Anda di halaman 1dari 28

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya
kehamilan.Upaya ini dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen.Pada saat
ini telah banyak beredar berbagai macam alat kontrasepsi. Macam-macam metode
kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), Implan, Kondom, Suntik,
Metode Operatif Wanita (MOW), Metode Operatif Pria (MOP), dan kontrasepsi
Pil.Alat kontrasepsi hendaknya memenuhi syarat yaitu aman pemakaian dan dapat
dipercaya, efek samping yang merugikan tidak ada, lama kerjanya dapat diatur
keinginan, tidak mengganggu hubungan seksual, harganya murah dan dapat diterima
oleh pasangan suami istri (BKKBN, 2006).
Menurut WHO, dewasa ini hampir 380 juta pasangan menjalankan keluarga
berencana dan 66-75 juta diantaranya, terutama di Negara berkembang, menggunakan
kontrasepsi hormonal. Kontrasepsi hormonal yang digunakan untuk mencegah terjadi
kehamilan dapat memiliki pengaruh positif maupun negatif terhadap berbagai organ
tubuh, baik organ genetalia maupun non genetalia (Baziad, 2008).
Data SDKI 2012 menunjukkan peningkatan prevalensi penggunaan
kontrasepsi atau Contraceptive Prevalence Rate (CPR) di Indonesia sejak 1991-2012
sementara angka fertilitas atau Total Fertility Rate (TFR)cenderung menurun. Tren ini
menggambarkan bahwa meningkatnya cakupan usia 15-49 tahun yang melakukan KB
sejalan dengan menurunnya angka fertilitas nasional (SDKI, 2012).
Pada tahun 2013, cakupan KB aktif secara nasional sebesar 75,88%. Data
menunjukkan bahwa ada 8.500.247 Pasangan Usia Subur (PUS) yang merupakan
peserta KB baru dan hampir separuhnya (48,56%) menggunakan metode kontrasepsi
suntikan, IUD (7,75%), MOW (1,52%), MOP (0,25%), Kondom (6,09%), Implant
(9,23%), dan Pil (26,6%) (BKKBN, 2013).
Hasil pelayanan Peserta KB Baru di Sumatera Utara sampai dengan bulan
Desember 2014 mencapai 419.691 peserta atau 10,1% dari perkiraan permintaan
masyarakat sebagai peserta (PPM) KB Baru tahun 2014 sebanyak 414.958 peserta.
Berarti pencapaian rata-rata perbulan diatas 8% dan apabila persentase pencapaian
rata-rata ini dapat di pertahankan, maka sasaran pencapaian peserta KB baru tahun
2014 akan tercapai. Dari pencapaian sebanyak 419.691 peserta KB Baru tersebut,
peserta KB IUD mencapai 30.612 peserta atau 57,9% dengan metode Medis Operasi
Pria (MOP) mencapai 3.671 peserta atau 70,4% dan Medis Operasi Wanita (MOW)
mencapai 10.176 peserta atau 72,3%, KB Kondom mencapai 49.431 peserta atau 141,
9%, KB Implant mencapai 58.034 peserta atau 57,4%, KB Suntik mencapai 135.252
peserta 159,2% dan KB Pil mencapai 132.515 peserta atau 108,4%. Dari 33
Kabupaten/Kota di Sumatera Utara angka persentase pencapaian peserta KB Baru
sampai dengan bulan Desember 2014 yang paling tinggi adalah Kabupaten Batu
Bara, yakni 129,3% dan yang paling rendah adalah Kabupaten Nias Barat yakni
hanya 26,3% dari sasaran yang telah diperkirakan sampai akhir tahun 2014.
Berdasarkan tempat pelayanan, ternyata pada tahun 2014 peserta KB Baru yang
dilayani melalui Klinik KB Pemerintah mencapai 91,17% menyusul melalui bidan
praktek swasta mencapai 84,04%, melalui Klinik KB Swasta mencapai 86,40% dan
sebanyak 68,94% melalui dokter praktek swasta. Sedangkan perkembangan pasangan
usia subur yang aktif sebagai peserta KB yang dilaporkan dari kabupaten/kota sampai
dengan bulan Desember 2014 mencapai 1.630.298 pasangan atau 69,3% dari
2.354.389 pasangan usia subur yang ada di Sumatera Utara.
Berdasarkan pemakaian metode / alat kontrasepsi para pasangan usia subur
yang masih aktif sebagai peserta KB terdiri dari pemakaian alat kontrasepsi PIL
mencapai 19,84% menyusul pemakaian Suntikan mencapai 21,62%,
menggunakanIUD mencapai 7,58%, dengan metode Medis Operasi Wanita (MOW)
mencapai 5,10%, peserta Implant mencapai 9,25%, pemakaian Kondom mencapai
5,27% dan dengan Metode Operasi Pria (MOP) hanya 0,6% dari jumlah pasangan
usia subur yang aktif sebagai peserta KB. Tantangan pelaksanaan Program KB di
Sumatera Utara ke depan masih cukup berat, terutama dari 2.354.389 pasangan usia
subur yang ada di Sumatera Utara, ada sebanyak 724.091 pasangan usia subur yang
bukan peserta KB, dengan kondisi sebanyak 79.913 pasangan saat ini sedang dalam
keadaan hamil, sebanyak 258.337 pasangan tidak ikut KB dan masih ingin memiliki
anak dengan segera, 188.965 pasangan tidak ber KB tapi belum ingin memiliki anak
dan ada sebanyak 196.876 pasangan juga belum ber KB tapi tidak ingin memiliki
anak lagi. Untuk itu BKKBN Provinsi Sumatera Utara bersama dengan mitra kerja
terkait, Pemerintah Provinsi dan Kabupaten / Kota akan lebih meningkatkan
pemerataan pelayanan, pemberian advokasi dan KIE disemua tingkatan wilaya,
terutama pada wilayah-wilayah yang tertinggal, terpencil, pantai dan perbatasan
dalam rangka meningkatkan kesertaan masyarakat ikut dalam program KB (BKKBN
Provinsi Sumatera Utara, 2014).
Berdasarkan data yang didapat dari Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli
Serdang Tahun 2017 ditemukan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) di Dusun II
sebanyak 165 pasangan dari total keseluruhan 749 pasangan dan jumlah Wanita Usia
Subur (WUS) di Dusun II sebanyak 201 orang dari total keseluruhan 964 orang. Yang
menjadi akseptor KB pada pria di Dusun II sebanyak 2 orang dari total keseluruhan
10 orang dan jumlah akseptor KB pada wanita di Dusun II sebanyak 109 orang dari
total keseluruhan sebanyak 514 orang.
Dari 9 orang ibu PUS yang mengikuti FGD (Focus Grup Discussion) didapati
bahwa akseptor Pil sebanyak 5 orang, akseptor Suntik 3 bulan sebanyak 1 orang,
akseptor Implant sebanyak 1 orang, akseptor IUD 1 orang dan 1 orang ibu WUS yang
belum berKB dan ingin segera berKB. Pada saat dilaksanakan diskusi terarah,
ditemukan beberapa hal mitos yang masih beredar di masyrakat sampai saat ini yang
menyatakan bahwa jika menggunakan Implan maka batangan implant dapat
berpindah dari tempat pemasangan semula, jika menggunakan IUD maka akan
mengganggu hubungan seksual pasangan suami istri. Adanya rasa takut untuk
menjadi akseptor MOP disebabkan akan turunnya tingkat kejantanan seorang pria
sehingga akan mengganggu hubungan seksual, hal ini diungkapkan oleh salah satu
peserta diskusi.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pengaruh penyuluhan terhadap tingkat pengetahuan
tentang KB MOP pada pria di Dusun II Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli
Serdang Tahun 2019”.
2. Tujuan Penelitian
2.1. Tujuan Umum
1.Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pria tentang KB
MOP (Metode Operasi Pria) sebelum penyuluhan di Dusun II Desa Jaharun
A Kec. Galang Kab. Deli Serdang
2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan pria tentang KB
MOP (Metode Operasi Pria) sesudah penyuluhan di Dusun II Desa Jaharun
A Kec. Galang Kab. Deli Serdang
2.2. Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan tingkat pengetahuan pria tentang KB MOP
(Metode Operasi Pria) di Dusun II Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli
Serdang
3. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Dusun II
3. Bagi Desa Jaharun A

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

A. Keluarga Berencana (KB)


1. Definisi KB
Keluarga berencana merupakan usaha untuk mengukur jumlah anak dan jarak
kelahiran anak yang diinginkan. Maka dari itu, Pemerintah mencanangkan program
atau cara untuk mencegah dan menunda kehamilan (Sulistyawati, 2013).
2. Tujuan Program KB
Tujuan dilaksanakan program KB yaitu untuk membentuk keluarga kecil
sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga dengan cara pengaturan
kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan sejahtera yang dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya (Sulistyawati, 2013).
Tujuan program KB lainnya yaitu untuk menurunkan angka kelahiran yang
bermakna, untuk mencapai tujuan tersebut maka diadakan kebijakaan yang
dikategorikan dalam tiga fase (menjarangkan, menunda, dan menghentikan) maksud
dari kebijakaan tersebut yaitu untuk menyelamatkan ibu dan anak akibat melahirkan
pada usia muda, jarak kelahiran yang terlalu dekat dan melahirkan pada usia tua
(Hartanto, 2002).
3. Ruang Lingkup Program KB
Ruang lingkup program KB secara umum adalah sebagai berikut :
a. Keluarga berencana
b. Kesehatan reproduksi remaja
c. Ketahanan dan pemberdayaan keluarga
d. Penguatan pelembagaan keluarga kecil berkualitas
e. Keserasian kebijakan kependudukan
f. Pengelolaan Sumber Daya Manusia (SDM)
g. Penyelenggaraan pimpinan kenegaraan dan kepemerintahan.

B. Kontrasepsi
1. Definisi Kontrasepsi
Kontrasepsi merupakan usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara dan permanen (Wiknjosastro, 2007).
Kontrasepsi yaitu pencegahan terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau
pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Nugroho
dan Utama, 2014).
2. Efektivitas (Daya Guna) Kontrasepsi
Menurut Wiknjosastro (2007) efektivitas atau daya guna suatu cara kontrasepsi
dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni:
a. Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan suatu cara
kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila
kontrasepsi tersebut digunakan dengan mengikuti aturan yang benar.
b. Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan kontrasepsi dalam
keadaan sehari-hari dimana pemakaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
pemakaian yang tidak hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan
sebagainya.
3. Memilih Metode Kontrasepsi
Menurut Hartanto (2002), ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan
dalam memilih kontrasepsi. Metode kontrasepsi yang baik ialah kontrasepsi yang
memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
a. Aman atau tidak berbahaya
b. Dapat diandalkan
c. Sederhana
d. Murah
e. Dapat diterima oleh orang banyak
f. Pemakaian jangka lama (continution rate tinggi).
Menurut Hartanto (2002), faktor-faktor dalam memilih metode kontrasepsi
sebagai berikut :

a. Faktor pasangan
1) Umur
2) Gaya hidup
3) Frekuensi senggama
4) Jumlah keluarga yang diinginkan
5) Pengalaman dengan kontraseptivum yang lalu
6) Sikap kewanitaan
7) Sikap kepriaan.
b. Faktor kesehatan
1) Status kesehatan
2) Riwayat haid
3) Riwayat keluarga
4) Pemeriksaan fisik
5) Pemeriksaan panggul.

4. Metode Operasi Pria (MOP)


4.1 Pengertian
MOP merupakan suatu metode kontrasepsi operatif minor pada pria yang
sangat aman, sederhana dan sangat efektif, memakan waktu operasi yang singkat dan
tidak memerlukan anastesi umum (Hanafi, 2004).
MOP adalah metode sterilisasi dengan cara mengikat saluran sperma (vas
deferens) pria (Atikah dkk, 2010).
MOP merupakan tindakan pada kedua saluran bibit pria yang mengakibatkan
orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan mendapat keturunan lagi
(Prawirohardjo, 2005).
MOP adalah alat kontrasepsi jenis sterilisasi melalui pembedahan dengan cara
memotong saluran sperma yang menghubungkan testikel (buah zakar) dengan
kantung sperma sehingga tidak ada lagi kandungan sperma di dalam ejakulasi air
mani pria (Verawati, 2012).

4.2. Profil MOP


1. Sangat efektif, merupakan metode kontrasepsi pria yang permanen.
2. Tidak ada efek samping jangka panjang, sehingga tidak berpengaruh terhadap
kemampuan maupun kepuasan hubungan seksual.
3. Tindakan bedah yang aman dan sederhana, hanya memerlukan beberapa menit
dan menggunakan bius lokal.
4. Efektif setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan, sebelum itu pasangan harus
menggunakan kondom.
5. Konseling dan informed consent mutlak diperlukan (Saifuddin, 2006).
4.3. Keuntungan MOP
Efektif, karena tingkat kegagalannya kecil dan merupakan metode kontrasepsi
yang permanen.
1. Aman, morbiditas rendah dan hampir tidak ada mortalitas (kesakitan).
2. Sederhana, sehingga pasien tidak perlu dirawat di rumah sakit.
3. Cepat, hanya memerlukan waktu 5 - 10 menit.
4. Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja.
5. Biaya rendah, yang paling penting adalah persetujuan pasangan.
6. Secara kultural, sangat dianjurkan di negara - negara dimana wanita
merasa malu untuk ditangani oleh dokter pria atau kurang
tersedia dokter wanita dan paramedis wanita (Hanafi, 2004).
4.4. Kerugian MOP
a. Diperlukan suatu tindakan operatif, harus dilakukan pembedahan dan
harus menunggu sampai sel mani menjadi negatif.
b. Kadang - kadang menyebabkan komplikasi seperti perdarahan atau
infeksi.
c. Kontrasepsi mantap pria belum memberikan perlindungan total sampai
semua spermatozoa yang sudah ada di dalam sistem reproduksi distal dari
tempat oklusi vas deferens dikeluarkan.
d. Problem psikologis yang berhubungan dengan perilaku seksual mungkin
bertambah parah setelah tindakan operatif yang menyangkut sistem
reproduksi pria (Hanafi, 2004).
4.5. Indikasi MOP
MOP merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi
reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan
pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Saifuddin, 2006).
4.6. Kontraindikasi MOP
a. Infeksi kulit lokal, misalnya scabies.
b. Infeksi traktus genetalia.
c. Kelainan skrotum dan sekitarnya :
1. Varicocele, yaitu pembesaran vena di dalam skrotum.
2. Hydrocele besar (penumpukan cairan).
3. Hernia inguinalis, yaitu prolaps sebagian usus ke dalam anulus
inguinalis di atas kantong skrotum, disebabkan oleh kelemahan atau
kegagalan menutup yang bersifat kongenital.
4. Orchiopexy, yaitu fiksasi testis yang tidak turun pada skrotum.
5. Luka parut bekas operasi hernia.
6. Skrotum yang sangat tebal.
d. Penyakit sistemik :
1. Penyakit - penyakit perdarahan.
2. Diabetes mellitus.
3. Penyakit jantung koroner yang baru.
4. Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil (Hanafi, 2004).
4.7 Syarat MOP :
1. Harus secara sukarela artinya klien telah mengerti da memahami segala
akibat prosedur vasektomi selanjutnya memutuskan pilihannya atas
keinginan sendiri dengan mengisi dan menandatangani persetujuan
tindakan.
2. Bahagia artinya klien terikat dalam perkawinan yang syah dan telah
mempunyai anak minimal 2 orang dengan umur anak terkecil minimal 2
tahun.
3. Sehat artinya melalui pemeriksaan oleh dokter klien di anggap sehat dan
memenuhi persyaratan medis untuk dilakukan prosedur tindakan
vasektomi (Anggraini, 2012).
4.8 Perawatan pra MOP
Dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui indikasi, kontraindikasi dan hal -
hal lain yang diperlukan untuk kepentingan calon peserta kontap, sebaiknya
dilakukan oleh yang akan melakukan pembedahan:
a. Anamnesis
 Identitas calon peserta serta pasangannya.
 Umur peserta.
 Jumlah anak hidup dan umur anak terkecil yang ada.
 Metode kontrasepsi yang pernah digunakan istri serta metode
kontrasepsi yang saat ini digunakannya.
 Riwayat penyakit yang pernah diderita.
 Perilaku seksual calon peserta dan pasangannya.
 Adakah pengalaman perdarahan yang terlalu lama apabila luka.
b. Pemeriksaan fisik
Lakukan pemeriksaan fisik dengan lengkap termasuk tanda vital,
kardiovaskuler, paru - paru, ginjal, serta genetalia.Apabila ditemukan keadaan
yang abnormal lakukan rujukan sesuai dengan keluhan dan kelainan yang
ditemukan.
c. Pemeriksaan laboraturium
 Pemeriksaan urine lengkap (minimal protein dan reduksi).
 Pemeriksaan darah lengkap minimal hemoglobin, leukosit, blooding
time dan closing time.Hasil pemeriksaan pra operasi harus
disimpulkan, untuk menetapkan ada tidaknya kontraindikasi tindakan
pembedahan.

4.9. Persiapan pra operasi


1. Jelaskan secara lengkap mengenai tindakan MOP termasuk mekanisme
dalam mencegah kehamilan dan efek samping yang mungkin terjadi.
2. Berikan nasehat untuk perawatan luka bekas pembedahan kemana minta
pertolongan bila terjadi kelainan atau keluhan sebelum waktu kontrol.
3. Berikan nasehat tentang cara menggunakan obat yang diberikan sesudah
tindakan pembedahan.
4. Klien dianjurkan membawa celana khusus untuk menyangga skrotum.
5. Anjurkan calon peserta puasa sebelum operasi atau sekurang - kurangnya
2 jam sebelum operasi.
6. Datang ke klinik dengan diantar anggota keluarga atau teman yang telah
dewasa.
7. Rambut pubis yang cukup panjang digunting pendek dan dibersihkan
dengan sabun dan air serta dilanjutkan dengan cairan antiseptik.
4.10. Perawatan pasca operasi
a. Akseptor diminta untuk beristirahat dengan berbaring selama 15 menit
sebelum dibenarkan pulang.
b. Amati perdarahan dan rasa nyeri pada luka.
c. Beri nasehat sebelum pulang :
1. Istirahat selama 1 - 2 hari dengan tidak bekerja berat dan naik sepeda.
2. Menjaga bekas luka operasi jangan basah dan kotor, gunakan celana
dalam yang bersih.
3. Anjurkan untuk menghabiskan obat yang diberikan sesuai dengan
petunjuk dokter.
4. Datang ke klinik 1 minggu kemudian, 1 bulan dan 3 bulan kemudian
untuk pemeriksaan.
5. Segera kembali apabila terjadi perdarahan, badan panas, nyeri yang
hebat atau ada muntah dan sesak nafas.
6. Boleh berhubungan seksual dengan istri tetapi harus menggunakan alat
kontrasepsi kondom, paling tidak 15 kali senggama atau sampai hasil
pemeriksaan sperma nol. Setelah itu boleh berhubungan bebas tanpa
kondom.
d. Komplikasi yang Terjadi
Komplikasi atau gangguan yang mungkin timbul pasca operasi adalah:
 Perdarahan, apabila perdarahan sedikit cukup diobservasi aja tetapi
bila perdarahan agak banyak segera dirujuk ke RS yang memiliki
fasilitas lengkap. Setiap ada pembengkakan di daerah skrotum harus
dicurigai adanya perdarahan.
 Hematoma, biasanya terjadi bila di daerah skrotum diberi beban yang
terlalu berat seperti naik sepeda, duduk terlalu lama, naik kendaraan
dijalan yang rusak.
 Infeksi bisa terjadi pada kulit, epididimis atau orkitis.
 Granuloma sperma, dapat terjadi 1 - 2 minggu setelah operasi
dirasakan adanya benjolan kenyal dan agak nyeri yang terjadi pada
ujung proksimal vas deferen atau pada epididimis. Terjadi sekitar 0,1%
dari kasus.
 Kegagalan masih mungkin dijumpai 0 - 2,2%
4. 11 MOP dianggap gagal bila :
a. Pada analisa sperma setelah 3 bulan pasca operasi atau 10- 15 kali
ejakulasi masih dijumpai spermatozoa.
b. Dijumpai spermatozoa setelah sebelumnya azosperma.
c. Istri (pasangan) hamil (Saifuddin, 2006)
5. Faktor yang Mempengaruhi Rendahnya Partisipasi Suami dalam MOP
a. Faktor pribadi
Faktor-faktor pribadi yang masuk ke pengambilan keputusan seseorang
berkaitan dengan pemilihan metode kontrasepsi meliputi minat, usia, usia
anak terkecil, frekuensi hubungan kelamin.
 Motivasi: Motivasi adalah kecenderungan hati ataukeinginan yang
tinggi untuk melakukan sesuatu.
 Usia: Usia seorang pria dapat mempengaruhi kecocokan dan
akseptabilitas metode-metode kontrasepsi tertentu (Pendit, 2007).
 Usia anak terkecil: Usia anak terkecil suatu pasangan dapat
mempengaruhi pemilihan metode dalam dua cara.
 Frekuensi hubungan kelamin: Frekuensi seseorang dapat
memengaruhi dirinya atau pasangannya untuk menggunakan
metode kontrasepsi tertentu (Pendit, 2007).
b. Faktor kesehatan umum
Klien dan penyedia layanan harus secara bersama-sama menilai
kesehatan umum, riwayat reproduksi ( termasuk riwayat pemakaian
kontrasepsi ), riwayat infeksi PMS serta penyakit radang panggul, dan
kontraindikasi klien terhadap berbagai metode. Infeksi pemakaian
kontrasepsi: seseorang yang telah terinfeksi virus hubungan kelamin
memiliki pertimbangan khusus dalam memilih metode. Seseorang tersebut
bisa menularkan virus kepada pasangannya (Pendit, 2007)
c. Faktor ekonomi dan aksesibilitas
Walaupun pengelola program dan para pembuat keputusan sering
mempertimbangkan biaya kontrasepsi berdasarkan biaya penyediaan suatu
metode per tahun perlindungan yang diberikan oleh metode tersebut untuk
setiap pasangan, pemakai individual lebih memperhatikan keterbatasan
anggaran harian mereka sendiri (Glasier dan Gebbie, 2005).
d. Faktor budaya
Sejumlah faktor budaya dapat memengaruhi klien dalam memilih
metode kontrasepsi.
1. Kesalahan persepsi mengenai suatu metode: Banyak klien membuat
keputusan mengenai berdasarkan informasi yang salah yang
diproleh dari teman dan keluarga atau dari kampanye pendidikan
yang membingungkan.
2. Kepercayaan religius dan budaya: Di beberapa daerah,
kepercayaanreligius atau budaya dapat memengaruhi kliendalam
memilih metode.
3. Tingkat pendidikan: Tingkat pendidikan tidak saja memengaruhi
kerelan menggunakan keluarga berencana, tetapi juga pemilihan
suatu metode. Beberapa studi (38-40) tlah memperlihatkan bahwa
metode kalender lebih banyak digunakan oleh pasangan yang lebih
berpendidikan (Pendit, 2007).
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFISINI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan tujuan penelitian yang telah disebutkan sebelumnya, maka
kerangka konsep pada penelitian ini adalah:
Variabel Independen: Variabel Dependen

3.2 Defisini Operasional


No Variabel Definisi Alat Cara Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur Ukur Uukur
1. Pengetahuan Segala Kuesi wawan 1. Baik 76% Ordinal
PUS yang sesuatu yang oner cara - 100%(5-
bukan KB aktif diketahui 7)
2. Cukup
tentang tentang
56%-
kontrasepsi kontrasepsi
75)%(3-5
MOP berdasarkan
3. Kurang
definisi,
<56%(<3)
keuntungan,
kerugian,
efek
samping,
indikasi,
kontraindikas
i, dan cara
pemakaian
2. Umur Lamanya kuesio wawan 1. 20-25
hidup dalam ner cara tahun
2. 26-30
tahun yang
tahun
terhitung
3. 31-35
sejak lahir
tahun
hingga saat
dilakukan
penelitian
3. Pendidikan Jenjang Kuesi wawan 1.SMP
pendidikan oner cara 2.SMA
formal yang 3.Diploma
dilewati 4.Sarjana
responden

444Pekerjaaan Pekerjaan Kuesi wawan 1. PNS


2. Pegawai
yang sedang oner cara
Swasta
dilakukan
3. TNI/POL
responden
RI
4. Pensiunan
5. Pedagang
6. Buruh
Suku Adat yang Kuesi wawan 1. Jawa
2. Batak
dianut oleh oner cara
3. Melayu
penduduk, 4. Dll
budaya turun
temurun

BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode analitik observasional.
Pengambilan data dari sampel menggunakan desain studi Dekskriptif.
Penelitian dilakukan untuk menilai pengetahuan pria tentang MOP.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Adapun tempat dilakukan penelitian ini adalah Dusun II Desa Jaharu A
Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Periode Maret 2019.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
4.3.1 Populasi Penelitian
Populasi terjangkauan pada penelitian ini adalah Pria dalam kategori
PUS di Dusun II – Desa Jaharun A.
4.3.2 Sampel Penilitian
Sampel penelitian diambil dengan menggunakan metode Random
sampling. Dengan cara mengacak diambil 80 responden sesuai dengan
jumlah sampel yang diinginkan.
N
N= 1+ N (d)2
Keterangan :
N = Besar Populasi
N = Besar Sampel
d = Tingkat Kepercayaan / ketepatan yang diinginkan
Diketahui : N= 80
d = 0,05 d2= 0,0025
Penyelesaian : 80
n = 1+ 60(0,05)2
80
n= 1+ 0.15
80
n= 1,15
n= 69,56
n= 70 sampel
4.4 Teknik Sampling ( Cara Pengambilan Sampel)
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan
sampel yaitu “Random Sampling” yakni pengambilan sampel berdasarkan
pertimbangan tertentu yang dibuat peneliti sendiri mberdasarkan kriteria
inklusi dan eksklusi.
a. Kriteria Inklusi
a. Pria Pasangan Usia Subur
b. Pria PUS usia 20-40 tahun
c. Pria PUS yang bersedia menjadi responden
d. Pria PUS yang bisa membaca dan menulis
4.5 Instrumen Penilitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Pada
penelitian ini menggunakan kuesioner yang diberikan kepada responden. Kuesioner
ini merupakan daftar pertanyaan yang tersusun dimana responden tinggal memberi
jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu. (Notoatmodjo,2007).
Kuesioner dalam penelitian berisi pertanyaan untuk memperoleh suatu data
mengenai pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi. Masing-masing variabel diukur
dengan masing-masing kuesiner terkait.
4.6 Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer
diperoleh melalui wawancara terstruktur menggunakan kuesioner langsung.
4.7 Pengolahan dan Analisa
1. Pengolahan Data
Data yang diperoleh melalui pengumpulan data seanjutnya akan diolah secara
manual menggunakan kalkulator dengan rumus sebagai berikut:
S=R
Keterangan:
S = Skor responden
R = Jawaban yang benar
2. Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan rumus distribusi frekuensi sebagai berikut:
F x 100%
P= N
Keterangan :
P = persen yang dicari
F = variabel yang diteliti
N = Jumlah sampel
4.8 Penyajian Data
1. Editing
Memeriksa kembali kebenaran pengisian dengan tujuan agar data yang
masuk dapat diolah secara benar sehingga pengolah data dikelompokkan
dengan menggunakan aspek pengaturan.
2. Coding
Pemberian nilai atau kode pada pilihan jawaban yang sudah lengkap,
diberi skor (1) untuk jawaban yang benar dan skor (0) untuk jawaban yang
salah untuk pengetahuan
3. Tabulating
Pengolahan dan penyajian data dalam penelitian dekskriptif sederhana.
Bertujuan untuk mempermudah analisa data dan pengolahan data serta
pengambilan kesimpulan, data dimasukkan dalam bentuk tabel distribusi
frekuensi.
4.9 Etika Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menekan masalah etika dalam
penelitian meliputi : sebelum melakukan penelitian, peneliti menyerahkan
meminta izin kepada Kepala Desa Jaharun A. Seteah mendapat izin, peneliti
melakukan penelitian dengan memperhatikan etika penelitian yang meliputi:

a. Inform consent ( Lembar Persetujuan)


Lembar persetujuan merupakan cara persetujuan antara peneliti
dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan
sehingga responden dapat memutuskan apakah bersedia atau tidak
diikutkan dalam penelitian.
b. Anonimity (Tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan identitas responden. Peneliti tidak
memberikan nama responden pada lembar kuesioner dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
Untuk menjamin kerahasiaan dari hasil penelitian baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang
dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti. Hanya data tertentu
yang akan dilaporkan pada hasil riset. (Nursalam,2003)
BAB 6
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2019 yang bertempat di dusun II
desa Jaharun A Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang . Jumlah sampel
sebanyak 34 responden pria dalam kategori PUS .
Hasil penelitian ini akan disajikan dalam bentuk tabel dan narasi sebagai
berikut:
1. Karekteristik umum responden
a. Umur
Dusun II Desa Jaharun A dimana responden pada umur 20 – 29 tahun
sebanyak 7 responden (20,59%), umur 30 – 39 tahun sebanyak 16
responden (47,06%), dan umur 40 – 49 tahun sebanyak 11 responden
(32,35%).
b. Pendidikan
Tngkat pendidikan pada Pria PUS di Dusun II Desa Jaharun A
Kecamatan Galang Kabupaen Deli Serdang, dimana responden dengan
pendidikan SD sebanyak 2 responden (5,88%) , responden dengan
pendidikan SMP sebanyak 2 responden (5,88%), dengan pendidikan
SMA sebanyak 28 responden (82,35%), dan responden dengan
pendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden (5,88%).
c. Pekerjaan
Segi pekerjaan yang menempati jumlah terbanyak yaitu wiraswasta 18
orang (52,94%), diikuti TNI/POLRI sebanyak 12 orang (35,29%),
PNS sebanyak 3 orang (8,82%), menempati urutan terkecil dengan
petani sebanyak 1 orang (2,94%).

2. Variabel yang diteliti


a. Pengetahuan
Keadaan pengetahuan pria PUS tentang MOP berdasarkan
tentang alat kontrasepsi di Dusun II Desa Jaharun A Kecamatan Galang
Kabupaten Deli Serdang Tahun 2019
Tabel 6.1
Hasil Pre Test
Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 6 17,64%
Cukup 3 8,82%
Kurang 25 73,52%
Jumlah 34 100%

Hasil dari pre test menunjukkan bahwa dari 34 responden yang diteliti
untuk pengetahuan tentang alat kontrasepsi yaitu sebanyak 6 responden
(17,64%) pria yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik, 3
responden (8,82%) pria yang memiliki pengetahuan dalam kategori cukup,
dan 25 responden (73,25%) pria yang memiliki pengetahuan dalam
kategori kurang.
Tabel 6.2
Hasil Post Test
Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 24 70,59%
Cukup 9 26,47%
Kurang 1 2,94%
Jumlah 34 100%

Hasil dari post test menunjukkan bahwa tingkat penegtahuna


setelah dari diberikan penyuluhan. Sebanyak 24 responden (70,59%) pria
yang memiliki pengetahuan dalam kategori baik, 9 responden (26,47%)
pria yang memiliki pengetahuan dalam kategori cukup, dan 1responden
(2,94%) pria yang memiliki pengetahuan dalam kategori kurang.

b. Pengetahuan responden berdasarkan umur tentang alat kontrasepsi di


Dusun II Jaharun A Kecamatan Galang Kabupaten Deli Serdang Tahun
2019.
Tabel 5.3
Hasil Pre Test
Umur Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F %
20- 29 2 5,88% 1 2,94% 4 11,76% 7
30-39 4 11,76% 1 2,94% 11 32,35% 16
40-49 0 0 1 2,94% 10 29,41% 11
Jumlah 6 17,65% 3 8,82% 25 73,53% 34

Hasil dari pre test menunjukkan bahwa dari 34 responden pada kelompok umur
20 – 29 tahun sebanyak 2 responden (5,88%) yang memiliki tingkat pengetahuan
baik, sebanyak 1 responden (2,94%) memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan
sebanyak 4 responden (11,76%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Pada
kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 4 responden (11,76%) yang memiliki tingkat
pengetahuan baik, sebanyak 1 responden (2,94%) yang memiliki tingkat pengetahuan
cukup, dan sebanyak 11 responden (32,35%) yang memiliki tingkat penegtahuan
kurang. Pada kelompok umur 40-49 tahun sebanyak 1 responden (2,94%) yang
memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan sebanyak 10 responden (73,53%) yang
memiliki tingkat pengetahuan kurang.
Tabel 5.3
Hasil Post Test
Umur Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F %
20- 29 4 11,76% 3 8,82% 0 0 7
30-39 11 32,35% 5 14,71% 0 0 16
40-49 9 26,47% 1 2,94% 1 2,94% 11
Jumlah 24 70,59% 9 26,47% 1 2,94% 34

Hasil dari post test menunujukkan bahawa tingkat pengetahuan setelah


diberikan penyuluhan, pada kelompok umur 20 – 29 tahun sebanyak 4 responden
(11,76%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 3 responden (8,82%)
memiliki tingkat pengetahuan cukup. Pada kelompok umur 30-39 tahun sebanyak 11
responden (32,35%) yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 5 responden
(14,71%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Pada kelompok umur 40-49
tahun sebanyak 9 responden (26,47%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan
sebanyak 1 responden (2,94%) yang memiliki tingkat pengetahuan kuran sebanyak 1
responden (2,94%).
c. Pengetahuan responden tetntang alat kontrasepsi berdasarkan tingkat
pendidikan di dusun II Desa Jaharun A Kecamatan Galang Kabupaten
Deli Serdang tahun 2019.
Tabel 5.4
Hasil Pre Test
Pendidikan Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
SD 0 0 0 0 4 11,76% 4 11,76%
SMP 0 0 1 2,94% 1 2,94% 2 5,89%
SMA 4 11,76% 2 5,89% 20 58,82% 26 27,47%
Perg. 2 5,89% 0 0 0 0 2 5,89%
Tinggi
Jumlah 6 17,65% 3 8,82% 25 73,53% 34 100%

Hasil dari pre test menunjukkan bahwa dari 34 responden, sebanyak 4 respoden
(11,76%) berpendidikan SD yang memiliki tingkat pengetahuan kurang, sebanyak 1
responden berpendidikan SMP yang memiliki tingkat pengetahuan cukup dan 1
responden (2,94%) yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Sebanyak 4 (11,76%)
responden berpendidikan SMA yang memiliki tingkat pengetahuan baik, sebanyak 2
responden (5,89%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan sebanyak 20
responden (58,82%)yang memiliki tingkat pengetahuan kurang. Sebanyak 2
responden (5,89%) berpendidikan Perguruan Tinggi yang memiliki tingkat
pengetahuan baik.

Tabel 5.5
Hasil Post Test
Pendidikan Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
SD 0 0 3 8,82% 1 2,94% 4 11,76%
SMP 1 2,94% 1 2,94% 0 0 2 5,89%
SMA 21 61,76% 5 14,71% 0 0 26 76,47%
Perg. 2 5,89% 0 0 0 0 2 5,89%
Tinggi
Jumlah 24 70,59% 9 26,47% 1 2,94% 34 100%

Hasil dari post test menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan setelah diberikan
penyuluhan sebanyak 3 respoden (8,82%) berpendidikan SD yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 1 responden (2,94%),
sebanyak 1 responden berpendidikan SMP yang memiliki tingkat pengetahuan baik
dan2 1 responden (2,94%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup. Sebanyak 21
(61,76%) responden berpendidikan SMA yang memiliki tingkat pengetahuan baik,
sebanyak 5 responden (14,71%) yang memiliki tingkat pengetahuan cukup, dan
Sebanyak 2 responden (5,89%) berpendidikan Perguruan Tinggi yang memiliki
tingkat pengetahuan baik.

d. Pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi MOP berdasarkan


pekerjaan di dusun II Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli Serdang tahun
2019

Tabel 5.6
Haasil Pre Test
Pekerjaan Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
TNI/POLR 3 8,82% 2 5,89% 7 20,59% 12 35,29%
I
PNS 2 5,89% 1 2,94% 0 0 3 8,82%
Wiraswasta 1 2,94% 0 0 17 50 18 52,94%
Petani 0 0 0 0 1 2,94 1 2,94%
Total 6 17,65% 3 8,82% 25 73,53% 34 100%

Hasil dari pre test menunjukkan bahwa dari 34 responden, sebanyak 3


responden (8,82%) yang bekerja sebagai TNI/POLRI berpengetahuan baik, sebanyak
2 responden (5,89%) berepengetahuan cukup, dan sebanyak 7 responden (20,59%)
berpengetahuan kurang. Yang bekerja sebagai PNS sebanyak 2 responden (5,89%)
yang berpengetahuan baik dan sebanyak 1 responden (2,94%) berpengetahuan cukup.
Yang bekerja sebagai wiraswasta sebanyak 1 responden (2,94%) berpengetahuan baik
dan sebanyak 17 responden (50%) berpengetahuan kurang. Yang bekerja sebagai
petani sebanyak 1 responden (2,94%) yang berpengetahuan kurang.
Tabel 5.7
Hasil Post Test
Pekerjaan Pengetahuan Total
Baik Cukup Kurang
F % F % F % F %
TNI/POLRI 9 26,47% 3 8,82% 0 0 12 35,30%
PNS 2 5,89% 1 2.94% 0 0 3 8,82%
Wiraswasta 12 35,29% 5 14,70% 1 2,94% 18 52,94%
Petani 1 2,94% 0 0 0 0 1 2,94%
Total 24 70,59% 9 26,47% 1 2,94% 34 100%

Hasil dari post test menunjukkan bahwa setelah diberikan penyuluhan,


sebanyak 9 responden (26,47%) yang bekerja sebagai TNI/POLRI berpengetahuan
baik, sebanyak 3 responden (8,82%) berpengetahuan cukup. Yang bekerja sebagai
PNS sebanyak 2 responden (5,89%) yang berpengetahuan baik dan sebanyak 1
responden (2,94%) berpengetahuan cukup. Yang bekerja sebagai wiraswasta
sebanyak 12 responden (35,29%) berpengetahuan baik dan sebanyak 5 responden
(14,70%) berpengetahuan cukup, dan sebanyak 1 responden (2,94%) berpengetahuan
kurang. Yang bekerja sebagai petani sebanyak 1 responden (2,94%) yang
berpengetahuan baik.

B. Pembahasan
Dari hasil penelitian diperoleh data tingkat pengetahuan responden
sebelum dan setelah diberi penyuluhan meningkat baik dari 17,65% menjadi
70,59% ini disebabkan selama penelitian terlihat ada keseriusan responden
saat proses penyuluhan kesehatan yang dilakukan, tampak dengan antusiasnya
mengikuti seluruh rangkaian penyuluhan kesehatan. Selaain itu ternyata ada
beberapa responden yang belum mendapatkan informasi sebelumnya sehingga
banyak responden yang bertanya tentang materi yang diberikan, sehingga
menjadi salah satu faktor penunjang keberhasilan penyuluhan kesehatan yang
diberikan. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Bloom dalam
Budiman dan Rianto (2013) yang mengatakan bahwa pengetahuan seseorang
adalah merupakan bagian dari “kognitif domain” yaitu bagaimana terjadi
proses tahu yang terdiri dari enam tingkatan yaitu tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesa
(sintesis)dan evaluasi (evaluation).
Banyak faktor yang mempengaruhi penegetahuan seseorang salah
satunya umur. Berdasarkan tabel 5.3 dan 5.4 didapatkan hasil pre test pada
kelompok umur 20-29 tahun sebanyak 4 responden (11,76%) 30-39 tahun
sebanyak 11 responden (32,35%) dan 40-49 tahun sebanyak 10 responden
(29,41%) berepengtahuan kurang. Setelah dilakukan penyuluhaan, hasil dari
post test kategori umur 20-29 tahun, 30-39 taahun pemgetahuannya
meningkat. Menurut asumsi peneliti, tinggi proporsi kurang pada kategori
umur 40-49 tahun, karena pri sudah diusia tidak muda lagi dan rasa keingin
tahuan pria juga sudah semakin berkurang.

A. Prosedur Mini Project


Melakukan penyuluhan secara gratis tentang KB MOP (Metode Operasi Pria)
kepada bapak-bapak di perwiritan.Namun sebelum penyuluhan dilakukan, peneliti
membagikan lembar kuesioner kepada responden untuk menilai tingkat
pengetahuan responden (pretest) kemudian mengumpulkan kembali lembar
kuesioner dan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner.Setelah penyuluhan
dilakukan maka peneliti kembali membagikan lembar kuesioner kepada
responden (posttest) dan meminta agar responden mengisi dengan benar sesuai
dengan pengetahuan yang didapat setelah materi penyuluhan.Kemudian peneliti
memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner.Apabila ada yang tidak terisi, maka
responden diminta untuk mengisi kembali.

BAB IV
HASIL MINI PROJECT
A. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pria Tentang KB MOP Sebelum
Penyuluhan di Dusun II Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli Serdang

B. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Pria Tentang KB MOP Sesudah


Penyuluhan di Dusun II Desa Jaharun A Kec. Galang Kab. Deli Serdang

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Umur Pengetahuan

≤20 tahun
21-34 tahun
≥35 tahun
Total

B. Saran

Anda mungkin juga menyukai