mendukung P2TB
3
Permasalahan 2
4
SITUASI TB DI INDONESIA
842.000 47%
Estimasi insiden Missing cases
3.092 7.729
TB RO mulai pengobatan TB HIV positif
5
Data per 1 februari 2018
6
Hasil Studi Inventori TB Tahun 2016-2017
Distribusi kasus TB Estimasi under-reporting berdasarkan
berdasarkan jenis jenis fasyankes
fasyankes
Best estimate (95% CI)
Tipe fasyankes
44.8% Lain-lain
(klinik, DPM, 96% (92% - 98%)
lab)
7
Akselerasi Penemuan Kasus TB
To Reach the To Notify the To Detect the
Unreach Unnotified Undetect
- Geography, - Improvement
- Social,
- Ekonomic, diagnostic tools
- Politic - Mandatory
Menemukan Mendeteksi Notification
yang belum yang belum
ditemukan terdeteksi
OBATI SAMPAI
SEMBUH
8
PENGERTIAN NOTIFIKASI WAJIB
(Mandatory Notification)
9
Pendekatan untuk Akselerasi
1. Meningkatkan akses layanan TB:
Penemuan aktif Kasus TB oleh Puskesmas dengan pendekatan PIS-PK termasuk di
daerah kumuh, miskin dan padat.
Penemuan pasif dan intensif (kolaborasi layanan : KIA, HIV, PTM) di Rumah Sakit
Pemerintah serta Swasta termasuk Dokter Praktek Mandiri.
Penemuan terduga TB oleh Kader Poslansia, Posyandu, Posbindu dengan pendekatan
PIS-PK.
Penemuan terduga TB di lokasi khusus : Rutan-Lapas, Tempat Kerja, Asrama TNI-
Polri, Asrama Sekolah, Pondok Pesantren.
Skrinning TB pada calon tenaga kerja dan calon Jemaah haji.
Skrining TB dengan menggunakan klinik berjalan (mobile clinic).
10
Pendekatan untuk Akselerasi 2
11
Peran Profesi
(dokter/apoteker/perawat dll)
12
Tugas dan Fungsi masing-masing
organisasi profesi
13
Tugas dan Fungsi masing-masing
organisasi profesi2
14
Konsep PPM berbasis kab/kota
Merupakan Jejaring layanan kesehatan dalam satu kabupaten/kota yang melibatkan peran organisasi profesi dan kemasyarakatan, dibawah kepemimpinan
(leadership)/koordinasi Dinas Kesehatan kabupaten/kota
15
Prinsip Dasar
• Merupakan bagian akselerasi penemuan
kasus
• Melalui penguatan sistem kesehatan
• Merupakan kegiatan menuju
kesinambungan program
• Komponen pembiayaan meliputi UKM
dan UKP
16
Tujuan Utama
17
Schematic diagram of generic
PPM
21
PERAN ORGANISASI PROFESI
Membina anggotanya di Kab/ Kota untuk menjalankan fungsi:
1. Dalam jejaring PPM di kab/kota
Sebagai tenaga ahli klinis tim PPM di Kab/ Kota, dan berperan sebagai fasilitator untuk
meningkatkan kapasitas petugas fasyankes melalui pelatihan, pembinaan, supervisi dan
mentoring
2. Di Rumah Sakit
Sebagai tenaga ahli yang menjadi motivator dan mendorong terbentuknya jejaring internal
layanan TB berkualitas
3. Di tempat praktik masing-masing
Sebagai praktisi ahli dalam pelayanan langsung pada pasien dan melaporkan penemuan
kasusnya ke dalam sistem informasi di Kab/Kota
23
Koalisi Organisasi Profesi (KOPI)
untuk Penanggulangan
Tuberkulosis
Latar Belakang Pembentukan
Koalisi Organisasi Profesi
• Banyak kasus TB yang tidak dilaporkan berasal dari rumah sakit
pemerintah maupun swasta, klinik pemerintah maupun swasta dan dokter
praktek mandiri (Hasil inventory study tahun 2017 dan TB epidemiological
review (Patient Pathway Analysis) 2017)
• Sebagian besar praktisi di layanan non Puskesmas, baik pemerintah maupun
swasta belum mempergunakan strategi DOTS, adanya kesenjangan antara
program dan praktisi sehingga dibutuhkan suatu pendekatan khusus bagi
praktisi.
• Organisasi profesi (IDI, PDUI, IAI, PDPI, PAPDI, dan IDAI) sudah terlibat
dalam PPM TB namun masih berjalan sendiri-sendiri, sehingga diperlukan
adanya koalisi yang terintegrasi dan saling bekerja sama dalam bentuk PPM
berbasis Kabupaten/Kota.
26
Visi dan Misi KOPI TB
A. Visi
Eliminasi TB di Indonesia Tahun 2030
B. Misi
1. Meningkatkan keterlibatan dan kerjasama praktisi dalam
kegiatan penanggulangan TB nasional
2. Menjamin semua anggota profesi melaksanakan tata
laksana TB sesuai dengan International Standard
Tuberculosis Care (ISTC) dan Pedoman Nasional
Pelayanan Kedokteran TB (PNPK TB)
3. Menjamin semua pasien TB yang diobati ternotifikasi dalam
sistem informasi Program TB Nasional
4. Meningkatkan keberhasilan penanggulangan TB
27
28
Mandatory PENEMUAN KASUS TB
Notification
PENEMUAN PASIF DENGAN JEJARING LAYANAN TB (PPM)
KLINIK DPM
RS PEMERINTAH
THAILAND
Central Chest Institute
Chulalongkorn Hospital
PHILIPPINES
Lung Center of Philippines
Quezon Institute
De La Salle Hospital
Tropical Disease Foundation
Perpetual Succour Hospital
SINGAPORE
National University Hospital
INDONESIA
Hasanuddin University
Universitas Indonesia
University of Padjadjaran
Dr Soetomo Hospital
Dr Saiful Anwar Hospital
Pendahuluan
Latar Belakang dan Tujuan
•Manajemen standar pengobatan TB paru sensitif
obat gabungan beberapa obat selama 6 bulan
•Sebagian besar pasien dapat sembuh dalam waktu
yang lebih singkat: (Penelitian sebelumnya bahwa
terapi standar selama 3 sampai 4 bulan
menunjukkan angka relaps <10 persen pada
kebanyakan kasus)
Pengobatan Kepatuhan
Resistensi obat
Lama rendah
34
‘Treat-Follow-Relapse-Re-treat’ Strategy
Regimen standart 6
bulan
Sembuh
Regimen 2 bulan
X%
35
Rancangan Uji Klinis
• Uji strategi kelompok paralel acak, label terbuka,
multikelompok dan multi tahap/ multi-arm, multi-
stage (MAMS)
• Subyek penelitian: pasien dewasa dengan diagnosis
DS-TB baru (dikonfirmasi dengan GeneXpert) ikut
serta dalam waktu 10 hari sejak permulaan terapi TB
• Jumlah total pasien 900 pasien (180 pasien disetiap
kelompok pengobatan)
• RSSA 50 pasien
36
Kriteria Inklusi
1. TB paru saja
2. Sputum GeneXpert +ve
3. Drug sensitive (GeneXpert; 1st episode TB)
4. Tidak ada komplikasi klinis berat (misalnya: gagal nafas)
5. Bukan sputum smear BTA 3+ *
6. Tidak terdapat kavitas > 4cm pada foto thoraks*
7. Bukan HIV+ve*
8. Mudah untuk di follow up
• Bersedia menerima visit studi, mendapatkan terapi yang
dipantau secara langsung dan mampu memberikan informed
consent secara tertulis
• Tinggal di alamat yang tetap yang siap untuk dikunjungi
37
Ringkasan Kriteria Eksklusi
TB Pengobatan
•Riwayat penyakit TB aktif •Alergi terhadap satu atau lebih obat yang di uji coba
•TB extra paru •Pengobatan bersamaan yang memiliki interaksi dengan obat uji
•TB paru degan gejala klinis berat coba atau menimbulkan prolong QT interval
•Sputum smear 3+ •Obat imunosupresif atau pengunaan kortikosteroid sitemik
•Cavitas >4cm pada screening CXR lebih dari 2 minggu
•Adanya resisten rifampicin pada Gene Xpert
38
Pilihan Regimen
39
Rancangan Penelitian
Arm A
6 bulan reg
standar
Jika relaps,
Arm B diterapi ulang Primary Outcome
2 bulan* Hasil yang tidak
Pasien yang dengan memuaskan pada
memenuhi minggu 96
syarat Terapi empiris
Arm C 1)Masih memerlukan
Randomisasi selama 8 bulan pengobatan pada saat
GeneXpert (+) 2 bulan*
(Arm A) minggu 96
OAT kat II 2)TB masih aktif pada
minggu 96 (klinis,
Tidak adanya
mikrobiologi, CXR
resisten Rif Arm D Terapi standar 3)Kematian pada
2 bulan* 6 bulan pada minggu 96
arm B-E
Arm E
2 bulan*
40
Apakah pasien layak ?
41
Bagaimana Puskesmas Anda bisa ikut berpartisipasi ?
42
Bagaimana cara merujuk ?
Jika Anda menemukan pasien yang berpotensi layak, beritahukan bahwa ada penelitian TB
yang dilakukan di RS Saiful Anwar Malang, di mana mereka memiliki kesempatan untuk
mendapatkan perawatan 2 bulan dibandingkan 6 bulan
Jika pasien tertarik untuk mengetahui informasi lebih banyak, telepon kami atau kirim pesan
kepada kami di Handphone / whatsApp (Truncate TB team ): no hp
dr.Santony (081363763011) dr.Sasmika (082140866691)
• Mintalah izin pasien untuk memberikan nama / nomor mereka dengan kami
agar dapat dihubungi untuk mengatur waktu datang ke tempat kami
• Berikan informasi pasien dengan peta ke RS Saiful Anwar malang
• Beritahu bahwa biaya perjalanan mereka akan dibayar untuk hal ini
43
Checklist Rujukan
44
Apa Keuntungan untuk Anda ?
45
46