Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III


ASUHAN KEPERAWATAN OSTEOMYELITIS

Pembimbing :
Sutomo, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
1. Alifa Zuma Salsabila (0119001)
2. Dena Sabrina Putri (0119008)
3. Elfita Rasalhaque Ibrahim (0119013)
4. Grasela (0119023)
5. Putri Nur Elya Risma (0119041)
6. Viki Khamdatul Inayah (0119051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DIAN HUSADA
MOJOKERTO
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul "Asuhan Keperawatan Osteomyelitis" atas dukungan moral dan
materil yang di berikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Sutomo, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku Pengampu Keperawatan Medikal Bedah III yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan ide dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Keperawatan dengan metode pembelajaran Small Group Discussion 2/ SGD 2.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.

Mojokerto, 13 September 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................5
2.1 Definisi................................................................................................5
2.2 Klasifikasi...........................................................................................5
2.3 Etiologi................................................................................................6
2.4 Patofisiologi........................................................................................6
2.5 Pathway...............................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinis...............................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................8
2.8 Penatalaksanaan..................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................11
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................26
BAB V PENUTUP.......................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Osteomyelitis adalah radang tulang yang di sebabkan oleh organisme
piogenik, walaupun berbagai agen infeksi lain juga dapat menyebabkannya,
gangguan ini dapat tetap terlokalisasi atau dapat tersebar melalui tulang,
melibatkan sumsum, korteks, jaringan kanselosa, dan periosteum (Dorland,
2002).
Osteomyelitis merupakan inflamasi pada tulang yang di sebabkan
infeksi piogenik atau non-piogenik seperti Micobacterium tuberkulosa atau
Staphylococcus aureus. Infeksi dapat terbatas pada sebagian kecil tempat pada
tulang atau melibatkan beberapa daerah seperti sum-sum, perioesteum, dan
jaringan lunak di sekitar tulang. Kunci keberhasilan penatalaksanaan
osteomyelitis adalah diagnosis dini dan operasi yang tepat serta pemilihan
jenis antibiotik yang tepat. Secara umum, di butuhkan pendekatan
multidisipliner yang melibatkan ahli orthopaedi, spesialis penyakit infeksi, dan
ahli bedah plastik pada kasus berat dengan hilangnya jaringan lunak.
Dari penelitian yang di lakukan Riset total insiden tahunan terjadinya
osteomyelitis pada anak adalah 13 dari 100.000 orang. Osteomyelitis paling
sering terjadi pada anak dibawah 3 tahun. Dengan diagnosis dan perawatan
awal yang tepat, prognosis untuk osteomyelitis adalah baik. Jika ada
penundaan yang lama pada diagnosis atau perawatan, dapat terjadi kerusakan
yang parah pada tulang atau jaringan lunak sekelilingnya yang dapat menjurus
pada defisit-defisit yang permanen. Umumnya, pasien-pasien dapat membuat
kesembuhan sepenuhnya tanpa komplikasi-komplikasi yang berkepanjangan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu osteomyelitis?
2. Apa saja klasifikasi osteomyelitis?
3. Apa etiologi osteomyelitis?
4. Bagaimana patofisiologi osteomyelitis?
5. Bagaimana pathway osteomyelitis?
6. Apa saja manifestasi klinis osteomyelitis?
7. Apa saja pemeriksaan penunjang osteomyelitis?
8. Bagaimana penatalaksanaan osteomyelitis?
9. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien osteomyelitis?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari osteomyelitis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomyelitis.
3. Untuk mengetahui etiologi osteomyelitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomyelitis.
5. Untuk mengetahui pathway osteomyelitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomyelitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomyelitis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomyelitis.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomyelitis
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Osteomyelitis adalah infeksi pada sumsum tulang yang dapat di
sebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (M. Tuberculosa,
jamur) (Mansjoer, 2000, hal 358).
Osteomyelitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi
karena penyebaran infeksi dari darah (osteomyelitis hematogen) atau
yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi
(osteomyelitis eksogen) (Elizabet J. Coroin, 2001, hal 301).
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang biasanya
menyerang metafisis tulang panjang (FKUI Jakarta, 1996, hal 131).

2.2 Klasifikasi
Pembagian osteomielitis yang lazim menurut Arif Mansjoer (2000,
hal 358) :
1. Osteomyelitis primer, yang di sebabkan penyebaran secara
hematogen dari fokus lain, osteomyelitis primer dapat di bagi
menjadi osteomyelitis akut dan kronik.
2. Osteomyelitis sekunder atau osteomyelitis perkontinuitanum
yang di sebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti
bisul dan luka.
Menurut Sjamsuhidajat (1997, hal 1.221-1.222) osteomilitis dibagi
menjadi dua, antara lain :
1. Osteomyelitis akut, infeksi tulang panjang yang di sebabkan
oleh infeksi lokal atau trauma tulang.
2. Osteomyelitis kronis, osteomyelitis akut yang tidak di terapi
secara adekuat.
2.3 Etiologi
Organisme penyebab umum menurut Sachdeva (1996, hal 92) :
1. Staphylococcus aureus
2. Streptococcus pyogenes
3. Pneumococcus
4. Escherichia coli

2.4 Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit yaitu
virulensi organisme dan kerentanan hospes dengan status imun yang
rendah. Penyakit ini lebih terbatas pada metafisis tulang karena
pembuluh darah cenderung melingkari metafisis sehingga
memungkinkan emboli terinfeksi menyangkut di daerah itu dan lapisan
epifisis dapat mencegah penyebaran infeksi ke sendi sehingga infeksi
terkoalisir di metafisis. Itu lah sebabnya mengapa infeksi terjadi
pada lapisan metafisis tulang yang mengalami pertumbuhan pada
anak-anak. Tetapi pada orang dewasa terjadi di diafisis.. Emboli yang
terinfeksi menyangkut di dalam pembuluh darah, menyebabkan
trombosis sehingga mengakibatkan nekrosis avaskuler pada bagian
korteks tulang. Respons peradangan terhadap infeksi mengakibatkan
suhu tubuh meningkat dan terjadi oedem dan mengakibatkan
terangkatnya periosteum dari tulang sehingga memutuskan lebih
banyak suplai darah. Pengangkatan periosteum ini menimbulkan nyeri
hebat, apalagi dengan adanya tegangan eksudat dibawahnya, infeksi
dapat pecah ke subperiosteal kemudian menembus subkutis dan
menyebar menjadi selulitis atau menjalar melalui rongga subperiosteal
ke diafisis. Infeksi juga dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui
kanalis medularis, penjalaran subperiosteal ke arah diafisis akan
memasuki pembuluh darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan
nekrosis tulang. Tulang yang mengalami nekrosis dikenal sebagai
sekuestrum. Tulang dimana periosteum terangkat melapisi tulang yang
mati dikenal dengan involukrum. Pus mencari jalan keluar dari lapisan
tulang baru melalui serangkaian lubang yang dikenal dengan kloaka.
(Sachdeva, 1996. hal 92 dan Sjamsuhidayat, 1997, 1221)

2.5 Pathway

2.6 Manifestasi Klinis


Menurut Smeltzer (2002)
1. Jika infeksi di bawa oleh darah, biasanya awitannya mendadak,
sering terjadi dengan manifestasi klinis septikemia (mis.
menggigil, demam tinggi, denyut nadi cepat, dan malaise umum).
Gejala sismetik pada awalnya dapat menutupi gejala lokal secara
lengkap. Setelah infeksi menyebar dari rongga sumsum ke korteks
tulang, akan mengenai periosteum dan jaringan lunak, dengan
bagian yang terinfeksi menjadi nyeri, bengkak dan sangat nyeri
tekan. Pasien menggambarkan nyeri konstan berdenyut yang
semakin memberat dengan gerakan dan berhubungan dengan
tekanan pus yang terkumpul.
2. Bila osteomyelitis terjadi akibat penyebaran dari infeksi di
sekitarnya atau kontaminasi langsung, tidak akan ada gejala
septikemia. Daerah infeksi membengkak, hangat, dan nyeri tekan.
3. Pasien dengan osteomyelitis kronik di tandai dengan pus yang
selalu mengalir keluar dari sinus atau mengalami periode berulang
nyeri, inflamasi, pembengkakan dan pengeluaran pus. Infeksi
derajat rendah dapat menjadi pada jaringan parut akibat kurangnya
asupan darah.

2.7 Pemeriksaan Penunjang


(Brunner, suddarth. (2001)
1. Pemeriksaan darah
Sel darah putih meningkat sampai 30.000 L gr/dl di sertai
peningkatan laju endap darah
2. Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur darah untuk menentukan bakteri (50% positif)
dan di ikuti dengan uji sensitivitas
3. Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat
kecurigaan infeksi oleh bakteri salmonella
4. Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan
digunakan untuk serangkaian tes.
5. Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada
sendi
6. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak ditemukan
kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan
tulang yang baru.
Pemeriksaan tambahan :
a. Bone scan : dapat dilakukan pada minggu pertama
b. MRI : jika terdapat fokus gelap pada T1 dan fokus yang
terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah
osteomyelitis.

2.8 Penatalaksanaan
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.
Sesuai kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan jika perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam
pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan
menstabilkan tulang serta ruang kosong yang di tinggalkan dengan
cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi
hambatan aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : di perlukan untuk pengerasan tulang karena
vitamin K dapat mengikat kalsium. Karena tulang itu
bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat
kalsium dan menempatkannya di tempat yang tepat.
b. Vitamin A, B, dan C : untuk dapat membantu
pembentukan tulang.
c. Vitamin D : untuk membantu pengerasan tulang dengan
cara mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar
ada di dalam darah yang kemudian di endapkan pada proses
pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini
adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang
masuk ke dalam darah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 06 April 1965
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Swasta
Diagnosis Medis : Osteomyelitis
No. RM : 334756
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Tempat, Tanggal Lahir :-
Umur : 47 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Tulis, Batang
Nomor Telepon :-
Hubungan dengan Klien : Istri

B. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat klien beristirahat di rumah, tiba-tiba klien merasakan lemas, lalu klien
datang ke poli dalam rumah sakit di antar keluarganya untuk periksa pada
tanggal 4 September 2021 jam 08.00 WIB dengan keluhan nyeri. Lalu dari
poli dalam klien di pindahkan ke bangsal bedah dahlia. Klien datang dalam
keadaan lemas saat masuk rumah sakit. Klien lalu mendapatkan terapi
injeksi RL 20 tpm. Pada saat pengkajian klien, kesadaran klien
komposmentis, klien mengatakan nyeri dengan skala 4 pada ekstremitas
bawah sebelah kiri yang mengalami ke kakuan dan tidak dapat di
gerakkan.

D. Riwayat Penyakit Dahulu


Klien mengatakan sebelumnya pernah di rawat dengan patah tulang pada
ektremitas bawah sebelah kiri yang sekarang mengalami ke kakuan.

E. Riwayat Penyakit Keluarga


Keluarga klien tidak memiliki riwayat penyakit yang serupa dengan
penyakit yang sedang di miliki klien. Keluarga klien juga tidak memiliki
penyakit turunan ataupun menular.
Tn. M

Keterangan:
: laki-laki

: Perempuan
: Klien

: Meninggal

F. Pengkajian Kebutuhan Dasar


1. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien dapat melakukan
aktivitas tanpa bantuan, klien dapat beraktivitas dengan
nyaman.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan di bantu
keluarganya dalam melakukan beberapa hal, dan lebih
sering berbaring di atas tempat tidur
2. Kebutuhan Hygiene Integritas Kulit
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien mandi 2 kali sehari,
menggosok gigi 2 kali sehari.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mandi 1 kali sehari dan
menggosok gigi 2 kali sehari dan di bantu oleh keluarga.
3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan dapat
istirahat dan tidur dengan nyenyak ketika malam hari,
bahkan ketika kondisi badan lelah. Sebelum sakit klien
tidur ± 8 jam sehari.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan selama sakit
tidak bisa tidur dengan nyenyak karena nyeri yang sedang
klien rasakan. Selama di RS klien tidur ± 5 jam sehari.
4. Kebutuhan Nutrisi – Cairan
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan makan 3
kali sehari, pagi, siang, dan malam dengan porsi banyak
agar klien tidak lemas. Klien juga mengonsumsi air putih
minimal 8 botol per hari agar tubuhnya tidak lemas.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien makan 3 kali sehari
dengan porsi setengah, dan terkadang klien menghabiskan
makanan yang di berikan walau sering merasa mual saat
makan. Untuk kebutuhan cairan, klien mengatakan
mengkonsumsi air putih seusai makan dan saat klien
merasa haus, kebutuhan cairan klien lebih bergantung pada
cairan infuse.
5. Kebutuhan Oksigenasi
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien tidak menggunakan
alat bantu pernafasan.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien tidak menggunakan alat
bantu pernafasan.
6. Kebutuhan Eliminasi
a) BAB :
Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan BAB 1
kali sehari dengan konsistensi lunak, bau khas, dan
berwarna kuning.
Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan BAB 3 hari
sekali dengan konsistensi keras, bau menyengat, dan
berwarna kuning kecoklatan.
b) BAK
Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan BAK 4
kali sehari dengan bau khas dan berwarna kuning.
Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan BAK 3 kali
sehari dengan bau obat-obatan dan berwarna kuning pekat.
7. Kebutuhan Persepsi-Sensori, Kognitif
a) Sebelum Sakit : Klien dan keluarga mengatakan belum
begitu tahu tentang penyakitnya saat ini. Akan tetapi dalam
menjalani aktifitasnya klien dapat menyesuaikan dengan
kemampuannya beraktifitas.
b) Saat Sakit : Klien dan keluarga mengatakan menjadi
banyak tahu tentang penyakitnya saat ini. Kesadaran klien
komposmentis, akan tetapi masih mengalami kesulitan
dalam hal beraktifitas.
P (Provoke) : Nyeri saat bergerak
Q (Quality) : Nyeri tertusuk-tusuk
R (Region) : Nyeri pada ekstremitas bawah bagian kiri.
S (Skala) : Nyeri skala 4
T (Time) : Nyeri terus menerus
8. Kebutuhan Termoregulasi
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan suhu
tubuhnya normal namun saat-saat tertentu klien merasakan
suhu tubuhnya meningkat.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Suhu tubuh klien naik ketika
malam hari dan turun ketika pagi hari.
9. Kebutuhan Konsep Diri
a) Citra Diri
Klien mengatakan memiliki tubuh yang kurang ideal, berat
badan tidak ideal namun memiliki tinggi badan seperti ke
banyakan rekan-rekannya. Akan tetapi klien terlihat
percaya diri dengan penampilannya.
b) Identitas Diri
Klien mengatakan dirinya seorang laki-laki. Klien
mengatakan saat ini dirinya adalah seorang ayah. Klien
mengatakan dirinya adalah Tn. M, umur 50 tahun dan
beragama Islam. Klien mampu menyebutkan nama, umur
dan agamanya dengan benar.
c) Harga Diri
Klien merasa dirinya memiliki harga diri tinggi walau klien
merasa berbeda dengan rekan-rekannya. Klien terlihat
percaya diri.
d) Peran Diri
Klien mengatakan dapat menjalankan perannya sebagai
seorang ayah dengan baik.
e) Ideal Diri
Klien mengatakan ingin melakukan aktivitas yang di sukai
dan menjalani hari-harinya dengan santai.
10. Kebutuhan Stress Koping
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien bercerita dengan
keluarga dan rekan-rekannya saat mengalami masalah.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien bercerita kepada keluarga
maupun perawat apabila merasa kesakitan dan tidak
nyaman.
11. Kebutuhan Seksual Reproduksi
Tidak ada masalah pada seksual reproduksi klien.
12. Kebutuhan Komunikasi – Informasi
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien dapat berkomunikasi
dengan baik dan mampu mendapatkan informasi secara
mandiri.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien kurang dapat
berkomunikasi dengan baik, klien banyak mendapatkan
informasi dari keluarganya.
13. Kebutuhan Rekreasi – Spiritual
a) Sebelum Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan selalu
shalat 5 waktu, klien mengatakan dirinya beragama islam.
Klien berdoa di setiap hari.
b) Saat Masuk Rumah Sakit : Klien mengatakan selalu shalat
5 waktu dan berdoa mengharapkan kesembuhan
penyakitnya.

G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien mengeluh nyeri.
2. Kesadaran
Composmentis (E: 4, M:6, V:5) GCS: 15
3. Vital Sign
TD              : 130/90 mmHg
Nadi            : 96 x/ menit teraba dan teratur
Suhu           : 36oC
Respirasi     : 18 x/ menit teratur
4. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, kulit kepala berkerak,
pertumbuhan rambut merata, rambut lurus namun terlihat kusut.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
5. Mata
Inspeksi : Konjungtiva mata anemis dan sklera ikterik, bentuk
simetris, penglihatan jelas.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan ataupun luka, tidak terdapat nyeri
tekan pada daerah mata klien.
6. Hidung
Inspeksi : Hidung bersih, penyebaran warna kulit merata, tidak ada
luka ataupun lesi. Klien dapat membersihkan hidungnya sendiri.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau pun nyeri tekan.
7. Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, mulut simestri, lidah klien bersih,
gigi bersih, tidak ada sianosis..
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
8. Telinga
Inspeksi : Simestri, penyebaran warna kulit merata, tidak terlihat
adanya lesi, bersih tidak ada kotoran di bawahnya.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan.
9. Leher
Inspeksi : Penyebaran warna kulit merata, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada benjolan pada vena jugularis dan ada nyeri
tekan.
10. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada teratur.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
11. Paru – Paru
Perkusi               : Sonor
Auskultasi          : Vesikular.
12. Jantung
Inspeksi              : ictus cordis tampak di intercosta ke-4
Palpasi                : ictus cordis teraba di intercosta ke 4
Perkusi               : redup
Auskultasi          : si: lub s2: dub.
13. Abdomen
Inspeksi              : Tidak terdapat bekas luka
Auskultasi          : Peristaltik 12x/ menit
Perkusi               : Tympani
Palpasi                : Tidak ada nyeri tekan
14. Genitalia
Inspeksi : Klien mengatakan selalu membersihkan area
genitalianya.
15. Ekstremitas Atas
Kedua tangan simetris, penyebaran warna kulit merata, terlihat
adanya edema ataupun lesi pada tangan yang di infus, namun tidak
terdapat nyeri tekan.
16. Ekstremitas Bawah
Kedua kaki tidak simetris, terdapat pembesaran pada kaki sebelah
kiri, penyebaran warna kulit merata, terlihat adanya edema pada
kaki sebelah kiri, terdapat nyeri pada kaki sebelah kiri.

H. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium tanggal 6 September 2021

Jenis Hasil
No pemeriksaan pemeriksaan Harga normal Satuan Interpretasi

URINE
Tidak
1 Warna Coklat Kuning Normal

2 Kejernihan Jernih Jernih Normal

3 pH 6 4,6-8 Normal

4 Nitrit Negatif Negatif Normal

5 Protein Negatif Negatif Normal

6 Glukosa POS 1 Negatif mg/dl Normal

7 Bilirubin Negatif Negatif mg/dl Normal

8 Ulobilinogen Negatif Normal mg/dl Normal

9 Keton Negatif Negatif mg/dl Normal

BLOOD NEG

11 Epitel Squamus 3-5 /LPK Normal


12 Epitel NEG /LPK Normal
Transisional

13 Epitel Kubuit NEG /LPK Normal

14 Leukosit 1-3 <10 /LPB Normal

15 Eritrosit 0-2 <5 /LPBl Normal

I. Program Terapi
Asering : 20 t/m
Ringer Laktat : 20 t/m
Cefriaxone : 1 x 2 gr.IV perhari
Pantoprazole 3 x 40 mg perhari
Ketorolac 3 x 30 mg perhari

3.2 Analisa Data


No Data Etiologi Masalah
1 DS : Fraktur Nyeri akut
P (Provoke) : Klien mengatakan ↓
nyeri saat bergerak Diskontinuitas tulang
Q (Quality) : Klien mengatakan ↓
nyeri tertusuk-tusuk Pergeseran fragmen tulang
R (Region) : Klien mengatakan ↓
nyeri pada ekstremitas bawah Nyeri akut
sebelah kiri
S (Skala) : Nyeri skala 4
T (Time) : Klien mengatakan
nyeri terus menerus
DO :
- Klien tampak mengerang
- Skala nyeri 4
- Tampak pembengkakan pada
ekstremitas bawah kiri
2 DS : Fraktur Gangguan mobilitas fisik
Klien selalu mengatakan aktivitas ↓
klien di bantu oleh keluarga Diskontinuitas tulang
DO : ↓
- Klien tampak selalu di bantu Perubahan jaringan sekitar
oleh keluarga dan perawat dalam ↓
melakukan aktivitas Pergeseran fragmen tulang
- Ke kakuan pada ekstremitas kiri ↓
bawah Deformitas

Gangguan fungsi

Gangguan mobilitas fisik

3.3 Diagnosa Keperawatan


a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (D.0077)
b. Gangguan mobilitas fisik berhubuungan dengan penurunan kekuatan
otot (D.0054)

3.4 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1.08238)
dengan agen pencedera keperawatan diharapkan tingkat Observasi :
fisik (D.0077) nyeri (L.08066) dapat menurun 1. Identifikasi lokasi
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas
2. Meringis menurun nyeri, skala nyeri,
3. Sikap protektif menurun dan intensitas nyeri
4. Gelisah menurun 2. Identifikasi respon
nyeri non verbal
3. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
berhubuungan dengan keperawatan diharapkan mobilitas (1.05173)
penurunan kekuatan otot fisik (L.05042) dapat meningkat Observasi :
(D.0054) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya
1. Pergerakan ekstremitas nyeri atau keluhan
meningkat fisik lainnya
2. Kekuatan otot meningkat 2. Identifikasi toleransi
3. Rentang gerak (ROM) fisik melakukan
meningkat pergerakan
3. Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum
memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
duduk di tempat
tidur

3.5 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi
1 8 September 2021 Dx. 1 - Pukul 15.00
Mengevaluasi keluhan nyeri lokasi, karakteristik, dan
intensitasnya
- Pukul 17.30
Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital :
TD              : 120/90 mmHg
Nadi            : 80x/menit teraba dan teratur
Suhu           : 36oC
Respirasi     : 18 x/menit teratur
- Pukul 17.45
Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai
indikasi, yaitu ketorolac
2 9 September 2021 Dx. 2 - Pukul 09.00
Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital :
TD              : 130/90 mmHg
Nadi            : 80x/menit teraba dan teratur
Suhu           : 36oC
Respirasi     : 18 x/menit teratur
- Pukul 11.30
Memberikan posisi yang nyaman kepada klien
- Pukul 11.45
Mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring dan spalk
- Pukul 12.00
Meninggikan dan mendukung ekstremitas yang
terkena
- Pukul 13.30
Membantu mobilisasi dengan kruk dan
mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat
mobilisasi

3.6 Catatan Perkembangan


No Diagnosa Tanggal Evaluasi
1 Dx. 1 10 September 2021 S : Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang
O : Keluhan nyeri menurun, meringis menurun,
sikap protektif menurun, gelisah menurun, skala
nyeri 2
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
2 Dx. 2 11 September 2021 S : Keluarga klien mengatakan aktivitas klien sudah
bisa di jalankan secara mandiri
O : Klien tampak sudah tidak di bantu oleh keluarga
dalam beraktivitas
- Pergerakan ekstremitas meningkat
- Kekuatan otot meningkat
- Rentang gerak (ROM) meningkat
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentkan
BAB IV
HASIL PENELITIAN

No Populasi Intervensi Comperation Outcome Time Jurnal


1. Populasi Dengan Tujuan dari Hasil dari RSUP GAMBARAN
yang menggunaka penelitian ini analisis rekam Sanglah TATA LAKSANA
digunakan n metode untuk medis April TERAPI PASIEN
adalah random mengetahui didapatkan 2015- OSTEOMIELITIS
semua sampling penatalaksanaa sebagian besar Oktober DI
pasien dan n pasien kasus 2016. RSUP SANGLAH
dengan didapatkan osteomielitis di ditemukan APRIL 2015 -
osteomielit 15 sampel. RSUP Sanglah pada laki-laki OKTOBER 2016 :
is di RSUP Penelitian April 2015- (66,7%), SEBUAH STUDI
Sanglah, ini Oktober 2016. sedangkan DESKRIPTIF
Denpasar menggunaka lebih sedikit Anak Agung Gde
April 2015- n data pada Bagus
Oktober sekunder perempuan Adidharma1, Anak
2016. berupa (33,3%). Agung Gde Yuda
rekam Jumlah Asmara2, I
medis. terbanyak Wayan Suryanto
Desain yang kelompok usia Dusak
digunakan pada
yakni penelitian ini
deskriptif yakni
retrospektif. kelompok usia
Penelitian <18 tahun dan
ini 40-49 tahun
menggunaka (26,7%).
n data Onset
sekunder terbanyak
berupa yang
rekam ditemukan
medis. yakni
osteomielitis
kronis
(53,3%)
dengan
sebaran
organisme
terbanyak
yakni
Staphylococcu
s aureus
(50%) dan 4
pasien
osteomielitis
(26,7%)
memiliki
riwayat pasca
operatif
dengan lokasi
terbanyak
yang terpapar
yaitu pada
cruris (26,7%)
sedangkan tata
laksana yang
umum
dilakukan
yakni adanya
kombinasi
antara
antibiotik,
antipiretik
serta tindakan
operatif
(66,7%).

2. Populasi Penelitian - Hasil RS TK II Gambaran bakteri


sampel ini didapatkan Kartika pada pasien
penelitian merupakan bahwa Husada osteomielitis kronis
ini adalah studi sebagian besar periode di RS TK II
semua deskriptif kasus 2014- Kartika Husada
pasien retrospeksi ditemukan 2016 periode 2014-2016
osteomielit menggunaka pada usia 20- Agitya Goesvie
is n data 29 tahun Ajie, Ganda MRH
berdasarka sekunder. (45%) jenis Purba, Eka Ardiani
n data Alat kelamin Putri
rekam penelitian tersering Jurnal Cerebellum
medis di yang adalah laki- 5 (4A), 1468-1486
ruang digunakan laki (85%),
rawat inap dalam dan lebih
ortopedi penelitian ini sedikit pada
RS TK II adalah perempuan
Kartika rekam (15%). lokasi
Husada medis. tersering pada
Pontianak osteomielitis
periode adalah cruris
2014-2016. (35%), pola
kuman
terbanyak
adalah
Staphylococcu
s aureus
(40%) untuk
pola
sensitivitas
dan resistensi
antibiotik
semua bakteri
yang
ditemukan
dalam hasil
kultur pasien
osteomielitis
resisten
terhadap
antibiotik
golongan
penisilin.
3. Pasien Pendekatan Tujuan Dari RS IMPLEMENTASI
penyakit metode penelitan ini masing- Tugurejo OPERASI MAX-
osteoarthrit Sanchez adalah masing Semarang MIN NILAI
is dan digunakan menganalisis variabel . INTERVAL
osteomyelit untuk penggunaan dibentuk nilai MATRIKS
is di RS diagnosis nilai interval interval fuzzy FUZZY
Tugurejo penyakit matriks fuzzy sesuai aturan TERHADAP
Semarang. menggunaka pada metode yang telah DIAGNOSIS
n Sanchez untuk dibuat OSTEOARTHRITI
representasi diagnosis berdasarkan S DAN
dari nilai penyakit dan perhitungan OSTEOMYELITIS
interval membuat mean dan Putri Aida Nur
matriks aplikasi yang variansi dari Kurniawati,
fuzzy dapat masing- Endang Sugiharti
dengan mendiagnosis masing
perluasan penyakit variabel.
operasi max- osteoarthritis Diperoleh
min. dan matriks gejala
osteomyelitis penyakit dan
menggunakan matriks gejala
software pasien.
MATLAB. Selanjutnya
dihitung
menggunakan
algoritma
Sanchez.
Aplikasi
dirancang
menggunakan
GUI pada
MATLAB
dengan
memasukkan
coding yang
sesuai dengan
algoritma
Sanchez.
Menggunakan
perhitungan
manual dan
aplikasi
diperoleh hasil
perhitungan
dan
diagnosis
yang sama.
Dari 100 data
percobaan
yang telah
dilakukan,
dihitung
akurasi hasil
kerja sistem.
Diperoleh
presentase
akurasi sistem
sebesar 100%.
Jadi, apabila
diagnosis
yang
dihasilkan
“pasien
menderita
osteoarthritis”
, maka
kemungkinan
pasien
tersebut benar
menderita
penyakit
osteoarthritis.
Link :
a. https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/download/70656/38457/
b. https://jurnal.untan.ac.id/index.php/JC/article/view/43351
c. https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujm/article/view/7414/5131
BAB V
PENUTUP

A. Keimpulan
Osteomyelitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit di
sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati).
Dari uraian di atas maka dapat di klasifikasikan dua macam osteomyelitis,
yaitu:
1. Osteomyelitis Primer
2. Osteomyelitis Sekunder
Adapun penyebab – penyebab osteomyelitis ini adalah:
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada osteomyelitis untuk
pencapaian kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses
keperawatan selalu di laksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimana pun teraturnya pengobatan tanpa
perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang di harapkan tidak
tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan
keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, di harapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
osteomyelitis.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat

Anda mungkin juga menyukai