Anda di halaman 1dari 7

SKRIPSI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN MOTIVASI IBU UNTUK


MENGIKUTI PROGRAM KB (SUNTIK) DI DESA PEMARON
KECAMATAN BREBES

DISUSUN OLEH

DIAN DWI PRAWIRO

C1019064

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS BHAMADA SLAWI

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut UU no 52 tahun 2009 Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur


kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui
promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk
mewujudkan keluarga yang berkualitas. Pada Undang-Undang tersebut juga
menyebutkan Suami dan/atau isteri mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban
yang sama dalam melaksanakan keluarga berencana. Serta, dalam menentukan
cara keluarga berencana, Pemerintah wajib menyediakan bantuan pelayanan
kontrasepsi bagi suami dan isteri.

Menurut World Health Organization (WHO), Penggunaan kontrasepsi telah


meningkat di banyak bagian dunia, terutama di Asia dan Amerika. Secara global
pengguna kontrasepsi moderen telah meningkat di Amerika dari 23,6% menjadi
27,6%, di Asia telah meningkat dari 60,9% menjadi 67,0% (WHO 2016). Secara
regional proporsi pasangan usia subur 15-49 tahun melaporkan penggunaan
metode kontrasepsi moderen telah meningkat minimal 6 tahun terakhir (Sri
Lestari, 2015).

Menurut data ASEAN (Association of Soult East Asia Nations) alat kontrasepsi
yang paling banyak digunakan di wilayah ASIA yaitu kontrasepsi jangka panjang
(vasektomi dan tubektomi) sebanyak 34%, IUD sebanyak 25%. Berdasarkan
survei RISKESDAS, terdapat WUS menggunakan program KB sebanyak 3,90
jenis steril/MOW, 8,50 jenis IUD/spiral, 48,80 jenis suntik, 7,30 jenis implan, PIL
4,30, (RISKESDAS 2018).

KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung percepatan penurunan Angka


Kematian Ibu melalui: 1. Mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan, 2.
Mencegah atau memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami
komplikasi yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan
nifas, 3. Mencegah terjadinya kematian pada seorang perempuan yang
mengalami komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas (BKKBN,2021)

Peserta KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang saat ini sedang
menggunakan salah satu alat kontrasepsi tanpa diselingi kehamilan. PUS peserta
KB terdiri dari peserta KB modern (mengunakan alat/obat/cara KB berupa steril
wanita (MOW), IUD/AKDR). Implan/susuk, suntik, pil, kondom dan Metode
Amenore Laktasi (MAL) dan peserta KB tradisional (menggunakan alat/obat/cara
KB berupa pantang berkala, senggama terputus, dan alat/obat/cara KB tradisional
lainnya) (BKKBN, 2021).

Pola pemilihan jenis metode kontrasepsi modern pada tahun 2021 menunjukkan
bahwa sebagian besar akseptor memilih menggunakan suntik sebesar 59,9%,
diikuti pil sebesar 15,8%. Pola ini terjadi setiap tahun, dimana peserta KB lebih
banyak memilih metode kontrasepsi jangka pendek dibandingkan Metode
Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). Jika dilihat dari efektivitas, kedua jenis
alat/obat/cara KB ini (suntik dan pil) termasuk Metode Kontrasepsi Jangka
Pendek sehingga tingkat efektifitas dalam pengendalian kehamilan lebih rendah
dibandingkan Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP). MKJP merupakan
kontrasepsi yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama, lebih dari dua tahun,
efektif dan efisien untuk tujuan pemakaian menjarangkan kelahiran lebih dari tiga
tahun atau mengakhiri kehamilan pada PUS yang sudah tidak ingin menambah
anak lagi. Alat/obat/cara KB yang termasuk MKJP yaitu IUD/AKDR, Implan,
MOP dan MOW (BKKBN, 2021).

Penggunaan kontrasepsi hormonal sebagai salah satu alat kontrasepsi meningkat


drastis. Metode kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi baik suntik 1 bulan
maupun yang 3 bulan. Pemilihan Kontrasepsi oleh wanita usia subur yang sesuai
keinginan sangat penting, salah satu kontrasepsi yang banyakdipilih adalah KB
suntikan baik 1 bulan mauun 3 bulan, karena suntik merupakan alat kontrasepsi
yang praktis, aman,murah. Faktor yang mempengaruhi dalam menggunakan KB
suntik, antara lain yaitu: Pengetahuan, Pendidikan, Umur, Media Informasi,
Ketersediaan alat, Petugas Kesehatan, Dukungan Suami. (Astuti,2015).

Dukungan suami menjadi salah satu faktor penting dalam kepatuhan penggunaan
kontasepsi pada ibu. Suami sebagai seorang kepala keluarga dengan tugas
sebagai pelindung, pengayom. Dukungan suami terdiri dari 4 bentuk, yaitu
dukungan informasional, penilaian, instrumental, dan emosional. Kontrasepsi
tidak dapat dipakai istri tanpa adanya kerjasama suami dan saling percaya.
Dukungan suami dalam pemilihan alat kontrasepsi meliputi upaya memperoleh
informasi, memilih, mengantar ke tempat pelayanan serta membiayai pemasangan
alat kontrasepsi (Fifi,2021).

Jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara di
dunia, khususnya negara berkembang. Indonesia merupakan negara berkembang
dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, setelah China, India dan
Amerika Serikat (Elizawarda, 2017). Berdasarkan estimasi pada tahun 2018
jumlah penduduk di Indonesia sebesar 268.074.565 jiwa, terdiri atas 133.136.131
jiwa penduduk laki-laki dan 133.416.946 jiwa penduduk perempuan. Penduduk
Pulau Jawa merupakan wilayah dengan populasi penduduk paling banyak dan
akan semakin bertambah (Kementrian Kesehatan RI, 2019). Oleh karena itu,
pemerintah terus berupaya untuk menekan Laju Pertumbuhan Penduduk (LPP)
dengan program Keluarga Berencana (KB) (Elizawarda, 2017).

Tingginya laju pertumbuhan yang tidak diiringi peningkatan kualitas penduduk ini
akan berpengaruh kepada tingkat kehidupan dan kesejahteraan penduduk.
Peningkatan kesadaran masyarakat tentang hak dan tanggung jawab pengaturan
jumlah dan hak serta kewajiban dalam pelayanan KB (Handayani,2012).
Berbagai macam metode KB telah ditawarkan pemerintah baik hormonal maupun
non hormonal guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut data dari
RISKESDAS 2018 menunjukkan KB suntik paling banyak digunakan oleh
masyarakat.
KB suntik merupakan KB yang paling banyak digunakan oleh Wanita Usia Subur
(WUS). Tingginya akseptor KB suntik 3 bulan ini dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, dan parietas, namun yang
signifikan berpengaruh hanya faktor usia (yurike,2018).

Menurut hasil penelitian dari Asmariyah (2021) dengan judul “FAKTOR-


FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI
SUNTIK KB DEPO PROVERA PADA AKSEPTOR KB DI KOTA
BENGKULU”. Menunjukan bahwa Metode kontrasepsi suntik masih menjadi
pilihan utama sebesar 27,8%. Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang
(MKJP) masih rendah sedangkan penggunaan suntik KB depo provera paling
banyak dari kontrasepsi yang lainnya. Peggunaan MKJP berdasarkan laporan dari
hasil SDKI 2017 menunjukkan lebih rendah dibandingkan dengan suntik KB depo
provera demikian juga dengan laporan BKKBN kota Bengkulu. Faktor yang
memengaruhi pemilihan alat kontrasepsi suntik depo yaitu usia, jumlah anak yang
diinginkan lagi, dukungan suami dan ketersedian alat kontrasepsi.

Menurut data dari bidan desa pemaron kecamatan brebes, dari total 8 Rw, ada
beberapa pasangan yang menggunakan program KB (suntik ). Data yang sudah
tercantum perbulan desember tahun 2021 sebagai berikut : Terdapat sebanyak 360
pasangan dari 840 pasangan menggunakan program KB (suntik). pasangan yang
menggunakan program KB Implant sebanyak 70 pasangan, program KB IUD
sebanyak 16 pasangan, program KB PIL sebanyak 13 pasangan, program KB
MOW 20 pasangan, dan sisanya, sebanyak 361 pasangan tidak meggunakan
program KB.

Berdasarkan survey pendahuluan di desa pemaron kecamatan brebes dari 10


wanita usia subur yang menggunakan program KB (suntik) di desa pemaron
brebes. 5 orang, mengatakan sudah merencanakan matang-matang dengan
suaminya dan lebih memilih program KB (suntik) dikarenakan harganya yang
relatif terjangkau. 2 orang mengatakan memilih program KB (suntik) karena
mengikuti tetangga lainya yang sudah menggunakan program (suntik) 3
diantaranya memilih program KB (suntik) karena simpel dan tidak sakit.
Ditemukan rumusan masalah “Apakah ada hubungan, antara dukungan suami
terhadap motivasi ibu untuk mengikuti program KB (suntik) ?”.

1.2 Tujuan Penelitian

1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengidentifikasi hubungan dukungan suami dengan motivasi ibu


untuk mengikuti program KB (suntik) di desa pemaron kecamatan brebes.

1.2.2 Tujuan Khusus

1.2.2.1 Menganalisis dukungan suami terhadap ibu untuk mengikuti program


KB (suntik) di desa pemaron kecamatan brebes.

1.2.2.2 Menganalisis motivasi ibu dalam mengikuti program KB (suntik) di desa


pemaron kecamatan brebes.

1.2.2.3 Menganalisis hubungan dukungan suami dengan motivasi ibu untuk


mengikuti program KB (suntik) di desa pemaron kecamatan brebes.

1.3 Manfaat Penelitian

1.3.1 Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan terkait dukungan


suami dengan motivasi ibu dalam mengikuti program KB (suntik).

1.3.2 Manfaat Keilmuan

1.3.2.1 Dalam keilmuan keperawatan maternitas bermanfaat sebagai program


untuk membatasi jarak kelahiran, mengurangi resiko peyakit dan
gangguan mental pada WUS.

1.3.2.2 Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan suami agar


mendukung ibu untuk mengikuti program KB (suntik).
1.3.3 Manfaat Metodologi

Dari hasil penelitian ini, diharapkan dapat menjadi peluang untuk


melakukan penelitian selanjutnya mengenai Dukungan suami dengan
minat ibu untuk mengikuti program KB (suntik).

Anda mungkin juga menyukai