TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
dimana saat dilakukan pemeriksaan penunjang lainnya seperti foto toraks dalam
keadaan normal dan tidak menimbulkan gejala di luar paru seperti tulang, ginjal,
pemeriksaan uji tuberkulin atau interferon gamma release assay (IGRA) (CDC,
2013).
2.2. Etiologi
lurus atau sedikit melengkung, tidak berspora dan tidak berkapsul. Bakteri ini
tuberculosis sangat kompleks, terdiri dari lapisan lemak cukup tinggi (60%).
Penyusun utama dinding sel Mycobacterium tuberculosis ialah asam mikolat, lilin
merupakan asam lemak berantai panjang (C60 – C90) yang dihubungkan dengan
fosfodiester. Unsur lain yang terdapat pada dinding sel bakteri tersebut adalah
3
4
tahan asam, yaitu apabila sekali diwarnai akan tetap tahan terhadap upaya
penghilangan zat warna tersebut dengan larutan asam – alkohol (Getahun, 2015).
Bakteri ini menyebar melalui udara tepatnya melalui droplets dari manusia yang
terinfeksi. Droplet ini berukuran 1-5πm, dimana satu kali batuk dapat
2.3. Epidemiologi
kematian tinggi pada wanita dengan umur 15-44 tahun. Pada tahun 2014, 9,6 juta
juta orang terjangkit penyakit tuberkulosis dan 1,5 juta orang meninggal
gejala dan pada hampir 5-10% akan berkembang menjadi penyakit yang
5
tahun setelah infeksi pertama. Penyakit ini memerlukan perhatian khusus karena
penyebarannya yang mudah dan menyerang sistem pernapasan . Sekitar 9-10 juta
orang menderita TB dan sekitar 2,6 juta penderita meninggal oleh penyakit TB ini
(WHO, 2014).
memberikan perhatian khusus agar permasalahan ini dapat di tangani dengan baik
menjadi sangat pesat. Target WHO pada tahun 2050 adalah tingkat kematian,
Infeksi TB laten atau yang sering di sebut dengan fase “tidur“ ini tidak
dapat ditularkan kepada individu yang lain namun pada saat daya tahan tubuh
menjadi lemah bakteri yang sedang dalam fase “tidur” ini akan menjadi fase
diantara nya adalah isoniazid dan rifampisin, di Indonesia sendiri isoniazid yang
mengatasi infeksi TB nya melalui mekanisme imun bawaan atau adaptif. Sisanya
30-50% akan menjadi TB aktif dan ITBL dengan proporsi 5% menjadi TB aktif
6
dan 95% menjadi ITBL. Berbagai data mengungkapkan 2-15% ITBL dapat
Infeksi HIV
terakhir
2.5. Patogenesis
tuberculosis yang terdapat dalam percik renik, karena ukurannya sangat kecil (<5
μm) maka bakteri tersebut dapat mencapai alveolus. Selanjutnya terjadi proses
fagositosis oleh makrofag, sebagian bakteri akan mati sedangkan sebagian lagi
akan terus berkembang biak dalam makrofag dan akhirnya menyebabkan lisis
primer akan terbentuk imunitas seluler dan dinyatakan infeksi primer telah terjadi
(PDPI, 2016).
Melalui cara ini, kuman TB menyebar secara sporadik dan sedikit demi sedikit
berbagai organ tubuh dengan vaskularisasi baik, paling sering di apeks paru,
limpa, dan kelenjar limfe superfisialis. Selain itu, dapat juga bersarang di organ
lain seperti otak, hati, tulang, ginjal dan lainlain. Pada umumnya, kuman disarang
tersebut tetap hidup, tetapi tidak aktif (tenang). Sarang di apeks paru disebut
8
dengan fokus Simon, yang kemudian hari dapat mengalami reaktivasi dan terjadi
penjamu secara efektif membunuh semua kuman TB, sehingga TB tidak terjadi.
dalam keadaan dorman, terjadi infeksi laten (ITBL) dengan uji tuberkulin positif
9
sebagai satu-satunya manifestasi. Keempat, kuman TB laten pada suatu saat dapat
2.6. Diagnosis
Pada pasien ITBL tidak terdapat gejala klinis. Manifestasi klinis akan
timbul jika terjadi reaktivasi dari kuman TB. Manifestasi klinis pada reaktivasi
TB laten sama dengan TB paru atau TB ekstra paru sesuai lokasi reaktivasi
kuman TB. Diagnosis TB laten ditegakkan berdasarkan uji tuberculin atau tes
merupakan antigen berbagai mikrobakteria termasuk M tb, BCG tb, dan lainnya.
indurasi yang terjadi pada kulit 48-72 jam setelah penyuntikan antigen. Uji
teknik Mantoux. Selanjutnya pembacaan hasil uji tuberculin dilakukan dalam 48-
tidak terinfeksi dengan basil TB. Selain itu dapat juga karena terjadi pada saat
terbentuk. Jika terjadi hasil yang negatif maka tes tuberkulin dapat diulang 3
bulan setelah suntikan pertama. Hasil tes tuberkulin yang positif dapat diartikan
sebagai orang tersebut sedang terinfeksi basil TB. Menurut guideline ACHA (The
pemeriksaan dahak. Jika hasil foto thoraks normal dilakukan pemberian terapi TB
laten, tetapi jika hasil foto thoraks terjadi kelainan dan menunjukkan ke arah TB
palsu pada tes kulit tuberkulin. Reaksi positif yang ditimbulkan oleh vaksinasi
11
BCG dapat beberapa tahun tetapi biasanya reaksi lebih lemah dan sering
control. Pada orang yang terinfeksi TB sel darah putih akan mengenali antigen
(Suhail, 2011).
Keuntungan Keterbatasan
Alat diagnosis ITLB Darah harus diproses dalam 8-
30 jam setelah diambil
Uji spesifik terhadap M.tuberculosis Belum banyak data tentang
reactive t-cells IGRA pada anak dibawah 5
tahun, pasien bekas TB, orang
yang pernah dilakukan
pemeriksaan IGRA
Tidak dipengaruhi vaksin BCG
Lebih jarang dipengaruhi oleh infeksi
non tuberculosis mycobacterium (ntm)
Hanya membutuhkan 1x kunjungan
Tidak menyebabkan fenomena booster
Hasil interpretasi tidak dipengaruhi
persepsi petugas kesehatan
Hasil didapatkan dalam 24 jam
Tabel 2. Keuntungan dan Keterbatasan Pemeriksaan IGRAs (WHO, 2015)
12
seiring jarak reaksi ini akan hilang. Uji tuberculin yang diulang akan
memperlama reaktivasi uji tuberculin pada orang yang mendapat vaksinasi BCG
sehingga interpretasi uji tuberculin pada orang yang mendapat vaksinasi BCG
13
silang dengan BCG dan tidak menimbulkan reaksi positif palsu pada pasien yang
2. Infeksi HIV
Setiap penderita HIV harus segera diperiksa ITBL baik dengan uji
tuberculin maupun IGRA. Hasil negatif tidak selalu ada resiko ITBL karena
pemeriksaan uji tuberculin maupun IGRA perlu dilakukan rutin setiap tahun bila
hasil awal negative. Pemeriksaan ulang juga perlu dilakukan setelah pasien
mendapat ARV bila hasil sebelumnya negative, karena kondisi imunitas pasien
HIV akan membaik setelah pemberian ARV sehingga respons imun terhadap TB
juga membaik.
3. Fenomena Booster
terinfeksi karena waktu infeksi sudah sangat lama, tetapi pemeriksaan uji
fenomena booster. Kondisi seperti ini perlu digunakan metode 2 tahap, yaitu bila
hasil uji tuberculin pertama negatif, uji tuberculin harus diulang setelah 1-3
minggu. Jika hasil uji tuberculin kedua positif maka interpretasi hasil uji
tuberculin adalah positif atau ITBL dan dilakukan tata laksana yang sesuai. Bila
Individu yang kontak dengan pasien TB aktif yang menular (BTA positif)
dengan hasil pemeriksaan awal negatif harus diulang pemeriksaan 8-10 minggu
setelah kontak terakhir. Hal ini dilakukan untuk mendeteksi infeksi karena saat uji
pemeriksaan IGRA atau uji tuberculin negative harus dilakukan pemeriksaan foto
toraks. Bila hasil foto toraks normal maka berikan obat untuk ITBL dan lakukan
pemeriksaan ITBL 8-10 minggu setelah kontak. Jika hasil pemeriksaan kedua
5. Kehamilan
Uji tuberkulin aman dan dapat digunakan untuk perempuan hamil, tetapi
lakukan hanya bila pasien memiliki resiko menderita ITBL atau ada kemungkinan
ITBL menjadi TB aktif. Bila hasil positif pasien harus menjalani pemeriksaan
foto toraks dengan pengaman (apron) dan pemeriksaan mikrobiologi lain untuk
2.7. Tatalaksana
antara INH 6 bulan atau 9 bulan, dibandingkan dnegan regimen RPT dan INH
selama 3 bulan. WHO tidak menetapkan regimen yang digunakan karena terdapat
persamaan hasil pengobatan INH-R selama 3-4 bulan dan R selama 3-4 bulan
Dosis
Obat Lama Dosis Frekuensi
total
1. Dosis obat
2. Tanda dan gejala efek samping dari masing-masing obat yang paling
sering terjadi dan paling mengancam jiwa serta kapan pengobatan harus
pertanyaan lainnya.
bakteri. Bila populasi bakteri tinggi maka kemungkinan mutan resisten akan
(Caminero, 2013).