morbili
Pembimbing:
Dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A
Penyusun:
Ferio Joelian
030.05.095
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
ini tepat pada waktunya, laporan kasus yang berjudul Morbili ini disusun dalam
rangka mengikuti kepanitraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Bekasi.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis:
1. dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A selaku dokter pembimbing serta Dokter
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penyusun
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat
dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan kepada pembaca.
Terimakasih
Penyusun
LAPORAN KASUS
1. IDENTITAS
Nama
: An. EL
Usia
: 9 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
: Ny. R / Tn. P
Usia ayah
: 34 thn
Pendidikan ayah
: D3
Pekerjaan ayah
: Pegawai PT
Usia ibu
: 32 thn
Pendidikan ibu
: SMK
Pekerjaan ibu
: Buruh jahit
Alamat
Masuk RS tanggal
: 22 September 2014
Keluar RS tanggal
: 25 September 2014
: 03461410
2. ANAMNESIS
(Allo anamnesis 22 September 2014)
Keluhan Utama :
Demam sejak 4 hari SMRS
Keluhan Tambahan :
Batuk, pilek, muntah, mata merah berair, nyeri pada perut dan
BAB cair
Riwayat Psikososial
Pasien adalah anak ketiga, tinggal berlima bersama kedua orangtua
nya. Lingkungan padat, bersih, dan di rumah tidak ada yang
menderita gejala yang sama , morbili ( - ), ventilasi rumah
memadai.
Kesan : lingkungan baik
Riwayat Kehamilan Ibu
Kunjungan ANC teratur dengan bidan setiap bulan, ibu tidak
mengkonsumsi obat-obatan selama masa kehamilan, ibu tidak
pernah sakit selama masa kehamilan, penyulit kehamilan tidak ada.
Kesan : Kehamilan normal tanpa penyulit
Riwayat Kelahiran
Lahir secara normal, di tolong bidan, lahir tunggal, cukup bulan,
langsung menangis, tidak ada cacat kongenital, BBL 3600 gram ,
PBL keluarga lupa , LK keluarga lupa
Riwayat Makanan
ASI sampai usia 2 minggu
Susu formula menggantikan ASI umur 2 minggu 3 bulan
(alergi)
Susu formula soya usia 3 bulan sampai usia sekarang
Bubur nestle mulai usia 6 bulan
Riwayat Alergi
Alergi susu (+), alergi cuaca-debu (-), alergi obat (-), makanan
(-)
Riwayat Imunisasi
Vaksin
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
Imunisasi
I
X
X
X
X
-
Tambahan
II
III
IV
X
X
X
X
X
X
Riwayat Pengobatan
Pernah diberikan obat batuk, dan penurun panas sirup dari klinik
namun keluarga lupa merek. Gejala tidak membaik
Antropometri
BB
: 21 kg
TB
: 130 cm
Status Gizi
BMI = 21/(1,3)2 = 12,42
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Tanda vital
Tekanan Darah
: tidak dilakukan
Suhu
: 38,1 C
Nadi
: 130 x/menit
Pernapasan
: 36 x/menit
Status Generalis
Kepala
: Normocephal simetris, ubun-ubun sudah
menutup, rambut bewarna hitam distribusi rata dan tidak
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
: tidak dilakukan
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi
Perkusi
Ekstremitas :
Atas : Udem (-/-), akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik, ruam makulopapular (+)
Bawah : Udem (-/-), akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik, ruam makulopapular (+)
Genitalia :
Perempuan, tidak terdapat kelainan
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
23 September 2014
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Rujukan
Hemoglobin
12.6
g/dL
11.3 15.5
Leukosit
5500
/mm3
4.3 10.4
Hematokrit
35.4
38 47
Trombosit
222
ribu/mm3
132 440
5. RESUME
An. perempuan berumur 9 tahun dengan BB 21 kg MRS dengan keluhan
demam tinggi timbul mendadak dan terus menerus sejak 4 hari SMRS.
Demam tinggi tidak disertai kejang, demam disertai batuk berdahak sejak 4
hari, kedua mata merah berair 2 hari SMRS, dan timbul ruam makulopapular
di wajah, dada, perut, punggung, tangan dan kaki sejak dirawat, lemas (+),
nafsu makan menurun (+) , BAB cair berwarna kekuningan 2x/hari.
Pada pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang
Kesadaran composmentis
Suhu 38,1 oCelcius
Konjungtiva hiperemis (+/+), ruam makulopapular di kulit (+), bibir
kering (+), faring hiperemis (+), stomatitis (+), koplik spot (-)
Pada Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,3, Ht 30,1, leukosit
5500 / mm3
6. DIAGNOSIS
Febris e.c morbili
7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Tepi
8. RENCANA TERAPI
Working Diagnosis : Morbili
Rencana Terapi
Follow Up
23/09/2014
24/09/2014
25/09/2014
Subjective
(+)
Nadi 110x/menit
(+)
Nadi 118x/menit
Nafas 40x/menit
Nafas 38x/menit
Suhu 38,0 C
Suhu 37,8 C
Assessment
Planning
Lanjutkan terapi
Lanjutkan terapi
Lanjutkan terapi
Objective
ANALISA KASUS
Pada kasus ini didiagnosa sebagai Morbilli karena dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik berdasarkan oleh criteria dari World Health Organization
(WHO) Tahun 2009 7 dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 20046
II.
yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas
rambut belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan
akhirnya ke ekstermitas.
Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam
III.
menjalar ke badan
o Timbul ruam seluruh tubuh, ekstremitas pada demam hari ke-8
Kesimpulan dari gejala klinis pada kasus ini di diagnose Morbilli sesuai dengan
criteria WHO Tahun 2009 dan IDAI Tahun 2004.
Pada kasus ini diagnosa banding berdasarkan referensi Nelson Tahun 2000 dan
dari Emedicine Tahun 2009 adalah:
1) Rubella
2) Roseola infantum
Berdasarkan referensi Nelson Tahun 2000:
1) Rubella
Manifestasi klinis:
o Masa inkubasi 14-21 hari
o Demam ringan atau tidak ada selama ruam dan menetap selama
1,2 atau 3 hari
o Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang
o Eksantema mulai pada muka dan menyebar dengan cepat
(dalam 24 jam), ruam dapat menghilang pada muka saat ruam
lanjutannya muncul pada badan
o Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3
o Tidak ada fotofobia
o Tanda khas: adenopati retroaurikuler, servikal posterior dan di
belakang oksipital
Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap):
o Sel darah putih normal atau sedikit menurun
o Trombositopeni jarang
2) Roseola infantum (eksantema subitum)
Manifestasi klinis
o Demam tinggi mendadak, demam turun dengan krisis pada hari ke
3-4
o Mukosa faring meradang
o Koryza
o Ketika suhu kembali normal, erupsi macular atau maculopapular
tampak diseluruh tubuh mulai pada badan menyebar ke lengan dan
leher, dan melibatkan muka dan kaki
o Ruam menghilang dalam 3 hari
Pemeriksaan laboratorium:
o Hari pertama demam: leukosit normal, kenaikan neutrofil
o Hari ke 3-4 demam: leukopeni, neutropenia absolute dan
limfositosis
Pemeriksaan
Lab Darah
Morbilli1
Rubella2
Roseola Infantum3
Leukopenia
Leucopenia
Leucopenia
Limfositopenia
Trombositopenia
Serologi/kultur
virus (+)
Limfositopeni
Rubella-specific
immunoglobulin
IgM dan IgG
Rencana pemeriksaan penunjang pada kasus ini, berdasarkan Nelson Tahun 2000
dan Emedicine Tahun 2009, untuk menyingkirkan diagnosis banding:
o Pemeriksaan serologi (measles complement fixation(CF) or Hemaglutinasi
Inhibisi antibody) positif dan kultur virus
o Pemeriksaan serologi Rubella-specific immunoglobulin IgM dan IgG
o Pemeriksaan serologi HHV-6-specific specific immunoglobulin IgM dan
IgG
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Morbili atau dengan Campak, Measles, Rubeola merupakan penyakit akut
yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya
menyerang anak. Virus campak dapat menyebabkan penyakit akut pada anak yang
dimulai dari traktus respiratorius bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan
jaringan sehingga mengakibatkan berbagai gejala klinis.
Etiologi
Penyebabnya adalah virus yang tergolong dalam famili Paramyxovirus
yaitu genus virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal dan dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam.
Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan
pada suhu 300C dan -200C, sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton.
Cara penularan penyakit ini dengan droplet dan kontak langsung dengan
penderita.
Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa kanak-kanak dan menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6
bulan dan setelah umur tersebut kekebalan mulai berkurang sehingga bayi dapat
menderita morbili.
Bila ibu menderita morbili pada trimester pertama, kedua dan ketiga
kehamilan, maka mungkin akan melahirkan anak dengan kelainan bawaan, berat
badan lahir rendah, lahir mati, atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia
1 tahun.
Bila ibu tidak /belum menderita morbili maka bayi yang dilahirkan tidak
memiliki kekebalan terhadap morbili. Sedangkan ibu yang menderita morbili pada
usia kehamilan 1-2 bulan, 50 % kemungkinan dapat menyebabkan abortus.
Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun
(0,77%).
Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit
Patofisiologi
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penyakit ini sangat mudah menular
dimana penularan dapat terjadi melalui:
ruam pada kulit sampai 5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak
sangat tinggi.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika
virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke-9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus
dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah
proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit-berat dan ruam yang
menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulser kecil pada mukosa pipi yang
disebut bercak Koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.
otitis
media
dan
sekunder
berupa
adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain
itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.
Gejala Klinis
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease yang memiliki
masa tunas 10-20 hari dan dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 C),
malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang
ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula
halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi
ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang
besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan
penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan.
Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit
splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang
biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada
kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
Berdasarkan gejala yang timbul, morbili dapat berupa :
Panas
Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat
puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan
peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode
normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai
39C-40,6C pada saat erupsi ruam mencapai puncaknya. Pada morbili yang tidak
mengalami komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbulnya
eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang
lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita
mengalami komplikasi.
Coryza
Tidak dapat dibedakan dengan common cold. Batuk dan bersin diikuti
dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada
saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan
menghilangnya panas.
Konjungtivitis
Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan transverse
marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan
dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema
palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia.
Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun
Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan.
Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun
demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam
waktu 5-10 hari.
Bercak Kopliks
Nama tersebut diambil dari Henry Koplik, nama seorang dokter spesialis
anak di Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda itu. Merupakan
gambaran bercak-bercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarum/ pasir yang
berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu.
Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari
pertama timbulnya ruam sudah dapat ditemukan adanya bercak Kopliks dan
menghilang hari ketiga timbulnya ruam.
Ruam
Timbul setelah 3-4 hari panas. Ruam mulai sebagai eritema makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian
menyebar kedaerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam
waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh
tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat ruam sudah sampai ke kaki,
maka ruam yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya leukopeni. Dalam
sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated
giant cell yang khas. Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan
serologi untuk memastikannya. Teknik pemeriksaan yang dapat digunakan adalah:
1. Fiksasi komplemen
2. Inhibisi hemaglutinasi
3. Metode antibodi fluoresensi tidak langsung
Diagnosis
Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Pada tahap
awal, sulit untuk menegakkan diagnosa campak. Adanya konjungtivitis
merupakan petunjuk berharga dalam upaya pengambilan diagnosa. Bila kita
berhasil menemukan bercak Koplik, maka diagnosa dini dapat kita tegakkan.
Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa:
Bersifat urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya
tidak disertai panas.
Komplikasi
a. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres
pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan
membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada
saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali
batuk yang masih terus sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun
pada saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung,
dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi
pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada fototoraks
dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang
berkembang malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa
terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode dernam, umumnya pada puncak demam saat
ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
d. Ensefalitis
juga
dapat
pleositpsis
diternukan.
ringan,
Pemeriksaan
dengan
cairan
predominan
sel
serebrpspinal
mononuklear,
Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtiviris, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia.
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau
antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit.
Konjungtiva dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis dan
menyebabkan kebutaan.
i. Sistem kardiovaskular
Pada ECG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T,
kontraksi prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan tersebut
bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.
Pengobatan
Morbili merupakan self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya
bersifat simptomatis yaitu ; memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu
tinggi, sedativum, dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul.
Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
Penurun panas (antipiretik) paracetamol 7,5-10mg/kg bb/kali, interval 6-8
jam.
Pengurang batuk : ekspektoran, gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50
100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu
diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein)
tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu.
Vitamin A dosis tunggal
1. Di bawah 1 tahun
: 100.000 unit
2. Di atas 1 tahun
: 200.000 unit
Antibiotika
1. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi
sekunder (seperti otitis media dan pnemonia)
Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan indikasi masuk
Rumah Sakit dianjurkan bila :
-
Bercak/
eksantema
merah
kehitaman
yang
menimbulkan
Dehidrasi berat
PEM berat
Pencegahan
Gamma globulin
Dapat diberikan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat
kontak dengan penderita
penerimanya. Walau demikian, pada beberapa kasus, orang yang telah mendapat
vaksinasi masih bisa terkena penyakit campak. Bila ini terjadi, gejala yang dialami
biasanya bersifat ringan.
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang
diberikan dapat berupa imunisasi aktif dan pasif.
Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah Live attenuated measles vaccine. Mulamula diberikan strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas
tinggi dan eksantema pada hari ke 7-12 post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini
sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di lengan lain.
Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan
bersama gamma globulin. Di Indonesia digunakan vaksin virus morbili hidup
yang telah dilemahkan yaitu strain Schwarz. Vaksin ini diberikan sebanyak 0,5 ml
secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.
Vaksin ini diberikan secara subcutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan.
Pada anak dibawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan
yang baik, karena gangguan antibodi yang dibawa sejak lahir.
Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi terhadap tuberkulin
selam 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat imunoglobulin atau
tranfusi darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurangkurangnya 3 bulan.
Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila :
-
Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai
dengan demam lebih dari 38C
Imunisasi pasif
Tidak banyak dianjurkan karena terdapat risiko terjadinya ensefalitis dan
aktivasi tuberkulosis.
Prognosis
Morbili merupakan self limiting disease dan berlangsung 7-10 hari
sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik.
Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :
DAFTAR PUSTAKA
Ranuh, I.G.N, Et Al. Pedoman Imunisasi Di Indonesia, Satgas ImunisasiIkatan Dokter Anak Indonesia Jakarta: BP3 IDAI. 2008.
Soedarmo, P.S.S, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi Dan
Penyakit Tropis. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008.