Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYELITIS

DOSEN PENGAMPUH:

Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.KMB

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 9

Andi Fitri Khadija (R011191031) Nova Arya Gilang MN (R011191051)

Erika Rezki Amelia (R011191075) Revi Agustina K (R011191081)

Jantiara Datulalong (R011191117) Risna (R011191125)

Kamlia Ramadhani (R011191061) Shelvina Adella S. (R011191025)

Yulianti (R011191057)

KELAS REGULER A (2019)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami bisa
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan Osteomyelitis”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah III.
Disamping itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak dan sumber yang
telah mendukung dari penyusunan hingga selesainya penulisan makalah ini.

Kami menyadari makalah ini tidak luput dari berbagai kekurangan, selayaknya kalimat
yang menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Meskipun kami sangat berharap
dalam makalah ini tidak memiliki kekurangan, tetapi kami menyadari bahwa pengetahuan kami
sangatlah terbatas sehingga kami mengharapkan saran dan kritik dari pembaca demi
kesempurnaan dan perbaikannya. Kami berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk
semua.

Makassar, 14 Oktober 2021

Kelompok 9

ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................1
A. Latar Belakang .......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................2
A. Definisi ...................................................................................................................2
B. Etiologi ...................................................................................................................2
C. Faktor Resiko .........................................................................................................2
D. Manifestasi Klinik ..................................................................................................2
E. Patofisiologi ...........................................................................................................3
F. Pathway ..................................................................................................................3
G. Komplikasi .............................................................................................................4
H. Pencegahan ............................................................................................................5
I. Penatalaksanaan farmakologi dan non farmakologi ..............................................5
J. Pemeriksaan penunjang .........................................................................................6
K. Pengkajian ..............................................................................................................6
L. Asuhan Keperawatan .............................................................................................7
M. Evidence based.....................................................................................................15
BAB III PENUTUP ........................................................................................................17
A. Kesimpulan ..........................................................................................................17
B. Saran ....................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... iv

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berbagai macam kasus kerusakan tulang dapat terjadi akibat penyakit,
kecelakaan, maupun trauma. Salah satu kasus penyebab terjadinya kerusakan tulang
adalah osteomyelitis. Osteomyelitis adalah penyakit pada tulang disebabkan oleh
infeksi mikroorganisme, yang ditandai dengan adanya peradangan sumsum tulang dan
tulang yang berdekatan dan sering dikaitkan dengan hancurnya kortikal dan trabekular
tulang. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling sulit
pengobatannya dikarenakan sifat heterogenitasnya, presentasi klinis, dan
patofisiologinya. Penyakit ini memiliki dua klasifikasi yaitu osteomielitis hematogen
dan contiguous osteomielitis dengan atau tanpa insufisiensi vaskular
Sebuah penelitian menemukan adanya 1 dari 675 kasus yang menjalani
perawatan di Amerika Serikat per tahun (50.000) disebabkan oleh osteomielitis.
Menurut National Organization for Rare Disorders (NORD) tahun 2019, di Amerika
Serikat terjadi dua sampai lima kasus osteomyelitis dari 10.000 orang yang mengalami
infeksi pada tulang, dengan perkiraan jumlah kejadian yang lebih tinggi di negara
berkembang.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep medis dan asuhan keperawatan pada kasus Osteomyelitis ?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasi konsep medis dan asuhan keperawatan pada kasus
Osteomyelitis

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). (Reeves, 2001:257). Osteomyelitis
adalah infeksi substansi tulang oleh bakteri piogenik (Overdoff, 2002:571). Sedangkan
menurut Bruce, osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang disebabkan oleh
mikroorganisme. Osteomyelitis biasanya merupakan infeksi bakteri, tetapi
mikrobakterium dan jamur juga dapat menyebabkan osteomyelitis jika mereka
menginvasi tulang (Ros, 1997:90). Menurut Price (1995:1200). Osteomyelitis adalah
infeksi jaringan tulang.
B. Etiologi
Penyebab paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%). Organisme
penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus (Overdoff,
2002:571). Luka tekanan, trauma jaringan lunak, nekrosis yang berhubungan dengan
keganasan dan terapi radiasi serta luka bakar dapat menyebabkan atau memperparah
proses infeksi tulang. Infeksi telinga dan sinus serta gigi yang berdarah merupakan
akibat dari osteomyelitis pada rahang bawah dan tulang tengkorak. Faktur compound,
prosedur operasi dan luka tusuk yang dapat melukai tulang pokok sering menyebabkan
traumatik osteomyelitis. Osteomyelitis sering ditemukan pada orang yang lebih tua
karena faktor penyebabnya berhubungan dengan penuaan (Reeves, 2001:273).
C. Faktor Resiko
Faktor risiko penyakit osteomielitis meliputi Diabetes mellitus, penyakit sickle
cell, AIDS, penyalahgunaan obat-obatan secara intravena, alkohol, pengguna steroid
jangka panjang, dan penurunan kekebalan tubuh. Kondisi-kondisi tersebut bisa menjadi
faktor risiko ditambah dengan terjadinya fraktur terbuka.
D. Manifestasi Klinik
a. Infeksi dibawa oleh darah
i. Biasanya awitannya (onset) mendadak
ii. Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis. Menggigil,
demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise umum).
b. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri tekan.

2
c. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau kontaminasi
langsung
Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri dan nyeri tekan.
d. Osteomyelitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus
E. Patofisiologi
Osteomyelitis adalah infeksi yang bersifat progresif yang menyebabkan
peradangan, kerusakan, nekrosis dan neoformasi. Dibagi berdasarkan etiologi,
patogenesis, keterlibatan tulang, usia, serta kondisi imun dari pasien. Patogenesis
osteomyelitis dapat ditinjau secara klinik maupun berdasarkan sumber infeksi misalnya
hematogen, contiguous (berdekatan), atau vaskuler. Osteomyelitis kronik sebagian
besar disebabkan oleh hematogen dan contiguous. Terapi antibiotik tunggal biasanya
tidak efektif untuk osteomyelitis kronik. Proses infeksi akan terus berlangsung karena
integritas jaringan lunak berkurang dan terjadi nonunion tulang. Hematogen
osteomyelitis adalah osteomyelitis yang disebabkan oleh bakteri yang berada di dalam
darah. Merupakan 20 % dari kasus osteomyelitis. Sering Ditemukan pada bayi dan anak
tetapi dapat terjadi pula pada orang dewasa. Hematogen osteomyelitis pada orang
dewasa merupakan infeksi sekunder karena bakteri yang berada di dalam darah masuk
melalui bagian distal dari tulang dan sumsum. Infeksi dapat juga terjadi karena
reaktivasi dari suatu fokus dari hematogen osteomyelitis yang terjadi pada masa bayi
dan anak (yang dalam keadaan ‘istirahat’). Sebagian besar tempat infeksi yang terlibat
adalah bagian distal dari tulang. Lesi biasanya bersifat tunggal dan terlokalisir dekat
metafisis. Contiguous osteomyelitis berasal dari jaringan lunak sekitar tulang, bisa
berupa infeksi yang akut maupun kronik, dimana mikroorganisme masuk pada saat
terjadi trauma secara langsung pada saat terjadi trauma. Dapat terjadi juga infeksi
nosokomial sebelum maupun saat operasi. Pada dewasa muda infeksi ini biasanya
berasal dari trauma dan pembedahan, sedangkan pada orang tua merupakan proses
sekunder dari pembedahan dan ulkus dekubitus.
F. Pathway

3
G. Komplikasi
Osteomielitis yang tidak ditangani dengan tepat bisa menimbulkan berbagai
komplikasi, antara lain:
o deformitas yang serius (kifosis, skoliosis) berkaitan dengan destruksi dan
perubahan sumbu tulang belakang dari posisi normalnya.
o Kematian tulang atau osteonekrosis. Infeksi pada tulang yang menghambat
sirkulasi darah di dalam tulang. Kondisi ini bisa berujung pada kematian
tulang.
o Artritis septik. Infeksi di dalam tulang yang bisa menyebar ke sendi terdekat.
o Kanker kulit. Kondisi ini dapat menyebabkan luka terbuka dan mengeluarkan
nanah. Kulit di sekitarnya berisiko lebih tinggi terserang kanker sel skuamosa.

4
o Pertumbuhan tulang menjadi abnormal pada anak-anak, jika infeksi terjadi di
bagian lunak tulang lengan atau tungkai yang disebut dengan lempeng
pertumbuhan (growth plates)
H. Pencegahan
Cara utama untuk mencegah osteomyelitis (ostemielitis) adalah menurunkan berbagai
hal yang bisa menyebabkan infeksi. Dengan menghindari faktor-faktor yang dapat
memicu penyakit ini, antara lain :
o Jika seseorang memiliki luka, bersihkan luka tersebut dan tutup dengan perban
steril. Jika luka cukup parah, temui dokter untuk mendapatkan penanganan
yang tepat.
o Jika menderita penyakit yang berisiko menimbulkan osteomielitis, seperti
diabetes, pastikan penyakit tersebut terkendali.
o Selalu jaga kebersihan tangan dengan rajin mencuci tangan.
o Gunakan alas kaki yang tepat, serta gunakan alat pelindung saat berolahraga.
o Lakukan vaksinasi secara berkala sesuai jadwal yang dianjurkan dokter.
o Segera hubungi dokter jika mengalami tanda awal infeksi, seperti nyeri dan
demam.
I. Penatalaksanaan farmakologi non farmakologi
1) Penatalaksanaan Farmakologi
Apabila diagnosis klinis telah ditegakkan, maka ekstremitas yang
terkena diistirahatkan dan segera berikan antibiotik. Apabila dengan terapi
intensif selama 24 jam tidak didapati perbaikan, dianjurkan untuk mengebor
tulang yang terkena. Bila ada cairan yang keluar perlu dibor di beberapa tempat
untuk mengurangi tekanan intraostal. Cairan tersebut perlu dibiakkan untuk
menentukan jenis kuman dan resistensinya. Bila terdapat perbaikan, antibiotik
parenteral diteruskan sampai 2 minggu, kemudian diteruskan secara oral paling
sedikit empat minggu. Daerah yang terkena harus diimobilisasi untuk
mengurangi ketidaknyamanan dan mencegah terjadinya fraktur.
2) Penatalaksanaan Non Farmakologi
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi. Kultur darah dan kultur abses dilakukan untuk mengidentifikasi
organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang infeksi disebabkan
oleh lebih dari satu patogen.

5
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi staphylococcus
yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin. Tujuannya adalah
mengontrol infeksi sebelum aliran darah ke daerah tersebut menurun akibat
terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu
sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus
menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi
tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan dilanjutkan
sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral, jangan diminum
bersama makanan.
J. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan laju
endap darah.
2. Pemeriksaan titer antibody - anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) diikuti
dengan uji sensivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur apabila dicurigai adanya infeksi bakteri
salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan pengambilan jaringan dari tulang untuk dilakukan tes
5. Pemneriksaan ultrasound
Pemeriksaan untuk mengetahui efusi pada sendi
6. Pemeriksaan radiologis
K. Pengkajian
a. Riwayat keperawatan
1) Identifikasi awitan gejala akut : nyeri akut, pembengkakan, eritema,
demam atau keluarnya pus dari sinus disertai nyeri, pembengkakan dan
demam.
2) Kaji faktor resiko : Lansia, DM, terapi kortikosteroid jangka panjang,
cedera, infeksi dan riwayat bedah ortopedi sebelumnya. Hal-hal yang

6
dikaji meliputi umur, pernah tidaknya trauma, luka terbuka, tindakan
operasi khususnya operasi tulang, dan terapi radiasi. Faktor-faktor
tersebut adalah sumber potensial terjadinya infeksi.

b. Pemeriksaan fisik
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila
dipalpasi. Bisa juga terdapat eritema atau kemerahan dan panas. Efek sistemik
menunjukkan adanya demam biasanya diatas 380 , takikardi, irritable, lemah,
bengkak, nyeri, maupun eritema.
c. Riwayat psikososial
Pasien seringkali merasa ketakutan, khawatir infeksinya tidak dapat sembuh,
takut diamputasi. Biasanya pasien dirawat lama di rumah sakit sehingga perawat
perlu mengkaji perubahan-perubahan kehidupan khususnya hubungannya
dengan keluarga, pekerjaan atau sekolah.
d. Pemeriksaan diagnostic
Hasil laboratorium menunjukkan adanya leukositosis dan laju endap darah
meningkat. 50% pasien yang mengalami infeksi hematogen secara dini adanya
osteomielitis maka dilakukan scanning tulang. Selain itu dapat pula dengan
biopsi tulang atau MRI.

L. Asuhan Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Outcome Intervensi

1 Nyeri Akut Tingkat Nyeri Manajemen Nyeri

Setelah dilakukan tindakan Observasi :


keperawatan selama 1x24
● Identifikasi lokasi,
jam diharapkan tingkat nyeri
karakteristik,
menurun dengan kriteria
durasi,frekuensi,
hasil:
kualitas, dan intensitas
● Keluhan nyeri nyeri
menurun ● Identifikasi skala nyeri
● Gelisah menurun ● Identifikasi faktor
● Meringis menurun yang memperberat dan

7
● Frekuensi nadi meringankan nyeri
membaik ● Identifikasi pengaruh
● Perasaan takut nyeri terhadap kualitas
mengalami cedera hidup
berulang
Terapeutik :

● Berikan terapi non


farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri
● Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
● Fasilitasi istirahat dan
tidur
● Pertimbangkan jenis
dan sumber nyeri
dalam pemilihan
strategi meredakan
nyeri

Edukasi :

● Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
● Jelaskan strategi
meredakan nyeri
● Anjurkan monitor
nyeri secara mandiri
● Anjurkan
menggunakan
analgetik secara tepat
● Anjurkan teknik non-

8
farmakologi untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi :

● Kolaborasi pemberian
analgetik

2 Gangguan mobilitas fisik Mobilitas Fisik Dukungan Ambulasi

Setelah dilakukan intervensi Observasi :


keperawatan selama 7x24
● Identifikasi adanya
jam diharapkan mobilitas
nyeri atau keluhan
fisik meningkat dengan
fisik lainnya
kriteria hasil :
● Identifikasi toleransi
● Pergerakan fisik melakukan
ekstremitas ambulasi
meningkat ● Monitor frekuensi
● ROM meningkat jantung dan tekanan
● Nyeri menurun darah sebelum
● Kelemahan fisik memulai ambulasi
menurun ● Monitor kondisi
● Gerakan terbatas umum selama
menurun melakukan ambulasi

Terapeutik :

● Fasilitasi aktivitas
ambulasi dengan alat
bantu
● Fasilitasi melakukan
mobilisasi fisik, jika
perlu
● Libatkan keluarga

9
untuk membantu
pasien dalam

Edukasi :

● Jelaskan tujuan dan


prosedur ambulasi
● Anjurkan melakukan
ambulasi dini
● Anjurkan ambulasi
sederhana yang harus
dilakukan

Kolaborasi :-

3 Gangguan integritas Integritas Kulit dan Jaringan Perawatan Luka


kulit/jaringan
Setelah dilakukan intervensi Observasi :
keperawatan selama 3x24
● Monitor karakteristik
jam diharapkan hasil
luka
integritas kulit dan jaringan
● Monitor tanda-tanda
meningkat dengan kriteria
infeksi
hasil :

Terapeutik :
● Perfusi jaringan
meningkat ● Lepaskan balutan dan
● Kerusakan jaringan plester secara perlahan
menurun ● Cukur rambut
● Kerusakan lapisan disekitar daerah luka
kulit menurun ● Bersihkan dengan
● Nekrosis menurun cairan NaCl atau
● Pigmentasi abnormal pembersih nontoksik
menurun ● Bersihkan jaringan
● Jaringan parut nekrotik
menurun

10
● Tekstur membaik ● Pasang balutan sesuai
jenis luka
● Pertahankan teknik
steril saat melakukan
perawatan luka
● Ganti balutan sesuai
jumlah eksudat dan
drainase
● Berikan diet dengan
kalori 30-35
Kkal/KgBB/hari dan
protein 1,25-
1,5g/KgBB/hari
● · Berikan
suplemen vitamin dan
mineral
● Berikan terapi TENS,
jika perlu

Edukasi :

● Jelaskan tanda dan


gejala infeksi
● Anjurkan
mengonsumsi
makanan tinggi kalori
dan protein
● Ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri

Kolaborasi :

● Kolaborasi prosedur

11
debridement, jika
perlu

4 Defisit Perawatan Diri Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri

Setelah dilakukan intervensi Observasi :


keperawatan selama 3x24
● Identifikasi kebiasaan
jam diharapkan hasil
aktivitas perawatan
perawatan diri meningkat
diri sesuai usia
dengan kriteria hasil :
● Monitor tingkat
● Kemampuan ke toilet kemandirian
(BAB/BAK) ● Identifikasi alat bantu
meningkat kebersihan diri
● Mempertahankan
Terapeutik :
kebersihan diri
meningkat ● Sediakan lingkungan
yang terapeutik
● Siapkan keperluan
pribadi
● Dampingi dalam
melakukan perawatan
diri sampai mandiri
● Fasilitasi untuk
menerima keadaan
ketergantungan
● Fasilitasi kemandirian
● Jadwalkan rutinitas
perawatan diri

Edukasi :

● Anjurkan melakukan
perawatan diri secara

12
konsisten sesuai
kemampuan

Kolaborasi :-

5 Defisit Pengetahuan Tingkat Pengetahuan Edukasi Kesehatan

Setelah dilakukan intervensi Observasi :


keperawatan selama 1x24
● Identifikasi kesiapan
jam diharapkan tingkat
dan kemampuan
pengetahuan membaik
menerima informasi
dengan kriteria hasil:
● Identifikasi faktor-
● Kemampuan faktor yang dapat
menjelaskan meningkatkan dan
pengetahuan tentang menurunkan motivasi
suatu topik meningkat perilaku hidup bersih
● Kemampuan dan sehat
menggambarkan
Terapeutik :
pengalaman
sebelumnya yang ● Sediakan materi dan
sesuai dengan topik media pendidikan
meningkat kesehatan
● Persepsi yang keliru ● Jadwalkan pendidikan
terhadap masalah kesehatan sesuai
kesepakatan
● Berikan kesempatan
untuk bertanya

Edukasi :

● Jelaskan faktor risiko


yang dapat
mempengaruhi

13
kesehatan
● Ajarkan perilaku
hidup bersih dan sehat
● Ajarkan strategi yang
dapat digunakan untuk
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Kolaborasi :-

6 Koping tidakefektif Status Koping Dukungan Pengambilan


Keputusan
Setelah dilakukan intervensi
keperawatan 3x24 jam Observasi :
diharapkan status koping
● Identifikasi persepsi
membaik dengan kriteria
mengenai masalah dan
hasil :
informasi yang
● Perilaku koping memicu konflik
adaptif meningkat
Terapeutik :
● Verbalisasi
kemampuan ● Fasilitasi
mengatasi masalah mengklarifikasikan
meningkat nilai dan harapan yang
● Minat mengikuti membantu membuat
perawatan/pengobata pilihan
n ● Diskusikan kelebihan
dan kekurangan dari
setiap solusi
● Fasilitasi melihat
situasi secara realistik
● Motivasi
mengungkapkan
tujuan perawatan yang

14
diharapkan
● Fasilitasi pengambilan
keputusan secara
kolaboratif
● Hormati hak pasien
untuk menerima atau
menolak informasi
● Fasilitasi hubungan
antara pasien, keluarga
dan tenaga kesehatan,
jika perlu

Edukasi :

● Berikan alternatif
solusi secara jelas
● Berikan informasi
yang diminta pasien

Kolaborasi :

● Kolaborasi dengan
tenaga kesehatan
lainnya dalam
memfasilitasi
pengambilan
keputusan

M. Evidence based
Evidence based terkait dengan penatalaksanaan perawatan luka disertai dengan
osteomyelitis yaitu negative pressure wound therapy (NPWT). Perawatan luka yang
menggunakan vaccum assisted closure (VAC) ini telah banyak digunakan ditatanan
pelayanan kesehatan. Penggunaan VAC pada kasus osteomyelitis telah digunakan dan
terbukti banyak keuntungan yang didapatkan diantaranya mempercepat pembentukan
jaringan granulasi, menyerap eksudat, Dan mengurangi jumlah bakteri. Prinsip kerja
VAC yaitu dengan menyerap melalui tekanan tertentu biasanya sekitar 120 MmHg.

15
Namun terdapat kontraindikasi yang harus menjadi perhatian terkait penggunaan VAC
ini yaitu pada kasus-kasus seperti fistula yang mencapai organ, jaringan nekrotik,
osteomyelitis yang tidak dapat diobati dan kanker.

16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteomyelitis adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
atau kortek tulang dapat berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau
hemotogen (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Osteomyelitis merupakan infeksi
yang bersifat progresif yang menyebabkan peradangan, kerusakan, nekrosis dan
neoformasi.Penyebab yang paling sering adalah staphylococcus aerus (70% - 80%).
Organisme penyebab yang lain adalah salmonela streptococcus dan pneumococcus.
B. Saran
Untuk lebih memahami mengenai materi dari osteomyelitis, pembaca bisa
mencari referensi lain untuk melengkapi pembahasan yang kurang dari makalah kami.
Diharapkan juga setelah membaca makalah ini mahasiswa(i) dapat mengambil ilmu dan
menambah wawasannya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani, D. M., Agustina, N., Fandi, R., & dkk. (2017). Asuhan Keperawatan Dengan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal “Osteomilitis”. Bone: Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (Stikes) Puangrimaggalatung.

Nadhirah, A. (2015). Angka Kejadian, Karakteristik, Dan Gambaran Hasil Pemeriksaan X-


Ray Ekspertise Pasien Osteomielitis Kronis Ektremitas. Bandung: Universitas Islam
Bandung.

PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan Indikator
Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan Tindakan
Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI): Definisi dan Kreteria
Hasil Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI.
Rawung, R., & Moningkey, C. (2019). Osteomyelitis: A Literature Review. JURNAL
BIOMEDIK: JBM, 11(2), 69-79.

SANI, N. M. (2020). ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA PASIEN DENGAN


DIAGNOSA MEDIS OSTEOMIELITIS PEDIS DENGAN TINDAKAN
DEBRIDEMENT DI RUMAH SAKIT AIRAN RAYA (Doctoral dissertation, Poltekkes
Tanjungkarang).

iv

Anda mungkin juga menyukai