i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan asuhan keperawatan pada Tn. R dengan diagnosa medis pro femur
(S) e.c Osteomielitis di RSUD M. Natsir Solok yang telah dilaksanakan mulai
tanggal 14 – 23 November 2021 dalam rangka pelaksanaan Profesi Keperawatan
Medikal Bedah di RSUD M. Natsir Solok.
Menyetujui
Mengetahui
Kepala Ruangan
ii
KATA PENGANTAR
puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat tuhan yang maha esa, atas segala
berkat dan rahmat serta karunianya sehingga penulisa dapat menyelesaikan makalh
seminar keperawatan pada stase medikal bedah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA Tn. R DENGAN DIAGNOSA MEDIS PRO ORIF FEMUR
(S) e.c OSTEOMIELITIS DI RSUD M. NATSIR SOLOK TANGGAL 14 – 18
NOVEMBER 2021”
Dalam rangka penyusunan makalah ini penulis berpedoman pada materi
perkuliahan, pengalaman, dan bimbingan praktek, bantuan serta dorongan moril dan
materi dari berbagai pihak, sehingga penulis mampu menyelesaikannya. Pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Allah S.W.T dalam perlindungan-nya telah membuat penilis berada saat ini dan
memperlancar segalanya.
2. Ns. Astuti Ardi Putri, M. Kep Ka Prodi Ners dan pembimbing akamik Universitas
Dharmas Indonesia yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada penulis
untuk mengikuti dan menjelankan pendidikan program studi pendidikan ners
3. Ns. Reni Fitria, M. Kep selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyelesaikan makalah ini
4. Ns. Eko Syafrianto, M. Kep selaku pembimbing ruangan di runag rawat inap Bedah
yang senantiasa membimbing dan memotivasi mahasiswa dalam penyelesaian
makalah ini
5. Ns. Aminah Syofia, S.Kep selaku kepala ruangan di ruang rawat inap Bedah yang
telah mengizinkan kami untuk menimba ilmu di rungan bedah
Penulis menyadari bahwa makalah ini belum sempurna dan masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, penyusun berharap kritik dan saran yang dapat
membang un agar dalam penyusunan makalah selanjutnya akan menjadi lebih baik.
Penyusun berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kami secara pribadi dan bagi
pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 5
BAB IV PENUTUP........................................................................................................ 45
A. Kesimpulan ........................................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan
medikal bedah pada pasien diagnosa medis pro femur (S) e.c
Osteomielitis di RSUD M. NATSIR SOLOK
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian keperawatan yang
sesuai dengan kondisi pro femur (s) e.c Osteomielitis.
2. Mahasiswa mampu menentukan diagnosa keperawatan yang
sesuai dengan kondisi pasien pro femur (S) e.c Osteomielitis.
3. Mahasiswa mampu melaksanakan intervensi keperawatan yang
sesuai pada pasien pro femur (S) e.c Osteomielitis.
4. Mahasiswa mampu melaksanakan implementasi keperawatan
pada pasien pro femur (S) e.c Osteomielitis.
5. Mahasiswa mampu melakukan dokumentasi dan evaluasi
asuhan keperawatan pada pasien pro femur (S) e.c
Osteomelitis.
1.4 Manfaat
2.1 Definisi
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas.
(Brunner, suddarth. (2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap
Osteomielitis sebagai berkut :
Osteomielitis adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang
yang disebabkan oleh staphylococcus aureus dan kadang-kadang
Haemophylus influensae (Depkes RI, 1995).
Osteomielitis adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
Osteomielitis adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh darah yang
disebabkan oleh staphylococcus (Henderson, 1997).
Menurut Gunawan (2019) Osteomielitis adalah infeksi pada tulang.
Berasal dari kata osteon (tulang) dan myelo (sum-sum tulang) dan
dikombinasi dengan itis (inflamasi) untuk menggambarkan kondisi klinis
dimana tulang terinfeksi oleh mikroorganisme (Robin, 2000). Osteomielitis
didefinisikan sebagai osteomielitis dengan gejala lebih dari 1 bulan
(Solomon, 2016). Osteomielitis dapat juga didefinisikan sebagai tulang mati
yang terinfeksi di dalam jaringan lunak yang tidak sehat (Cierny & Madder,
2003). Gambaran patologi dari Osteomielitis adalah adanya osteoid,
pembentukan tulang baru, dan eksudat dari leukosit polymorphonuclear
bersama dengan sejumlah besar dari limfosit, histiosit, dan juga sel plasma
(Lazzarini dkk, 2004). Tulang tibia merupakan tempat paling sering
terjadinya infected nonunion dan Osteomielitis setelah trauma (Gomes dkk,
2013).
5
6
2.4 Etiologi
Adapun Menurut Muttaqin (2008) penyebab – penyebab osteomielitis ini
adalah:
1. Bakteri
Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab Osteomielitis
adalah Staphylococcus aureus (70% - 80%), selain itu juga bisa
9
2.5 Patofisiologi
Menurut Smeltzer, Suzanne (2001), Staphylococcus aureus
merupakan penyebab terbesar infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya
yang sering dijumpai pada osteomielitis meliputi Haemophylus influenza,
bakteri colli, salmonella thyposa, proteus, pseudomonas. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resisten penisilin, nosokomial, gram negative
dan anaerobic. Awitan osteomilitis setelah pembedahan ortopedi dapat
terjadi dalam 3 bulan pertama ( akut fulminan stadium 1 ) dan sering
berhubungan dengan penumpukan hematoma atau infeksi superficial.
Infeksi awitan lambat ( stadium 2 ) terjadi antara 4 - 24 bulan setelah
pembedahan. Osteomielitis awitan lama ( stadium 3 ) biasanya akibat
penebaran hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan
(Zulkarnaen, 2012).
Respons inisial tahap infeksi adalah salah satu dari inflamasi,
peningkatan faskularisasi dan edema, setelah 2 atau 3 hari, thrombosis pada
pembuluh darah terjadi pada tempat tersebut, mengakibatkan iskemia
dengan nekrosis tulang sehubungan dengan peningkatan tekanan jaringan
dan medulla. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas medularis dan
ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
11
2.6 WOC
Infasi kuman
fagositosis
Proses
inflamasi
RESIKO
CIDERAH
13
2.10 Komplikasi
Menurut Muttaqin (2008) komplikasi osteomielitis sebagai berikut:
1. Dini :
a. Kekakuan yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
b. Abses yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang
yang mendasarinya sembuh
c. Atritis septik
18
2. Lanjut :
a. Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan
penurunan fungsi tubuh yang terkena.
b. Fraktur patologis
c. Kontraktur sendi
d. Gangguan pertumbuhan
Secara umum menurut Muttaqin (2008) komplikasi osteomielitis
adalah sebagai berikut:
1. abses tulang
2. bakteremia
3. fraktur patologis
4. merenggangnya implan prostetik (jika terdapat implan prostetik)
5. sellulitis pada jaringan lunak sekitar (brunner, sudarth, 2001)
imunosupresif.
d. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran (apatis, sopor, koma, gelisah, kompos
mentis yang bergantung pada keadaan klien).
Kesakitan atau keadaan penyakit (akut, kronis, ringan,
sedang, dan paa kasus osteomielitis biasanya akut).
Tanda-tanda vital tidak normal
2. Sistem Pernafasan
Pada inspeksi, didapatkan bahwa klien osteomielitis tidak
mengalami kelainan pernafasan. Pada palpasi toraks, ditemukan
taktil fremitus seimbang kanan dan kiri. Pada auskultasi, tidak
didapatkan suara nafas tambahan.
3. Sistem Kardiovaskuler
Pada inspeksi, tidak tampak iktus jantung. Palpasi menunjukkan
nadi meningkat, iktus tidak teraba. Pada auskultasi, didapatkan
suara S1 dan S2 tunggal, tidak ada murmur.
4. Sistem Muskuloskeletal
Adanya osteomielitis kronis dengan proses supurasi di tulang
dan osteomielitis yang menginfeksi sendi akan mengganggu
fungsi motorik klien. Kerusakan integritas jaringan pada kulit
karena adanya luka disertai dengan pengeluaran pus atau cairan
bening berbau khas.
5. Tingkat kesadaran
Tingkat kesadaran biasanya kompos metis.
6. Sistem perkemihan
Pengkajian keadaan urine meliputi warna, jumlah, karakteristik,
dan berat jenis. Biasanya klien osteomielitis tidak mengalami
kelainan pada sitem ini.
7. Pola nutrisi dan metabolism
Evaluasi terhadap pola nutrisi klien dapat menentukan penyebab
masalah muskuloskeletal dan mengantisipasi komplikasi dari
nutrisi yang tidak adekuat. Masalah nyeri pada osteomielitis
20
Kolaborasi :
1. Pemberian obat-obatan analgetik
Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan mobilisasi fisik berhubungan
dengan kerusakan integritas struktur tulang dan kekakuan sendi
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan gangguan mobilitas fisik dapat berkurang
Kriteria Hasil :
1. Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang
mungkin
2. Mempertahankan posisi fungsional
3. Meningkatkan / fungsi yang sakit
4. Menunjukkan teknik mampu melakukan aktivitas
Intervensi Keperawatan
Mandiri
1. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang di programkan
2. Tinggikan ekstremitas yang sakit, instruksikan klien / bantu
dalam latihan rentang gerak pada ekstremitas yang sakit dan
tak sakit.
3. Beri penyanggah pada ekstremitas yang sakit pada saat
bergerak.
4. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
5. Ubah posisi secara periodic
Kolaborasi :
1. Fisioterapi
Diagnosa Keperawatan 3 : Resiko infeksi berhubungan dengan efek
prosedur invasif (pembedahan) dan peningkatan paparan organisme
patogen lingkungan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, maka
diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
22
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas drainase
purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang
berkepanjangan.
Intervensi Keperawatan :
1. Inspeksi kulit atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2. Kaji sisi kulit perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa
terbakar atau adanya edema atau eritema atau drainase atau bau
tidak sedap
3. Berikan perawatan luka
4. Observasi luka untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit
kecoklatan bau drainase yang tidak enak atau asam.
5. Kaji tonus otot, reflek tendon.
6. Selidiki nyeri tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema
lokal atau enterna ekstermitas cedera
Kolaborasi :
1. Lakukan pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
2. Berikan obat atau antibiotik sesuai indikasi
BAB III
ASKEP KASUS
FORMAT PENGKAJIAN
KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. BIODATA
Identitas pasien
Inisial pasien : Tn. R
Usia : 36 thn
Jenis kelamin : Lk
Agama : Islam
Pekerjaan : Swasta
Status pernikahan : Sudah menikah
Penanggung jawab
Inisial : Ny. M
Usia : 35 thn
Jenis kelamin : Pr
Pekerjaan : IRT
Hub. Dengan pasien : Istri
23
24
IV. AKTIVITAS/ISTIRAHAT
Gejala (subjektif)
- Pekerjaan : klien mengatakan selama sakit
pekerjaannya hanya tiduran
- Aktivitas waktu luang : klien mengatakan selama sakit
aktivitas waktu luang pasien hanya
mengobrol
25
Tanda (objektif)
- Respon terhadap aktivitas yang teramati : klien tampak lebih sering
berbaring
- Status mental : tidak ada gangguan pada mental
- Pengkajian neuromuskular : tidak ada
- Postur : klien bergerak masih dibantu oleh
keluarga
- Rentang gerak : terbatas
V. SIRKULASI
Gejala (subjektif)
- Riwayat tentang :klien mengatakan tidak mempunyai
riwayat penyakit keturunan seperti
hipertensi dan diabetes
- Demam rematik : tidak ada
- Flebitis : tidak ada
- Klaudikasi : klien mengatakan tidak nyaman
akibat yang ditimbulkan oleh
infeksi post op pada kaki kiri
26
VII. ELIMINASI
Gejala (subyektif)
- Pola BAB :klien mengatakan pola BAB di
rumah sakit tidak berubah. Biasanya
BAB 1 x sehari
- Karakteristik feses : lembek dan berwarna kuning
- Riwayat perdarahan : klien mengatakan tidak ada
perdarahan saat BAB
- Konstipasi : tidak ada
- Pola BAK : klien mengatakan BAK 6x sehari
- Karakter urine : urine bewarna kuning
- Nyeri /rasa terbakar : klien mengatakan tidak ada masalah
saat BAK
- Riwayat penyakit ginjal : klien mengatakan tidak mempunyai
penyakit ginjal
- Penggunaan diuretik : klien mengatakan tidak ada
28
Tanda (objektif)
- BB sekarang : 75 kg
- TB : 165 cm
29
IX. HYGIENE
Gejala (subjektif)
- Aktivitas sehari-hari : klien mengatakan membersihkan
diri dengan cara dilab diatas kasur
- Mobilitas : klien mengatakan tidak bisa
melakukan mandi secara mandiri di
kamar mandi seperti biasanya
- Hygiene : klien mengatakan mengelap badan
2x sehari diatas kasur
- Pemakaian alat bantu : tidak ada
Tanda (objektif)
- Penampilan umum : baik
- Cara berpakaian : rapi dan bersih
- Bau badan : tidak ada bau badan
- Adanya kutu : tidak ada kutu
X. NEUROSENSORI
Gejala (subjektif)
- Rasa ingin pingsan/pusing : tidak ada
- Sakit kepala : tidak ada
- Kesemutan : klien mengatakan terkadang
30
Tanda (Objektif)
- Pernapasan : 21x/i
- Penggunakan otot-otot asesori : tidak ada penggunaan otot asesori
- Vocal fremitus : vibrasi normal
- Bunyi napas : vesikuler
- Egofoni : suara terdengar bergema
- Sianosis : tidak terdapat sianosis atau
kebiruan pada kulit
- Karakteristik sputum : tidak ada sputum
- Fungsi mental / gelisah : klien tampak gelisah
XIII. KEAMANAN
Gejala (Subyektif)
- Alergi /sensitivitas : Klien mengatakan tidak memiliki
alergi makanan, obat-obatan
- Riwayat penyakit hubungan seksual (tanggal/tipe) : tidak ada
32
XVI. PENYULUHAN/PEMBELAJARAN
Gejala (subyektif)
- Bahasa dominan (khusus) : klien mengatakan bahasa sehari-
hari adalah bahasa minang
- Tingkat pendidikan : SMA
- Keyakinan kesehatan/yang dilakukan : klien mengatakan jika
sering mandi tengah malam akan
menyebabkan penyakit rematik
- Faktor resiko keluarga : klien mengatakan tidak ada resiko
penykit keturunan.
A. ANALISA DATA
1. DS :
- Klien Mengatakan agen pencidera Nyeri Akut
Nyeri pada bagian fisiologis (proses
paha sebelah kiri inflamasi)
- klien mengatakan
nyeri hilang timbul
Pada Bagian luka
operasi
- klien mengatakan
skala nyeri 5
- klien mengatakan
kaki sakit saat
digerakkan
- klien mengatakan
luka mengeluarkan
cairan darah
bercampur nanah
DO :
- Klien tampak
meringis saat nyeri
timbul
- Klien tampak gelisah
- Luka klien tampak
basah
- Luka tampak
memerah
- klien tampak
memegang paha saat
nyeri timbul
37
2. DS :
- klien mengatakan Kerusakan Gangguan
susah mengangkat integritas struktur Mobilitas Fisik
dan menekuk kaki tulang dan
kiri kekakuan sendi
- klien mengatakan
mobilitasnya dibantu
seperti berjalan ke
kamar mandi
- klien mengatakan
sendi klien terasa
kaku
DO :
- gerak klien terbatas
- terdapat luka pos op
pada paha kiri
- kekuatan otot kaki
kiri menurun dengan
kekuatan otot: 2
- klien terpasang pen
dan drain
- TD : 120/80 mmHg
- Nadi : 89 x/i
- S : 36,7 C
- RR : 21x/i
3. DS :
- klien mengatakan efek prosedur Resiko infeksi
38
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
TUJUAN / KRITERIA
NO DIAGNOSA INTERVENSI
HASIL
1
Nyeri akut b.d Agen Setelah dilakukan tindakan - Pantau skala PQRST nyeri
pencidera fisiologi (proses keperawatan selama 3x24 jam, o P : penyebab timbulnya
inflamasi) masalah nyeri akut dapat nyeri
berkurang, dengan kriteria o Q : seberapa berat nyeri
hasil: terasa
- Pasien mampu mengontrol o R : lokasi nyeri timbul
- nyerinya o S : skala nyeri
- Pasien mampu o T : seberapa sering nyeri
memobilisasi fisiknya timbul
- Mampu mengontrol pola - Atur posisi semifowler
tidurnya - Kompres air hangat
- Mampu mengontrol status - Ajarkan tekhnik relaksasi
kenyamanannya napas dalam
- Mampu mengontrol tingkat - kontrol Tanda-tanda Vital
cidera - pasilitasi istirahat dan tidur
- Tanda-tanda Vital dalam - Kolaborasi berikan obat
batas normal analgetik (ketorolac)
- TD: 110/ 70 mmHg
- N: 89 X/menit
- S: 36,7 C
- RR: 21 X/menit
41
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan - Edukasi latihan fisik seperti :
b.d kerusakan integritas 3x24 jam, klien mampu menggerakkan kaki, latihan
struktur tulang dan memobilisasi fisiknya, dengan berjalan, duduk, berdiri
kekakuan sendi keriteria hasil: - Dukungan mobilisasi
- Pasien mampu menjaga Seperti :
keseimbangan tubuhnya o monitor kondisi umum
- Pasien mampu selama melakukan
mengkoordinasi mobilisasi
pergerakannya o libatkan keluarga untuk
- Pasien mampu memotifasi membantu klien dalam
dirinya untuk melatih meningkatkan
aktifitasnya pergerakan
- Pasien mampu melatih o anjurkan klien untuk
gerak sendi pada kaki melalukan mobilisasi
kirinya dini (mis: duduk di
tempat tidur, pindah dari
tempat tidur ke kursi)
- Edukasi tehnik ambulasi
- Manajemen lingkungan
o Indentifikasi keamanan
dan kenyamanan
lingkungan
o Sediakan tempat tidur
dan lingkungan yang
bersih dan nyaman
o Ajarkan klien, keluarga
atau pengunjung tentang
upaya pencegahan
infeksi
- Kolaborasi pemberian obat
oral dan obat intera vena
(cefotaxime)
42
3 Resiko infeksi b.d efek Setelah dilakukan tindakan - pencegahan infeksi dengan
tindakan invasif dan 3x24 jam, klien mampu perawatan luka
organisme patogen mengatasi resiko infeksi dengan o monitor karakteristik
lingkungan keriteria hasil: luka (mis: drainase,
- status imun baik warna, ukuran, bau)
- status nutrisi baik o monitor tanda2 infeksi
- kontrol infeksi o bersihkan dengan cairan
Nacl atau pemberian
nontoksik sesuai
kebutuhan
o bersihkan jaringan
nektorik
o berikan salep yang sesuai
ke kulit atau lesi bila
perlu
o anjurkan klien
mengkonsumsi makanan
tinggi protein dan kalori
o ajarkan prosedur
perawatan luka secara
mandiri
o kolaborasi pemberian
antibiotik jika perlu
(cefotaxime)
- dukungan perawatan diri
seperti membersihkan badan
dan area luka
- pemantauan ttv
43
o beri kompres
air hangat
o ajarkan
tekhnik
relaksasi napas
dalam
o kontrol Tanda-
tanda Vital
o pasilitasi
istirahat dan
tidur
o berikan obat
analgetik
(ketorolac)
2. Ganggu Sabtu, 13 - memberikan edukasi S:
an november latihan fisik seperti : - klien
Mobilit 2021 menggerakkan kaki, Mengatakan
as Fisik latihan berjalan, gerakannya
b.d 16.00 Wib duduk, berdiri masih terbatas
Kerusa - memberikan O:
kan dukungan mobilisasi - gerakan klien
Integrit - memberikan edukasi tampak masih
as tehnik ambulasi terbatas
Struktu - memanajemen - TD: 110/80
r lingkungan mmHg
Tulang - memberikan obat N: 87x/i
oral dan obat intera R: 21x/I
vena (cefotaxime) S: 36,5
A:
- masalah
gangguan
mobilitas fisik
teratasi
45
sebagian
P:
- intervensi
masih
dilanjutkan :
- berikan
edukasi latihan
fisik seperti :
menggerakkan
kaki, latihan
berjalan,
duduk, berdiri
- berikan
dukungan
mobilisasi
- berikan
edukasi tehnik
ambulasi
- manajemen
lingkungan
- berikan obat
oral dan obat
intera vena
(cefotaxime)
3. Resiko Sabtu, 13 - memberikan S:
infeksi november pencegahan infeksi - klien mengatakan
b.d efek 2021 dengan perawatan masih terasa
prosedu luka nyeri ketika
r 21.00 Wib o monitor ditekan pada
invasif karakteristik bekas operasi
(pembe luka (mis: O:
dahan) drainase, - klien tampak
dan warna, masih meringis
46
jika perlu
(cefotaxime)
- memberi dukungan
perawatan diri
seperti
membersihkan
badan dan area luka
- memantau ttv
analgetik (ketorolac) P:
- intervensi
masih
dilanjutkan :
o pantau skala
PQRST nyeri
o atur posisi
semifowler
o berikan
kompres air
hangat
o ajarkan
tekhnik
relaksasi
napas dalam
o kontrol
Tanda-tanda
Vital
o fasilitasi
istirahat dan
tidur
o berikan obat
analgetik
(ketorolac)
o berikan obat
oral dan obat
intera vena
(cefotaxime)
dihentikan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit
disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan
mempengaruhi kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas
(Brunner, suddarth (2001). Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi
positif) sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah umur 4 tahun.
Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan
sebagainya.
Pada kasus Tn. R diperoleh kesimpulan bahwa untuk proses
penyembuhan dari infeksi ini cukup memakan waktu, hal ini dibuktikan
dengan rawat inap Tn.R selama kurang lebih 25 hari dan membutuhkan
perawatan dan tindakan keperawatan yang intensif. Dan harus mengurangi
faktor yang dapat menyebabkan infeksi kembali meradang dengan cara
melakukan perawatan luka sesuai dengan standar operasional prosedur.
45
DAFTAR PUSTAKA