Pembimbing :
Sutomo, S.Kep., Ns., M.Kep
Disusun Oleh :
1. Alifa Zuma Salsabila (0119001)
2. Dena Sabrina Putri (0119008)
3. Elfita Rasalhaque Ibrahim (0119013)
4. Grasela (0119023)
5. Putri Nur Elya Risma (0119041)
6. Viki Khamdatul Inayah (0119051)
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul "Asuhan Keperawatan Osteomyelitis" atas dukungan moral dan
materil yang di berikan dalam penyusunan makalah ini, maka penulis
mengucapkan banyak terimakasih kepada bapak Sutomo, S.Kep., Ns., M.Kep
selaku Pengampu Keperawatan Medikal Bedah III yang telah memberikan
bimbingan, saran, dan ide dalam menyelesaikan makalah mata kuliah
Keperawatan dengan metode pembelajaran Small Group Discussion 2/ SGD 2.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan
dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................1
DAFTAR ISI..................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................3
1.1 Latar Belakang....................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................3
1.3 Tujuan.................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................5
2.1 Definisi................................................................................................5
2.2 Klasifikasi...........................................................................................5
2.3 Etiologi................................................................................................6
2.4 Patofisiologi........................................................................................6
2.5 Pathway...............................................................................................7
2.6 Manifestasi Klinis...............................................................................7
2.7 Pemeriksaan Penunjang......................................................................8
2.8 Penatalaksanaan..................................................................................9
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN........................................................11
BAB IV HASIL PENELITIAN....................................................................26
BAB V PENUTUP.......................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................34
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari osteomyelitis.
2. Untuk mengetahui klasifikasi osteomyelitis.
3. Untuk mengetahui etiologi osteomyelitis.
4. Untuk mengetahui patofisiologi osteomyelitis.
5. Untuk mengetahui pathway osteomyelitis
6. Untuk mengetahui manifestasi klinis osteomyelitis.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang osteomyelitis.
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan osteomyelitis.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawatan osteomyelitis
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Osteomyelitis adalah infeksi pada sumsum tulang yang dapat di
sebabkan oleh bakteri, virus atau proses spesifik (M. Tuberculosa,
jamur) (Mansjoer, 2000, hal 358).
Osteomyelitis adalah infeksi akut tulang yang dapat terjadi
karena penyebaran infeksi dari darah (osteomyelitis hematogen) atau
yang lebih sering, setelah kontaminasi fraktur terbuka atau reduksi
(osteomyelitis eksogen) (Elizabet J. Coroin, 2001, hal 301).
Osteomyelitis adalah infeksi pada tulang yang biasanya
menyerang metafisis tulang panjang (FKUI Jakarta, 1996, hal 131).
2.2 Klasifikasi
Pembagian osteomielitis yang lazim menurut Arif Mansjoer (2000,
hal 358) :
1. Osteomyelitis primer, yang di sebabkan penyebaran secara
hematogen dari fokus lain, osteomyelitis primer dapat di bagi
menjadi osteomyelitis akut dan kronik.
2. Osteomyelitis sekunder atau osteomyelitis perkontinuitanum
yang di sebabkan penyebaran kuman dari sekitarnya, seperti
bisul dan luka.
Menurut Sjamsuhidajat (1997, hal 1.221-1.222) osteomilitis dibagi
menjadi dua, antara lain :
1. Osteomyelitis akut, infeksi tulang panjang yang di sebabkan
oleh infeksi lokal atau trauma tulang.
2. Osteomyelitis kronis, osteomyelitis akut yang tidak di terapi
secara adekuat.
2.3 Etiologi
Organisme penyebab umum menurut Sachdeva (1996, hal 92) :
1. Staphylococcus aureus
2. Streptococcus pyogenes
3. Pneumococcus
4. Escherichia coli
2.4 Patofisiologi
Faktor-faktor yang berperan dalam menimbulkan penyakit yaitu
virulensi organisme dan kerentanan hospes dengan status imun yang
rendah. Penyakit ini lebih terbatas pada metafisis tulang karena
pembuluh darah cenderung melingkari metafisis sehingga
memungkinkan emboli terinfeksi menyangkut di daerah itu dan lapisan
epifisis dapat mencegah penyebaran infeksi ke sendi sehingga infeksi
terkoalisir di metafisis. Itu lah sebabnya mengapa infeksi terjadi
pada lapisan metafisis tulang yang mengalami pertumbuhan pada
anak-anak. Tetapi pada orang dewasa terjadi di diafisis.. Emboli yang
terinfeksi menyangkut di dalam pembuluh darah, menyebabkan
trombosis sehingga mengakibatkan nekrosis avaskuler pada bagian
korteks tulang. Respons peradangan terhadap infeksi mengakibatkan
suhu tubuh meningkat dan terjadi oedem dan mengakibatkan
terangkatnya periosteum dari tulang sehingga memutuskan lebih
banyak suplai darah. Pengangkatan periosteum ini menimbulkan nyeri
hebat, apalagi dengan adanya tegangan eksudat dibawahnya, infeksi
dapat pecah ke subperiosteal kemudian menembus subkutis dan
menyebar menjadi selulitis atau menjalar melalui rongga subperiosteal
ke diafisis. Infeksi juga dapat pecah ke bagian tulang diafisis melalui
kanalis medularis, penjalaran subperiosteal ke arah diafisis akan
memasuki pembuluh darah yang ke diafisis sehingga menyebabkan
nekrosis tulang. Tulang yang mengalami nekrosis dikenal sebagai
sekuestrum. Tulang dimana periosteum terangkat melapisi tulang yang
mati dikenal dengan involukrum. Pus mencari jalan keluar dari lapisan
tulang baru melalui serangkaian lubang yang dikenal dengan kloaka.
(Sachdeva, 1996. hal 92 dan Sjamsuhidayat, 1997, 1221)
2.5 Pathway
2.8 Penatalaksanaan
(Brunner, suddarth. (2001)
1. Istirahat dan pemberian analgetik untuk menghilangkan nyeri.
Sesuai kepekaan penderita dan reaksi alergi penderita
2. Penicillin cair 500.000 milion unit IV setiap 4 jam.
3. Erithromisin 1-2gr IV setiap 6 jam.
4. Cephazolin 2 gr IV setiap 6 jam
5. Gentamicin 5 mg/kg BB IV selama 1 bulan.
6. Pemberian cairan intra vena dan jika perlu tranfusi darah
7. Drainase bedah apabila tidak ada perubahan setelah 24 jam
pengobatan antibiotik tidak menunjukkan perubahan yang berarti,
mengeluarkan jaringan nekrotik, mengeluarkan nanah, dan
menstabilkan tulang serta ruang kosong yang di tinggalkan dengan
cara mengisinya menggunakan tulang, otot, atau kulit sehat.
8. Istirahat di tempat tidur untuk menghemat energi dan mengurangi
hambatan aliran pembuluh balik.
9. Asupan nutrisi tinggi protein, vit. A, B,C,D dan K.
a. Vitamin K : di perlukan untuk pengerasan tulang karena
vitamin K dapat mengikat kalsium. Karena tulang itu
bentuknya berongga, vitamin K membantu mengikat
kalsium dan menempatkannya di tempat yang tepat.
b. Vitamin A, B, dan C : untuk dapat membantu
pembentukan tulang.
c. Vitamin D : untuk membantu pengerasan tulang dengan
cara mengatur untuk kalsium dan fosfor pada tubuh agar
ada di dalam darah yang kemudian di endapkan pada proses
pengerasan tulang. Salah satu cara pengerasan tulang ini
adalah pada tulang kalsitriol dan hormon paratiroid
merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang
masuk ke dalam darah.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Biodata
1. Identitas Klien
Nama : Tn. M
Tempat, Tanggal Lahir : Batang, 06 April 1965
Umur : 50 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pernikahan : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : Swasta
Diagnosis Medis : Osteomyelitis
No. RM : 334756
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. N
Tempat, Tanggal Lahir :-
Umur : 47 tahun
Suku : Jawa
Agama : Islam
Alamat : Tulis, Batang
Nomor Telepon :-
Hubungan dengan Klien : Istri
B. Keluhan Utama
Klien mengatakan nyeri.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat klien beristirahat di rumah, tiba-tiba klien merasakan lemas, lalu klien
datang ke poli dalam rumah sakit di antar keluarganya untuk periksa pada
tanggal 4 September 2021 jam 08.00 WIB dengan keluhan nyeri. Lalu dari
poli dalam klien di pindahkan ke bangsal bedah dahlia. Klien datang dalam
keadaan lemas saat masuk rumah sakit. Klien lalu mendapatkan terapi
injeksi RL 20 tpm. Pada saat pengkajian klien, kesadaran klien
komposmentis, klien mengatakan nyeri dengan skala 4 pada ekstremitas
bawah sebelah kiri yang mengalami ke kakuan dan tidak dapat di
gerakkan.
Keterangan:
: laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Meninggal
G. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Klien mengeluh nyeri.
2. Kesadaran
Composmentis (E: 4, M:6, V:5) GCS: 15
3. Vital Sign
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 96 x/ menit teraba dan teratur
Suhu : 36oC
Respirasi : 18 x/ menit teratur
4. Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala simetris, kulit kepala berkerak,
pertumbuhan rambut merata, rambut lurus namun terlihat kusut.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
5. Mata
Inspeksi : Konjungtiva mata anemis dan sklera ikterik, bentuk
simetris, penglihatan jelas.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan ataupun luka, tidak terdapat nyeri
tekan pada daerah mata klien.
6. Hidung
Inspeksi : Hidung bersih, penyebaran warna kulit merata, tidak ada
luka ataupun lesi. Klien dapat membersihkan hidungnya sendiri.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan atau pun nyeri tekan.
7. Mulut
Inspeksi : Mukosa mulut lembab, mulut simestri, lidah klien bersih,
gigi bersih, tidak ada sianosis..
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan.
8. Telinga
Inspeksi : Simestri, penyebaran warna kulit merata, tidak terlihat
adanya lesi, bersih tidak ada kotoran di bawahnya.
Palpasi : Tidak terdapat benjolan.
9. Leher
Inspeksi : Penyebaran warna kulit merata, tidak ada lesi.
Palpasi : Tidak ada benjolan pada vena jugularis dan ada nyeri
tekan.
10. Dada
Inspeksi : Bentuk dada simetris, pergerakan dinding dada teratur.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
11. Paru – Paru
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular.
12. Jantung
Inspeksi : ictus cordis tampak di intercosta ke-4
Palpasi : ictus cordis teraba di intercosta ke 4
Perkusi : redup
Auskultasi : si: lub s2: dub.
13. Abdomen
Inspeksi : Tidak terdapat bekas luka
Auskultasi : Peristaltik 12x/ menit
Perkusi : Tympani
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
14. Genitalia
Inspeksi : Klien mengatakan selalu membersihkan area
genitalianya.
15. Ekstremitas Atas
Kedua tangan simetris, penyebaran warna kulit merata, terlihat
adanya edema ataupun lesi pada tangan yang di infus, namun tidak
terdapat nyeri tekan.
16. Ekstremitas Bawah
Kedua kaki tidak simetris, terdapat pembesaran pada kaki sebelah
kiri, penyebaran warna kulit merata, terlihat adanya edema pada
kaki sebelah kiri, terdapat nyeri pada kaki sebelah kiri.
H. Pemeriksaan Penunjang
Data laboratorium tanggal 6 September 2021
Jenis Hasil
No pemeriksaan pemeriksaan Harga normal Satuan Interpretasi
URINE
Tidak
1 Warna Coklat Kuning Normal
3 pH 6 4,6-8 Normal
BLOOD NEG
I. Program Terapi
Asering : 20 t/m
Ringer Laktat : 20 t/m
Cefriaxone : 1 x 2 gr.IV perhari
Pantoprazole 3 x 40 mg perhari
Ketorolac 3 x 30 mg perhari
3.4 Intervensi
No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (1.08238)
dengan agen pencedera keperawatan diharapkan tingkat Observasi :
fisik (D.0077) nyeri (L.08066) dapat menurun 1. Identifikasi lokasi
dengan kriteria hasil : karakteristik, durasi,
1. Keluhan nyeri menurun frekuensi, kualitas
2. Meringis menurun nyeri, skala nyeri,
3. Sikap protektif menurun dan intensitas nyeri
4. Gelisah menurun 2. Identifikasi respon
nyeri non verbal
3. Identifikasi faktor
yang memperberat
dan memperingan
nyeri
Terapeutik :
1. Berikan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan
yang memperberat
rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat
dan tidur
Edukasi :
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi :
1. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
2 Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan tindakan Dukungan mobilisasi
berhubuungan dengan keperawatan diharapkan mobilitas (1.05173)
penurunan kekuatan otot fisik (L.05042) dapat meningkat Observasi :
(D.0054) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi adanya
1. Pergerakan ekstremitas nyeri atau keluhan
meningkat fisik lainnya
2. Kekuatan otot meningkat 2. Identifikasi toleransi
3. Rentang gerak (ROM) fisik melakukan
meningkat pergerakan
3. Monitor frekuensi
jantung dan tekanan
darah sebelum
memulai mobilisasi
4. Monitor kondisi
umum selama
melakukan
mobilisasi
Terapeutik :
1. Fasilitasi aktivitas
mobilisasi dengan
alat bantu
2. Fasilitasi melakukan
pergerakan, jika
perlu
3. Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
pergerakan
Edukasi :
1. Jelaskan tujuan dan
prosedur mobilisasi
2. Anjurkan melakukan
mobilisasi dini
3. Ajarkan mobilisasi
sederhana yang
harus dilakukan
duduk di tempat
tidur
3.5 Implementasi
No Tanggal Diagnosa Implementasi
1 8 September 2021 Dx. 1 - Pukul 15.00
Mengevaluasi keluhan nyeri lokasi, karakteristik, dan
intensitasnya
- Pukul 17.30
Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital :
TD : 120/90 mmHg
Nadi : 80x/menit teraba dan teratur
Suhu : 36oC
Respirasi : 18 x/menit teratur
- Pukul 17.45
Mengkolaborasikan pemberian obat analgetik sesuai
indikasi, yaitu ketorolac
2 9 September 2021 Dx. 2 - Pukul 09.00
Melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital :
TD : 130/90 mmHg
Nadi : 80x/menit teraba dan teratur
Suhu : 36oC
Respirasi : 18 x/menit teratur
- Pukul 11.30
Memberikan posisi yang nyaman kepada klien
- Pukul 11.45
Mempertahankan mobilisasi bagian yang sakit
dengan tirah baring dan spalk
- Pukul 12.00
Meninggikan dan mendukung ekstremitas yang
terkena
- Pukul 13.30
Membantu mobilisasi dengan kruk dan
mengintruksikan keamanan dalam menggunakan alat
mobilisasi
A. Keimpulan
Osteomyelitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang lebih sulit di
sembuhkan dari pada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya asupan
darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan dan
pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati).
Dari uraian di atas maka dapat di klasifikasikan dua macam osteomyelitis,
yaitu:
1. Osteomyelitis Primer
2. Osteomyelitis Sekunder
Adapun penyebab – penyebab osteomyelitis ini adalah:
1. Bakteri
2. Virus
3. Jamur
4. Mikroorganisme lain
B. Saran
1. Bagi petugas kesehatan atau instansi kesehatan agar lebih
meningkatkan pelayanan kesehatan terutama pada osteomyelitis untuk
pencapaian kualitas keperawatan secara optimal dan sebaiknya proses
keperawatan selalu di laksanakan secara berkesinambungan.
2. Bagi klien dan keluarga, Perawatan tidak kalah pentingnya dengan
pengobatan karena bagaimana pun teraturnya pengobatan tanpa
perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang di harapkan tidak
tercapai, oleh sebab itu perlu adanya penjelasan pada klien dan
keluarga mengenai manfaat serta pentingnya kesehatan.
3. Bagi mahasiswa keperawatan, di harapkan mampu memahami dan
menerapkan asuhan keperawatan yang benar pada klien dengan
osteomyelitis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah, edisi 8, Jakarta : EGC
Mansjoer, Arif, 2000., Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaapius FKUI,
Jakarta
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Jakarta: EGC
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2017.Standar Diagnosis
Keperawatan Indonesia (SDKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat
PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI). 2018. Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI). Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat