Pembimbing:
Dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A
Penyusun:
Ferio Joelian
030.05.095
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
ini tepat pada waktunya, laporan kasus yang berjudul diare akut dengan dehidrasi
sedang ini disusun dalam rangka mengikuti kepanitraan Klinik di bagian Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis:
1. dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A selaku dokter pembimbing serta Dokter
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penyusun
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat
dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan kepada pembaca.
Terimakasih
Penyusun
BAB I
ILUSTRASI KASUS
I.1 IDENTITAS
Pasien
Nama
: An. JE
Usia
: 2 tahun
: Islam
Alamat
No. RM
: 03420744
Masuk RS
: 12 Oktober 2014
Pembiayaan
: Umum
I.2 ANAMNESIS
(Anamnesis dilakukan secara allo-anamnesis dengan ayah pasien di IGD RSUD
Bekasi pada tanggal 12 Oktober 2014)
Keluhan Utama
Diare dan muntah sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit (SMRS).
membawa ke Puskesmas dekat rumahnya dan diberikan obat puyer dan sirup.
Menurut Ibu pasien, keadaan pasien tidak membaik.
Delapan jam SMRS pasien dibawa oleh orang tuanya ke RSUD Bekasi.
Pasien muntah setiap kali makanan masuk, muntah berisi makanan berwarna
sedikit kuning, tidak ada darah, tidak berwarna hijau. Saat disana pasien dipasang
infus.
Riwayat Kehamilan/Kelahiran
Merupakan kehamilan dan kelahiran pertama dengan usia saat melahirkan 24
tahun.
Ibu pasien tidak pernah dirawat di rumah sakit karena penyakit tertentu selama
masa kehamilan.
Riwayat demam atau panas tinggi, bengkak di kaki, tangan, atau wajah diserati
sakit kepala atau kejang, batuk lama, keputihan, bercak-bercak merah di tubuh,
kontak dengan hewan peliharaan dan kotoran hewan semua disangkal. Jarang
makan sayur lalapan, sate, dan makanan yang dibakar atau dipanggang.
Konsumsi obat-obatan dan jamu-jamuan selama kehamilan disangkal.
Ibu pasien tidak memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes mellitus.
Ibu pasien rajin memeriksakan kehamilannya ke Puskesmas atau bidan.
Pasien lahir rumah bersalin dibantu oleh bidan.
Lahir spontan, cukup bulan, langsung menangis, pucat (-), biru (-), kuning (-),
kejang (-), BL 3600 gr, PL 49 cm.
Riwayat Perkembangan
Saat ini pasien sudah dapat berjalan. Pasien bisa mengikuti instruksi yang
diberikan seperti membuka mulut, mengangkat tangan. Pasien juga bisa berbicara
beberapa patah kata.
Kesan : Tidak ada gangguan perkembangan
Riwayat Makanan
ASI : diberikan sejak lahir dan lanjut hingga saat ini
Susu formula : diberikan sejak lahir, dikarenakan saat awal ASI tidak keluar.
Saat ini susu formula sudah tidak diberikan.
Pisang : mulai diberikan saat pasien berusia 1 bulan pada pagi dan sore hari.
Bubur susu : mulai diberikan saat pasien berusia 4 bulan, sebanyak 2-3 kali
sehari.
Nasi tim lembek : mulai diberikan saat pasien berusia 5 bulan, sebanyak 3 kali
sehari.
Pasien tidak ada kesulitan makan.
Riwayat Imunisasi
Menurut keterangan dari ibu pasien, pasien mendapatkan imunisasi lengkap sesuai
dengan jadwal di Puskesmas. Saat lahir pasien langsung di imunisasi di rumah
bersalin dan imunisasi berikutnya selalu dilakukan di Puskesmas.
Kesadaran
: compos mentis
Tekanan darah
: tidak diukur
Frekuensi nadi
Frekuensi nafas
Suhu
: 36,9C aksila
Status gizi
Kepala
Rambut
Mata
THT
Mulut
Leher
Thorax
Paru
Jantung
Abdomen
Genitalia
: tidak diperiksa
Anus
Ekstremitas
: akral hangat, CRT <2 detik, parut BCG (+), edema (-),
Antropometri
Berat badan (BB)
: 10 kg
: 10 kg/11,8 kg = 74%
TB/U
: 75 cm/77 cm = 97%
BB/TB
: 10 kg/11,6 kg = 78%
: gizi kurang
I.4 LABORATORIUM
Pemeriksaan Darah Tepi
Nilai
Nilai Normal
Lekosit
7.9
5 - 10
Hemoglobin
12.2
11 14.5
Hematokrit
38.2
40 54
Trombosit
334
150 - 400
Elektrolit
Nilai
Nilai Normal
Natrium
135
135 145
Kalium
3.5
3.5 5.0
Clorida
94
94 - 111
Tatalaksana Lanjutan
-
Nutrition Management
o BB (actual weight): 10 kg
o Ideal body weight : 11.8 kg
o TB : 75 cm
Status Gizi
o WHO Z score : -2 s/d -3 SD (wasted)
o IBW : 10/11.8 x 100% = 78% (moderate malnutrition)
Kebutuhan Kalori
Kcal
I.7 PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam
: bonam
Ad sanationam
: dubia ad bonam
Follow up
13 Oktober 2014
S
Mencret 2x, Demam (+), Batuk (+), Pilek (+) berkurang, Muntah (-)
Suhu : 37,70C
RR : 40 x/ menit
Nadi 120x/menit
14 Oktober 2014
S
Mencret 1x banyak ampas, Demam (-), Batuk (+), Pilek (+) berkurang,
Muntah (-)
O
Suhu : 37,3 0C
RR : 40 x/ m
Nadi 126x
15 Oktober 2014
S
Suhu : 37 0C
RR : 33 x/ menit
Nadi 121x/menit
Rantin 3 x 1
Lacto B 3 x 1 sach
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 DIARE
Diare adalah penyebab utama kedua kematian pada anak di bawah lima
tahun di dunia, dan bertanggung jawab dalam kematian 1,5 juta anak setiap tahun,
yang hampir sama dengan satu dari lima kematian anak secara global.1,2 Diare
membunuh lebih banyak anak-anak dibandingkan dengan AIDS, malaria dan
campak digabungkan.2 Indonesia juga menempatkan diare sebagai penyebab
kedua kematian di kalangan anak-anak di negara ini. Menurut Survei Demografi
dan Kesehatan di Indonesia (SDKI 1997) prevalensi diare di Indonesia adalah
10,4% dan merupakan penyebab tertinggi kedua kematian pada anak.3
Kebanyakan anak yang meninggal akibat diare sebenarnya meninggal
karena dehidrasi yang parah dan kehilangan cairan, terutama pada anak balita (di
bawah 5 tahun) dan anak-anak kurang gizi atau anak-anak dengan gangguan
kekebalan tubuh. 2, 4
Definisi
Diare didefinisikan sebagai keadaan berubahnya konsistensi tinja menjadi
lebih lembek/ cair dan disertai frekuensi defekasi yang meningkat. Buang air
besar tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.1,2 WHO mendefinisikan diare
sebagai keluarnya tinja encer (yang mengikuti bentuk bejana) dengan frekuensi 3
atau lebih dalam periode 24 jam.5 Episode diare dibedakan menjadi akut dan
persisten berdasarkan durasinya. Diare akut terjadi secara mendadak dan tidak
lebih dari 14 hari. Diare persisten didefinisikan sebagai episode diare yang terjadi
lebih dari 14 hari.
Untuk bayi dan anak, jumlah keluaran tinja lebih besar daripada 10g/kg/24
jam atau lebih dari batas dewasa yaitu 200g/24 jam. Diare merupakan akibat dari
terganggunya transport cairan usus dan elektrolit.3
Etiologi
Penyebab paling umum adalah agen-agen infeksius, namun penyebabpenyebab lainnya yang menyebabkan manifestasi klinis yang sama tidak boleh
diabaikan. Penyebab diare akut meliputi.3,4
Tabel 1. Etiologi Penyebab Diare Akut3,4
Infeksi
Obat-obatan
Antibiotika
Pencahar
Antasida yang mengandung magnesium
Withdrawal opiat
Obat-obatan lainnya
intoleransi
Alergi protein kedelai
Alergi makanan multipel
Metilxantin (kafein, teobromin, teofilin)
Kelainan proses
cerna/absorpsi
Hipolaktase awitan lambat (atau tipe dewasa)
Defisiensi vitamin
Defisiensi niasin
Defisiensi folat
brush border membrane sel villi. Epitel saluran gastrointestinal adalah epithel
yang dapat mengatur muatan osmotik ke dalam usus halus. Taut erat, struktur
dinamis yang terjadi antara sel epitel, berkontribusi pada pergerakan air dan
elektrolit secara keseluruhan.
Transpor elektrolit melalui sel epitel usus halus terjadi melalui beberapa
mekanisme, termasuk glucose-sodium co-transporter. Transpor protein ini
membutuhkan keberadaan gradien natrium sepanjang brush border membrane
yang dipertahankan oleh pompa Na, K+ ATPase pada membran basolateral
enterosit.
Mekanisme kedua adalah jalur electroneutral NaCl-coupled yang
melibatkan mekanisme pertukaran dobel oleh Na-H+ exchanger dan Cl-HCO3exchanger.
Patofisiologi
Diare terjadi akibat ketidakseimbangan antara absorpsi air dan elektrolit
dengan sekresi. Perubahan ini dapat terjadi baik akibat adanya gaya osmotik di
lumen yang menarik air atau hasil dari induksi status sekresi aktif pada enterosit.3
Diare osmotik
Diare osmotik disebabkan karena adanya substrat yang tidak dapat diserap
di saluran gastrointestinal dan secara umum berhubungan dengan kerusakan usus
halus.2,6 Contoh klasik diare osmotik adalah intoleransi laktosa disebabkan karena
defisiensi enzim sehingga laktosa tidak dapat diserap di usus halus dan mencapai
kolon dalam keadaan intak. Bakteri kolon kemudian memfermentasi laktosa yang
tidak terserap tersebut menjadi asam organik rantai pendek, membangkitan
osmosis sehingga air disekresikan ke lumen. Contoh lain adalah konsumsi
minuman berkarbonasi yang mengandung gula dalam jumlah berlebihan
melampaui kapasitas transpor, terutama pada balita, dan konsumsi sorbitol serta
garam magnesium yang keduanya tidak diabsorbsi. Secara umum, diare osmotic
terjadi saat pencernaan dan/atau penyerapan bermasalah. Diare osmotik berhenti
dengan puasa dan memiliki pH asam.6
Diare sekretorik
Mekanisme diare sekretorik terdapat aktivasi mediator intraselular seperti
cAMP, cGMP, dan Ca2+ intraselular, yang menstimulasi sekresi Cl- aktif dari sel
kripta dan menginhibisi absorbsi natrium klorida coupled netral. Mediator ini
mengganggu ion flux paraselular karena cedera akibat toxin yang terjadi di tight
junction.6 Contoh klasik diare sekretorik yang ditimbulkan oleh kolera dan
enterotoksin Escherichia coli yang berikatan dengan reseptor permukaan enterosit
(monosialoganglioside GM1). Fragmen dari toksin kolera kemudian akan masuk
ke dalam sel dan mengaktivasi adenilat siklase pada membran basolateral melalui
interaksi dengan protein G. Kejadian ini meningkatkan cAMP intraselular yang
mengaktivasi protein spesifik yang kemudian membangkitkan pembukaan kanal
klorida.6
E. coli akan memediasi diare sekretorik dengan menghasilkan heat-labile
toxin (LT) dan heat-stable toxin (ST) di usus halus. Aksi LT serupa dengan toksin
kolera dan berikatan dengan reseptor permukaan yang sama. Penyebab lain diare
sekretorik adalah peptida vasoaktif yang mengaktivasi reseptor G protein-coupled
menyebabkan peningkatan mediator intraseluler.2
Diare sekretorik biasanya memiliki volume yang banyak, tinja
mengandung banyak sekali air. Analisis feses menunjukkan natrium dan klorida
yang tinggi (> 70 mEq/L). Diare sekretorik terus berlanjut dengan puasa.6
Konsep klasik bahwa diare sekretorik hanya diinduksi oleh bakteri mulai
mendapat tantangan dengan adanya bukti bahwa jalur sekresi ion serupa diinduksi
oleh agen virus dan protozoa.6 Rotavirus menghasilkan protein nonstruktural
(NSP4) yang dapat menstimulasi sekresi klorida dimediasi kalsium. Diare
sekretorik juga dapat muncul melalui proses noninfeksi. Beberapa hormon dan
neurotransmitter diketahui terlibat dalam sekresi intestinal sebagai bagian dari
system neuroendokrin yang terintegrasi dalam respon intestinal terhadap stimulus
luar.
terdiri dari faktor-faktor pencegah atau lingkungan internal saluran cerna antara
lain keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan lingkungan mikroflora usus.
Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel mukosa, kemampuan
memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan usus halus serta daya
lekat kuman.1
Diare infeksi dibagi menjadi:1
1.
2.
Patogenesis
Virus
Beberapa jenis virus seperti rotavirus, berkembang biak dalam epitel vili
usus halus, menyebabkan kerusakan sel epitel dan pemendekan vili. Hilangnya
sel-sel vili yang secara normal mempunyai fungsi absorpsi dan penggantian
sementara oleh sel epitel berbentuk kripta yang belum matang, menyebabkan usus
mensekresi air dan elektrolit. Kerusakan vili dapat juga dihubungkan dengan
hilangnya enzim disakaridase, menyebabkan berkurangnya absorpsi disakarida
terutama laktosa. Penyembuhan terjadi bila vili mengalami regenerasi dan epitel
vilinya menjadi matang.1
Bakteri
Protozoa
II.2 DEHIDRASI
Diare berat dan asupan oral terbatas dapat menyebabkan dehidrasi.
Manifestasi dari dehidrasi antara lain rasa haus meningkat, berkurangnya jumlah
buang air kecil, urin berwarna gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan
ortostatik. Pada keadaan diare berat dapat terjadi gagal ginjal akut dan perubahan
status mental (bingung dan pusing). Pada semua anak dengan diare, status hidrasi
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat, sedang, atau tanpa dehidrasi.7
Tabel 2. Klasifikasi keparahan dehidrasi pada anak dengan diare menurut
WHO7
Klasifikasi
Dehidrasi berat
Dehidrasi ringan
sedang
Tanpa dehidrasi
Lethargi/tidak sadar
Mata cekung
Gelisah, iritabilitas
Mata cekung
Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): turgor berkurang, suara serak (vox
cholerica), pasien belum jatuh dalam presyok
2.
Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien
presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam
3.
Dehidrasi berat (hilang cairan 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis.
Lebih banyak cairan diberikan pada anak untuk mencegah dehidrasi. Cairan
rumah seperti air tajin, air kelapa, sup sayur atau yoghurt dapat diberikan.
Cairan bersoda, cairan buah dengan pemanis buatan, dan glukosa tinggi
dihindari karena dapat menyebabkan diare osmotik. Selama tidak ada tanda
dan gejala malabsorpsi selama penanganan, penghentian susu dan dairy
product tidak direkomendasikan. Pemakaian rutin formula bebas laktosa tidak
mengurangi masa penyembuhan.
Restriksi atau penghentian makanan tidak dianjurkan. Anak tetap harus diberi
makan dengan nutrien dan kalori tinggi untuk mencegah malnutrisi. ASI tetap
dilanjutkan. Campuran sereal dan kacang, jus buah segar dan pisang dapat
diberikan. Saat diare berhenti, anak diberikan makanan ekstra setiap hari
selama satu minggu untuk mencapai berat badan sebelum sakit.
Tanda bahaya harus dijelaskan kepada ibu dan harus segera dilaporkan, rasa
haus berlebihan, mata cekung, demam, menolak makan atau minum, disentri,
pengurangan buang air kecil, kejang.
Plan B
Diare dengan dehidrasi ringan-sedang
Tentukan jumlah oralit untuk 3 jam pertama
Jika anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian lanjutkan lagi dengan lebih
lambat
Setelah 3 jam:
-
Tunjukkan beberapa banyak larutan oralit yang harus diberikan dirumah untuk
menyelesaikan 3 jam pengobatan
Plan C
Diare dengan dehidrasi berat
Tinjau ulang setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) untuk status hidrasi
dan pilih plan A, B, C untuk selanjutnya. Jika akses intravena tidak bisa
secara cepat, pikirkan pemberian ORS dengan NGT. Anak sadar dan tidak
terdapat ileus, 20 ml/kg/jam. Jika diharuskan, akses intraosseus dapat
dikerjakan pada anak di bawah 6 tahun.
Penatalaksanaan Lain4
Antibiotik
o Digunakan atas indikasi tertentu yaitu infeksi bakteri spesifik atau
protozoa, kolera, Shigella, Giardia. Pada pasien dengan diare berat
dan persisten, dengan penyakit lain seperti gagal jantung, penyakit
paru, dan AIDS.
sedikit
mengubah
konsistensi
tinja,
namun
tidak
Probiotik
o Beberapa strain probiotik (bakteri asam laktat atau mycetes)
ditemukan efektif sebagai adjuvan dalam menangani anak dengan
diare akut. Data dari randomized controlled trial yang didesain
dengan baik menunjukkan keuntungan yang secara statistik
signifikan dalam hal memperpendek masa sakit. Saat ini strain
probiotik
(terbanyak
Lactobacillus
GG dan Saccharomyces
Zinc
o Pada anak umur 2 bulan ke atas, tablet zinc diberikan selama 10
hari dengan dosis tablet (10)/hari untuk yang berusia <6 bulan,
dan 1 tablet (20 mg)/ hari untuk yang berusia > 6 bulan.
Hipotonik
Isotonik
Hipertonik
Berat badan
turun sekali
turun
turun
Turgor kulit
buruk
turun
tidak jelas
Mukosa
basah
kering
kering sekali
SSP
apatis
koma
iritabel, kejang,
Rasa haus
refleks meningkat
Sirkulasi
sangat buruk
buruk
relatif baik
Nadi
sangat lemah
cepat-lemah
cepat-keras
Tekanan darah
sangat rendah
rendah
rendah
insufisiensi
adrenal,
sindrom
Fanconi,
losses
muntah,
diare,
fistula,
post-op
tubes,
gastrocystoplasty
- Keringat, heat stroke
- Third space : efusi, asites, luka bakar, trauma otot, pankreatitis,
peritonitis
2) Euvolemik (+ jumlah Na total dan peningkatan total air dalam
tubuh)
Etiologi :
- intoksikasi air
- excess ADH
- defisiensi glukokortikoid
- hipotiroid
- reset osmotat : CVA, infeksi TB, malnutrisi
3) Hipervolemik (peningkatan Na total dalam tubuh dan air)
Etiologi :
- edema : GJK, sirosis, sindrom nefrotik, too much free water
khusunya pada neonatus
- gagal ginjal (akut, kronik)
Manifestasi Klinis
Apatis, agitasi, anorexia, mual, muntah, diare, lemah, perubahan status mental,
koma, hipotensi, kejang.
Tatalaksana
1. Tatalaksana tergantung penyebab yang mendasarinya.
2. Pada euvolemik dan hipervolemik ditatalaksana dengan restriksi cairan,
sedangkan pada hipovolemik perlu restriksi Na.
3. Pada hipovolemik dilakukan koreksi syok dengan penggantian cairan
menggunakan normal saline.
4. Hiponatremia simtomatik
a. Pada penurunan Na akut < 120 mEq/L sering terjadi kejang atau koma
b. Gejala biasanya dapat teratasi dengan peningkatan Na 3 mEq/L
c. Na yang dibutuhkan = (Na target Na sewaktu) x 0,6 x BB
Manifestasi Klinis
1. Lemah, paralisis, hiporefleks, ileus
2. Atrial and ventricular premature contractions, depresi ST, flattened T wave, U
wave, prolonged q-u interval
3. Toksisitas digitalis
Tatalaksana
1. Atasi kelainan yang mendasari.
2. Pemberian oral lebih disarankan : 1-3 mEq/kg/hari, koreksi membutuhkan 5-7
hari
3. Jika K < 2,5 diberikan melalui intravena 0,5 mEq/kg selama 1 jam
4. Kecepatan pemberian 0,25-0,5 mEq/kg/jam dan konsentrasi IVF < 40 mEq/L
merupakan batas aman
BAB III
PEMBAHASAN
Pasien adalah anak laki-laki berusia 2 tahun, datang dibawa oleh orang
tuanya dengan keluhan diare sejak 1 hari SMRS. Berdasarkan allo-anamnesis
yang dilakukan dengan orang tua pasien, pasien diare lebih dari 10 kali per hari.
BAB encer, sedikit ampas, berwarna coklat kekuningan, lendir (+), darah (-), tidak
berbau busuk dan tidak keruh seperti air cucian beras. Ibu pasien mengganti
popok lebih dari 4 kali dan popok selalu penuh dengan BAB encer. Mata nampak
cekung (+), lebih haus dari biasanya (+), dan rewel (+). Perut kembung (-),
demam (-), muntah (-), dan pucat (-). BAK dapat keluar namun sedikit dan warna
lebih pekat. Pasien juga sulit untuk diberi makan. Delapan jam SMRS pasien
dibawa oleh orang tuanya ke RSUD Bekasi. Tujuh jam SMRS pasien ke RSUD
Bekasi, pasien sempat muntah. Muntah setiap kali masuk makanan, muntah berisi
makanan berwarna sedikit kuning, darah (-), muntah hijau (-). Saat ini,
keadaannya lebih membaik, anak nampak lebih tenang, sudah tidak muntah, nafsu
makan membaik, diare hanya 1 kali, cairan > ampas, berwarna coklat kekuningan.
BAK dapat keluar, kurang lebih sebanyak setengah gelas aqua, warna lebih muda
dibandingkan dengan sebelumnya. Demam (-), batuk pilek (+).
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang dan letargi dengan
kesadaran compos mentis. Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Kesan
status gizi cukup. Status generalis dan neurologis tidak ditemukan adanya
abnormalitas. Pada pemeriksaan antropometri, BB 10 kg, TB 75 cm, LK 44 cm,
LILA 12 cm, dilakukan plotting ke dalam curva WHO dan didapatkan hasil
sebagai berikut:
BB/U
: 10 kg/11.8 kg = 78%
TB/U
: 75 cm/77 cm = 97%
BB/TB
: 10 kg/11,6 kg = 76,7%
: gizi kurang
Nutrition Management
BB (actual weight): 10 kg
Ideal body weight : 11,8 kg
TB : 75 cm
Penilaian Status Gizi
Penilaian nutrisi untuk anak lelaki kurang dari 36 bulan menggunakan kurva
WHO, yaitu weight for length (z-scores).
o WHO Z score : -2 s/d -3 SD (wasted)
Dalam menentukan status nutrisi digunakan rumus
Actual weight
perlu diketahui Berat Badan ideal (IBW) untuk bayi. Pada kurva WHO diatas
didapatkan IBW pada anak ini adalah 10 kg. Dengan demikian, status nutrisi anak
tersebut adalah:
Actual weight
Oleh sebab itu, berdasarkan klasifikasi Waterlow bayi tersebut diatas masuk
kedalam klasifikasi moderate malnutrition (> 70-80%).
Kebutuhan Kalori
Kcal
DAFTAR PUSTAKA
1.
Available at
Geneva,
2009.
2.
Kliegman RM, Behrman RE, Stanton BMD, Geme JS, Schor N. Nelson
textbook of pediatrics. Edisi 19. Saunders. 2011.
3.
4.
5.
6.
Walker WA, Kleinman RE, Sanderson IR, Sherman PM, Shneider BL.
Pediatric gastrointestinal disease. Edisi 4. 2004.
7.
WHO. Pocket book of hospital care for children. Guidelines for the
management of common illnesses with limited resources. 2005.
8.
Flink, Michael and Trauner, DA. Toxic and metabolic encephalopathies. In:
Ronald B. David; Clinical Pediatric Neurology. 3rd edition. New York: Demos
Medical, 2009. p119.
9.