Anda di halaman 1dari 48

PENEMUAN PASIEN

TUBERKULOSIS (TB)
di FKTP
SISTEMATIKA PEMBELAJARAN
1. Latar Belakang
2. Tujuan pembelajaran
3. Pokok Bahasan dan Sub Pokok Bahasan
a. Strategi penemuan terduga TB
b. Definisi kasus TB
c. Penegakan diagnosis TB
d. Pengelolaan contoh uji untuk pemeriksaan
laboratorium
e. Klasifikasi pasien TB
f. Komunikasi motivasi
g. Upaya pengendalian faktor risiko
h. Pencatatan pelaporan terkait penemuan pasien TB
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis
Penyakit menular langsung
Disebabkan oleh kuman tuberkulosis (TB)
Mycobacterium Tuberculosis.
Sebagian besar kuman BTA menyerang paru, dapat juga
mengenai organ tubuh lainnya.
Penularan secara aerogen/airborne.
Pasien TB paru menyebarkan kuman ke udara dalam
bentuk droplet (percikan dahak).
Sumber penularan adalah pasien TB paru BTA
postif mengeluarkan droplet (percikan dahak)
yang mengandung kuman m. Tuberculosis.
Pencegahan utama menemukan pasien TB
secara dini serta mengobati dengan tuntas
LATAR BELAKANG
Penemuan pasien TB paru
Temukan pasien yang mempunyai gejala kearah TB:
batuk berdahak, dapat disertai darah, panas badan,
nyeri dada dan gejala penyakit paru lainnya.
Diagnosis pasti Pasien TB pemeriksaan bakteriologis.
Pemeriksaan dahak konvensional: pemeriksaan
mikroskopik dengan pengecatan Ziehl Neelsen (ZN)
apusan dahak
Biakan
Tes Cepat Molekuler tes bio-molekuler
menggunakan alat Xpert/ MTB Rif.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Umum
Setelah mempelajari materi, peserta latih mampu
melakukan penemuan Pasien TB
B. Khusus :
1. Strategi penemuan,
2. Definisi kasus TB
3. Diagnosis TB
4. Pengelolaan contoh uji utk pemeriks lab
5. Klasifikasi pasien TB.
6. Komunikasi Motivasi
7. Pengendalian Faktor Risiko
8. Pencatatan dan Pelaporan
POKOK BAHASAN DAN SUB POKOK
BAHASAN
A. Strategi penemuan terduga TB
1.Penemuan secara pasif intensif
2.Penemuan secara aktif
B. Definisi Kasus
C. Penegakan Diagnosis TB
1.Identifikasi Terduga TB
2.Jenis Pemeriksaan Laboratorium
3.Diagnosis TB Paru pada Orang Dewasa.
4.Diagnosis TB pada Anak
5.Diagnosis TB Ekstra paru
6.Diagnosis TB Resistan OAT
7.Diagnosis TB pada Pasien dengan Ko-morbid
POKOK BAHASAN
DAN SUB POKOK BAHASAN
D. Pengelolaan contoh uji untuk pemeriksaan
laboratorium:
1. Dahak
a. Cara Pengumpulan Dahak
b. Pemberian Nomor Identitas
2. Contoh uji non-dahak
E. Klasifikasi Pasien TB
F. Komunikasi Motivasi
G. Upaya Pengendalian Faktor Risiko TB
H. Pencatatan Pelaporan Penemuan Pasien
TB
Pokok Bahasan 1:
Strategi Penemuan Pasien TB
Aktif dan/atau Masif
Penemuan Pasien TB Berbasis Keluarga dan
secara Pasif Intensif Masyarakat,
Jejaring layanan: Penemuan pasien TB
bagian dari kegiatan diluar fasyankes
PPM. Investigasi Kontak: pada
Penguatan jejaring 10-15 orang kontak erat
layanan antar pasien TB
Fasyankes Penemuan ditempat
Fasyankes yang tidak khusus
memiliki TCM merujuk Penemuan dipopulasi
ke Fasyankes yg punya berisiko
alat TCM
Pokok Bahasan 1:
Strategi Penemuan Pasien TB
Aktif dan/atau Masif
Penemuan Pasien TB Berbasis Keluarga dan
secara Pasif Intensif Masyarakat,
Kolaborasi Layanan: Penemuan aktif berbasis
integrasi dan kolaborasi keluarga dan
penemuan pasien TB ke masyarakat
layanan kes lain di Penemuan aktif berkala:
fasyankes (klinik lansia, oleh FKTP dikantung TB
klinik berhenti merokok Skrining massal:
dll) penemuan aktif tahunan
Penjaringan melalui diwilayah yang
penapisan batuk oleh penemuan kasusnya
petugas registrasi rendah
Pokok Bahasan 2:
Definisi Kasus
Definisi Pasien TB:
1. Pasien TB Terkonfirmasi Bakteriologis
a. Pasien TB Paru BTA Positif
b. Pasien TB Paru hasil biakan MTb positif
c. Pasien TB Ekstra Paru terkonfirmasi
Bakteriologis BTA, Biakan, Tes Cepat
d. TB Anak terdiagnosis secara bakteriologis.
Pokok Bahasan 2:
Definisi Kasus
2. Pasien TB Terdiagnosis secara Klinis
a. Pasien TB Paru BTA negatif/Tes cepat MTb
negatif hasil foto toraks mendukung TB
b. Pasien TB Paru BTA negatif/Tes cepat MTb
negatif tidak ada perbaikan paska pemberian
Antibiotik non OAT
c. Pasien TB ekstra Paru terdiagnosis secara
klinis/laboratoris/histopatologis tanpa ada
konfirmasi bakteriologis
d. TB Anak terdiagnosis dengan sistem skoring
Pokok Bahasan 2 (Lanjutan):
Definisi Kasus
Catatan:
Pasien TB yang terdiagnosis secara klinis dan
kemudian terkonfirmasi bakteriologis positif
(baik sebelum maupun setelah memulai
pengobatan) harus diklasifikasi ulang sebagai
pasien TB terkonfirmasi bakteriologis.

Pasien yang mendapatkan pengobatan


pencegahan TB tidak termasuk definisi kasus
TB sehingga tidak dilaporkan dalam laporan
penemuan kasus TB.
Pokok Bahasan 3:
Penegakkan Diagnosis TB
Diagnosis TB ditetapkan berdasarkan:
1. Hasil anamnesis,
2. Pemeriksaan klinis,
3. Pemeriksaan labotarorium; dan
4. Pemeriksaan penunjang lainnya.
Identifikasi Terduga TB:
1. Skrining Gejala:
a. Gejala Utama, batuk berdahak.
b. Gejala Tambahan, dahak bercampur darah, batuk darah,
sesak napas dan rasa nyeri dada, badan lemah, nafsu
makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat pada malam hari
2. Skrining Radiologis (pada pemeriksaan kesehatan umum =
medical check-up)
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
a. Identifikasi Terduga TB Anak
Gejala klinis TB pada anak: gejala sistemik/umum
atau sesuai organ terkait.
Gejala umum TB pada anak:
1) Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan
sebelumnya atau terjadi gagal tumbuh (failure to
thrive).
2) Demam lama (2 minggu) dan/atau berulang
tanpa sebab yang jelas (bukan demam tifoid,
infeksi saluran kemih, malaria, dan lain-lain).
Demam umumnya tidak tinggi. Keringat malam
saja bukan merupakan gejala spesifik TB pada
anak.
3) Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
b. Identifikasi Terduga TB Resistan Obat
Terduga TB-RO adalah pasien yang memiliki risiko
tinggi resistan terhadap OAT, yaitu pasien yang
mempunyai gejala TB yang memiliki riwayat satu
atau lebih di bawah ini:
1) Pasien TB gagal pengobatan Kategori 2.
2) Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi
setelah 3 bulan pengobatan.
3) Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB
yang tidak standar serta menggunakan kuinolon dan
obat injeksi lini kedua paling sedikit selama 1 bulan.
4) Pasien TB gagal pengobatan kategori 1.
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
b. Identifikasi Terduga TB Resistan Obat
5) Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi
setelah 2 bulan pengobatan.
6) Pasien TB kasus kambuh (relaps), dengan pengobatan
OAT kategori 1 dan kategori 2.
7) Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai
berobat/default).
8) Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat
dengan pasien TB- RO (warga binaan yang ada di
Lapas/Rutan, hunian padat seperti asrama, barak, buruh
pabrik).
9) Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respons secara
bakteriologis maupun klinis terhadap pemberian OAT
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
b. Identifikasi Terduga TB Resistan Obat
Pasien dengan risiko rendah TB-RO:
Kasus TB-RO dapat juga dijumpai pada
kasus TB baru, sehingga pada kasus ini perlu
dilakukan penegakan diagnosis dengan TCM
TB.

Pada kelompok ini, jika hasil pemeriksaan tes


cepat memberikan hasil TB RR, maka
pemeriksaan TCM TB perlu dilakukan sekali
lagi untuk memastikan diagnosisnya
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
c. Identifikasi Terduga TB Ekstra Paru
Seseorang yang menderita TB ekstra paru mungkin
mempunyai keluhan/gejala terkait dengan organ
yang terkena, misalnya:
Pembesaran pada getah bening yang kadang juga
mengeluarkan nanah
Nyeri dan pembengkakan sendi yang terkena TB
Sakit kepala, demam, kaku kuduk dan gangguan
kesadaran apabila selaput otak atau otak terkena
TB.
Pasien TB ekstra paru dapat juga menderita TB
paru, tetap perlu dilakukan evaluasi TB paru.
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
d. Identifikasi TB pada pasien Ko-morbid
Infeksi TB mudah berkembang menjadi penyakit pada
pasien dengan daya tahan tubuh yang terganggu.

HIV dan Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit yang


sudah diketahui berhubungan erat dengan TB.

Oleh karena itu, setiap pasien dengan HIV


positif (ODHA) dan penyandang Diabetes
Mellitus (DM) harus dievaluasi untuk TB
meskipun belum ada gejala.
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
d. Identifikasi TB pada pasien Ko-morbid
1) Penapisan TB pada penyandang DM
Penapisan TB pada penyandang DM dilakukan
dengan anamnesis gejala dan pemeriksaan foto
toraks.
Jika ditemukan gejala ATAU kelainan pada foto
toraks yang mengarah ke diagnosis TB.
Penegakan diagnosis bakteriologis TB dapat
menggunakan TCM. Jika pada penapisan awal
tidak ditemukan penyakit TB, maka penapisan
perlu diulang secara berkala.
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
d. Identifikasi TB pada pasien Ko-morbid
2) Penapisan TB pada ODHA
Pada ODHA, gejala klinis seringkali tidak spesifik.
Gejala klinis yang sering ditemukan adalah
demam dan penurunan berat badan yang
signifikan (sekitar 10% atau lebih) dan gejala
ekstra paru sesuai organ yang terkena TB
Pleura, TB Perikarditis, TB Milier, TB meningitis.
Penegakan diagnosis TB pasien dengan HIV
positif pemeriksaan TCM TB seperti pada Alur
Diagnosis TB dan TB Resistan Obat di Indonesia
Pokok Bahasan 3:
Identifikasi Terduga TB
d. Identifikasi TB pada pasien Ko-morbid
3) Penapisan HIV pada pasien TB
Tes HIV adalah mutlak mengingat adanya infeksi
ganda TB HIV, utamanya pada orang yang mempunyai
perilaku berisiko dan pasien yang mempunyai tanda
dan gejala terkait HIV/AIDS, untuk mengetahui status
HIV mereka.
Untuk membantu pasien menghadapi berbagai
hambatan dalam menjalani tes HIV, maka perlu empati
dan dukungan petugas
Konseling dan Tes HIV atas Inisiasi Petugas
untuk pasien TB dilakukan pada daerah dengan tingkat
epidemi HIV rendah atau terkonsentrasi.
Pokok Bahasan 3:
Jenis Pemeriksaan Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Keterangan
Bakteriologis Pemeriksaa Dahak Mikroskopik Langsung
Pemeriksaan Biakan
Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)TB
Penunjang Lain Pemeriksaan Foto Toraks
Pemeriksaan Histopatologi pada kasus terduga TB Ekstra
Paru
Uji Kepekaan Obat Uji kepekaan obat bertujuan untuk menentukan ada
tidaknya resistensi M.tb terhadap OAT.
Uji kepekaan obat tersebut harus dilakukan di
laboratorium yang telah lulus uji pemantapan
mutu/Quality Assurance (QA), dan mendapatkan sertifikat
nasional maupun internasional.

Pemeriksaan Sampai saat ini belum direkomendasikan


serologis
Pokok Bahasan 3:
Diagnosis TB Paru pada orang Dewasa
Mikros
Bakteriolo kopis Klinis
Klinis
gis TCM Radiologis
Biakan

Pemeriksaan mikroskopis negatif, tidak memilki akses rujukan


(radiologi/TCM/biakan terapi antibiotika spektrum luas (Non
OAT dan Non kuinolon) tidak ada perbaikan klinis dan
mempunyai faktor risiko TB diagnosis sebagai TB Klinis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB dengan pemeriksaan
serologis.
Tidak dibenarkan mendiagnosis TB hanya berdasarkan
pemeriksaan foto toraks saja..
Pokok Bahasan 3:
Alur Diagnosis TB Paru pada orang Dewasa
Bagan 1. Algorithme TB dan TB MDR di Indonesia
Terduga TB

Pasien baru, tidak ada riwayat pengobatan TB, tidak ada riwayat kontak Pasien dengan riwayat pengobatan TB, pasien dengan riwayat
erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (-) atau tidak diketahui kontak erat dengan pasien TB RO, pasien dengan HIV (+)

Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan bakteriologis dengan Mikroskop atau TCM

Tidak memiliki akses untuk TCMTB Memiliki akses untuk TCM TB

Pemeriksaan Mikroskopis BTA Pemeriksaan TCM TB


(Sewaktu dan Pagi)

MTB Pos, Rif MTB Pos, Rif MTB Neg


(- -) (+ +) Sensitive Resistance
(+ -)
Tidak bisa
dirujuk
TB Terkonfirmasi TB Terkonfirmasi TB RR Foto Toraks
Bakteriologis Bakteriologis
Foto Terapi
Toraks Antibiotika
Non OAT

Mulai Pemeriksaan Gambaran Tidak


Pengobatan Pengobatan Biakan dan Uji mendukung Mendukung
TB TB
Gambaran Tidak TB Lini 1 TB RO Kepekaan OAT
Mendukung Mendukung Lini 1 dan Lini 2
TB TB

Ada Tidak Ada Perbaikan TB RR TB MDR TB Pre XDR TB XDR


Perbaikan Klinis, ada factor
Klinis risiko TB, dan atas
pertimbangan
dokter Lanjutkan Pengobatan TB RO TB Klinis
Pengobatan TB RO dengan Paduan Baru
TB Klinis Bukan TB
TB Klinis
Pengobatan
TB Lini 1
Cari kemungkinan
Pengobatan
penyebab penyakit lain
TB Lini 1
Pokok Bahasan 3: Diagnosis TB Anak
Anak dengan satu atau lebih gejala khas TB:
Batuk 2 minggu
Demam 2 minggu
BB turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya
Malaise 2 minggu
Gejala-gejala tersebut menetap walau sudah diberikan terapi yang adekuat
Pemeriksaan mikroskopis/Tes Cepat Molekuler
(TCM) TB

Positif Negatif Contoh uji tidak diperoleh

Ada akses foto rontgen toraks dan/atau uji Tidak ada akses foto rontgen toraks dan uji
tuberkulin*) tuberkulin
Skoring sistem

Skor 6 Skor < 6

Uji tuberkulin (+) Uji tuberkulin (-) dan


dan/atau ada kontak Tidak ada kontak TB
TB paru**) paru**)
TB anak
terkonfirmasi
TB anak klinis Ada kontak Tidak ada/tidak jelas
bakteriologis
TB paru**) kontak pasien TB paru**)

Terapi OAT***) Observasi gejala selama 2 minggu

Menetap Menghilang

Bukan TB
Pokok Bahasan 3: Diagnosis TB Anak Sistem Skoring
Parameter 0 1 2 3
KontakTB Tidak jelas - Laporan keluarga, BTA(+)
BTA (-)/BTA tidak
jelas/tidaktahu
Uji tuberculin Negatif - - Positif (10 mm
(Mantoux) atau 5 mm pada
imunokompromais)
Berat Badan/ Keadaan Gizi - BB/TB<90% atau Klinis gizi buruk -
BB/U<80% atau BB/TB<70%
atau BB/U<60%
Demam yang tidak diketahui - 2 minggu - -
Penyebabnya
Batuk kronik - 3 minggu - -
Pembesaran kelenjar - 1 cm, lebih dari - -
limfekolli, aksila, inguinal 1 KGB,tidak nyeri
Pembengkakan tulang/sendi - Ada - -
panggul, lutut, falang pembengkakan
Foto toraks Normal/Kelain Gambaran - -
an tidak jelas (mendukung) TB
Pokok Bahasan 3: Alur Investigasi Kontak (IK) pada Anak yang
berkontak dengan pasien TB sensitif obat
Anak berkontak
dengan pasien TB sensitif OAT

gejala TB

Tidak Ada

Umur > 5 thn dan Umur < 5 thn atau


HIV (-) HIV (+)
Tidak perlu PP PP INH
INH

Follow up rutin

Timbul gejala atau Lihat alur diagnosis


YA
tanda TB TB pada Anak

TIDAK

Observasi Lengkapi pemberian INH selama


6 bulan
Pokok Bahasan 3:
Diagnosis TB Ekstra Paru

Diagnosis pasti pemeriksaan klinis,


bakteriologis dan atau histopatologis dari
contoh uji yang diambil dari organ tubuh
yang terkena.
Pemeriksaan tes cepat dengan Tes Cepat
Molekuler TB pada beberapa kasus curiga
TB Ekstra paru dilakukan dengan contoh uji:
cairan serebrospinal kecurigaan TB
meningitis,
Jaringan TB kelenjar getah bening/ TB
jaringan lain - biopsi menggunakan jarum halus
(FNAB/Fine Neddle Aspirate Biopsy)
Pokok Bahasan 3: Diagnosis TB dengan Ko-morbid TB
DM

Rujuk ke Poli TB untuk


tatalaksana TB
Pokok Bahasan 3: Diagnosis TB dengan Ko-morbid HIV pada pasien TB -
KTIP (Permenkes 74/2014)
Alur pemeriksaan Diagnosis HIV

Bersedia di tes HIV

Tes Antibodi HIV


A1

Nonreaktif Reaktif

Tes Antibodi HIV


A2

Nonreaktif Reaktif

Ulang tes HIV


A1 dan A2

Keduanya
Hasil Reaktif
Tes antibodi HIV
pengulangan
Keduanya Salah satu A3
Nonreaktif Reaktif

Nonreaktif Reaktif

Hasil
A1 Pengulangan A1 (R) A1 (NR) A1 (R) A1 (NR) A1 (R) A1 (R)
non A1 (NR) A2 (NR) A2 (R) A2 (R) A2 (R) A2 (NR) A2 (R)
reaktif A2 (NR) A3 (NR) A3 (NR) A3 (NR) A3 (R) A3 (R) A3 (R)

Laporan laboratorium

Berisiko
HIV Negatif Indeterminate HIV Positif
Tidak Ya

Keputusan klinis
Alur Pencatatan diagnosis TB Paru pada ODHA di Fasyankes

PDP/ ODHA
SKRINING TB.06
KLINIK HIV TERDUGA TB

PEMERIKSAAN LABORATORIUM
MIKR. TB.05 BAG ATAS
DAHAK/TCM TB.O4

HASIL DIOBATI?
PEMERIKSAAN PDP/KLINIK HIV
DAHAK TB.05 RUJUK POLI
TERBUKTI TB
BAG BAWAH DOTS?
Pokok Bahasan 4: Pengelolaan Contoh
Uji untuk Pemeriksaan Laboratorium
Contoh uji dahak dan non dahak
1.Contoh Uji Dahak:
Dikumpulkan ditempat terbuka kena sinar matahari
Gunakan pot dahak diameter 5-6 cm, tutup berulir,
Petugas mendampingi pasien saat mengeluaan dahak di
fasyankes
Dahak dikumpulkan Sewaktu Pagi (SP) atau Sewaktu
Sewaktu (SS) dengan jarak waktu 1 jam, dengan
kualitas baik
Petugas menilai kualitas dahak
Faskes tidak boleh menunda penegakkan diagnosis
Kasus TB EP kontak TB BTA pos juga harus diperiksa
dahaknya
Pokok Bahasan 4: Pengelolaan Contoh Uji
untuk Pemeriksaan Laboratorium
Mendapatkan kualitas dahak yang baik:
Petugas kesehatan memberi penjelasan mengenai
pentingnya pemeriksaan dahak.
Petugas kesehatan memberi penjelasan tentang cara batuk
yang benar .
Dahak yang baik kental berwarna kuning kehijau-hijauan
(mukopurulen) dengan volume 3-5 ml. Apabila mutu dahak
tidak memenuhi syarat (air liur), petugas minta terduga
mengulang pengeluaran dahak;
Jika tidak ada dahak yang keluar, pot dahak
dianggap sudah terpakai dan harus
dimusnahkan sesuai prosedur keamanan dan
keselamatan kerja di laboratorium TB
.

Pokok Bahasan 4: Pengelolaan Contoh Uji


untuk Pemeriksaan Laboratorium
Memberi nomor urut sediaan:
Setiap kaca sediaan end frosted diberi nomor identitas
sediaan sesuai dengan identitas pada pot dahak dengan
menggunakan pensil 2B

02 / 015 - 01 / 0117A
Dua angka Lima angka Empat angka
3-2
Nomor urut sediaan dimulai
Nomor urut nomor urut Fasilitas dengan nomor 001 diawal
kabupaten/kota. Kesehatan dan nomor urut tahun.
poli/klinik swasta/Dokter Huruf A dan atau B
Praktik Mandiri A menunjukkan dahak
sewaktu pertama, B untuk
dahak pagi/sewaktu kedua.
Pokok Bahasan 4: Pengelolaan Contoh
Uji untuk Pemeriksaan Laboratorium

2. Contoh Uji Non Dahak:


Cairan serebrospinal,
Dari kelenjar getah bening
Jaringan lain

Pengambilan contoh uji non dahak dilakukan dengan


Biopsi Aspirasi Jarum Halus (BAJAH) ( Fine Needle
Aspiration Biopsyu/FNAB)
Pokok Bahasan 5: Klasifikasi Pasien TB
Tujuan:
Agar dapat tercapai kualitas:
Pencatatan dan pelaporan pasien
Penetapan paduan pengobatan
Standarisasi pengumpulan data
Analisis kohort hasil pengobatan
Pemantauan kemajuan dan
evaluasi efektifitas program TB.
Pokok Bahasan 5: Penetapan Klasifikasi
Pasien TB

1. Lokasi TB paru
Anatomi TB ekstra paru

pasien baru
pasien kambuh
pasien diobati kembali setelah
2. Riwayat gagal
Pengobatan pasien diobati kembali setelah
Sebelumnya putus obat
riwayat pengobatan
sebelumnya tidak diketahui
lain-lain
Pokok Bahasan 5: Penetapan Klasifikasi
Pasien TB

Mono Resistant
3. Hasil Uji Poli Resistant
Kepekaan Multi Drug Resistant
Obat Extensive Drug Resistant
Resistant Rifampicine

HIV Positif
4. Status HIV Negatif
HIV Status HIV Tidak Diketahui
Pokok Bahasan 6: Komunikasi Motivasi
Teknik komunikasi yang bersifat mengarahkan, berpusat
pada pasien untuk memperoleh perubahan perilaku dengan
cara membantu pasien menggali dan mengatasi sikap
Pengertian mendua (ambivalensi) dalam membuat keputusan

Mengarahkan percakapan agar pasien dapat


mengungkapkan lebih banyak mengenai keinginan
untuk berubah berdasarkan nilai-nilai dan keyakinan
Tujuan mereka

Empati
Hindari Perdebatan
Memberikan gambaran dua situasi berbeda
Prinsip Memampukan pasien membuat keputusan
Pokok Bahasan 6: Komunikasi Motivasi
Prinsip Umum

Memberikan Memampukan
Menunjukan Hindari Pasien
gambaran dua Membuat
Empati Perdebatan
situasi berbeda Keputusan

dengan membimbing pasien pasien dibantu


kemampuan memahami untuk memberikan untuk
seseorang dan gambaran tentang membuat
untuk mengetahui kondisi berbeda keputusan
mengenali alasan yang akan terjadi yang lahir dari
dan mengapa (positif dan dirinya
memahami pasien negatif) bila pasien sendiri, bukan
perasaan mengambil mengambil lahir dari
orang lain. keputusan keputusan untuk petugas
tersebut berubah atau tidak. kesehatan
Pokok Bahasan 6: Komunikasi Motivasi
Keterampilan Kunci
Refleksi
Parafrase
Refleksi Perasaan
Refleksi Dua Arah
Merangkum

Peneguhan (afirmasi) Melihat sisi


positif

Pertanyaan Terbuka, Tertutup dan


Mengarahkan

Bertanya-Beritahu-Bertanya (Ask-Tell-
Ask) Memberi Informasi dan Saran
Pokok Bahasan 7: Upaya Pengendalian
Faktor Risiko TB
PENGENDA
LIAN
KUMAN
PENYEBAB
PENCEGAHAN TB
PENGENDALIAN
INFEKSI TB PENGENDA
LIAN
FAKTOR
UPAYA RISIKO
PENGENDALIAN INDIVIDU

FAKTOR RISIKO
PENGENDALIAN
TB
INTERVENSI
DAERAH PENGENDALIA
BERISIKO N FAKTOR
PENULARAN LINGKUNGAN
Pokok Bahasan 8:
Pencatatan Pelaporan TB

Poli Daftar Terduga TB (TB.06)


TB Formulir Permohonan Pemeriksaan
Bakteriologis TB.05

Register Laboratorium Faskes


Laboratorium Mikroskopis dan Test Cepat
Molekuler (TB.04)

Penanganan Register Kontak TB (TB.16)


Pasien Pelacakan Kontak Anak (TB.15)
Selamat berdiskusi
dan
Mengerjakan tugas di
kelompok

Anda mungkin juga menyukai