terjadinya kerusakan apabila infeksi terjadi pada trimester pertama kehamilan mencapai 80–90%. Risiko
infeksi akan menurun 10-20% apabila infeksi terjadi pada trimester II kehamilan. Akibat CRS, ibu dapat mengalami keguguran
bahkan kematian karena komplikasi. Selain itu, bahaya juga mengancam janin yang dalam kandungan. Janin dengan infeksi Rubella
dapat mengalami kelainan kardiovaskuler, ketulian saat lahir, kelainan mata dapat berupa glaukoma. Virus dapat berdampak di
semua organ dan menyebabkan berbagai kelainan bawaan. Janin yang terinfeksi Rubella berisiko besar meninggal dalam
kandungan, lahir prematur, abortus spontan dan mengalami malformasi sistem organ. Dapat dilakukan pemeriksaan laboratorik
untuk menunjang diagnosis CRS meliputi isolasi virus, pemeriksaan serologik (hemaglutinasi pasif, uji hemolisis radial, uji aglutinasi
lateks, uji inhibisi hemaglutinasi, imunoasai fluresens, imunoasai enzim) dan pemeriksaan terhadap RNA virus Rubella. Sebagai
langkah pencegahan infeksi Rubella di Indonesia dilakukan imunisasi MR (Measles dan Rubella). Imunisasi MR ditujukan bagi anak
usia 9 bulan sampai <15 tahun dengan cakupan imunisasi 95%.

Kata Kunci: TORCH, rubella, kehamilan, vaksin MR

Pregnancy with Torch Infection


Abstract
TORCH infection (Toxoplasma, Other Disease, Rubella, Cytomegalovirus and Herpe Simplexs Virus) are some types of infections that
can be experienced by women who will or are pregnant. TORCH can cause CRS (Congenital Rubella Syndrome). CRS is a
combination of several physical abnormalities that develop in infants as a result of maternal Rubella virus infection that continues
in the fetus. Cells infected with the Rubella virus have a short life span. Fetal organs and infected babies have lower cell counts than
healthy babies. Rubella virus can also trigger damage by apoptosis. The risk of damage if the infection occurs in the first trimester of
pregnancy reaches 80-90%. The risk of infection will decrease 10-20% if the infection occurs in the second trimester of pregnancy.
As a result of CRS, mothers can experience miscarriage even death due to complications. In addition, the danger also threatens the
womb in the womb. Fetuses with Rubella infection can experience cardiovascular abnormalities, deafness at birth, eye
abnormalities can be glaucoma. Viruses can affect all organs and cause various congenital abnormalities. Rubella-infected fetuses
have a high risk of dying in the womb, premature birth, spontaneous abortion and organ system malformations. Laboratory testing
can be performed to support the diagnosis of CRS including viral isolation, serologic examination (passive hemaglutination, radial
hemolysis test, latex agglutination test, hemagglutination inhibition test, fluresens imunoasai, enzyme immunoassay) and
examination of Rubella virus RNA. As a step to prevent Rubella infection in Indonesia, MR (Measles and Rubella) immunization is
carried out. MR immunization is intended for children aged 9 months to <15 years with 95% immunization coverage.

Keywords: TORCH, rubella, pregnancy, MR vaccine

Korespondensi: dr. Ratna Dewi Puspitasari, Sp.OG alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP 081367155786, e-mail
ratnadps@gmail.com

Pendahuluan Measles, Varicella, Echovirus, Mumps, Vassinia,


Infeksi TORCH (Toxoplasma, Other Polio dan Coxsackie-B. Infeksi TORCH ini dikenal
Disease, Rubella, Cytomegalovirus dan Herpe karena menyebabkan kelainan beserta keluhan
Simplexs Virus) merupakan beberapa jenis yang dapat dirasakan oleh berbagai rentang usia
infeksi yang bisa dialami oleh wanita yang akan mulai dari anak-anak sampai dewasa. Ibu hamil
ataupun sedang hamil. Infeksi ini dapat yang terinfeksi pun dapat menyebabkan kelainan
menyebabkan cacat bayi akibat adanya pada bayinya berupa cacat fisik dan mental yang
penularan dari ibu ke bayi pada saat hamil.1 beragam serta keguguran. Infeksi TORCH dapat
Infeksi TORCH pada wanita hamil seringkal tidak menyebabkan 5-10% keguguran dan kelainan
menimbulkan gejala atau asimtomatik tetapi kongenital pada janin. Kelainan kongenital dapat
dapat memberikan dampak serius bagi janin menyerang semua jaringan maupun organ tubuh
yang dikandungnya.2 Dampak klinis bisa berupa termasuk sistem saraf pusat dan perifer yang

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 176


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

mengakibatkan gangguan penglihatan, ibu hamil trimester pertama, mengakibatkan


pendengaran, sistem kardiovaskuler dan Conginetal Rubella Syndrom (CRS).6
metabolisme tubuh. Dari beberapa penelitian
menunjukkan bahwa dari 100 sampel ibu hamil Isi
yang pernah mengalami infeksi salah satu unsur Virus Rubella diasingkan pertamakali pada
TORCH diperoleh 12% ibu pernah melahirkan tahun 1962 oleh Parkman dan Weller. Rubella
anak dengan kelainan kongenital, 70% pernah merupakan virus RNA yang termasuk dalam
mengalami abortus dan 18% pernah mengalami genus Rubivirus, famili Togaviridae, dengan jenis
Intra Uterine Fetal Death (IUFD).3,4 antigen tunggal yang tidak dapat bereaksi silang
Campak menjadi perhatian serius pada dengan sejumlah grup Togavirus lainnya. Virus
tahun 2000, dimana dilaporkan bahwa Rubella memiliki 3 protein struktural utama yaitu
komplikasi penyakit campak menyebabkan 2 glycoprotein envelope, E1 dan E2 dan 1 protein
kematian kepada lebih dari 562.000 anak di nukleokapsid. Secara morfologi, virus Rubella
seluruh dunia.Sama berbahayanya dengan berbentuk bulat (sferis) dengan diameter 60–70
campak, Rubella yang menginfeksi sebelum mm dan memiliki inti (core) nukleoprotein padat,
konsepsi dan selama periode awal kehamilan dikelilingi oleh dua lapis lipid yang mengandung
berpotensi menjadi penyebab terjadinya glycoprotein E1 dan E2. Virus Rubella dapat
obortus, kematian janin, atau CRS (Congenital dihancurkan oleh proteinase, pelarut lemak,
Rubella Syndrome) pada bayi.5 Rubella termasuk formalin, sinar ultraviolet, PH rendah, panas dan
penyakit ringan pada anak tetapi dapat amantadine tetapi nisbi (relatif) rentan terhadap
memberikan dampak buruk apabila terjadi pada pembekuan, pencairan atau sonikasi.7,8

Gambar 1. Struktur Virus Rubella9

Virus Rubella terdiri atas dua subunit setelah permulaan (onset) ruam (rash). Pada fase
struktur besar, satu berkaitan dengan envelope ini, Virus Rubella sangat menular.7, 10, 11, 9
virus dan yang lainnya berkaitan dengan Infeksi Rubella menyebabkan kerusakan
10
nucleoprotein core. Virus Rubella janin karena proses pembelahan terhambat.
ditransmisikan melalui pernapasan dan Dalam rembihan (secret) tekak (faring) dan air
mengalami replikasi di nasofaring dan di daerah kemih (urin) bayi dengan CRS, terdapat virus
kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari Rubella dalam jumlah banyak yang dapat
ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan virus menginfeksi bila bersentuhan langsung. Virus
Rubella. Dalam ruangan tertutup, virus Rubella dalam tubuh bayi dengan CRS (Congenital Rubella
dapat menular ke setiap orang yang berada di Syndrom) dapat bertahan hingga beberapa bulan
ruangan yang sama dengan penderita. Masa atau kurang dari 1 tahun setelah kelahiran.
inkubasi virus Rubella berkisar antara 14–21 hari. Kerusakan janin disebabkan oleh
Masa penularan 1 minggu sebelum dan 4) hari berbagai faktor, misalnya oleh kerusakan sel
akibat virus Rubella dan akibat pembelahan sel

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 177


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

oleh virus. Infeksi plasenta terjadi selama viremia diantaranya menjadi penderita diabetes pada
ibu, menyebabkan daerah (area) nekrosis yang dekade ketiga kehidupan mereka.7, 12
tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel Congenital Rubella Syndrome (CRS) atau Fetal
endotel kapiler. Sel ini mengalami deskuamasi ke Rubella Syndrome merupakan gabungan beberapa
dalam lumen pembuluh darah, menunjukkan keabnormalan fisik yang berkembang pada bayi
(indikasikan) bahwa virus Rubella dialihkan sebagai akibat infeksi virus Rubella maternal yang
berlanjut dalam fetus. CRS dapat mengakibatkan
(transfer) ke dalam peredaran (sirkulasi) janin
terjadinya abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat
sebagai emboli sel endotel yang terinfeksi. Hal ini
apabila bayi tetap hidup. Risiko infeksi janin
selanjutnya mengakibatkan infeksi dan kerusakan
beragam berdasarkan waktu terjadinya infeksi
organ janin. Selama kehamilan muda mekanisme
maternal. Apabila infeksi terjadi pada 0–12
pertahanan janin belum matang dan gambaran
minggu usia kehamilan, maka terjadi 80–90%
khas embriopati pada awal kehamilan adalah
risiko infeksi janin. Infeksi maternal yang terjadi
terjadinya nekrosis seluler tanpa disertai tanda
sebelum terjadi kehamilan tidak mempengaruhi
peradangan.
janin. Infeksi maternal pada usia kehamilan15–30
Sel yang terinfeksi virus Rubella memiliki
minggu risiko infeksi janin menurun yaitu 30%
umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang
atau 10–20%.7, 12, 13
terinfeksi memiliki jumlah sel yang lebih rendah
Bayi di diagnosis mengalami CRS apabila
daripada bayi yang sehat. Virus Rubella juga
mengalami 2 gejala pada kriteria A atau 1 kriteria
dapat memacu terjadinya kerusakan dengan cara
A dan 1 kriteria B, sebagai berikut:
apoptosis. Jika infeksi maternal terjadi setelah
A) Katarak, glaukoma bawaan, penyakit jantung
trimester pertama kehamilan, kekerapan
bawaan (paling sering adalah patient ductus
(frekuensi) dan beratnya derajat kerusakan janin
arteriosus atau peripheral pulmonary artery
menurun secara tiba-tiba (drastis). Perbedaan ini
stenosis), kehilangan pendengaran,
terjadi karena janin terlindung oleh
pigmentasi retina.
perkembangan melaju (progresif) tanggap
B) Purpura, splenomegali, jaundice,
(respon) imun janin, baik yang bersifat humoral
mikroemsefali, retardasi mental,
maupun seluler, dan adanya antibodi maternal
meningoensefalitis dan radiolucent bone
yang dialihkan (transfer) secara pasif.7, 11, 9
disease (tulang tampak gelap pada hasil foto
Risiko terjadinya kerusakan apabila infeksi
roentgen).
terjadi pada trimester pertama kehamilan
Beberapa kasus hanya mempunyai satu
mencapai 80–90%. Risiko infeksi akan menurun
gejala dan kehilangan pendengaran merupakan
10-20% apabila infeksi terjadi pada trimester II
cacat paling umum yang ditemukan di bayi
kehamilan (Gnansia, 2004). Ibu bisa mengalami
dengan CRS. Definisi kehilangan pendengaran
keguguran bahkan kematian. Selain itu, bahaya
menurut WHO adalah batas pendengaran ≥ 26 dB
juga mengancam janin yang dikandung. Janin
yang tidak dapat disembuhkan dan bersifat
dengan infeksi Rubella dapat mengalami kelainan
permanen.7, 12
kardiovaskuler, ketulian saat lahir, kelainan mata
Meskipun infeksi bawaan dapat dipastikan
dapat berupa glaukoma. Virus dapat berdampak
dengan isolasi virus dari swab tenggorokan, air
di semua organ dan menyebabkan berbagai
kemih dan cairan tubuh lainnya, tetapi
kelainan bawaan. Janin yang terinfeksi Rubella
pengasingan tersebut mungkin memerlukan
berisiko besar meninggal dalam kandungan, lahir
pemeriksaan berulang. Sehingga pemeriksaan
prematur, abortus spontan dan mengalami
serologis merupakan pemeriksaan yang sangat
malformasi sistem organ. Berat ringannya infeksi
dianjurkan. Pemeriksaan antibodi IgM spesifik
virus Rubella di janin bergantung pada lama umur
ditunjukkan untuk setiap neonatus dengan berat
kehamilan saat infeksi terjadi. Manifestasi
badan lahir rendah yang juga memiliki gejala
permulaan yang tertangguhkan (delayed-onset)
klinis Rubella bawaan. Adanya IgM di bayi
CRS yang paling sering adalah terjadinya diabetes
tersebut menandakan bahwa ia telah terinfeksi
mellitus tipe 1. Penelitian lanjutan di Australia
secara bawaan, karena antibodi ini tidak dapat
terhadap anak yang lahir pada tahun 1934
melalui perbatasan (barier) plasenta.11,14
sampai 1941, menunjukkan bahwa sekitar 20%

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 178


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Gambar 2. Pedoman Diagnosis Infeksi Rubella Pada Kehamilan9

Pemeriksaan laboratorik untuk terbesar ketiga setelah Sumatera Utara dan


menunjang diagnosis CRS antara lain: Sumatera Selatan. Jumlah anak yang ditargetkan
pengasingan (isolasi) virus, pemeriksaan serologik di Lampung mencapai 2.237.041 orang. Imunisasi
(hemaglutinasi pasif, uji hemolisis radial, uji MR (Measles/campak dan Rubella) merupakan
aglutinasi lateks, uji inhibisi hemaglutinasi, upaya dalam mencapai target eliminasi Measles
imunoasai fluresens, imunoasai enzim) dan dan Rubella dan ditujukan bagi anak usia 9 bulan
pemeriksaan terhadap RNA virus Rubella.9 sampai <15 tahun dengan cakupan imunisasi
Infeksi TORCH di Indonesia pada kehamilan 95%.
menunjukkan prevalensi cukup tinggi, berkisar Imunisasi Measles (campak) Rubella (MR)
antara 5,5% sampai 84%. Infeksi TORCH pada diberikan kepada anak untuk melindunginya dari
67% wanita kasus infertilitas didapatkan penyakit kelainan bawaan, seperti gangguan
sebanyak 10,3 % Toxoplasma, 13,8% positif pendengaran, gangguan penglihatan, kelainan
Rubella, 13,8% positif infeksi CMV jantung dan retardasi mental yang disebabkan
(Cytomegalovirus).15 adanya infeksi Rubella pada saat kehamilan.
Dari lima pulau di Indonesia didapatkan Imunisasi MR sangat penting dan aman diberikan
59,8% serum ibu hamil positif kumulatif IgG kepada anak. Fatwa Majelis Ulama Indonesia
Toxoplasmosis, tertinggi di Sulawesi (76,5%) dan (MUI) nomor 4 tahun 2016 dijelasakan bahwa
terendah di Nusa Tenggara (43,4%) sedangkan imunisasi pada dasarnya dibolehkan sebagai
lainnya sekitar 57,5-65,0% (Jawa-Bali, Sumatera, bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan
Irian Jaya dan Kalimantan). IgM Toxoplasmosis tubuh dan mencegah terjadinya suatu penyakit
tertinggi di Irian Jaya (20,0%), Sulawesi dan tertentu. Jika seseorang yang tidak diimunisasi
Kalimantan hampir sama (2,7-3,2%) dan Nusa akan meyebabkan kematian, penyakit berat atau
Tenggara terendah (1,9%) dan di Sulawesi tidak kecacatan permanen yang mengancam jiwa,
ditemukan IgM. Provinsi dengan nilai IgG paling berdasarkan pertimbangan para ahli yang
tinggi yaitu Lampung (88,66%) sedangkan IgM kompeten dan dipercaya, maka imunisasi
tertinggi di Irian Jaya dan Riau (20,0%) dari 19 hukumnya wajib. Vaksin MR aman diberikan
Provinsi yang ada di Indonesia (Soeharsono, kepada anak.
1995). Lampung merupakan target imunisasi Vaksin MR adalah vaksin hidup yang
campak dan Rubella nasional (imunisasi MR) dilemahkan berupa serbuk kering dengan pelarut.

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 179


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Kemasan vaksin adalah 10 dosis per vial. Vaksin pendengaran, pigmentasi retina, purpura,
MR diberikan secara subkutan dengan dosis 0,5 jaundice, mikrosefali, retardasi mental,
ml. Demam ringan, ruam merah, bengkak ringan meningoensefalitis dan radiolucent.
dan nyeri di tempat bekas suntikan setelah
imunisasi adalah reaksi normal yang akan Daftar Pustaka
menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian pasca 1. Sembiring EB, Roza E. Aplikasi diagnosa
imunisasi yang serius sangat jarang terjadi. Vaksin infeksi torch pada kehamilan. Jurnal
yang digunakan telah mendapat rekomendasi Integrasi. 2016; 8(2):119-24.
dari Badan Kesehatan Dunia (WHO) dan izin edar 2. Magdalena CM, Arundina A, Natalia D.
dari Badan POM. Vaksin MR 95% efektif untuk Gambaran tingkat pengetahuan dan upaya
mencegah penyakit campak dan Rubella. Vaksin pencegahan infeksi torch (toxoplasmosis,
ini aman dan telah digunakan di lebih dari 141 rubella, cytomegalovirus, herpes simplex
negara dunia. Imunisasi MR merupakan upaya virus) pada wanita usia subur di komunitas
pencegahan yang harus dilakukan secara rutin pecinta kucing kalimantan barat tahun 2015.
dan terus-menerus. Setiap anak memiliki hak 2017. Jurnal Untan; 5(1).
untuk mendaptkan imunisasi yang lengkap. 3. Nelson CT, Demmler GJ. Laboratory methods
Imunisasi merupakan investasi yang sangat for the diagnosis of congenital
berharga bagi masa depan anak. Apabila cytomegalovirus infection. The Journal of the
orangtua memberikan imunisasi bagi anaknya, International Federation of Clinical.
maka tidak hanya anak tersebut namun orang Chemistry and Laboratory Medicine. 1996;
lain di dalam lingkungannya juga akan turut 8(10).
merasakan manfaatnya. Banyaknya informasi 4. Suromo, Budipradigdo L. Kewaspadaan
yang salah mengenai imunisasi dan disebarkan terhadap infeksi cytomegalovirus serta
oleh pihak-pihak yang tidak bertangung jawab kegunaan deteksi secara laboratorik. Pidato
dapat menghalangi upaya pemenuhan hak anak Pengukuhan Guru Besar Fakultas Kedokteran
atas kekebalan diri dari penyakit berbahaya Universitas Diponegoro. Semarang. 2007.
melalui imunisasi. Peran keluarga sangat 5. Prabandari, Mustika G, Musthofa SB,
dibutuhkan agar anak bisa mendapatkan haknya Kusumawati A. Beberapa faktor yang
untuk meiliki kekebalan tubuh melalui imunisasi. berhubungan dengan penerimaan ibu
Peran media pun sangat dibutuhkan untuk terhadpa imunisasi measles rubella pada
menyebarkan informasi yang benar terkait anak sd di desa gumpang, kecamatan
imunisasi MR ini dengan tujuan memberikan kartasura, kabupaten sukoharjo. Jurnal
pemahaman kepada masyarakat.16 Kesehatan Masyarakat. 2018; 6(4):573-81.
6. Depkes RI. imunisasi measles rubella lindungi
Ringkasan kita [internet]. 2017. Diakses pada: 30
Infeksi TORCH selama kehamilan dapat Januari 2019. Tersedia dari:
menyebabkan cacat bayi akibat adanya penularan www.depkes.go.id.
dari ibu ke bayi pada saat hamil. Termasuk di 7. Department of Health and Human Services.
dalamnya adalah infeksi Rubella, Infeksi virus Center for Disease Control and prevention:
Rubella pada trimester I kehamilan memiliki risiko epidemiology and prevention of vaccine
kerusakan yang lebih besar dibandingkan dengan preventable disease. 2005. Diakes pada : 30
infeksi setelah trimester pertama. Januari 2019. Tersedia dari:
http://www.cdc.gov.
Simpulan 8. Handojo I. Imunoasai untuk penyakit infeksi
Infeksi Rubella selama kehamilan virus. Dalam: Handoyo I. Imunoasai terapan
menyebabkan Congenital Rubella Syndrome pada beberapa penyakit infeksi. Surabaya:
(CRS). CRS dapat mengakibatkan terjadinya Airlangga University Press; 2004; 176–88.
abortus, bayi lahir mati, prematur dan cacat 9. Kadek, Darmadi. Congenital rubella
bawaan (malformasi) apabila bayi tetap hidup. syndrome based on serologic and rna virus
Gejala CSR berupa katarak, glaukoma bawaan, examination. Indonesian Journal of Clinical
penyakit jantung bawaan, kehilangan

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 180


Ratna Dewi Puspita Sari | Kehamilan dengan Infeksi TORCH

Pathology and Medical Laboratory. 2007;


13(2):63-71.
10. Matuscak R. Rubella virus infection and
serology. In: Shehaan, C. Clinical immunolgy
principles and laboratory diagnosis.
Philadelphia: JB Lipincott Co.;1990
11. Banatvala JE, Brown DWG. Rubella. Scientific
book (compilation) additional torch
infections articles. Prosiding PDS-PATKLIN
Temu Ilmiah Surabaya (The Indonesian
Association of Clinical Pathologists). 2005; 7–
14.
12. Anonim. Rubella[internet]. Diakses pada : 30
Januari 2019. Tersedia dari:
http://www.cdc.gov/nip/publications/pink/r
ubella.pdf.
13. Gnansia ER. Congenital Rubella
Syndrome[internet]. 2004. . Diakses pada :
30 Januari 2019. Tersedia dari:
http://www.orpha.net/data/patho/GB/uk-
rubella.pdf.
14. Mahony JB, Chernesky MA. Rubella virus.
Dalam: Manual of clinical laboratory
immunology. Rose NR, Hamilton RG, Detrix
B, eds. Edisi ke-6. Washington DC: American
Society of Microbiology;2002.
15. Gershon, A. Rubella (german measles).
Dalam: Fauci AS, Martin JB, eds. Principles of
internal medicine. New York : Mc Graw-Hill;
1998.
16. Kementerian Republik Indonesia. Imunisasi
MR Penting Diberikan Untuk Melindungi
Anak [internet]. 2017. Diakses pada : 30
Januari 2019.. Tersedia dari:
www.depkes.go.id.

JK Unila | Volume 3 | Nomor 1 | Maret 2019 | 181

Anda mungkin juga menyukai