Anda di halaman 1dari 43

Peran KOPI TB dalam

mendukung P2TB

Yani Jane Sugiri


Smf Paru RSSA/ FKUB
Koalisi Organisasi Profesi Indonesia Tuberkulosis
Jawa Timur
Indonesia merupakan negara dengan triple burden TB
untuk insiden TB, TB-RO, dan TB-HIV 1
2
3
4 1
5 2
BEBAN 3
TB
4
5
1
6
2
7
3
BEBAN 8
4
TB RO
5
6
7
BEBAN 8
TB HIV
2
Permasalahan
• Missing TB cases yang tinggi
– 365.000 kasus TB diobati tidak dilaporkan (36%)
– 290.000 kasus TB tidak terdeteksi dan tidak terjangkau (28%)
• Jejaring layanan (PPM) TB sampai th 2016: baru 30% RS swasta, 1% klinik
swasta, dan 1% dokter praktik swasta yang melapor
• Layanan swasta
– 74% diagnosis awal dan 51% pengobatan, tetapi hanya berkontribusi 9% kasus
yg terlapor
– Under reporting  wajib lapor (mandatory notification) kasus TB belum
berjalan
– Standar pengobatan masih rendah , potensial terjadi TB RO (TB Resistensi Obat)

3
Permasalahan 2

• Belum semua dokter mendapat pelatihan TB


tersertifikasi (10% dari 547)
• Utilisasi Tes Cepat Molekuler (TCM) yang
belum optimal
• Belum semua RS yang ditunjuk dalam
Kepmenkes 350 Tahun 2017 memberikan
pelayanan TB RO

4
SITUASI TB DI INDONESIA

842.000 47%
Estimasi insiden Missing cases

446.732 (53%) 86%


Notifikasi kasus TB
Success rate

3.092 7.729
TB RO mulai pengobatan TB HIV positif
5
Data per 1 februari 2018
6
Hasil Studi Inventori TB Tahun 2016-2017
Distribusi kasus TB Estimasi under-reporting berdasarkan
berdasarkan jenis jenis fasyankes
fasyankes
Best estimate (95% CI)

Total 41% (36% - 46%)

Tipe fasyankes

Puskesmas 15% (11% - 20%)

Non-puskesmas 71% (61% - 79%)

RS 62% (52% - 72%)

44.8% Lain-lain
(klinik, DPM, 96% (92% - 98%)
lab)

7
Akselerasi Penemuan Kasus TB
To Reach the To Notify the To Detect the
Unreach Unnotified Undetect
- Geography, - Improvement
- Social,
- Ekonomic, diagnostic tools
- Politic - Mandatory
Menemukan Mendeteksi Notification
yang belum yang belum
ditemukan terdeteksi

OBATI SAMPAI
SEMBUH
8
PENGERTIAN NOTIFIKASI WAJIB
(Mandatory Notification)

KEWAJIBAN bagi setiap fasilitas


kesehatan yang memberikan pelayanan
TB untuk mencatat dan melaporkan pasien
TB (semua type, pada semua usia) yang
ditemukan dan atau diobati sesuai standar

9
Pendekatan untuk Akselerasi
1. Meningkatkan akses layanan TB:
 Penemuan aktif Kasus TB oleh Puskesmas dengan pendekatan PIS-PK termasuk di
daerah kumuh, miskin dan padat.
 Penemuan pasif dan intensif (kolaborasi layanan : KIA, HIV, PTM) di Rumah Sakit
Pemerintah serta Swasta termasuk Dokter Praktek Mandiri.
 Penemuan terduga TB oleh Kader Poslansia, Posyandu, Posbindu dengan pendekatan
PIS-PK.
 Penemuan terduga TB di lokasi khusus : Rutan-Lapas, Tempat Kerja, Asrama TNI-
Polri, Asrama Sekolah, Pondok Pesantren.
 Skrinning TB pada calon tenaga kerja dan calon Jemaah haji.
 Skrining TB dengan menggunakan klinik berjalan (mobile clinic).

10
Pendekatan untuk Akselerasi 2

2. Penguatan jejaring layanan TB berbasis kabupaten/kota


3. Meningkatkan mutu layanan TB:
 Melalui akreditasi Puskesmas dan RS.
 Meningkatkan kapasitas petugas puskemas (melalui pendekatan PIS-PK), RS
(pemerintah dan swasta) dan dokter praktek mandiri.
4. Penguatan sistem surveilans TB:
 Implementasi sistem wajib lapor pasien TB pada puskesmas, RS (pemerintah dan
swasta) dan dokter praktek mandiri
5. Penyediaan alat diagnosis:
 Penyediaan alat tes cepat molekular dan reagen yang akan ditempatkan di
Puskesmas

11
Peran Profesi
(dokter/apoteker/perawat dll)

1. Dalam jejaring PPM di kab/kota


2. Di Rumah Sakit
3. Di tempat praktik masing-masing

12
Tugas dan Fungsi masing-masing
organisasi profesi

13
Tugas dan Fungsi masing-masing
organisasi profesi2

14
Konsep PPM berbasis kab/kota
Merupakan Jejaring layanan kesehatan dalam satu kabupaten/kota yang melibatkan peran organisasi profesi dan kemasyarakatan, dibawah kepemimpinan
(leadership)/koordinasi Dinas Kesehatan kabupaten/kota

15
Prinsip Dasar
• Merupakan bagian akselerasi penemuan
kasus
• Melalui penguatan sistem kesehatan
• Merupakan kegiatan menuju
kesinambungan program
• Komponen pembiayaan meliputi UKM
dan UKP

16
Tujuan Utama

• Semua Layanan Kesehatan yang menangani


TB berpartisipasi dalam jejaring agar
semua kasus TB dapat ditemukan dan
diobati sesuai standar dan tercatat dalam
sistem pencatatan TB nasional

17
Schematic diagram of generic
PPM

International Journal of Infectious Diseases 34 (2015) 20–32


18
20
PENGUATAN
JEJARING
KOORDINASI

21
PERAN ORGANISASI PROFESI
Membina anggotanya di Kab/ Kota untuk menjalankan fungsi:
1. Dalam jejaring PPM di kab/kota
Sebagai tenaga ahli klinis tim PPM di Kab/ Kota, dan berperan sebagai fasilitator untuk
meningkatkan kapasitas petugas fasyankes melalui pelatihan, pembinaan, supervisi dan
mentoring
2. Di Rumah Sakit
Sebagai tenaga ahli yang menjadi motivator dan mendorong terbentuknya jejaring internal
layanan TB berkualitas
3. Di tempat praktik masing-masing
Sebagai praktisi ahli dalam pelayanan langsung pada pasien dan melaporkan penemuan
kasusnya ke dalam sistem informasi di Kab/Kota

23
Koalisi Organisasi Profesi (KOPI)
untuk Penanggulangan
Tuberkulosis
Latar Belakang Pembentukan
Koalisi Organisasi Profesi
• Banyak kasus TB yang tidak dilaporkan berasal dari rumah sakit
pemerintah maupun swasta, klinik pemerintah maupun swasta dan dokter
praktek mandiri (Hasil inventory study tahun 2017 dan TB epidemiological
review (Patient Pathway Analysis) 2017)
• Sebagian besar praktisi di layanan non Puskesmas, baik pemerintah maupun
swasta belum mempergunakan strategi DOTS, adanya kesenjangan antara
program dan praktisi sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus bagi
praktisi.
• Organisasi profesi (IDI, PDUI, IAI, PDPI, PAPDI, dan IDAI) sudah terlibat
dalam PPM TB namun masih berjalan sendiri-sendiri, sehingga diperlukan
adanya koalisi yang terintegrasi dan saling bekerja sama dalam bentuk PPM
berbasis Kabupaten/Kota.

Koalisi Organisasi Profesi berkomitmen tinggi


untuk mendukung eliminasi TB tahun 2030.
25
Koalisi Organisasi Profesi

 Merupakan gabungan dan kerjasama IDI, PDPI, PAPDI,


organisasi profesi yang mempunyai IDAI, PDUI, PDKI,
komitmen terlibat dalam upaya PERDOKI, PAMKI,
penanggulangan TB di tingkat nasional, PDS-PATKLIN,
provinsi dan di kabupaten/kota melalui PATELKI, PDSRI,
jejaring PPM TB. PPNI, IAI, DST....
 Merupakan penggerak para sejawatnya
dalam mendukung pelaksanaan PPM
TB berbasis kabupaten/kota
Koalisi ini bersifat
terbuka

26
Visi dan Misi KOPI TB
A. Visi
Eliminasi TB di Indonesia Tahun 2030

B. Misi
 
1. Meningkatkan keterlibatan dan kerjasama praktisi dalam
kegiatan penanggulangan TB nasional
2. Menjamin semua anggota profesi melaksanakan tata
laksana TB sesuai dengan International Standard
Tuberculosis Care (ISTC) dan Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran TB (PNPK TB)
3. Menjamin semua pasien TB yang diobati ternotifikasi dalam
sistem informasi Program TB Nasional
4. Meningkatkan keberhasilan penanggulangan TB
27
28
Mandatory PENEMUAN KASUS TB
Notification
PENEMUAN PASIF DENGAN JEJARING LAYANAN TB (PPM)

PUSKESMAS Penemuan Intensif melalui


Kolaborasi HIV,, DM, PAL, MTBS

KLINIK DPM

LAB SWASTA APOTEK

RS PEMERINTAH

LABKESDA RS SWASTA DINKES


KAB/KOT
RS PARU
A
BB/BKPM

PENEMUAN AKTIF BERBASIS KELUARGA DAN MASYARAKAT


Kerjasama  Investigasi Kontak
Organisasi Komunitas  Penemuan di tempat khusus: asrama, lapas/rutan,
dgn tempat pengungsi, tempat kerja, sekolah 29
Kader, Posyandu,  Penemuan di masyarakat, Penemuan massal.
TRUNCATE TB
Two-month Regimens Using Novel Combinations to Augment
Treatment Effectiveness for drug-sensitive Tuberculosis (TB)

RSSA MALANG 2019


SCIENTIFIC HIGHLIGHTS: Site selection

THAILAND
Central Chest Institute
Chulalongkorn Hospital

PHILIPPINES
Lung Center of Philippines
Quezon Institute
De La Salle Hospital
Tropical Disease Foundation
Perpetual Succour Hospital

SINGAPORE
National University Hospital

INDONESIA
Hasanuddin University
Universitas Indonesia
University of Padjadjaran
Dr Soetomo Hospital
Dr Saiful Anwar Hospital
Pendahuluan
Latar Belakang dan Tujuan
•Manajemen standar pengobatan TB paru sensitif
obat gabungan beberapa obat selama 6 bulan
•Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam waktu
yang lebih singkat: (Penelitian sebelumnya bahwa
terapi standar selama 3 sampai 4 bulan
menunjukkan angka relaps <10 persen pada
kebanyakan kasus)

Pengobatan Kepatuhan
Resistensi obat
Lama rendah

34
‘Treat-Follow-Relapse-Re-treat’ Strategy

Regimen standart 6
bulan
Sembuh
Regimen 2 bulan

relapse Regimen standart 6 bulan

X%

35
Rancangan Uji Klinis
• Uji strategi kelompok paralel acak, label terbuka,
multikelompok dan multi tahap/ multi-arm, multi-
stage (MAMS)
• Subyek penelitian: pasien dewasa dengan diagnosis
DS-TB baru (dikonfirmasi dengan GeneXpert) ikut
serta dalam waktu 10 hari sejak permulaan terapi TB
• Jumlah total pasien 900 pasien (180 pasien disetiap
kelompok pengobatan)
• RSSA 50 pasien

36
Kriteria Inklusi

1. TB paru saja
2. Sputum GeneXpert +ve
3. Drug sensitive (GeneXpert; 1st episode TB)
 
 
4. Tidak ada komplikasi klinis berat (misalnya: gagal nafas)
5. Bukan sputum smear BTA 3+ *
6. Tidak terdapat kavitas > 4cm pada foto thoraks*
7. Bukan HIV+ve*
8. Mudah untuk di follow up
• Bersedia menerima visit studi, mendapatkan terapi yang
dipantau secara langsung dan mampu memberikan informed
consent secara tertulis
• Tinggal di alamat yang tetap yang siap untuk dikunjungi

*May allow in later stages of trial

37
Ringkasan Kriteria Eksklusi

TB Pengobatan
•Riwayat penyakit TB aktif •Alergi terhadap satu atau lebih obat yang di uji coba
•TB extra paru •Pengobatan bersamaan yang memiliki interaksi dengan obat uji
•TB paru degan gejala klinis berat coba atau menimbulkan prolong QT interval
•Sputum smear 3+ •Obat imunosupresif atau pengunaan kortikosteroid sitemik
•Cavitas >4cm pada screening CXR lebih dari 2 minggu
•Adanya resisten rifampicin pada Gene Xpert

Kondisi medis Investigasi


•DM tidak terkontrol •EKG pada screening menunjukkan QTc lebih dari 450ms
•Keganasan •Creatinine clearance <60ml/min
•HBsAg positif dan/ Ab anti HCV positif •ALT pada screening lebih dari 3 x dari batas normal
•Penykait jantung •Absolute neutrophil <1000 cells/mL, Hemoglobin <7.0 g/dL,
•Penyakit paru kronis berat atau platelet count <50,000 cells/mm3
•Kejang •Serum potassium <3.5 mmol/L
•Tendinitis atau riwayat tendinopathy •Antibodi HIV positive saat screening
•Neuropati perifer
•Alcohol atau drug abuse
•Wanita hamil atau menyusui

38
Pilihan Regimen

Grup A: 24 minggu regimen standar: 8 minggu rifampicin,


isoniazid, pyrazinamide, ethambutol dilanjutkan 16 minggu
rifampicin dan isoniazid

Grup B: 8 minggu rifampicin (35mg/kg), isoniazid,


pyrazinamide, ethambutol, linezolid

Grup C: 8 minggu rifampicin (35mg/kg), isoniazid,


pyrazinamide, ethambutol, clofazimine

Grup D: 8 minggu rifapentine, isoniazid, pyrazinamide,


linezolid, levofloxacin

Grup E: 8 minggu isoniazid, pyrazinamide, ethambutol,


linezolid, bedaquiline

39
Rancangan Penelitian

Arm A
6 bulan reg
standar
Jika relaps,
Arm B diterapi ulang Primary Outcome
2 bulan* Hasil yang tidak
Pasien yang dengan memuaskan pada
memenuhi minggu 96
syarat Terapi empiris
Arm C 1)Masih memerlukan
Randomisasi selama 8 bulan pengobatan pada saat
GeneXpert (+) 2 bulan*
(Arm A) minggu 96
OAT kat II 2)TB masih aktif pada
minggu 96 (klinis,
Tidak adanya
mikrobiologi, CXR
resisten Rif Arm D Terapi standar 3)Kematian pada
2 bulan* 6 bulan pada minggu 96
arm B-E

Arm E
2 bulan*

* Diperpanjang selama 3 bulan jika masih ada gejala dan BTA


SPS (+) pada bulan ke-dua

40
Apakah pasien layak ?

 Berusia 18-65 tahun


 Memiliki gejala, tanda atau bukti CXR yang menunjukkan TB aktif
 GeneXpert positif (Jika telah diperiksa)
 Tidak pernah mengkonsumsi obat TB lebih dari 10 dosis
 Tidak memiliki riwayat menderita TB sebelumnya
 Tidak terinfeksi HIV (atau tidak pernah diperiksa)
 Tidak sedang menjalani terapi kanker
 Tidak memiliki riwayat kejang / epilepsi
 Tidak sedang hamil atau menyusui

41
Bagaimana Puskesmas Anda bisa ikut berpartisipasi ?

• Kami membutuhkan banyak pasien yang dirujuk untuk


belajar untuk menjawab pertanyaan penelitian

• Kami ingin Anda bergabung dengan kami dalam upaya


membantu meningkatkan upaya manajemen TB dengan
merujuk pasien yang sesuai kami cari

• Kami akan memberi Anda daftar checklist rujukan untuk


mengingatkan Anda tentang pasien yang kami cari

• Dukungan Anda akan sangat kami hargai

42
Bagaimana cara merujuk ?

Jika Anda menemukan pasien yang berpotensi layak, beritahukan bahwa ada penelitian TB
yang dilakukan di RS Saiful Anwar Malang, di mana mereka memiliki kesempatan untuk
mendapatkan perawatan 2 bulan dibandingkan 6 bulan

Jika pasien tertarik untuk mengetahui informasi lebih banyak, telepon kami atau kirim pesan
kepada kami di Handphone / whatsApp (Truncate TB team ): no hp
dr.Santony (081363763011) dr.Sasmika (082140866691)

• Mintalah izin pasien untuk memberikan nama / nomor mereka dengan kami
agar dapat dihubungi untuk mengatur waktu datang ke tempat kami
• Berikan informasi pasien dengan peta ke RS Saiful Anwar malang
• Beritahu bahwa biaya perjalanan mereka akan dibayar untuk hal ini

43
Checklist Rujukan

44
Apa Keuntungan untuk Anda ?

1. Kepuasan dalam berkontribusi pada penelitian yang sepenuhnya akan


mengubah cara kita mengobati TB di masa depan
2. Kepuasan dalam membantu menempatkan kota malang-Jawa timur-
Indonesia di peta dunia sebagai tempat terkenal untuk penelitian TB
3. Beban kerja yang lebih ringan - kami bertanggung jawab penuh untuk
merawat pasien dalam uji coba kami, termasuk manajemen reaksi
obat yang merugikan, relaps, dll.
4. Bagi Faskes Primer yang berpartisipasi mengirimkan pasien dan sesuai
dengan kriteria inklusi dan eklusi serta pasien tersebut ikut dalam
penelitian ini akan mendapatkan insentif dari peneliti

45
46

Anda mungkin juga menyukai