Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MATA KULIAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH I

ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYELITIS

Oleh:

KELOMPOK 2

Adam Prakindo 161440101


Aprilia Mawarni 161440102
Ceprina Perdina Putri 161440104
Kusmana Harta Warnia 161440113
Megawati Emilia Putri 161440113
Nurdina 161440120
Prilli Nitriani 161440122
Rosita 161440127
Yolanda Oktapiani 161440130

Pengajar Mata Kuliah:


Ns. Heri Isyanto, S.Kep

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN PANKALPINANG

JURUSAN KEPERAWATAN

2017

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah dapat
diselesaikan dengan tepat waktu yang berjudul Osteomyelitis.

Makalah ini disusun sebagai latihan pengembangan kreatifitas


penulis dan hasilnya untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah I jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes
Pangkalpinang.

Makalah ini dapat penulis selesaikan berkat bantuan dari


berbagai pihak, oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Ns. Heri Isyanto, S.Kep selaku dosen mata kuliah


Keperawatan Medikal Bedah I .
2. Kedua orangtua penulis yang telah memberi dorongan dan
sekaligus membantu dalam proses penyelesaian makalah ini.
3. Semua rekan yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan
data.

Semoga bantuan dan kerjasama yang telah diberikan mendapat


balasan yang setimpal dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih ada kekurangan


yang disebabkan oleh kemampuan menulis, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif sehingga
dapat menyempurnakan makalah.

Pangkalpinang, 16 November 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................ 1


KATA PENGANTAR .......................................................................... 2
DAFTAR ISI ......................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................. 4
B. Tujuan ................................................................................................ 6
1. Tujuan Umum .................................................................................... 6
2. Tujuan Khusus ................................................................................... 6
C. Manfaat .............................................................................................. 6
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep Dasar Penyakit Typoid .......................................................... 7
1. Definisi .......................................................................................... 7
2. Etiologi .......................................................................................... 7
3. Manifestasi Klinik ......................................................................... 8
4. Penatalaksanaan ............................................................................ 9
5. Pemeriksaan Penunjang ................................................................ 9
6. Masalah yang Lazim Muncul ........................................................ 10
B. Asuhan Keperawatan pada penderita Typoid .................................... 16
1. Pengkajian ..................................................................................... 11
2. Diagnosa Keperawatan.................................................................. 11
3. Perencanaan Keperawatan ............................................................ 11

BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 15
B. Saran ................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem muskuloskeletal manusia merupakan jalinan berbagai
jaringan, baik itu jaringan pengikat, tulang maupun otot yang saling
berhubungan, sangat khusus, dan kompleks. Fungsi utama sistem ini
adalah sebagai penyusun bentuk tubuh dan alat untuk bergerak. Oleh
karena itu, jika terdapat kelainan pada sistem ini maka kedua fungsi
tersebut juga akan terganggu. Infeksi muskuloskeletal merupakan penyakit
yang umum terjadi; dapat melibatkan seluruh struktur dari sistem
muskuloskeletal dan dapat berkembang menjadi penyakit yang berbahaya
bahkan membahayakan jiwa (Anonym, 2011).
Infeksi merupakan kasus yang sering terjadi mengikuti pasien-
pasien trauma Orthopaedi. Penanganan infeksi khususnya Osteomielitis
membutuhkan perhatian yang serius dari ahli bedah orthopaedi karena
cukup kompleks dan sukar serta membutuhkan waktu perawatan yang
lama serta biaya yang tidak sedikit dalam penanganannya. Kasus
Osteomielitis dan infeksi pasca operasi fiksasi interna merupakan bencana
atau masalah bagi pasien dan dokter ahli bedah. Pasien dengan
Osteomielitis akan meningkatkan pemakaian antibiotik, memperlama
perawatan di rumah sakit, tindakan debridement yg berulang serta
memperlama proses rehabilitasi (Anonym, 2011).
Di negara-negara berkembang osteomyelitis masih merupakan
dalam bidang ortopedi. Keberhasilan pengobatan osteomyelitis ditentukan
oleh faktor-faktor diagnosis yang dini dan penatalaksanaan pengobatan
berupa pemberian antibiotik atau tindakan pembedahan.
Osteomielitis adalah peradangan atau infeksi pada struktur tulang
yang akut ataupun kronis akibat infeksi bakteri, yang terbanyak adalah
jenis staphylococcus aureus. Infeksi ini dapat pula disebabkan oleh jamur
dan virus. Osteomielitis dapat mengenai tulang-tulang panjang, vertebra,

4
tulang pelvis, tulang tengkorak, dan mandibula. Secara umum, infeksi
tulang merupakan gangguan kondisi kesehatan yang serius dan dapat
terjadi pada semua usia (Noor Helmi, Zairin, 2012).

Infeksi tulang (osteomielitis) merupakan proses peradangan yang


dapat terjadi secara mendadak atau perlahan-lahan pada tulang yang
disebabkan oleh invasi mikroorganisme (bakteri dan jamur). Osteomielitis
dapat terjadi pada bayi, anak-anak, dan kaum dewasa. Tipe-tipe yang
berbeda dari bakteri secara khas mempengaruhi kelompok usia yang
berbeda. Pada anak-anak, osteomielitis paling umum terjadi pada ujung
dari tulang yang panjang dari lengan dan tungkai, mempengaruhi pinggul,
lutut, pundak, dan pergelangan-pergelangan tangan. Pada kaum dewasa,
adalah lebih umum pada tulang-tulang dari spine (vertebrae) atau pada
pelvis (Suratun, 2008).

Osteomielitis sering ditemukan pada usia dekade I-II; tetapi dapat


pula ditemukan pada bayi dan ‘infant. Anak laki-laki lebih sering
dibanding anak perempuan (4:1). Lokasi yang tersering ialah tulang-
tulang panjang seperti femur, tibia, radius, humerus, ulna, dan fibula
(Yuliani, 2010). Prevalensi keseluruhan adalah 1 kasus per 5.000 anak.
Prevalensi neonatal adalah sekitar 1 kasus per 1.000. Kejadian
tahunan pada pasien dengan anemia sel sabit adalah sekitar 0,36%.
Insiden osteomielitis vertebral adalah sekitar 2,4 kasus per 100.000
penduduk. Kejadian tertinggi pada Negara berkembang. Tingkat
mortalitas osteomielitis adalah rendah, kecuali jika sudah terdapat
sepsis atau kondisi medis berat yang mendasari (Randall, 2011).

Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang


yang disebabkan oleh invansi mikroorganisme (bakteri dan jamur).
Diagnosis perlu ditegakan sedini mungkin, sehingga pengobatan dapat
segera dimulai dan perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan
untuk mencegah penyebaran infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada

5
tulang. Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin mengetahui
tentang Asuhan Keperawatan Osteomyelitis.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran umum mengenai Osteomyelitis.
2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dari makalah ini adalah :
a. Untuk Mengetahui Konsep Penyakit Osteomyelitis.
b. Untuk Menjelaskan Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
penyakit Osteomyelitis.

C. Manfaat
Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Memperoleh gambaran umum mengenai penyakit Osteomyelitis.
2. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa dalam
menangani Klien dengan penyakit Osteomyelitis.
3. Buat Institusi/Poltekkes dapat menambah wawasan bagi mahasiswa dan
sebagai bahan referensi tentang asuhan keperawatan klien dengan
Osteomyelitis.

6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Penyakit Ostemyelitis

1. Definisi

Osteomielitis adalah infeksi pada tulang dan medula tulang baik


karena infeksi piogenik atau non piogenik misalnya mikrobakterium
tuberkulosa (Chairuddin). Infeksi ini dapat bersifat akut maupun kronis.
Pada anak-anak infeksi tulang sering kali timbul sebagai komplikasi dari
infeksi pada tempat-tempat lain seperti infeksi faring (faringitis), infeksi
telinga (otitis media) dan kulit (impetigo) (Nurarif. A.H. dan Kusuma. H,
2015).

2. Etiologi

Menurut Nurarif. A.H. dan Kusuma. H (2015) Osteomielitis


disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melalui darah) biasanya terjadi di tempat dimana terdapat
trauma atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma
subklinis (tak jelas). Selain itu juga dapat berhubungan dengan penyebaran
infeksi jaringan lunak, atau kontaminasi langsung tulang. Infeksi ini dapat
timbul akut dan kronik.

Adapun faktor penyebab adalah: (Smeltzer, Suzzane)

a. Bakteri
b. Menurut Joyce & Hawks (2005), penyebab osteomielitis adalah
Staphylococcus Aureus (70%-80%), selain itu juga bisa disebabkan oleh
Escherichia Coli, Pseudomonas, Klebsiella, Salmonella, dan Proteus.
c. Virus, jamur dan mikroorganisme lain.

7
Osteomielitis akut atau kronik:
a. Bentuk akut dicirikan dengan adanya awitan demam sistemik maupun
manifestasi lokal yang berjalan cepat.
b. Osteomielitis kronik adalah akibat dari osteomielitis akut yang tidak
ditangani dengan baik. Dan akan mempengaruhi kualitas hidup atau
mengakibatkan kehilangan ekstremitas.

3. Manifestasi Klinik
Menurut Nurarif. A.H. dan Kusuma. H (2015) Manisfestasi yang dialami
klien Osteomyelitis sebagai berikut :
a. Osteomielitis Kronik
1. Infeksi dibawa oleh darah
a) Biasanya awitannya mendadak.
b) Sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis.
Menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat dan malaise,
pembesaran kelenjar limfe regional).
2. Infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks tulang
a) Bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak, dan sangat
nyeri tekan.
3. Infeksi terjadi akibat penyebaran dari infeksi di sekitarnya atau
kontaminasi langsung
a) Daerah infeksi membengkak, hangat, nyeri, dan nyeri tekan.
b) Sering ada riwayat infeksi sebelumnya atau ada luka.
c) Lab: anemia, leukositosis
b. Osteomielitis kronik
Ditandai dengan pus yang selalu mengalir ke luar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, pembengkakan dan
pengeluaran pus, Lab: LED meningkat.

8
4. Pemeriksaan Penunjang:
Menurut Nurarif. A.H. dan Kusuma. H (2015) pemeriksaa penunjang yang
dilakukan pada klien Osteomyelitis:
a. Osteomielitis akut
1) Pemeriksaan sinar-X awalnya menunjukkan pembengkakan
jaringan lunak, dan setelah dua minggu terdapat daerah
dekalsifikasi ireguler, nekrosis tulang, pengangkatan periosteum,
dan pembentukan tulang baru.
2) Pemeriksaan MRI
3) Pemeriksaan darah: leukosit meningkat dan peningkatan laju
endap darah
4) Kultur darah dan kultur abses untuk menentukan jenis antibiotika
yang sesuai
b. Osteomielitis kronik
1) Pemeriksaan sinar-X besar, kavitas ireguler, peningkatan
periosteum, sequestra, atau pembentukan tulang padat.
2) Anemia biasanya dikaitkan dengan infeksi kronik.
3) Pemeriksaan laju sedimentasi dan jumlah sel darah putih
(biasanya normal).

5. Penatalaksanaan
Osteomielitis kronik lebih sukar diterapi, terapi umum meliputi
pemberian antibiotik dan debridemen. Tergantung tipe osteomielitis
kronik, pasien mungkin diterapi dengan antibiotik parenteral selama 2
sampai 6 minggu. Meskipun tanpa debridemen yang adekuat,
osteomielitis kronik tidak berespon terhadap kebanyakan regimen
antibiotik, berapa lamapun terapi dilakukan.
Pada osteomielitis kronik dilakukan sekuestrasi dan debridemen
serta pemberian antibiotik yang sesuai dengan hasil kultur dan tes
resistensi. Debridemen berupa pengeluaran jaringan nekrotik di dinding
ruang sekuester dan penyaliran. Debridemen pada pasien dengan

9
osteomielitis kronik membutuhkan teknik. Kualitas debridemen
merupakan faktor penting dalam kesuksesan penanganan. Sesudah
debridemen dengan eksisi tulang, perlu menutup dead-space yang
dibentuk oleh jaringan yang diangkat. Managemen dead-space meliputi
mioplasti lokal, transfer jaringan bebas dan penggunaan antibiotik yang
dapat meresap.
Pada fase pascaakut, subakut, atau kronik dini biasanya
involukrum belum cukup kuat untuk menggantikan tulang asli yang
menjadi sekuester. Karena itu ekstremitas yang terkena harus dilindungi
dengan gips untuk mencegah patah tulang patologik, dan debridemen
serta sekuestrektomi ditunda sampai involukrum menjadi kuat. Selama
menunggu pembedahan dilakukan penyaliran nanah dan pembilasan
(Nurarif. A.H. dan Kusuma. H, 2015).

6. Masalah yang lazim muncul


Menurut Nurarif. A.H. dan Kusuma. H (2015) masalah yang lazim muncul
pada klien Osteomyelitis :
a. Nyeri akut b.d cidera biologis (abses tulang)
b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d tonus
otot menurun, ketidakmampuan mengabsorpsi makanan
c. Hambatan mobilitas fisik b.d nyeri, alat imobilisasi dan keterbatasan
beban berat badan
d. Kerusakan integritas kulit b.d penurunan sirkulasi udara ke
permukaan kulit (tirah baring lama), tonjolan tulang
e. Ketidakefektifan termogulasi b.d proses penyakit (proses inflamasi,
kerusakan integritas jaringan)
f. Gangguan citra tubuh b.d perubahan bentuk tulang, proses penyakit
(deformitas dan bau pada luka)
g. Resiko infeksi b.d port de entery kuman

10
B. Asuhan Keperawatan pada penderita Osteomyelitis
1. Pengkajian
Menurut Brunner & Suddarth (2011) pengkajian yang dilakukan pada
penderita Osteomyelitis meliputi :
a. Kaji faktor risiko (mis, usia, lanjut, diabetes, terapi steroid jangka
panjang) dan kaji cedera, infeksi, atau pembedahan ortopedi yang
pernah dilakukan sebelumnya.
b. Pantau adanya gerakan yang hati-hati pada area yang terinfeksi dan
pantau adanya kelemahan umum karena infeksi sismetik.
c. Pantau adanya bengkak dan sensasi hangat di area yang terganggu,
drainase purulen, dan peningkatan suhu tubuh.
d. Perhatikan bahwa pasien osteomielitis kronis mungkin mengalami
peningkatan suhu tubuh minimal, yang terjadi di sore atau malam hari.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut yang berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan nyeri alat
imobilisasi dan pembatasan aktivitas menopang berat badan.
c. Resiko perluasan infeksi : pembentukan abses tulang.
d. Defisiensi pengetahuan mengenai regimen terapi

3. Perencanaan dan Tujuan


Tujuan utama antara lain meredakan nyeri, meningkatkan mobilitas fisik
dengan pembatasan terapeutik, mengontrol dan mngatasi infeksi serta
memahami regimen terapi.

11
Intervensi Keperawatan

Meredakan Nyeri

a. Imobilisasi bagian tubuh yang terganggu dengan menggunakan bebat


untuk mengurangi nyeri dan spasme otot.
b. Pantau status neurovaskuler pada ekstremitas yang terganggu.
c. Tangani bagian tubuh yang terganggu dengan perawatan yang baik
untuk mencegah nyeri.
d. Tinggikan bagian tubuh yang terganggu untuk mengurangi bengkak
dan ketidaknyamanan.
e. Berikan agens analgesis yang telah diprogramkan dan gunakan tehknik
lain untuk mengurangi nyeri

Meningkatkan Mobilitas Fisik

a. Jelaskan rasional untuk pembatasan aktivitas (tulang melemah akibat


proses infeksi).
b. Secara perlahan gerakan sendi disisi atas dan bawah bagian tubuh yang
terganggu selama melakukan rentan pergerakan.
c. Dorong aktivitas hidup sehari-hari yang dapat dilakukan dalam
keterbatasan fisik.

Mengendalikan Proses Infeksi

a. Pantau respons pasien terhadap terapi antibiotik. Pantau lokasi


intravenauntuk melihat adanya flebitis atau infiltrasi. Pantau tanda-
tanda superinfeksi dengan terapi antibiotic jangka panjang dan intensif (
mis, kandidiasi oral atau vagina; veses encer atau berbau busuk).
b. Jika diperlukan tindakan bedah, pastikan sirkulasi adekuat (pengisapan
luka meninggikan area yang terganggu, menghindari tekanan pada area
tandur); pertahankan imobilitas sesuai kebutuhan; patuhi pembaatsan
untuk menahan bobot tubuh. ganti balutan dengan menggunakan teknik
aseptic untuk membantu pemulihan dan mencegah kontaminasi silang.

12
c. Pantau kesehatan umum dan nutrisi pasien.
d. Berikan diet seimbang tinggi protein guna memastikan keseimbangan
nitrogen dan membantu pemulihan; dorong hidrasi yang adekuat.

Meningkatkan Asuhan di Rumah dan di Komunitas

Mengajarkan Pasien Tentang Perawatan Diri

a. Anjurkan pasien dan keluarga untuk mematuhi benar regimen antibiotic


terapeutik dan upaya pencegahan jatuh atau cedera lain yang dapat
menyebabkan fraktur.
b. Ajarkan pasien dan keluarga cara mempertahankan dan menangani
lokasi akses intravena dan perlengkapan pemasangan intravena.
c. Berikan pendidikan kesehatan tentang medikasi secara mendalam (mis,
nama obat, dosis, frekuensi, kecepatan pemberian, penyimpanan dan
penanganan yang aman, reaksi merugikan), termasuk perlunya
pemantauan laboratorium.
d. Instruksikan pasien untuk mnegobservasi dan melaporkan peningkatan
suhu tubuh, drainase, bau, tanda-tanda peningkatan inflamasi, reaksi
merugikan dan tanda-tanda superinfeksi.

Melanjutkan Asuhan

a. Lengkapi pengkajian dirumah untuk mengetahui kemampuan pasien


dan keluarga dalam melanjutkan regimen terapeutik.
b. Rujuk pasien ke perawat home care, jika diindikasikan.
c. Pantau respon pasien terhadap terapi, tanda dan gejala superinfeksi,
serta reaksi obat yang merugikan.
d. Tekankan pentingnya jadwal kunjungan tindak lanjut dan rekomdasikan
skrining kesehatan sesuai usia.

13
4. Evaluasi

Hasil Akhir yang Diharapkan untuk Pasien

a. Mengalami penurunan nyeri.


b. Mengalami peningkatan mobilitas fisik.
c. Menunjukkan tidak adanya infeksi.
d. Mematuhi rencana terapeutik.

14
BAB III
PENUTUP
B. Kesimpulan
Osteomielitis merupakan suatu proses peradangan pada tulang yang
disebabkan oleh invansi mikroorganisme (bakteri dan jamur). Diagnosis perlu
ditegakan sedini mungkin, sehingga pengobatan dapat segera dimulai dan
perawatan pembedahan yang sesuai dapat dilakukan untuk mencegah
penyebaran infeksi dan kerusakan yang lebih lanjut pada tulang. Osteomielitis
disebabkan karena adanya infeksi yang disebabkan oleh penyebaran
hematogen (melalui darah) biasanya terjadi di tempat dimana terdapat trauma
atau dimana terdapat resistensi rendah, kemungkinan akibat trauma subklinis
(tak jelas).

C. Saran
Semoga Makalah yang penulis susun ini bermanfaat bagi kita semua
terutama bagi Mahasiswa/i Kesehatan, sehingga dapat membantu proses
pembelajaran, dan dapat mengefektifkan kemandirian dan kreatifitas
Mahasiswa. Selain itu, diperlukan lebih banyak referensi untuk menunjang
proses pembelajaran selanjutnya .

15
Daftar Pustaka

Brunner & Suddarth. 2011. Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC

Noor Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :


Salemba Medika

Nurarif. A.H. dan Kusuma. H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-COC Jilid 3. Jogjakarta: MediAction

Suratun. 2008. Klien Gangguan Muskuloskeletal : Seri Asuhan Keperawatan.


Jakarta : EGC

Alamat Web
Anonym,“Osteomyelitis”.2011.Available from:
http://www.mayoclinic.com/health/ osteomyelitis/DS00759

http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/46389/Chapter%20I.pdf;js
essionid=DEB8BDD12291ACE755F93AD1F73933B6?sequence=4

Randall W King, MD, FACEP; Chief Editor: Rick Kulkarni. Osteomyelitis in


EmergencyMedicine.Availablefrom: http://emedicine.medscape.com/article/7850
20-overview#showall

16

Anda mungkin juga menyukai