Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANTOUX TEST & INJEKSI INSULIN

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun Oleh Kelompok 3


Andi Fitri Khadija R011191031
Miraj Oktavila Syahrani R011191033
Nurazizah R011191035
Elwinda Djafar R011191039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
MANTOUX TEST

A. Definisi
Uji kulit tuberkulin (yang juga disebut uji Mantoux) merupakan salah satu jenis uji yang
digunakan untuk mendiagnosa TB.Penggunaan uji tuberkulin yang utama adalah untuk
mengetahui orang yang terinfeksi dengan kuman TB, tetapi belum mengidap penyakit
yang aktif. Keadaan yang demikian disebut infeksi TB laten. Tidak semua orang yang
mengidap infeksi TB laten akan terkena penyakit aktif. Kadang-kadang uji- nya perlu
diulang secara berkala untuk menentukan apakah pernah tersentuh infeksi.
Tes Mantoux adalah pemeriksaan diagnostik dengan menyuntikkan PPD (Purified
Protein Derivative) secara intra dermal/intra cutan untuk mengetahui adanya
pemajanan terhadap M. tuberculosis. Tes Mantoux positif menandakan infeksi basil
tuberkel masa lalu atau saat ini dan mengindikasikan perlunya pemeriksaan lebih lanjut
sebelum menegakkan diagnosa TBC. Reaksi positif terjadi bila terdapat indurasi 10 mm
atau lebih, reaksi meragukan bila indurasi 5-9 mm, dan reaksi negative bila indurasi
kurang dari 5 mm.
B. Tujuan
Uji ini digunakan:
1. Mendeteksi/mengidentifikasi adanya infeksi Tuberculin
2. Untuk menemukan infeksi TB laten pada orang yang mungkin pernah berdekatan
dengan pengidap tuberkulosis
3. Untuk membantu menemukan penyakit TB aktif
4. Membantu menegakkan diagnose tuberculosis
C. Indikasi
Uji tuberkulin dapat dilakukan pada orang yang mungkin pernah berdekatan dengan
orang yang didiagnosa mengidap tuberkulosis
1) Termasuk dalam golongan berisiko TB tinggi
2) Berimigrasi dari negara di mana tuberkulosis lazim terdapat
3) Menghadapi risiko di tempat kerja, seperti tenaga profesional bidang kesehatan
4) Mau mengadakan perjalanan ke negara di mana tuberkulosis lazim terdapat
5) Akan mengadakan perjalanan selama kurun waktu yang cukup lama ke negara
berisiko TB tinggi

2
6) Pernah mengadakan perjalanan selama kurun waktu yang cukup lama ke negara
berisiko TB tinggi.
Tuberkulin adalah protein murni yang dihasilkan dari kuman TB (tetapi tidak
mengandung kuman TB aktif).

D. Standar Operasional Prosedur


No Tindakan
I. Pengkajian
1. Mengkaji apakah klien pernah menjalani tes kulit tuberculin positif, atau pernah
mendapat vaksinasi BCG
2. Mengkaji apakah klien klien mendapat vaksinasi atau penyakit virus dalam waktu 4
minggu terakhir
3. Mengkaji program/instruksi medic
II. Intervensi
A. Persiapan Alat
1. Spuit tuberculin dengan jarum No.25 G atau yang lebih kecil
2. PPD (Purified Protein Derivative)
3. Kapas alcohol 70% (alcohol swab)
4. Handscoon bersih
5. Alat tulis (pulpen atau spidol)
B. Persiapan Klien
1. Menjelaskan prosedur dan tujuan dilakukannya tes mantoux
2. Menjaga privasi klien
3. Membebaskan lokasi injeksi
III. Implementasi
1. Mencuci tangan
2. Memakai handscoon
3. Memilih area yang akan dilakukan penyuntikan :1/3 lengan bawah bagian
atas/tengah (3-4 jari dibawah antekubiti atau 5 jari diatas pergelangan tangan)
4. Mengambil tuberculin PPD dan hisap kedalam spuid sebanyak 0,1 cc
5. Mengatur posisi yang nyaman dengan lengan diregangkan dan disanggah pada

3
permukaan yang datar
6. Membersihkan kulit (bagian dalam lengan) dengan kapas alcohol, dimulai dari
tengah dengan gerakan melingkar kearah luar sirkular (5cm). biarkan sampai kering
7. Meregangkan kulit, dekatkan spiut injeksi tuberculin ke arah kulit dan suntikkan
dengan hati-hati dengan sudut 5-15 derajat (teknik injeksi intrakutan). Masukan
jarum ke epidermis sampai dengan kurang lebih 3mm dibawah permukaan kulit.
Ujung jarum dapat dilihat melalui permukaan kulit
8. Memasukan obat 0,1cc secara perlahan sehingga membentuk gelembung berwarna
terang seperti gigitan nyamuk denga diameter kurang lebih 6-10 mm dan akan
menghilang secara bertahap.
9. Mencabut jarum sambil memberikan kapas alcohol pada area penyuntikan. Jangan
melakukan masase pada area penyuntikan
10. Memberi tanda pada lokasi penyuntikan
11. Memperhatikan waktu penyuntikan
12. Merapikan klien dan rapikan alat
13. Membuka handscoon dan cuci tangan
IV. Evaluasi
1. Mengevaluasi respon serta toleransi klien selama dan sesudah prosedur
2. Membaca hasil test 48-72 jam setelah penyuntikan dilakukan
V. Dokumentasi
1. Mencatat nama klien, tanggal pelaksanaan prosedur, tanggal membaca hasil, hasil,
2. lokasi dan jam.
3. Mencatat repon serta toleransi klien selama dan sesudah prosedur

E. Pembacaan dan Interpretasi Tes Mantoux


Hasil test mantoux dibaca dalam 48-72 jam, lebih diutamakan pada 72 jam.
Reaksi positif yang muncul setelah 96 jam masih dianggap valid. Bila pasien tidak
control dalam 96 jam dan hasilnya negative maka tes mantoux harus diulang.
Hasil uji mantoux > 5 mm dapat dipertimbangkan positif pada pasien tertentu seperti :
1. Pasien dengan infeksi HIV

4
2. Pasien dengan transplantasi organ atau mendapat immunosupresan jangka panjang
seperti pasien keganasan atau sindrom nefrotik.
F. Evidence Based
Menurut penelitian (Kambuno et al., 2019), Tuberkulin skin test (TST) merupakan salah
satu metode standar untuk menentukan ada tidaknya infeksi bakteri TB dalam tubuh
seseorang. Seseorang dikatakan telah terinfeksi TB apabila hasil baca mantoux melebihi
nilai cutt-off (10 mm). Orang- orang yang beresiko terinfeksi TB adalah orang-orang
yang memiliki riwayat kontak dengan penderita TB. Pada seseorang yang telah terinfeksi
tuberkulosis (telah ada kompleks primer dalam tubuhnya dan telah terbentuk imunitas
terhadap tuberkulosis), maka terbentuk indurasi dilokasi suntikan. Hal ini disebabkan
vasodilatasi lokal, edema, endapan fibrin dan terakumulasinya sel-sel inflamasi didaerah
suntikan, kemudian indurasi yang terbentuk diukur dan interpretasi dengan
membandingkan nilai cut-off (10 mm ).
Berdasarkan hasil penelitian Farhat dkk, 2006 menyatakan bahwa orang yang berusia
>10 tahun kemungkinan terjadi positif palsu hanya sebesar 1 % dibandingkan pada usia
<10 tahun yaitu 6,3 % ditambah dengan hasil penelitian Bowerman (2004) di Taiwan
menyatakan bahwa hasil uji tuberkulin meningkat seiring bertambahnya usia.
Karakteristik sampel berjenis kelamin perempuan dan laki-laki dipilih berdasarkan data
Depkes RI, 2006 yang menyatakan bahwa laki-laki lebih rentan terinfeksi TB
dibandingkan pada perempuan.
G. Link Video Terkait Prosedur
https://youtu.be/bR86G-itrTQ

5
INJEKSI SUBKUTAN (PEMBERIAN INSULIN)

A. Definisi
Insulin adalah hormon yang digunakan untuk mengobati diabetes mellitus.Injeksi insulin
adalah pemberian insulin eksogen ke dalam jaringan subkutan.
B. Tujuan
Tujuannya yaitu mengontrol kadar gula dalam darah.
C. Hal-Hal yang Perlu Diperhatikan
1. Vial insulin yang tidak digunakan sebaiknya disimpan di lemari es.
2. Periksa vial insulin tiap kali akan digunakan (misalnya : adanya perubahan warna).
3. Pastikan jenis insulin yang akan digunakan dengan benar.
4. Insulin dengan kerja cepat (rapid-acting insulin) harus diberikan dalam 15 menit
sebelum makan. Interval waktu yang direkomendasikan antara waktu pemberian
injeksi dengan waktu makan adalah 30 menit.
5. Sebelum memberikan terapi insulin, periksa kembali hasil laboratorium (kadar gula
darah).
6. Amati tanda dan gejala hipoglikemia dan hiperglikemia.
Area injeksi : abdomen (3 jari di sekeliling umbillikus) (fast speed), deltoid (medium
speed), paha anterior (slower speed), area scapulae (medium speed) pada punggung
belakang, ventrogluteal dan dorsogluteal bagian atas (slower speed).
D. Standar Operasional Prosedur
Persiapan Alat :
1. Spuit insulin / insulin pen.
2. Vial insulin.
3. Kapas + alkohol / alcohol swab.
4. Handscoen bersih.

PROSEDUR INJEKSI

NO Tindakan Rasional
1. Mencuci tangan Mencegah transmisi mikroorganisme
2. Menyiapkan insulin dari vial dan aspirasi Agar dapat diberikan kepada pasien sesuai

6
sebanyak dosis yang diperlukan dengan dosis yang dibutuhkan atau tidak
overdosis
3. Siapkan klien dan bantu pada posisi Agar klien dapat merasa nyaman dan aman
nyaman untuk injeksi selama prosedur berlangsung
4. Jelaskan tujuan prosedur pemberian obat Agar klien mengetahui tindakan yang akan
pada klien dilakukan dan membina hubungan saling
percaya antara perawat dan klien
5. Menutup sampiran Menjaga privasi klien dank lien tetap merasa
nyaman
6. Pilih area injeksi yang tepat. Hindari area Mencegah terjadinya resiko, infeksi ataupun
kulit yang terdapat jaringan parut, komplikasi
kemerahan, memar, bengkak, melepuh
dan terdapat lesi atau infeksi
7. Melakukan rotasi tempat/lokasi Agar jaringan lemak tidak mengalami kerusakan
penyuntikan insulin. Lihat catatan sehingga insulin dapat bekerja lebih efektif
perawat sebelumnya
8. Gunakan sarung tangan Sebagai bentuk perlindungan diri dan
pencegahan transmisi bakteri
9. Bersihkan kulit dengan kapas alkohol Membawa mikroorganisme menjauhi pusat
secara sirkuler dari bagian tengah ke luar penusukan
± 5 cm
10. Siapkan spoit injeksi : Buka penutup Memastikan spoit dapat digunakan dan udara
jarum dan Keluarkan udara dari dalam tidak masuk kedalam jaringan klien
spoit jika ada
11. Menyuntikkan insulin secara subcutan Disuntikkan secara subkutan agar mempercepat
dengan tangan yang dominan secara proses penyerapan insulin. Inejksi dilakukan
lembut dan perlahan dengan tangan dominan secara lembut dan
perlahan agar klien tidak merasakan nyeri
berlebihan
12. Mencabut jarum dengan cepat (jangan Untuk mengurangi rasa nyeri akibat injeksi
diusap)

7
13. Buang spoit dan jarumnnya dengan aman Mencegah cidera pada perawat, petugas
pada tempatnya kesehatan lainnya bahkan pada klien
14. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan Mengurangi transmisi mikroorganisme
15. Catat obat yang diberikan, waktu, dosis, Sebagai bentuk pendokumentasian tindakan
dan rute pemberian obat yang dilakukan
16. Evaluasi : Apakah terjadi respon/efek yang seharusnya atau
Evaluasi respon klien sebaliknya
Lakukan follow up terhadap efek obat
yang mungkin terjadi

PROSEDUR MENYIAPKAN DAN MENGGUNAKAN INSULIN PEN

NO Prosedur Tindakan
1. Mencuci tangan dan gunakan handscoon untuk mencegah transmisi mikroorganisme
2. Menyiapkan insulin (insulin Pen): cek tanggal kadaluarsa, warna insulin, kejernihan (sesuai
jenis insulin), adanya endapan.
3. Penggunaan pertama kali:
a. gulung insulin pen pada telapak tangan sebanyak 10-15 kali secara perlahan (10- 15 detik)
b. Kemudian gerakkan pen ke atas dan ke bawah, lakukan sampai suspen cairan tercampur
rata (lakukan tindakan ini setiap kali akan ijeksi)
Pastikan insulin tidak menggumpal
4. Memasang jarum insulin pen:
a. Buka protective tab dari jarumnya kemudian pasang ke insulin pen (jarum ini dilindungi
oleh inner needle cap (tutup jarum dalam) dan big outer needle cap (tutup jarum luar))
b. Tarik atau lepaskan tutup jarum luar dan dalamnya. Jangan membuang tutup jarum luar.
5. Mengecek aliran insulin (priming):
a. Atur dosis insulin pada angka 2 unit.
b. Balikkan insulin pen sehingga jarum menghadap atas, kemudian ketuk-ketuk agak tidak
ada udara dan gelembung.
c. Masih jarum menghadap atas, tekan push-button sampai dosisnya 0 unit. (Cairan insulin
harus keluar. Jika tidak, ganti jarum dan ulangi prosedur tidak lebih dari 6 kali).

8
6. Pilih lokasi yang akan disuntik. Tidak dianjurkan untuk menyuntik di lokasi yang sama terus
menerus agar tidak terjadi kerusakan jaringan.
7. Usapkan kapas alcohol pada daerah yang akan disuntik.
8. Genggam pen dengan 4 jari, sedangkan ibu jari diletakkan pada tombol dosis agar dapat
menekan insulin keluar.
9. Cubit bagian kulit yang akan disuntik dan segera suntikkan dengan cara tegak lurus
10. Pastikan insulin benar-benar masuk, kemudian lepaskan kulit yang dicubit lalu tarik jarum
dari tempat penyuntikan. Jangan tekan atau gosok daerah yang habis disuntik
11. Persiapkan insulin untuk penggunaan berikutnya dan simpan.
12. Lepaskan handscoon dan cuci tangan
13. Lakukan pendokumentasian.

E. Evidence Based :
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyerapan insulin. Faktor-faktor yang
mempengaruhi penyerapan insulin adalah lokasi penyuntikkan (dinding perut tercepat,
kemudian berturut-turut lengan, paha, dan bokong), kedalaman penyuntikkan (suntikan
intra muskular akan mempercepat absorpsi), jenis insulin, dosis insulin (dosis kecil
diabsorpsi lebih cepat), kegiatan fisik, ada tidaknya lipodistrofi atau lipohipertrofi
(keadaan ini akan memperlambat absorpsi), dan perbedaan suhu (suhu tinggi akan
mempercepat absorpsi).
Insulin harus disuntikkan secara subkutan dalam dengan melakukan pinched (cubitan)
dan jarum suntik harus membentuk sudut 45 derajat, atau 90 derajat apabila jaringan
subkutannya tebal. Tempat penyuntikkan dapat dilakukan di abdomen, paha bagian
depan, pantat, dan lengan atas. Penyuntikan dapat dilakukan di daerah yang sama setiap
hari, tetapi tidak dianjurkan di titik yang sama. Sebaiknya dilakukan rotasi tempat
penyuntikan. Penyuntikan insulin kerja cepat dianjurkan di daerah abdomen sedangkan
insulin kerja menengah di daerah paha dan bokong.

F. Link Video
https://youtu.be/W8dWdWFT2U8

9
DAFTAR PUSTAKA

Fakta, L., & Tuberkulosis, U. P. (2013). T u b e r c u l i n S k i n T e s t. April, 2–5.


Procedure, S. O., Test, T. S., Provider, M. T., & Medicine, C. (n.d.). Who is a TST
provider ?
Kambuno, N. T., Senge, Y. H., Djuma, A. W., & Barung, E. N. (2019). Uji Tuberkulosis
Laten Pada Kontak Serumah Pasien BTA Positif Dengan Metode Mantoux
Test. Jurnal Info Kesehatan, 17(1), 50–63.
Laksmita, M. M. (2019). Penggunaan terapi insulin pen pada pasien diabetes mellitus.
1–7.
Wisman, W., Siregar, C. D., & Deliana, M. (2016). Pemberian Insulin pada Diabetes
Melitus Tipe-1. Sari Pediatri, 9(1), 48. https://doi.org/10.14238/sp9.1.2007.48-
53

10

Anda mungkin juga menyukai