PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan.Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.Pada saat
ini telah banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi. Macam-macam metode
kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), Implan, Kondom, Suntik,
Metode Operatif Wanita (MOW), Metode Operatif Pria (MOP), dan kontrasepsi
Pil.Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaian dan dapat
dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur
keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima
oleh pasangan suami istri (BKKBN, 2006).
Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga
berencana dan 66-75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk mencegah terjadi
kehamilan dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap berbagai organ
tubuh, baik organ genetalia maupun non genetalia (Baziad, 2008).
Data SDKI 2012 menunjukkan peningkatan prevalensi penggunaan
kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012
sementara angka fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR)cenderung menurun. Tren ini
menggambarkan bahwa meningkatnya cakupan usia 15-49 tahun yang melakukan KB
sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional (SDKI, 2012).
Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Data
menunjukkan bahwa ada 8.500.247 Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan
peserta KB baru dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi
suntikan, IUD (7,75%), MOW (1,52%), MOP (0,25%), Kondom (6,09%), Implant
(9,23%), dan Pil (26,6%) (BKKBN, 2013).
Hasil pelayanan Peserta KB Baru di Sumatera Utara sampai dengan bulan
Desember 2014 mencapai 419.691 peserta atau 10,1% dari perkiraan permintaan
masyarakat sebagai peserta (PPM) KB Baru tahun 2014 sebanyak 414.958 peserta.
Berarti pencapaian rata-rata perbulan diatas 8% dan apabila persentase pencapaian
rata-rata ini dapat di pertahankan, maka sasaran pencapaian peserta KB baru tahun
2014 akan tercapai. Dari pencapaian sebanyak 419.691 peserta KB Baru tersebut,
peserta KB IUD mencapai 30.612 peserta atau 57,9% dengan metode Medis Operasi
Pria (MOP) mencapai 3.671 peserta atau 70,4% dan Medis Operasi Wanita (MOW)
mencapai 10.176 peserta atau 72,3%, KB Kondom mencapai 49.431 peserta atau 141,
9%, KB Implant mencapai 58.034 peserta atau 57,4%, KB Suntik mencapai 135.252
peserta 159,2% dan KB Pil mencapai 132.515 peserta atau 108,4%. Dari 33
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara angka persentase pencapaian peserta KB Baru
sampai dengan bulan Desember 2014 yang paling tinggi adalah Kabupaten Batu
Bara, yakni 129,3% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Nias Barat yakni
hanya 26,3% dari sasaran yang telah diperkirakan sampai akhir tahun 2014.
Berdasarkan tempat pelayanan, ternyata pada tahun 2014 peserta KB Baru yang
dilayani melalui Klinik KB Pemerintah mencapai 91,17% menyusul melalui bidan
praktek swasta mencapai 84,04%, melalui Klinik KB Swasta mencapai 86,40% dan
sebanyak 68,94% melalui dokter praktek swasta. Sedangkan perkembangan pasangan
usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai
dengan bulan Desember 2014 mencapai 1.630.298 pasangan atau 69,3% dari
2.354.389 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara.
Berdasarkan pemakaian metode / alat kontrasepsi para pasangan usia subur
yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri dari pemakaian alat kontrasepsi PIL
mencapai 19,84% menyusul pemakaian Suntikan mencapai 21,62%,
menggunakanIUD mencapai 7,58%, dengan metode Medis Operasi Wanita (MOW)
mencapai 5,10%, peserta Implant mencapai 9,25%, pemakaian Kondom mencapai
5,27% dan dengan Metode Operasi Pria (MOP) hanya 0,6% dari jumlah pasangan
usia subur yang aktif sebagai peserta KB. Tantangan pelaksanaan Program KB di
Sumatera Utara ke depan masih cukup berat, terutama dari 2.354.389 pasangan usia
subur yang ada di Sumatera Utara, ada sebanyak 724.091 pasangan usia subur yang
bukan peserta KB, dengan kondisi sebanyak 79.913 pasangan saat ini sedang dalam
keadaan hamil, sebanyak 258.337 pasangan tidak ikut KB dan masih ingin memiliki
anak dengan segera, 188.965 pasangan tidak ber KB tapi belum ingin memiliki anak
dan ada sebanyak 196.876 pasangan juga belum ber KB tapi tidak ingin memiliki
anak lagi. Untuk itu BKKBN Provinsi Sumatera Utara bersama dengan mitra kerja
terkait, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota akan lebih meningkatkan
pemerataan pelayanan, pemberian advokasi dan KIE disemua tingkatan wilaya,
terutama pada wilayah-wilayah yang tertinggal, terpencil, pantai dan perbatasan
dalam rangka meningkatkan kesertaan masyarakat ikut dalam program KB (BKKBN
Provinsi Sumatera Utara, 2014).
Berdasarkan data yang didapat dari Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli
Serdang Tahun 2017 ditemukan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Dusun II
sebanyak 165 pasangan dari total keseluruhan 749 pasangan dan jumlah Wanita Usia
Subur (WUS) di Dusun II sebanyak 201 orang dari total keseluruhan 964 orang. Yang
menjadi akseptor KB pada pria di Dusun II sebanyak 2 orang dari total keseluruhan
10 orang dan jumlah akseptor KB pada wanita di Dusun II sebanyak 109 orang dari
total keseluruhan sebanyak 514 orang.
Dari 9 orang ibu PUS yang mengikuti FGD (Focus Grup Discussion) didapati
bahwa akseptor Pil sebanyak 5 orang, akseptor Suntik 3 bulan sebanyak 1 orang,
akseptor Implant sebanyak 1 orang, akseptor IUD 1 orang dan 1 orang ibu WUS yang
belum berKB dan ingin segera berKB. Pada saat dilaksanakan diskusi terarah,
ditemukan beberapa hal mitos yang masih beredar di masyrakat sampai saat ini yang
menyatakan bahwa jika menggunakan Implan maka batangan implant dapat
berpindah dari tempat pemasangan semula, jika menggunakan IUD maka akan
mengganggu hubungan seksual pasangan suami istri. Adanya rasa takut untuk
menjadi akseptor MOP disebabkan akan turunnya tingkat kejantanan seorang pria
sehingga akan mengganggu hubungan seksual, hal ini diungkapkan oleh salah satu
peserta diskusi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
tentang KB MOP pada pria di Dusun II Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli
Serdang Tahun 2019”.
2. Tujuan Penelitian
2.1. Tujuan Umum
1.Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pria tentang KB
MOP (Metode Operasi Pria) sebelum penyuluhan di Dusun II Desa Jaharun
A Kec. Galang Kab. Deli Serdang
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pria tentang KB
MOP (Metode Operasi Pria) sesudah penyuluhan di Dusun II Desa Jaharun
A Kec. Galang Kab. Deli Serdang
2.2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan pria tentang KB MOP
(Metode Operasi Pria) di Dusun II Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli
Serdang
3. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Dusun II
3. Bagi Desa Jaharun A
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
B. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho
dan Utama, 2014).
2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi
dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan
sebagainya.
3. Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi
sebagai berikut :
a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional.
Pengambilan data dari sampel menggunakan desain studi Dekskriptif.
Penelitian dilakukan untuk menilai pengetahuan pria tentang MOP.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dilakukan penelitian ini adalah Dusun II Desa Jaharu A
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Periode Maret 2019.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi terjangkauan pada penelitian ini adalah Pria dalam kategori
PUS di Dusun II – Desa Jaharun A.
4.3.2 Sampel Penilitian
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode Random
sampling. Dengan cara mengacak diambil 80 responden sesuai dengan
jumlah sampel yang diinginkan.
N
N= 1+ N (d)2
Keterangan :
N = Besar Populasi
N = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan / ketepatan yang diinginkan
Diketahui : N= 80
d = 0,05 d2= 0,0025
Penyelesaian : 80
n = 1+ 60(0,05)2
80
n= 1+ 0.15
80
n= 1,15
n= 69,56
n= 70 sampel
4.4 Teknik Sampling ( Cara Pengambilan Sampel)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan
sampel yaitu “Random Sampling” yakni pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri mberdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
a. Pria Pasangan Usia Subur
b. Pria PUS usia 20-40 tahun
c. Pria PUS yang bersedia menjadi responden
d. Pria PUS yang bisa membaca dan menulis
4.5 Instrumen Penilitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pada
penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner
ini merupakan daftar pertanyaan yang tersusun dimana responden tinggal memberi
jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu. (Notoatmodjo,2007).
Kuesioner dalam penelitian berisi pertanyaan untuk memperoleh suatu data
mengenai pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi. Masing-masing variabel diukur
dengan masing-masing kuesiner terkait.
4.6 Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner langsung.
4.7 Pengolahan dan Analisa
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data seanjutnya akan diolah secara
manual menggunakan kalkulator dengan rumus sebagai berikut:
S=R
Keterangan:
S = Skor responden
R = Jawaban yang benar
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut:
F x 100%
P= N
Keterangan :
P = persen yang dicari
F = variabel yang diteliti
N = Jumlah sampel
4.8 Penyajian Data
1. Editing
Memeriksa kembali kebenaran pengisian dengan tujuan agar data yang
masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolah data dikelompokkan
dengan menggunakan aspek pengaturan.
2. Coding
Pemberian nilai atau kode pada pilihan jawaban yang sudah lengkap,
diberi skor (1) untuk jawaban yang benar dan skor (0) untuk jawaban yang
salah untuk pengetahuan
3. Tabulating
Pengolahan dan penyajian data dalam penelitian dekskriptif sederhana.
Bertujuan untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
4.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menekan masalah etika dalam
penelitian meliputi : sebelum melakukan penelitian, peneliti menyerahkan
meminta izin kepada Kepala Desa Jaharun A. Seteah mendapat izin, peneliti
melakukan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian yang meliputi:
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 yang bertempat di dusun II
desa Jaharun A Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang . Jumlah sampel
sebanyak 34 responden pria dalam kategori PUS .
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai
berikut:
1. Karekteristik umum responden
a. Umur
Dusun II Desa Jaharun A dimana responden pada umur 20 – 29 tahun
sebanyak 7 responden (20,59%), umur 30 – 39 tahun sebanyak 16
responden (47,06%), dan umur 40 – 49 tahun sebanyak 11 responden
(32,35%).
b. Pendidikan
Tngkat pendidikan pada Pria PUS di Dusun II Desa Jaharun A
Kecamatan Galang Kabupaen Deli Serdang, dimana responden dengan
pendidikan SD sebanyak 2 responden (5,88%) , responden dengan
pendidikan SMP sebanyak 2 responden (5,88%), dengan pendidikan
SMA sebanyak 28 responden (82,35%), dan responden dengan
pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden (5,88%).
c. Pekerjaan
Segi pekerjaan yang menempati jumlah terbanyak yaitu wiraswasta 18
orang (52,94%), diikuti TNI/POLRI sebanyak 12 orang (35,29%),
PNS sebanyak 3 orang (8,82%), menempati urutan terkecil dengan
petani sebanyak 1 orang (2,94%).
Hasil dari pre test menunjukkan bahwa dari 34 responden yang diteliti
untuk pengetahuan tentang alat kontrasepsi yaitu sebanyak 6 responden
(17,64%) pria yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik, 3
responden (8,82%) pria yang memiliki pengetahuan dalam kategori cukup,
dan 25 responden (73,25%) pria yang memiliki pengetahuan dalam
kategori kurang.
Tabel 6.2
Hasil Post Test
Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 24 70,59%
Cukup 9 26,47%
Kurang 1 2,94%
Jumlah 34 100%
Hasil dari pre test menunjukkan bahwa dari 34 responden pada kelompok umur
20 – 29 tahun sebanyak 2 responden (5,88%) yang memiliki tingkat pengetahuan
baik, sebanyak 1 responden (2,94%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan
sebanyak 4 responden (11,76%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Pada
kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 4 responden (11,76%) yang memiliki tingkat
pengetahuan baik, sebanyak 1 responden (2,94%) yang memiliki tingkat pengetahuan
cukup, dan sebanyak 11 responden (32,35%) yang memiliki tingkat penegtahuan
kurang. Pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 1 responden (2,94%) yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan sebanyak 10 responden (73,53%) yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Tabel 5.3
Hasil Post Test
Umur Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F %
20- 29 4 11,76% 3 8,82% 0 0 7
30-39 11 32,35% 5 14,71% 0 0 16
40-49 9 26,47% 1 2,94% 1 2,94% 11
Jumlah 24 70,59% 9 26,47% 1 2,94% 34
Hasil dari pre test menunjukkan bahwa dari 34 responden, sebanyak 4 respoden
(11,76%) berpendidikan SD yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 1
responden berpendidikan SMP yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 1
responden (2,94%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Sebanyak 4 (11,76%)
responden berpendidikan SMA yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 2
responden (5,89%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan sebanyak 20
responden (58,82%)yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Sebanyak 2
responden (5,89%) berpendidikan Perguruan Tinggi yang memiliki tingkat
pengetahuan baik.
Tabel 5.5
Hasil Post Test
Pendidikan Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
SD 0 0 3 8,82% 1 2,94% 4 11,76%
SMP 1 2,94% 1 2,94% 0 0 2 5,89%
SMA 21 61,76% 5 14,71% 0 0 26 76,47%
Perg. 2 5,89% 0 0 0 0 2 5,89%
Tinggi
Jumlah 24 70,59% 9 26,47% 1 2,94% 34 100%
Hasil dari post test menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan sebanyak 3 respoden (8,82%) berpendidikan SD yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 responden (2,94%),
sebanyak 1 responden berpendidikan SMP yang memiliki tingkat pengetahuan baik
dan2 1 responden (2,94%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sebanyak 21
(61,76%) responden berpendidikan SMA yang memiliki tingkat pengetahuan baik,
sebanyak 5 responden (14,71%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan
Sebanyak 2 responden (5,89%) berpendidikan Perguruan Tinggi yang memiliki
tingkat pengetahuan baik.
Tabel 5.6
Haasil Pre Test
Pekerjaan Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
TNI/POLR 3 8,82% 2 5,89% 7 20,59% 12 35,29%
I
PNS 2 5,89% 1 2,94% 0 0 3 8,82%
Wiraswasta 1 2,94% 0 0 17 50 18 52,94%
Petani 0 0 0 0 1 2,94 1 2,94%
Total 6 17,65% 3 8,82% 25 73,53% 34 100%
B. Pembahasan
Dari hasil penelitian diperoleh data tingkat pengetahuan responden
sebelum dan setelah diberi penyuluhan meningkat baik dari 17,65% menjadi
70,59% ini disebabkan selama penelitian terlihat ada keseriusan responden
saat proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan, tampak dengan antusiasnya
mengikuti seluruh rangkaian penyuluhan kesehatan. Selaain itu ternyata ada
beberapa responden yang belum mendapatkan informasi sebelumnya sehingga
banyak responden yang bertanya tentang materi yang diberikan, sehingga
menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan penyuluhan kesehatan yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Bloom dalam
Budiman dan Rianto (2013) yang mengatakan bahwa pengetahuan seseorang
adalah merupakan bagian dari “kognitif domain” yaitu bagaimana terjadi
proses tahu yang terdiri dari enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesa
(sintesis)dan evaluasi (evaluation).
Banyak faktor yang mempengaruhi penegetahuan seseorang salah
satunya umur. Berdasarkan tabel 5.3 dan 5.4 didapatkan hasil pre test pada
kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 4 responden (11,76%) 30-39 tahun
sebanyak 11 responden (32,35%) dan 40-49 tahun sebanyak 10 responden
(29,41%) berepengtahuan kurang. Setelah dilakukan penyuluhaan, hasil dari
post test kategori umur 20-29 tahun, 30-39 taahun pemgetahuannya
meningkat. Menurut asumsi peneliti, tinggi proporsi kurang pada kategori
umur 40-49 tahun, karena pri sudah diusia tidak muda lagi dan rasa keingin
tahuan pria juga sudah semakin berkurang.
BAB IV
HASIL MINI PROJECT
A. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pria Tentang KB MOP Sebelum
Penyuluhan di Dusun II Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli Serdang
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Umur Pengetahuan
≤20 tahun
21-34 tahun
≥35 tahun
Total
B. Saran