Anda di halaman 1dari 60

SEMINAR KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS PRO


ORIF FEMUR (S) e.c OSTEOMIELITIS DI RSUD M. NATSIR SOLOK
TANGGAL 14 – 18 NOVEMBER 2021

Disusun oleh : kelompok Bedah

1. Afria Novita (2101031001)


2. Fitri Hayati (2101031003)
3. Kintan Monica (2101031009)
4. Rudiyanto (2101031006)
5. Try Apriatna (2101031008)

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS ILMUN KESEHATAN


UNIVERSITAS DHARMAS INDONESIA
TAHUN AJARAN 2020/2021

i
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan diagnosa medis pro femur
(S) e.c Osteomielitis di RSUD M. Natsir Solok yang telah dilaksanakan mulai
tanggal 14 – 23 November 2021 dalam rangka pelaksanaan Profesi Keperawatan
Medikal Bedah di RSUD M. Natsir Solok.

Telah disetujui untuk melaksanakan seminar kasus di RSUD M. Natsir


Solok pada hari jum’at, 26 November 2021.

Disahkan tanggal 20 November 2021

Menyetujui

Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan

Ns. Astuti Ardi Putri, M. Kep Ns. Eko Syafrianto, M. Kep

Mengetahui

Kepala Ruangan

Ns. Aminah Syofia, S.Kep

ii
KATA PENGANTAR
puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa, atas segala
berkat dan rahmat serta karunianya sehingga penulisa dapat menyelesaikan makalh
seminar keperawatan pada stase medikal bedah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS PRO ORIF FEMUR
(S) e.c OSTEOMIELITIS DI RSUD M. NATSIR SOLOK TANGGAL 14 – 18
NOVEMBER 2021”
Dalam rangka penyusunan makalah ini penulis berpedoman pada materi
perkuliahan, pengalaman, dan bimbingan praktek, bantuan serta dorongan moril dan
materi dari berbagai pihak, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah S.W.T dalam perlindungan-nya telah membuat penilis berada saat ini dan
memperlancar segalanya.

2. Ns. Astuti Ardi Putri, M. Kep Ka Prodi Ners dan pembimbing akamik Universitas
Dharmas Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menjelankan pendidikan program studi pendidikan ners

3. Ns. Reni Fitria, M. Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyelesaikan makalah ini

4. Ns. Eko Syafrianto, M. Kep selaku pembimbing ruangan di runag rawat inap Bedah
yang senantiasa membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam penyelesaian
makalah ini

5. Ns. Aminah Syofia, S.Kep selaku kepala ruangan di ruang rawat inap Bedah yang
telah mengizinkan kami untuk menimba ilmu di rungan bedah

6. Teman-teman yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan tugas ini

Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang dapat
membang un agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.
Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara pribadi dan bagi
pembaca.

Solok, 26 November 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 4

1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4

1.4 Manfaat ............................................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 5

2.1 Definisi ................................................................................................................ 5

2.2 Anatomi dan Fisiologi......................................................................................... 6

2.3 Klasifikasi Osteomielitis ..................................................................................... 7

2.4 Etiologi ................................................................................................................ 8

2.5 Patofisiologi ...................................................................................................... 10

2.6 WOC ................................................................................................................. 12

2.7 Manifestasi Klinis ............................................................................................. 13

2.8 Pemeriksaan Penunjang .................................................................................... 14

2.9 Penatalaksanaan Medis ..................................................................................... 15

2.10 Komplikasi ........................................................................................................ 17

2.11 ASKEP TEORITIS ........................................................................................... 18

BAB III ASKEP KASUS ............................................................................................... 23

BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 45

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Secara normal, tulang merupakan organ yang steril, serta tidak mudah
untuk terjadinya infeksi. Salah satu infeksi yang paling sering di bagian
bedah orthopedi adalah osteomielitis. Osteomielitis adalah infeksi dari
jaringan tulang yang mencakup sumsum dan atau kortek tulang dapat
berupa eksogen (infeksi masuk dari luar tubuh) atau hematogen (infeksi
yang berasal dari dalam tubuh) (Gomes, 2017). Osteomielitis dapat berupa
proses inflamasi akut atau inflamasi kronik dari tulang dan struktur
sekitarnya sekunder karena infeksi (Ramachandran, 2017). Osteomielitis
secara umum merupakan infeksi yang prosesnya lambat dibandingkan
infeksi akut pada kulit otot atau sendi, kadang sulit dibedakan dengan
selulitis (white, 2016). Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk
akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
lokal yang berjalan dengan cepat (Gunawan, 2019).

Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak


ditangani dengan baik (Salter, 2008). Menurut penelitian yang dilakukan di
Amerika, ditemukan sekitar 25% osteomielitis akut berlanjut menjadi
osteomielitis kronis. Osteomielitis subakut lebih sering terjadi pada populasi
pediatri dengan 5 kasus dari 100.000 anak pertahun pada negara dengan
income yang tinggi dan mungkin dapat lebih tinggi pada negara dengan
income menengah-rendah (Catherine, 2019). Insidensi dari osteomielitis
subakut telah meningkat sejak antibiotik digunakan untuk mengobati
osteomielitis. Penyakit ini dilaporkan sekitar 35% dari infeksi primer pada
tulang. Menurut Blyth dkk terdapat penurunan insidensi dari osteomielitis
akut dan subakut dengan penurunan insiden yang lebih besar pada
osteomielitis akut. Di afrika timur, osteomielitis subakut adalah bentuk
osteomielitis yang paling sering terjadi. Usia rata-rata pasien antara 2-12
tahun denga jenis kelamin yang seragam, tapi secara umum laki-laki lebih
sering dari pada perempuan (Gunawan, 2019).

1
2

Osteomielitis terjadi setelah adanya inokulasi dan nekrosis tulang. Hal


tersebut dapat disebabkan oleh trauma tulang, pembedahan atau akibat
adanya benda asing yang masuk ke tulang. Osteomielitis biasanya dapat
disebabkan oleh staphylococcus aureus kemudian diikuti oleh bacillus colli.
Kecuali salmonella, osteomielitis hematogen biasanya bermanisfestasi
sebagai suatu penyakit demam sistemik akut yang disertai dengan gejala
nyeri setempat, perasaan tidak enak, kemerahan dan pembengkakan (Robbin
& Kumar, 2000).

Penanganan osteomielitis masih merupakan masalah dalam bidang


orthopedi karena penyakit ini banyak ditemukan di masyarakat, selain itu
juga membutuhkan biaya yang besar, waktu yang lama, pengalaman yang
cukup dari dokter bedah, dan penanganannya sulit khususnya untuk
menangani komplikasi dan resistensi bakteri. Namun, akhir – akhir ini,
morbiditas dan mortalitas infeksi osteomielitis mulai menurun, hal ini
dikarenakan oleh semakin majunya tehnik penanganan kasus infeksi
tersebut termasuk penggunaan terapi antibiotik dan pembedahan. Kunci
dalam manajemen penanganan kasus infeksi osteomielitis adalah
penegakkan diagnosis awal, terapi pembedahan, serta pemberian antibiotik
yang sesuai. Pendekatan secara multidisiplin mutlak diperlukan dengan
melibatkan ahli bedah orthopedi, ahli bedah plastik serta peran dari dokter
mikrobiologi klinik. Sampai saat ini debridement dan penggunaan
antibiotika intravena maupun oral merupakan terapi yang dianut untuk
mengelola osteomielitis kronis pada umumnya (Gunawan, 2019).

Salah satu terapi utama osteomielitis adalah pemberian antibiotik.


Antibiotik merupakan obat yang banyak dipakai oleh infeksi yang
disebabkan oleh bakteri. Antibiogram adalah uji kepekaan antibiotik yang
dilakukan oleh laboratorium mikrobiologi untuk mencari kemungkinan
antibiotik yang dapat dipakai sebagai terapi. Dengan adanya antibiogram
maka dapat digunakan sebagai dasar terapi empirik sebelum hasil kultur
didapatkan (Gunawan, 2019).
3

Untuk ruangan bedah sendiri didapatkan data tentang penderita


osteomielitis ini dari periode bulan Agustus-November hanya 2 orang
dengan lokasi infeksi yang berbeda yaitu osteomielitis ulna dan
osteomeilitis femur, untuk kasus dari penyakit ini termasuk langka namun
beresiko tinggi dan berbahaya bagi pasien yang mengalaminya. Untuk itu
kami tertarik untuk mengangkat kasus dengan judul diagnosis osteomielitis
ini sebagai bahan dalam proposal seminar kelompok.
4

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan pada Tn. R dengan diagnosa medis
Pro Orif Femur (S) e.c Osteomielitis di RSUD M. NATSIR
SOLOK

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
medikal bedah pada pasien diagnosa medis pro femur (S) e.c
Osteomielitis di RSUD M. NATSIR SOLOK
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan yang
sesuai dengan kondisi pro femur (s) e.c Osteomielitis.
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan kondisi pasien pro femur (S) e.c Osteomielitis.
3. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan yang
sesuai pada pasien pro femur (S) e.c Osteomielitis.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
pada pasien pro femur (S) e.c Osteomielitis.
5. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi dan evaluasi
asuhan keperawatan pada pasien pro femur (S) e.c
Osteomelitis.

1.4 Manfaat

Asuhan keperawatan ini diharapkan dapat menjelaskan pengaruh dan


mengembangkan ilmu keperawatan medikal bedah yang berhubungan
dengan intervensi keperawatan terhadap pasien Osteomielitis.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
Osteomielitis sebagai berkut :
 Osteomielitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
 Osteomielitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
 Osteomielitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).
Menurut Gunawan (2019) Osteomielitis adalah infeksi pada tulang.
Berasal dari kata osteon (tulang) dan myelo (sum-sum tulang) dan
dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk menggambarkan kondisi klinis
dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme (Robin, 2000). Osteomielitis
didefinisikan sebagai osteomielitis dengan gejala lebih dari 1 bulan
(Solomon, 2016). Osteomielitis dapat juga didefinisikan sebagai tulang mati
yang terinfeksi di dalam jaringan lunak yang tidak sehat (Cierny & Madder,
2003). Gambaran patologi dari Osteomielitis adalah adanya osteoid,
pembentukan tulang baru, dan eksudat dari leukosit polymorphonuclear
bersama dengan sejumlah besar dari limfosit, histiosit, dan juga sel plasma
(Lazzarini dkk, 2004). Tulang tibia merupakan tempat paling sering
terjadinya infected nonunion dan Osteomielitis setelah trauma (Gomes dkk,
2013).

5
6

2.2 Anatomi dan Fisiologi


Menurut Zulkarnaen (2012) pada umumnya penyusun tulang diseluruh
tubuh kita semuanya berasal dari material yang sama. Dari luar ke dalam
kita akan dapat menemukan lapisan-lapisan berikut ini:
a. Periosteum
Pada lapisan pertama kita akan bertemu dengan yang namanya
periosteum. Periosteum merupakan selaput luar tulang yang tipis.
Periosteum mengandung osteoblas (sel pembentuk jaringan tulang),
jaringan ikat dan pembuluh darah. Periosteum merupakan tempat
melekatnya otot-otot rangka (skelet) ke tulang dan berperan dalam
memberikan nutrisi, pertumbuhan dan reparasi tulang rusak.
b. Tulang Kompak (Compact Bone)
Pada lapisan kedua ini kita akan bertemu dengan tulang kompak. Tulang
ini teksturnya halus dan sangat kuat. Tulang kompak memiliki sedikit
rongga dan lebih banyak mengandung kapur (Calsium Phosfat dan
Calsium Carbonat) sehingga tulang menjadi padat dan kuat. Kandungan
tulang manusia dewasa lebih banyak mengandung kapur dibandingkan
dengan anak-anak maupun bayi. Bayi dan anak-anak memiliki tulang
yang lebih banyak mengandung serat-serat sehingga lebih lentur. Tulang
kompak paling banyak ditemukan pada tulang kaki dan tulang tangan.
c. Tulang Spongiosa (Spongy Bone)
Pada lapisan ketiga ada yang disebut dengan tulang spongiosa. Sesuai
dengan namanya tulang spongiosa memiliki banyak rongga. Rongga
tersebut diisi oleh sumsum merah yang dapat memproduksi sel-sel
darah. Tulang spongiosa terdiri dari kisi-kisi tipis tulang yang disebut
trabekula. Tulang ini terdiri atas batang yang halus atau selubung yang
halus yaitu trabekula (L. singkatan dari trabs = sebuah balok) yang
bercabang dan saling memotong ke berbagai arah untuk membentuk
jala-jala seperti spons dari spikula tulang, yang rongga-rongganya diisi
oleh sumsum tulang. Pars spongiosa merupakan jaringan tulang yang
berongga seperti spon (busa). Rongga tersebut diisi oleh sumsum merah
yang dapat memproduksi sel-sel darah. Tulang spongiosa terdiri dari
7

kisi-kisi tipis tulang yang disebut trabekula.


d. Sumsum Tulang (Bone Marrow)
Lapisan terakhir yang kita temukan dan yang paling dalam adalah
sumsum tulang. Sumsum tulang wujudnya seperti jelly yang kental.
Sumsum tulang ini dilindungi oleh tulang spongiosa seperti yang telah
dijelaskan dibagian tulang spongiosa. Sumsum tulang berperan penting
dalam tubuh kita karena berfungsi memproduksi sel-sel darah yang ada
dalam tubuh.

2.3 Klasifikasi Osteomielitis


Menurut (Zulkarnaen, 2012) dari uraian di atas dapat diklasifikasikan dua
macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis Primer (kuman-kuman mencapai secara langsung melalui
luka).
2. Osteomielitis Sekunder kuman-kuman mencapai tulang melalui aliran
darah dari suatu fokus primer di tempat lain (misalnya infeksi saluran
nafas, genitourinari furunkel).

Menurut Zulkarnaen (2012) lamanya infeksi osteomielitis terbagi menjadi 3,


yaitu:
1. Osteomielitis akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya
terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi
sebagai komplikasi dari infeksi di dalam darah. Dengan gejala nyeri akut,
nyeri daerah lesi, demam, menggigil, malaise, pembesaran kelenjar limfe
regional, sering ada riwayat infeksi sebelumnya ada luka, pembengkakan
lokal, kemerahan, suhu raba hangat, lab: anemia dan leukositosis.
(osteomielitis hematogen) Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
 Osteomielitis hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari darah.
Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran
bakteri darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasanya terjadi pada
anak-anak. Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah
8

yang tumbuh dengan cepat dan metafisis menyebabkan thrombosis


dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri pada tulang itu sendiri.
Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan klinis dan
onset yang lambat.
 Osteomielitis direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau bakteri akibat
trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi tulang
sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma,
yang menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur
pembedahan. Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih
terlokasasi dan melibatkan banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak infeksi pertama
atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau lebih sejak infeksi
pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis sub-akut
dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya
osteomielitis yang terjadi pada tulang yang fraktur dengan tanda dan
gejala ada luka, berbau busuk, nyeri, lab: LED meningkat.
Menurut Zulkarnaen (2012) osteomielitis berdasarkan penyebab Osteomielitis
biogenik yang paling sering :
1. Staphylococcus (orang dewasa)
2. Streplococcus (anak-anak)
3. Pneumococcus dan Gonococcus

2.4 Etiologi
Adapun Menurut Muttaqin (2008) penyebab – penyebab osteomielitis ini
adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab Osteomielitis
adalah Staphylococcus aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa
9

disebabkan oleh Escherichia coli, Pseudomonas, Klebsiella,


Salmonella, dan Proteus.
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain (Smeltzer, Suzanne C, 2002).
5. Osteomielitis juga bisa terjadi melalui 3 cara (Wikipedia, the free
encyclopedia, 2000) yaitu:
a. Aliran darah
Infeksi bisa disebabkan oleh penyebaran hematogen (melalui
darah) dari fokus infeksi di tempat lain (misalnya tonsil yang
terinfeksi, lepuh, gigi terinfeksi). Aliran darah bisa membawa suatu
infeksi dari bagian tubuh yang lain ke tulang.
Pada anak-anak, infeksi biasanya terjadi di ujung tulang tungkai
dan lengan. Sedangkan pada orang dewasa biasanya terjadi pada
tulang belakang dan panggul. Osteomielitis akibat penyebaran
hematogen biasanya terjadi ditempat di mana terdapat trauma.
b. Penyebaran langsung
Organisme bisa memasuki tulang secara langsung melalui
fraktur terbuka, cedera traumatik seperti luka tembak, selama
pembedahan tulang atau dari benda yang tercemar yang menembus
tulang.
c. Infeksi dari jaringan lunak di dekatnya
Osteomielitis dapat berhubungan dengan penyebaran infeksi
jaringan lunak Infeksi pada jaringan lunak di sekitar tulang bisa
menyebar ke tulang setelah beberapa hari atau minggu. Infeksi
jaringan lunak bisa timbul di daerah yang mengalami kerusakan
karena cedera, terapi penyinaran atau kanker, atau ulkus di kulit yang
disebabkan oleh jeleknya pasokan darah (misalnya ulkus dekubitus
yang terinfeksi).
Osteomielitis dapat timbul akut atau kronik. Bentuk akut
dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun manifestasi
lokal yang berjalan dengan cepat. Osteomielitis kronik adalah akibat
dari osteomielitis akut yang tidak ditangani dengan baik.
10

Osteomielitis kronis akan mempengaruhi kualitas hidup atau


mengakibatkan kehilangan ekstremitas. Luka tusuk pada jaringan
lunak atau tulang akibat gigitan hewan, manusia atau penyuntikan
intramuskular dapat menyebabkan Osteomielitis eksogen.
Osteomielitis akut biasanya disebabkan oleh bakteri, maupun virus,
jamur, dan mikroorganisme lain (Zulkarnaen, 2012).
Pasien yang beresiko tinggi mengalami osteomielitis adalah
mereka yang nutrisinya buruk, lansia, kegemukan, atau penderita
diabetes mellitus. Selain itu, pasien yang menderita artritis
rheumatoid, telah di rawat lama di rumah sakit,
menjalani pembedahan ortopedi, mengalami infeksi luka
mengeluarkan pus, juga beresiko mengalami Osteomielitis
(Zulkarnaen, 2012).

2.5 Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus
merupakan penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza,
bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative
dan anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat
penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan
(Zulkarnaen, 2012).
Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia
dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan
dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan
ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
11

disekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian


akan terbentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar
spontan, namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh
ahli bedah. Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah
jaringan mati, namun seperti pada rongga abses pada umumnya, jaringan
tulang mati ( sequestrum ) tidak mudah mencair dan mengalir ke luar.
Rongga tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada
jaringan lunak. Terjadi pertumbuhan luka baru ( involukrum ) dan
mengelilingi sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses
penyembuhan namun sequestrum infeksius kronis yang tetap rentan
mengeluarkan abses kambuhan sepanjang hidup pasien. Dinamakan
osteomielitis tipe kronik (Zulkarnaen, 2012).
12

2.6 WOC

Staphylococcus Haemophylus Bakteri colli Infeksi lain dan


aureus influensae salmonella thyposa trauma

Infasi kuman
fagositosis

Infeksi tulang dan jaringan


sekitar

Proses
inflamasi

Peningkatan Trombosit Pembentukan


faskularisasi dan menumpuk pus, nekrosis
edema jaringan
Iskemia dan Penyebab Deformitas bau dari
nekrosis tulang infeksi adanya luka

Pembentukan Penumpukan KERUSAKAN


abses abses tulang INTEGRITAS
JARINGAN
NYERI RESIKO
INFEKSI Amputasi

Keterbatasan Jaringan tulang


mati GANGGUAN CITRA
gerak
RUBUH

Kemampuan Kekuatan tulang


gerak menurun menurun

GANGGUAN Tulang rapuh


MOBILITAS FISIK

RESIKO
CIDERAH
13

2.7 Manifestasi Klinis


Pada anak-anak, infeksi tulang yang didapat melalui aliran darah,
menyebabkan demam, menyebabkan nyeri pada tulang yang infeksi. Daerah
diatas tulang bisa mengalami luka dan membengkak, dan bergerak akan
menimbulkan nyeri. Infeksi tulang belakang bisanya timbul bertahap,
menyebakna nyeri punggung dan nyeri tumpul jika disentuh. Nyeri akan
memburuk jika penderita bergerak dan tidak berkurang dengan istirahat,
pemanasan atau memunim obat perada nyeri. Demam, merupak tanda suatu
infeksi sering terjadi. Infeksi tulang yang disebabkan oleh infeksi jaringan
lunak di dekatnya atau yang berasal dari penyebaran langsung, menyebakan
nyeri dan pembengkakan di daerah diatas tulang, dan abses bisa terbentuk di
jaringan sekitarnya. Infeksi ini tidak menyebabkan demam, dan
pemeriksaan darah menunjukkan hasil yang normal. Penderita yang
mengalami infeksi pada sendi buatan atau anggota gerak, biasanya memiliki
nyeri yang menetap di daerah tersebut (Muttaqin, 2008).
Jika suatu infeksi tulang tidak berhasil diobati, bisa terjadi
osteomielitis menahun (osteomielitis kronis). kadang-kadnag infeksi ini
tidak terdeteksi selama bertahun-tahun dan tidak menimbulkan gejala
selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Osteomeilitis mehanum sering
menyebabkan nyeri tulang, infeksi jaringan lunak diatas tulang yang
berulang dan pengeluaran nanah yang menetap atau hilang timbul kulit.
Pengeluaran nanah terjadi jika nanah dari tulang yang terinfeksi menembus
permukaan kulit dan saluran (saluran sinus) terbentuk (Zulkarnaen, 2012).
Menurut Muttaqin (2008) manifestasi klinis dibagi 2 yaitu sebagai
berikut:
a. Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas tinggi, nyeri tulang
dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak
dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami
periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi derajat
rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan darah.
14

2.8 Pemeriksaan Penunjang


Menurut Gunawan (2019) pemeriksaan penunjang osteomielitis sebagai
berikut:
a. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl disertai peningkatan
laju endap darah.
b. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan
diikuti dengan uji sensitivitas
c. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan
infeksi oleh bakteri salmonella.
d. Pemeriksaan biopsy tulang.
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
e. Pemeriksaan ultra sound.
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada
sendi.
f. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang
yang baru.
g. Pemeriksaan tambahan :
 Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
 MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang
terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah
osteomielitis.
15

2.9 Penatalaksanaan Medis


Menurut Gunawan (2019) penetalaksanaan ostemielitis sebagai berikut:
a. Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati dengan
evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan
mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat diketahui. Anjuran
pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana jika
terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan
antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme
dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime
lain [claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi
gejala klinis organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui,
regimen antibiotic ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis
akut harus menjalani 2 minggu pengobatan dengan antiniotik parenteral
sebelum anak-anak diberikan antibiotic oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit disembuhkan
dan umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement.
Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari
jenis osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik
parenteral selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang
bagus, osteomielitis kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan
regiment antibiotic, berapa lama pun terapi dilakukan. Terapi intravena
untuk pasien rawat jalan menggunakan kateter intravena yang dapat
dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter hickman) akan
menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic fluoroquinolone untuk
organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang dewasa
dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia
digunakan sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang
paling penting dari insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat
dengan bakteri staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini
quinolone tidak menyediakan pengobatan
16

Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk mengurangi


ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk
meningkatkan aliran darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan proses
infeksi, Kultur darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik.
Kadang, infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai pemberian terapi
antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi
staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau
sefalosporin. Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran darah
ke daerah tersebut menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian
dosis antibiotika terus menerus sesuai waktu sangat penting untuk
mencapai kadar antibiotika dalam darah yang terus menerus tinggi.
Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme penyebab yang
diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila infeksi
tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika
oral, jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi
antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan
purulen dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung
dengan larutan salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan ajuran terhadap
debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan
involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat
sequestrum). Kadang harus dilakukan pengangkatan tulang untuk
memajankan rongga yang dalam menjadi cekungan yang dangkal
(saucerization). Semua tulang dan kartilago yang terinfeksi dan mati
diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati (dead space)
atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau
17

dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase


berpengisap untuk mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat
diberikan irigasi larutan salin normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat
terjadi infeksi samping dengan pemberian irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft tulang
kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat
besar, rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh darah atau
flup otot (dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun
dengan pembuluh darah yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan
meningkatkan asupan darah; perbaikan asupan darah kemudian akan
memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi infeksi. Prosedur
bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian
memerlukan stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat
penyokong eksterna untuk mencegah terjadinya patah tulang.
emberian antibiotic dapat dilakukan :
1. Melalui oral (mulut)
2. Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka diberikan selama
2 minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam 24
jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan
untuk dilakukan tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang
terjadi dan untuk mengeluarkan nanah yang ada. Setelah itu
dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang drainase. Teruskan
pemberian antibiotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju endap
darah (LED) normal.

2.10 Komplikasi
Menurut Muttaqin (2008) komplikasi osteomielitis sebagai berikut:
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang
yang mendasarinya sembuh
c. Atritis septik
18

2. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
Secara umum menurut Muttaqin (2008) komplikasi osteomielitis
adalah sebagai berikut:
1. abses tulang
2. bakteremia
3. fraktur patologis
4. merenggangnya implan prostetik (jika terdapat implan prostetik)
5. sellulitis pada jaringan lunak sekitar (brunner, sudarth, 2001)

2.11 ASKEP TEORITIS


A. ASUHAN KEPERAWATAN
b. Pengkajian
Identitas Pasien : nama, jenis kelamin, usia, alamat, agama,
penanggung jawab, nama, umur, alamat jenis kelamin, hubungan
dengan pasien.
c. Riwayat Kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji adanya riwayat trauma fraktur terbuka, riwayat operasi
tulang dengan pemasangan fiksasi internal dan fiksasi eksternal
dan pada osteomielitis kronis penting ditanyakan apakah pernah
mengalami osteomielitis akut yang tidak diberi perawatan
adekuat sehingga memungkinkan terjadinya supurasi tulang.
Kaji adanya nyeri, kaji adanya inflamasi.
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat infeksi tulang, biasanya pada daeah vertebra
torako-lumbal yang terjadi akibat torakosentesis atau prosedur
urologis. Dapat ditemukan adanya riwayat operasi tulang,
pemasangan pen, fraktur, adiksi obat-obatan, atau pengobatan
19

imunosupresif.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
 Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
 Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya akut).
 Tanda-tanda vital tidak normal
2. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4. Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang
dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu
fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit
karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan
bening berbau khas.
5. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
6. Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik,
dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada sitem ini.
7. Pola nutrisi dan metabolism
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab
masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
20

menyebabkan klien kadang mual atau muntah sehingga


pemenuhan nutrisi berkurang.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencidera fisiologis (proses
inflamasi)
2. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kerusakan
integritas struktur tulang dan kekakuan sendi
3. Resiko infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif
(pembedahan) dan peningkatan paparan organisme patogen
lingkungan
(Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Edisi 1)
C. Intervensi
Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen
pencidera fisiologis (proses inflamasi)
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan nyeri akut dapat teratasi dan dapat meningkatkan rasa
nyaman
 Kriteria Hasil :
Tidak terjadi nyeri, nafsu makan menjadi normal, ekspresi wajah
rileks dan suhu tubuh normal.
 Intervensi Keperawatan
Mandiri :
1. Kaji karakteristik nyeri: lokasi, durasi, intensitas nyeri.
2. Atur posisi imobilisasi pada daerah nyeri sendi atau nyeri di
tulang yang mengalami infeksi.
3. Ajarkan relaksasi : teknik mengurangi ketegangan otot rangka
yang dapat mengurangi intensitas nyeri dan meningkatan
relaksasi masase.
4. Ajarkan metode distraksi selama nyeri akut
5. Amati perubahan suhu setiap 4 jam.
6. Kompres air hangat
21

Kolaborasi :
1. Pemberian obat-obatan analgetik
Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan
dengan kerusakan integritas struktur tulang dan kekakuan sendi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
 Kriteria Hasil :
1. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin
2. Mempertahankan posisi fungsional
3. Meningkatkan / fungsi yang sakit
4. Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
 Intervensi Keperawatan
Mandiri
1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu
dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan
tak sakit.
3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat
bergerak.
4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
5. Ubah posisi secara periodic
Kolaborasi :
1. Fisioterapi
Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan efek
prosedur invasif (pembedahan) dan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
22

 Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase
purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang
berkepanjangan.
 Intervensi Keperawatan :
1. Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa
terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau
tidak sedap
3. Berikan perawatan luka
4. Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit
kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam.
5. Kaji tonus otot, reflek tendon.
6. Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema
lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
1. Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
2. Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
BAB III
ASKEP KASUS

FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

I. BIODATA
Identitas pasien
Inisial pasien : Tn. R
Usia : 36 thn
Jenis kelamin : Lk
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status pernikahan : Sudah menikah

Penanggung jawab
Inisial : Ny. M
Usia : 35 thn
Jenis kelamin : Pr
Pekerjaan : IRT
Hub. Dengan pasien : Istri

Diangnosis medis : Osteomielitis

II. KELUHAN UTAMA


Klien mengatakan luka setelah operasi pada tulang paha sebelah
kiri sering terasa sakit saat digerakan atau ditekan, memerah, dan terasa
kebas, klien juga mengeluh nyeri, klien mengatakan sendi kaki kiri
klien sering terasa kaku, klien mengatakan luka pada bagian kakinya
sering mengeluarkan cairan dan membengkak, klien mengatakan cairan
yang keluar darah bercampur nana (pus).

23
24

III. RIWAYAT KESEHATAN


o Riwayat kesehatan sekarang
Klien datang dari POLI dibawa oleh keluarga karena klien
mengeluh luka bekas operasinya semakin terasa sakit saat klien
melakukan aktivitas, klien mengatakan lukanya sering mengeluarkan
cairan berupa darah dan nana (pus), klien mengatakan pernah
menjalani operasi, operasi pertama pada tgl 8 september 2021 operasi
kedua pada tgl 22 Oktober 2021. Pada saat dilakukan pengkajian pada
tanggal 12 November 2021 klien mengeluh nyeri pada paha sebelah
kiri, klien mengatakan nyeri hilang timbul, klien mengatakan sakit
saat kaki digerakkan, klien mengatakan kaku pada saat menekuk kaki
sebelah kiri, klien mengatakan cemas saat bergerak, Rentang gerak
klien menurun, gerakan klien terbatas dan tidak terkoordinasi, luka
klien tampak basah, luka klien tampak memerah, klien tampak
meringis, klien tampak gelisah, klien terpasang drain, tidur klien
terganggu, skala nyeri 5, TTV (TD: 110/70 mmHg, N: 89 x/i, S: 36,7
C, RR: 21 x/i.
o Riwayat kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa klien tidak pernah mengalami penyakit yang
sama dengan saat ini pada sebelumnya.
o Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga yang mempunyai
penyakit keturunan seperti diabetes militus, hipertensi, jantung, TBC,
asma.

IV. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala (subjektif)
- Pekerjaan : klien mengatakan selama sakit
pekerjaannya hanya tiduran
- Aktivitas waktu luang : klien mengatakan selama sakit
aktivitas waktu luang pasien hanya
mengobrol
25

- Perasaan bosan/tidak puas :klien mengatakan agak sedikit bosan


karna terlalu lama dirawat di RS
- Keterbatasan karna kondisi : klien mengatakan semenjak sakit
hanya bisa berbaring ditempat tidur
dan agak susah untuk membengkok
kan kaki karna kaku
- Tidur jam : klien mengatakan tidur malam jam
dari 21.00 – 10.00 wib, tidur siang
jam kurang lebih 1 jam
- Insomnia : klien mengatakan tidak ada
gangguan pada jam tidur
- Rasa segar saat bangun : klien mengatakan terasa segar saat
bangun pagi
- Lain-lain : tidak ada

Tanda (objektif)
- Respon terhadap aktivitas yang teramati : klien tampak lebih sering
berbaring
- Status mental : tidak ada gangguan pada mental
- Pengkajian neuromuskular : tidak ada
- Postur : klien bergerak masih dibantu oleh
keluarga
- Rentang gerak : terbatas
V. SIRKULASI
Gejala (subjektif)
- Riwayat tentang :klien mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi dan diabetes
- Demam rematik : tidak ada
- Flebitis : tidak ada
- Klaudikasi : klien mengatakan tidak nyaman
akibat yang ditimbulkan oleh
infeksi post op pada kaki kiri
26

- Ekstremitas : akral teraba hangat, ektremitas atas


simetris kiri dan kanan, ektremitas
bawah tidak simetris kiri dan kanan
- Batuk/hemoptisis : tidak ada
- Perubahan frekuensi/ jumlah urine: klien mengatakan tidak ada
kelainan pada urin
Tanda (objektif)
- TD : 110/70 mmHg
- Nadi : 89x/i
- Bunyi jantung : lub dub frekuensi : normal 89
x/i, kualitas baik
- Friksi gerak : tidak ada murmur : tidak ada
- Bunyi nafas : vesikuler
- Pengisian kapiler : saat ditekan warna pink pada kuku
dan kembali dalam waktu 3 detik
- Tanda human’s : tidak ada pembengkakan atau
varises
- Abnormalitas kuku : tidak ada
- Penyebaran/kualitas rambut : rambut tampak hitam dan bersih
- Membran mukosa : lembab bibir : agak kering
- Konjungtiva : ananemis
- Skelera : anikterik
- Diaforesis : tidak ada diaforesis

VI. INTEGRITAS EGO


Gejala(subyektif)
- Faktor stres : tidak ada
- Cara menangani stres : tidak ada
- Masalah finansial : klien mengatakan tidak ada masalah
pada faktor finansial
- Status hubungan : baik
- Faktor budaya : klien mengatakan tidak ada masalah
dengan faktor budaya
27

- Agama : klien mengatakan dia beragama


islam, pada saat sakit klien agak
kesusahan dalam melakukan sholat
- Gaya hidup : klien mengatakan sebelum sakit
klien bekerja sebagai pekerja swasta,
namun semenjak sakit klien tidak
bekerja
- Perasaan ketidak nyamanan : klien mengatakan selama dirumah
sakit tidak pernah keluar kamar atau
hanya sekedar berjalan di sekitaran
rumah sakit
- Keputusasaan : tidak ada
Tanda (obyektif)
- Status mental : klien nampak tenang
- Euforik : klien tidak mengalami nasalah
euforik
- Respon fisisologis yang terobsesi : klien lebih banyak beristirahat

VII. ELIMINASI
Gejala (subyektif)
- Pola BAB :klien mengatakan pola BAB di
rumah sakit tidak berubah. Biasanya
BAB 1 x sehari
- Karakteristik feses : lembek dan berwarna kuning
- Riwayat perdarahan : klien mengatakan tidak ada
perdarahan saat BAB
- Konstipasi : tidak ada
- Pola BAK : klien mengatakan BAK 6x sehari
- Karakter urine : urine bewarna kuning
- Nyeri /rasa terbakar : klien mengatakan tidak ada masalah
saat BAK
- Riwayat penyakit ginjal : klien mengatakan tidak mempunyai
penyakit ginjal
- Penggunaan diuretik : klien mengatakan tidak ada
28

konsumsi obat diuretik


Tanda (obyektif)
- Abdomen : tidak terdapat nyeri pada bagian
abdomen
- Massa : tidak ada
- Bising usus : normal (15 x/i)
- Perubahan kandung kemih : tidak ada perubahan pada kandung
kemih
VIII. MAKANAN/CAIRAN
Gejala ( subyektif)
- Diit biasa (tipe) : klien mengatakan makan 3x sehari
yaitu pagi, siang, malam, jenis
makanan nasi dan sayuran
- Makan terakhir/ masukkan : klien mengatakan terakhir makan
nasi pagi hari sebelum di lakukan
pengkajian
- Kehilangan selera makan : kliem mengatakan tidak ada
kehilangan terhadap nafsu makan
- Nyeri ulu hati/salah cerna : klien mengatakan tidak ada nyeri
pada ulu hati
- Di sembuhkan oleh : tidak ada
- Alergi/intoleransi makanan : klien mengatakan tidak ada alergi
terhadap makanan
- Gigi : klien mengatakan tidak ada masalah
pada gigi
- BB biasa : klien mengatakan tidak ada
perubahan yang drastis terhadap BB
- Penggunaan diuretik : klien mengatakan tidak ada
mengkonsumsi obat diuretik

Tanda (objektif)
- BB sekarang : 75 kg
- TB : 165 cm
29

- Bentuk tubuh : normal


- Turgor kulit : kulit tampak kering
- Edema : tidak ada pembengkakan
- Periorbital : tidak ada pembengkakan
pada mata
- Distensi vena jugularis : normal
- Pembesaran tiroid, hernia, holitosis : tidak ada pembesaran
- Kondisi gigi/gusi : tidak ada perdarahan pada
gusi
- Penampilan lidah : merah muda
- Bunyi nafas : vesikuler

IX. HYGIENE
Gejala (subjektif)
- Aktivitas sehari-hari : klien mengatakan membersihkan
diri dengan cara dilab diatas kasur
- Mobilitas : klien mengatakan tidak bisa
melakukan mandi secara mandiri di
kamar mandi seperti biasanya
- Hygiene : klien mengatakan mengelap badan
2x sehari diatas kasur
- Pemakaian alat bantu : tidak ada
Tanda (objektif)
- Penampilan umum : baik
- Cara berpakaian : rapi dan bersih
- Bau badan : tidak ada bau badan
- Adanya kutu : tidak ada kutu

X. NEUROSENSORI
Gejala (subjektif)
- Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
- Sakit kepala : tidak ada
- Kesemutan : klien mengatakan terkadang
30

kesemutan pada bagian kaki


- Stroke : tidak ada
- Kejang : tidak ada
- Mata : tidak ada masalah pada
penglihatan
- Glaukoma : tidak ada
- Telinga/kehilangan pendengaran : klien mengatakan
pendengaran normal
- Epistaksis : tidak ada
Tanda (objektif)
- Terorientasi/disorientasi : klien dapat mengingat
tanggal dan hari masuk RS,
klien juga mengetahui
dimana dan siapa yang
menjaganya
- Kesadran : baik, adanya kontak mata
saat diajak berkomunikasi
- Memori : klien ingat waktu di bawa ke
RS
- Kaca mata : klien mengatakan tidak
menggunakan kaca mata
- Ukuran/reaksi pupil : pupil normal, mengecil
ketika dihadapkan dengan
cahaya
- Genggaman tangan : normal

XI. NYERI/ KETIDAKNYAMANAN


Gejala (subjektif)
- klien mengatakan nyeri pada paha sebelah kiri
o P : klien mengatakan nyeri datang spontan
o Q : klien mengatakan nyerinya dalam
o R : klien mengatakan nyerinya pada bagian infeksi
o S : klien mengatakan skala nyeri 5
31

o T : klien mengatakan nyerinya datang hilang timbul


Tanda (Objektif)
- Mengerutkan muka : klien tampak meringis
- Respon Emosional : tidak perubahan atau pengaruh pada
respon emosional klien
XII. PERNAPASAN
Gejala (subjektif)
- Dispnea yang berhubungan dengan batuk/sputum : tidak ada
masalah
- Riwayat Bronkitis :Klien mengatakan tidak ada
memiliki riwayat brokitis, asma,
tubercolosis, emifisema, pneumonia
- Perokok : klien mengatakan tidak merokok
- Penggunaan alat bantu pernapasan : klien mengatakan tidak
menggunakan alat bantu pernapasan

Tanda (Objektif)
- Pernapasan : 21x/i
- Penggunakan otot-otot asesori : tidak ada penggunaan otot asesori
- Vocal fremitus : vibrasi normal
- Bunyi napas : vesikuler
- Egofoni : suara terdengar bergema
- Sianosis : tidak terdapat sianosis atau
kebiruan pada kulit
- Karakteristik sputum : tidak ada sputum
- Fungsi mental / gelisah : klien tampak gelisah

XIII. KEAMANAN
Gejala (Subyektif)
- Alergi /sensitivitas : Klien mengatakan tidak memiliki
alergi makanan, obat-obatan
- Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/tipe) : tidak ada
32

- Perilaku resiko tinggi : klien mengatakan karna kondisi


kaki yang kaku takut jatuh saat
berjalan
- Transfusi darah/jumlah : klien mengatakan pernah tranfusi
darah sebanyak 2x pertama di RST
Solok yang kedua di ruangan bedah
M. Natsir
- Gambaran reaksi : klien mengatakan takut dan cemas
jika terjadi infeksi ulang
- Riwayat cedera kecelakaan : klien mengatakan pernah kecelakan
motor yang menyebabkan klien
melakukan operasi
- Masalah punggung : tidak ada masalah pada punggung
- Kerusakan penglihatan/ pendengaran : klien mengatakan tidak
mengalami kerusakan penglihatan
ataupun pendengaran
Tanda (Objektif)
- Suhu tubuh : 36,7 C
- Integritas Kulit : terdapat kerusakan integritas kulit
pada bagian paha
- Jaringan parut : terdapat bekas luka akibat gatal-
gatal
- Laserasi : terdapat luka bekas post op pada
paha kiri
- Ekimosis : tidak ada perdarahan dibawah kulit
- Luka bakar : tidak terdapat luka bakar atau bekas
luka bakar
- Cara berjalan : klien berjalan menggunakan alat
bantu seperti tongkat
- Parestesia/paralisis : tidak ada parestesia atau
kelumpuhan
-

XIV. SEKSUALITAS (KOMPONEN DARI INTERAKSI SOSIAL)


33

- Aktivitas melakukan hubungan seksual : klien mengatakan selama


sakit tidak ada melakukan hubugan
seksual
- Penggunaan Kondom : tidak ada penggunaan kondom
- Masalah-masalah seksual : klien mengatakan hubungan
seksualitasnya terganggu karna sakit
- Perubahan terakhir dalam frekuensi/minat : klien mengatakan
selama sakit tidak ada keinginan
untuk melakukan hubungan seksual
- Rabas penis : tidak ada gangguan
- Prostat : tidak ada gangguan
- Sukumsisi : tidak ada gangguan
- Vasektomi : tidak ada gangguan
- Melakukan pemeriksaan sendiri (testis) : tidak ada gangguan
- Prostoskopi : tidak ada gangguan
- Kutil genital/lest : tidak ada kutil di genital

XV. INTERAKSI SOSIAL


Gejala (Subyektif)
- Status perkawinan : sudah meikah
- Hidup dengan : klien mengatakan hidup dengan
istri dan ketiga anaknya, klien
tinggal serumah dengan mertua
- Masalah-masalah stress : klien mengatakan ketika ada
masalah klien beristigfar dan
menyelesaikan dengan cara
bermusyawarah
- Keluarga besar : klien mengatakan hubungan dengan
keluarga besar baik tidak ada
masalah
- Peran dalam struktur keluarga : klien mengatakan peran dalam
struktur keluarga sebagai kepala
keluarga
34

- Masalah yang berhubungan dengan penyakit : klien mengatakan


selama sakit jarang bersosialisasi
- Perubahan bicara : klien mengatakan tidak ada
perubahan dalam bicara dan
berkomunikasi
- Adanya laringektomi : klien mengatakan tidak ada
gangguan
Tanda (objektif)
- Bicara : klien berbicara jelas dan dapat
dimengerti
- Pola interaksi keluarga (perilaku) : pola interaksi keluarga antara
pasien dengan keluarga yang lain
baik

XVI. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala (subyektif)
- Bahasa dominan (khusus) : klien mengatakan bahasa sehari-
hari adalah bahasa minang
- Tingkat pendidikan : SMA
- Keyakinan kesehatan/yang dilakukan : klien mengatakan jika
sering mandi tengah malam akan
menyebabkan penyakit rematik
- Faktor resiko keluarga : klien mengatakan tidak ada resiko
penykit keturunan.

Obat yang diresepkan :


Obat Dosis Waktu Jenis Tujuan
Ketorolax 2x1 Pagi, malam Iv Analgesik
Cefotaxime 2x1 Pagi, malam Iv Antibiotik
Menurunkan
sekresi asam
Ranitidine 2x1 Pagi, malam Iv
lambung
berlebih
35

Diagnosis saat masuk perdokter : pro orif femur sinistra

Alasan di rawat per pasien : infeksi post op

Riwayat keluhan terakhir : nyeri hilang timbul, nyeri saat digerak


kan, terdapat luka dengan diameter ±
20 cm
36

A. ANALISA DATA

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

1. DS :
- Klien Mengatakan agen pencidera Nyeri Akut
Nyeri pada bagian fisiologis (proses
paha sebelah kiri inflamasi)
- klien mengatakan
nyeri hilang timbul
Pada Bagian luka
operasi
- klien mengatakan
skala nyeri 5
- klien mengatakan
kaki sakit saat
digerakkan
- klien mengatakan
luka mengeluarkan
cairan darah
bercampur nanah
DO :
- Klien tampak
meringis saat nyeri
timbul
- Klien tampak gelisah
- Luka klien tampak
basah
- Luka tampak
memerah
- klien tampak
memegang paha saat
nyeri timbul
37

- klien terpasang drain


- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 89 x/i
- S : 36,7 C
- RR : 21x/i

2. DS :
- klien mengatakan Kerusakan Gangguan
susah mengangkat integritas struktur Mobilitas Fisik
dan menekuk kaki tulang dan
kiri kekakuan sendi
- klien mengatakan
mobilitasnya dibantu
seperti berjalan ke
kamar mandi
- klien mengatakan
sendi klien terasa
kaku
DO :
- gerak klien terbatas
- terdapat luka pos op
pada paha kiri
- kekuatan otot kaki
kiri menurun dengan
kekuatan otot: 2
- klien terpasang pen
dan drain
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 89 x/i
- S : 36,7 C
- RR : 21x/i
3. DS :
- klien mengatakan efek prosedur Resiko infeksi
38

nyeri pada bekas invasif


luka saat ditekan (pembedahan)
- klien mengatakan dan peningkatan
kakinya terasa sakit paparan
saat digerakkan, dan organisme
terasa kaku atau patogen
kebas lingkungan
- klien mengatakan
operasi kedua pada
tanggal 22 oktober
2021
- klien mengatakan
luka setelah
operasinya agak
membengkak dan
memerah.
DO:
- klien tampak
meringis
- skala nyeri 5
- luka klien tampak
belom kering
- klien terpasang drain
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 89 x/i
- S : 36,7 C
- RR : 21x/i
39

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut B.D agen pencederaan fisiologis (proses inflamasi) D.D


nyeri pada bagian paha sebelah kiri, nyeri yang dirasakan seperti
hilang timbul pada bagian post OP, klien menyatakan skala nyeri 5,
klien mengatakan luka mengeluarkan cairan darah bercampur nanah,
luka klien tampak memerah, klien tampak meringis ketika nyeri
timbul, klien tampak gelisah, klien terpasang drain, TTV (TD: 120/80
mmhg, N: 89x/i, S: 36.7C, RR: 21x/i.
2. Gangguan mobilitas fisik B.D kerusakan integritas struktur tulang dan
kekakuan sendi D.D klien mengatakan susah mengangkat dan
membengkokkan kaki sebelah kiri, berjalan dibantu dengan tongkat
pada saat berjalan, kaki klien terasa kaku, gerak klien tampak terbatas,
terdapat luka post OP pada paha kiri, kekuatan otot kaki kiri menurun
dengan skala 2, TTV (TD: 120/80 mmhg, N: 89x/i, S: 36.7C, RR:
21x/i.
3. Resiko infeksi B.D efek prosedur invasif (pembedahan) dan
peningkatan paparan organisme patogen lingkungan D.D klien
mengatakan nyeri pada bekas luka, terasa sakit pada saat digerakkan,
terasa kaku atau kebas, klien melakukan operasi pada tanggal 22
Oktober 2021, lukanya agak membengkak dan memerah, klien
tampak meringis, skala nyeri 5, luka klien tampak belum kering, klien
terpasang drain, TD :120/80 mmhg, N :89x/i, S :36,7 C, RR :21x/i
40

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

TUJUAN / KRITERIA
NO DIAGNOSA INTERVENSI
HASIL

1
Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan - Pantau skala PQRST nyeri
pencidera fisiologi (proses keperawatan selama 3x24 jam, o P : penyebab timbulnya
inflamasi) masalah nyeri akut dapat nyeri
berkurang, dengan kriteria o Q : seberapa berat nyeri
hasil: terasa
- Pasien mampu mengontrol o R : lokasi nyeri timbul
- nyerinya o S : skala nyeri
- Pasien mampu o T : seberapa sering nyeri
memobilisasi fisiknya timbul
- Mampu mengontrol pola - Atur posisi semifowler
tidurnya - Kompres air hangat
- Mampu mengontrol status - Ajarkan tekhnik relaksasi
kenyamanannya napas dalam
- Mampu mengontrol tingkat - kontrol Tanda-tanda Vital
cidera - pasilitasi istirahat dan tidur
- Tanda-tanda Vital dalam - Kolaborasi berikan obat
batas normal analgetik (ketorolac)
- TD: 110/ 70 mmHg
- N: 89 X/menit
- S: 36,7 C
- RR: 21 X/menit
41

2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan - Edukasi latihan fisik seperti :
b.d kerusakan integritas 3x24 jam, klien mampu menggerakkan kaki, latihan
struktur tulang dan memobilisasi fisiknya, dengan berjalan, duduk, berdiri
kekakuan sendi keriteria hasil: - Dukungan mobilisasi
- Pasien mampu menjaga Seperti :
keseimbangan tubuhnya o monitor kondisi umum
- Pasien mampu selama melakukan
mengkoordinasi mobilisasi
pergerakannya o libatkan keluarga untuk
- Pasien mampu memotifasi membantu klien dalam
dirinya untuk melatih meningkatkan
aktifitasnya pergerakan
- Pasien mampu melatih o anjurkan klien untuk
gerak sendi pada kaki melalukan mobilisasi
kirinya dini (mis: duduk di
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
- Edukasi tehnik ambulasi
- Manajemen lingkungan
o Indentifikasi keamanan
dan kenyamanan
lingkungan
o Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
o Ajarkan klien, keluarga
atau pengunjung tentang
upaya pencegahan
infeksi
- Kolaborasi pemberian obat
oral dan obat intera vena
(cefotaxime)
42

3 Resiko infeksi b.d efek Setelah dilakukan tindakan - pencegahan infeksi dengan
tindakan invasif dan 3x24 jam, klien mampu perawatan luka
organisme patogen mengatasi resiko infeksi dengan o monitor karakteristik
lingkungan keriteria hasil: luka (mis: drainase,
- status imun baik warna, ukuran, bau)
- status nutrisi baik o monitor tanda2 infeksi
- kontrol infeksi o bersihkan dengan cairan
Nacl atau pemberian
nontoksik sesuai
kebutuhan
o bersihkan jaringan
nektorik
o berikan salep yang sesuai
ke kulit atau lesi bila
perlu
o anjurkan klien
mengkonsumsi makanan
tinggi protein dan kalori
o ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
o kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
(cefotaxime)
- dukungan perawatan diri
seperti membersihkan badan
dan area luka
- pemantauan ttv
43

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

NO DX TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf


1. Nyeri Sabtu, 13 - memantau skala S:
Akut november PQRST nyeri - klien
b.d 2021 - P : spontan mengatakan
agen - Q : dalam nyeri masih
penced 10.00 Wib - R : pada bagian ada dan hilang
era luka timbul skala
fisiolog - S : skala nyeri 5 nyeri 4
is - T : hilang timbul O:
(proses - mengatur posisi - klien tampak
inflama semifowler masih
si ) - memberi kompres meringis
air hangat - klien tampak
- mengajarkan masih gelisah
tekhnik relaksasi - TD: 110/80
napas dalam mmHg
- mengontrol N: 87x/i
Tanda-tanda Vital R: 21x/I
- TD: 110/80 S: 36,5
mmHg A:
N: 87x/i - masalah nyeri
R: 22x/i teratasi
S: 36,5 sebagian
- mempasilitasi P:
istirahat dan tidur - intervensi
- memberikan obat masih
analgetik dilanjutkan :
(ketorolac) o pantau skala
PQRST nyeri
o atur posisi
semifowler
44

o beri kompres
air hangat
o ajarkan
tekhnik
relaksasi napas
dalam
o kontrol Tanda-
tanda Vital
o pasilitasi
istirahat dan
tidur
o berikan obat
analgetik
(ketorolac)
2. Ganggu Sabtu, 13 - memberikan edukasi S:
an november latihan fisik seperti : - klien
Mobilit 2021 menggerakkan kaki, Mengatakan
as Fisik latihan berjalan, gerakannya
b.d 16.00 Wib duduk, berdiri masih terbatas
Kerusa - memberikan O:
kan dukungan mobilisasi - gerakan klien
Integrit - memberikan edukasi tampak masih
as tehnik ambulasi terbatas
Struktu - memanajemen - TD: 110/80
r lingkungan mmHg
Tulang - memberikan obat N: 87x/i
oral dan obat intera R: 21x/I
vena (cefotaxime) S: 36,5
A:
- masalah
gangguan
mobilitas fisik
teratasi
45

sebagian
P:
- intervensi
masih
dilanjutkan :
- berikan
edukasi latihan
fisik seperti :
menggerakkan
kaki, latihan
berjalan,
duduk, berdiri
- berikan
dukungan
mobilisasi
- berikan
edukasi tehnik
ambulasi
- manajemen
lingkungan
- berikan obat
oral dan obat
intera vena
(cefotaxime)
3. Resiko Sabtu, 13 - memberikan S:
infeksi november pencegahan infeksi - klien mengatakan
b.d efek 2021 dengan perawatan masih terasa
prosedu luka nyeri ketika
r 21.00 Wib o monitor ditekan pada
invasif karakteristik bekas operasi
(pembe luka (mis: O:
dahan) drainase, - klien tampak
dan warna, masih meringis
46

peningk ukuran, bau) - melakukan


atan o monitor perawatan luka
paparan tanda2 pada luka operasi
organis infeksi - TD: 120/80
me o membersihka mmHg
patogen n dengan N: 87x/i
lingkun cairan Nacl R: 22x/I
gan atau S: 36,7
pemberian A:
nontoksik - masalah resiko
sesuai infeksi belum
kebutuhan teratasi
o membersihka sepenuhnya
n jaringan P:
nektorik - intervensi masih
o memberikan dilanjutkan :
salep yang o lakukan
sesuai ke pencegahan
kulit atau lesi infeksi dengan
bila perlu perawatan
o menganjurka luka
n klien o berikan
mengkonsum dukungan
si makanan perawatan diri
tinggi protein seperti
dan kalori membersihkan
o mengajarkan badan dan area
prosedur luka
perawatan o pantau ttv
luka secara
mandiri
o pemberian
antibiotik
47

jika perlu
(cefotaxime)
- memberi dukungan
perawatan diri
seperti
membersihkan
badan dan area luka
- memantau ttv

NO DX TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf


1. Nyeri Minggu , - memantau skala S:
Akut 14 PQRST nyeri - klien
b.d November o P : spontan mengatakan
agen 2021 o Q : dalam nyeri masih
penced o R : pada ada dan hilang
era bagian luka timbul skala
fisiolog o S : skala nyeri 3
is nyeri 4 O:
(proses o T : hilang - klien tampak
inflama timbul masih
si ) - mengatur posisi meringis
semifowler - klien tampak
- memberi kompres gelisah
air hangat - TD: 120/90
- mengajarkan tekhnik mmHg
relaksasi napas N: 89 x/i
dalam R: 20 x/I
- mengontrol Tanda- S: 36,5
tanda Vital A:
- mempasilitasi - masalah nyeri
istirahat dan tidur teratasi
- memberikan obat sebagian
48

analgetik (ketorolac) P:
- intervensi
masih
dilanjutkan :
o pantau skala
PQRST nyeri
o atur posisi
semifowler
o berikan
kompres air
hangat
o ajarkan
tekhnik
relaksasi
napas dalam
o kontrol
Tanda-tanda
Vital
o fasilitasi
istirahat dan
tidur
o berikan obat
analgetik
(ketorolac)

2. Ganggu Minggu , - memberikan edukasi S:


an 14 latihan fisik seperti : - klien
Mobilit november menggerakkan kaki, Mengatakan
as Fisik 2021 latihan berjalan, gerakannya
b.d duduk, berdiri masih terbatas
Kerusa - memberikan O:
kan dukungan mobilisasi - gerakan klien
Integrit - memberikan edukasi tampak
49

as tehnik ambulasi terbatas


Struktu - memanajemen - klien tampak
r lingkungan gelisah
Tulang - memberikan obat - TD: 120/80
oral dan obat intera mmHg
vena (cefotaxime) N: 87x/i
R: 21x/I
S: 36,5
A:
- masalah
gangguan
mobilitas fisik
teratasi
sebagian
P:
- intervensi
masih
dilanjutkan :
o berikan
edukasi latihan
fisik seperti :
menggerakkan
kaki, latihan
berjalan,
duduk, berdiri
o berikan
dukungan
mobilisasi
o berikan
edukasi tehnik
ambulasi
o manajemen
lingkungan
50

o berikan obat
oral dan obat
intera vena
(cefotaxime)

3. Resiko Minggu , - memberikan S:


infeksi 14 pencegahan infeksi - klien
b.d efek november dengan perawatan mengatakan
prosedu 2021 luka masih nyeri
r o monitor pada bagian
invasif karakteristik luka operasi
(pembe luka (mis: O:
dahan) drainase, - luka klien
dan warna, masih tampak
peningk ukuran, bau) lembab dan
atan o monitor lakukan
paparan tanda2 perawatan luka
organis infeksi pada luka
me o membersihka operasi
patogen n dengan TD: 120/80
lingkun cairan Nacl mmHg
gan atau N: 89x/i
pemberian R: 22x/i
nontoksik S: 36,5
sesuai A:
kebutuhan - masalah belum
o membersihka teratasi
n jaringan sepenuhnya
nektorik P:
o memberikan - intervensi
51

salep yang dilanjutkan :


sesuai ke o berikan
kulit atau lesi pencegahan
bila perlu infeksi dengan
o menganjurka perawatan luka
n klien o beri dukungan
mengkonsum perawatan diri
si makanan seperti
tinggi protein membersihkan
dan kalori badan dan area
o mengajarkan luka
prosedur o pantau ttv
perawatan
luka secara
mandiri
o pemberian
antibiotik
jika perlu
(cefotaxime)
- memberi dukungan
perawatan diri
seperti
membersihkan
badan dan area luka
- memantau ttv
o TD: 120/80
mmHg
o N: 89x/i
o R: 22x/i
o S: 36,5
52

NO DX TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI Paraf


1. Nyeri Senin 16 - memantau skala S:
Akut november PQRST nyeri - klien
b.d 2021 - mengatur posisi mengatakan
agen semifowler nyeri sudah
penced 10.00 Wib - memberi kompres hilang
era air hangat O:
fisiolog - mengajarkan tekhnik - klien tampak
is relaksasi napas sudah sedikit
(proses dalam rileks
inflama - mengontrol Tanda- - TD: 120/80
si ) tanda Vital mmHg
- mempasilitasi N: 89x/i
istirahat dan tidur R: 22x/i
- memberikan obat S: 36,5
analgetik (ketorolac) A.
- masalah nyeri
teratasi
P:
- intervensi
dihentikan

2. Ganggu Minggu , - memberikan edukasi S:


an 14 latihan fisik seperti : - klien Mengatakan
Mobilit november menggerakkan kaki, sudah bisa
as Fisik 2021 latihan berjalan, bergerak
b.d duduk, berdiri O:
Kerusa 15.00 Wib - memberikan - gerakan klien
kan dukungan mobilisasi sudah membaik
Integrit - memberikan edukasi - TD: 120/80
as tehnik ambulasi mmHg
Struktu - memanajemen N: 89x/i
r lingkungan R: 22x/i
53

Tulang - memberikan obat S: 36,5


oral dan obat intera
vena A:
(cefotaxime)vena - masalah
gangguan
mobilitas fisik
teratasi
P:
- intervensi
dihentikan

3. Resiko Minggu , - memberikan S:


infeksi 14 pencegahan infeksi - klien
b.d efek november dengan perawatan mengatakan
prosedu 2021 luka luka operasi
r - memberi dukungan sudah kering
invasif 21.00 Wib perawatan diri O:
(pembe seperti - lakukan
dahan) membersihkan perawatan
dan badan dan area luka pada bekas
peningk - memantau ttv luka operasi
atan o TD: 130/80 - TD: 120/80
paparan mmHg mmHg
organis o N: 90 x/i N: 89x/i
me o R: 22 x/i R: 22x/i
patogen o S: 36,6 S: 36,5
lingkun A:
gan - masalah
resiko infeksi
teratasi
P:
- intervensi
54

dihentikan
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas
(Brunner, suddarth (2001). Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi
positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan
sebagainya.
Pada kasus Tn. R diperoleh kesimpulan bahwa untuk proses
penyembuhan dari infeksi ini cukup memakan waktu, hal ini dibuktikan
dengan rawat inap Tn.R selama kurang lebih 25 hari dan membutuhkan
perawatan dan tindakan keperawatan yang intensif. Dan harus mengurangi
faktor yang dapat menyebabkan infeksi kembali meradang dengan cara
melakukan perawatan luka sesuai dengan standar operasional prosedur.

45
DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, R. (2019). Karakterisik Pasien Osteomielitis Di Rumah Sakit Umum


Pusat H. Adam Malik Tahun 2016-2017 Medan [Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara Medan].
https://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/22554/157041060.pd
f?sequence=1&isAllowed=y
Muttaqin, A. (2008). Asuhan keperawatan klien gangguan keperawatan
muskuloskeletal. jakarta : EGC.
Zulkarnaen, I. (2012). KMB III (osteomielitis). 6 Desember 2012.
https://www.slideshare.net/KULIAHISKANDAR/makalah-osteomalasitis
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC.
http://nurse87.wordpress.com/2012/05/09/askep-osteomielitis/

Anda mungkin juga menyukai