Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN KASUS

morbili

Pembimbing:
Dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A

Penyusun:
Ferio Joelian
030.05.095

Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata


Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi
Periode 18 Agustus 24 Oktober 2014
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
ini tepat pada waktunya, laporan kasus yang berjudul Morbili ini disusun dalam
rangka mengikuti kepanitraan Klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit
Umum Daerah Bekasi.
Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesarbesarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis:
1. dr. Mas Wishnuwardhana, Sp.A selaku dokter pembimbing serta Dokter
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Bekasi.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penyusun
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat
dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan kepada pembaca.
Terimakasih

Jakarta, Oktober 2014

Penyusun

LAPORAN KASUS

1. IDENTITAS

Nama

: An. EL

Usia

: 9 tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Nama Orang Tua

: Ny. R / Tn. P

Usia ayah

: 34 thn

Pendidikan ayah

: D3

Pekerjaan ayah

: Pegawai PT

Usia ibu

: 32 thn

Pendidikan ibu

: SMK

Pekerjaan ibu

: Buruh jahit

Alamat

: Jl. Sentosa Raya blok D 07 Pondok Gede

Masuk RS tanggal

: 22 September 2014

Keluar RS tanggal

: 25 September 2014

No. Rekam Medis

: 03461410

2. ANAMNESIS
(Allo anamnesis 22 September 2014)

Keluhan Utama :
Demam sejak 4 hari SMRS

Keluhan Tambahan :
Batuk, pilek, muntah, mata merah berair, nyeri pada perut dan
BAB cair

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan demam 4
hari. Keluarga pasien mengaku demam mendadak tinggi dan juga
dirasakan terus menerus, tidak disertai menggigil dan kejang.
Demam disertai batuk dan pilek yang dirasakan sejak 4 hari
terakhir ini, batuk berdahak. Pada hari kedua pasien berobat ke

dokter dan diberikan penurun panas dan obat batuk. Keluarga


mengaku tidak ada perbaikan.
Keluarga mengaku mata pasien merah serta berair, tidak
ada kotoran sejak 2 hari SMRS. Pada hari ke 3 muncul bintikbintik dibelakang leher. Pada hari ke 4 panas belum juga turun,
pasien dibawa ke IGD.
Ketika dirawat pasien demam, dan tidak muntah. Timbul
ruam makulopapular di wajah, dada, perut, punggung, tangan dan
kaki. Keluarga mengeluh BAB pasien mulai cair, warna kuning,
ampas (+), darah (-), lender (-), tidak berbau busuk dan tidak
berbusa sejak 1 hari rawat RS dengan intensitasnya 2x/hari dan
buang air kecil tidak ada keluhan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Kejang demam (-)


Campak (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :


Campak (-)
Alergi (-)

Riwayat Psikososial
Pasien adalah anak ketiga, tinggal berlima bersama kedua orangtua
nya. Lingkungan padat, bersih, dan di rumah tidak ada yang
menderita gejala yang sama , morbili ( - ), ventilasi rumah

memadai.
Kesan : lingkungan baik
Riwayat Kehamilan Ibu
Kunjungan ANC teratur dengan bidan setiap bulan, ibu tidak
mengkonsumsi obat-obatan selama masa kehamilan, ibu tidak
pernah sakit selama masa kehamilan, penyulit kehamilan tidak ada.
Kesan : Kehamilan normal tanpa penyulit

Riwayat Kelahiran
Lahir secara normal, di tolong bidan, lahir tunggal, cukup bulan,
langsung menangis, tidak ada cacat kongenital, BBL 3600 gram ,
PBL keluarga lupa , LK keluarga lupa

Kesan : Status kelahiran data kurang lengkap

Riwayat Makanan
ASI sampai usia 2 minggu
Susu formula menggantikan ASI umur 2 minggu 3 bulan
(alergi)
Susu formula soya usia 3 bulan sampai usia sekarang
Bubur nestle mulai usia 6 bulan

Kesan : Tidak mendapat ASI eksklusif

Riwayat Alergi
Alergi susu (+), alergi cuaca-debu (-), alergi obat (-), makanan
(-)

Riwayat Imunisasi

Vaksin
BCG
DPT
Polio
Hepatitis B
Campak
Imunisasi

I
X
X
X
X
-

Tambahan

II

III

IV

X
X
X

X
X
X

Tidak mendapat imunisasi tambahan

Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat Pengobatan
Pernah diberikan obat batuk, dan penurun panas sirup dari klinik
namun keluarga lupa merek. Gejala tidak membaik

Antropometri
BB
: 21 kg
TB
: 130 cm
Status Gizi
BMI = 21/(1,3)2 = 12,42

Kesan = gizi kurang

3. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum

: Sakit sedang

Kesadaran

: Compos Mentis

Tanda vital

Tekanan Darah

: tidak dilakukan

Suhu

: 38,1 C

Nadi

: 130 x/menit

Pernapasan

: 36 x/menit

Status Generalis
Kepala
: Normocephal simetris, ubun-ubun sudah
menutup, rambut bewarna hitam distribusi rata dan tidak

mudah dicabut, ruam makulopapular (+)


: Konjungtiva anemis (-/-), Konjungtiva hiperemis (+/+),
Sklera ikterik (-/-),
Hidung
: Septum deviasi (-), sekret (-/-)
Mulut
: Bibir kering (+), stomatitis (+), faring
hiperemis (+), koplik spot (-)
Telinga : serumen (-), darah (-)
Leher
: Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)
Pemeriksaan Thorax
Paru
Mata

Inspeksi

: Pergerakan dinding dada simetris

Palpasi

: Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris

Perkusi

: Sonor pada ke 2 lapang paru, batas paru dan hepar


setinggi ICS 5

Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis teraba pada ICS V linea midcalvicularis


sinistra

Perkusi

: tidak dilakukan

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop (-)

Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi

: Permukaan datar, ruam makulopapular (+)

Auskultasi : Bising usus 12 x/menit (+) normal


Palpasi

: Abdomen supel, turgor kembali cepat, organomegali (-)

Perkusi

: Timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas :
Atas : Udem (-/-), akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik, ruam makulopapular (+)
Bawah : Udem (-/-), akral hangat, sianosis (-),
CRT < 2 detik, ruam makulopapular (+)

Genitalia :
Perempuan, tidak terdapat kelainan

4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
23 September 2014
Pemeriksaan

Hasil

Satuan

Nilai Rujukan

Hemoglobin

12.6

g/dL

11.3 15.5

Leukosit

5500

/mm3

4.3 10.4

Hematokrit

35.4

38 47

Trombosit

222

ribu/mm3

132 440

5. RESUME
An. perempuan berumur 9 tahun dengan BB 21 kg MRS dengan keluhan
demam tinggi timbul mendadak dan terus menerus sejak 4 hari SMRS.

Demam tinggi tidak disertai kejang, demam disertai batuk berdahak sejak 4
hari, kedua mata merah berair 2 hari SMRS, dan timbul ruam makulopapular
di wajah, dada, perut, punggung, tangan dan kaki sejak dirawat, lemas (+),
nafsu makan menurun (+) , BAB cair berwarna kekuningan 2x/hari.
Pada pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum pasien tampak sakit sedang
Kesadaran composmentis
Suhu 38,1 oCelcius
Konjungtiva hiperemis (+/+), ruam makulopapular di kulit (+), bibir
kering (+), faring hiperemis (+), stomatitis (+), koplik spot (-)
Pada Pemeriksaan Laboratorium :
Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 10,3, Ht 30,1, leukosit
5500 / mm3
6. DIAGNOSIS
Febris e.c morbili
7. RENCANA PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Darah Tepi
8. RENCANA TERAPI
Working Diagnosis : Morbili
Rencana Terapi

Pasien diisolasi, tirah baring

Infus Tridex 27B : 21 kg x 100 : 2100 ml


: 2100 x 15 : 16 tpm
24 x 60
Sanmol : 3 x 1,5 cth/hari (dosis 10mg/kgBB/hari)
Vit A 200.000 IU inj tunggal/hari
Cefotaxime 2 x 500mg (dosis 50 mg/kgBB/hari)
Ranitidin 2 x 1/2amp (dosis 2mg/kgBB/hari)
Cetirizine 2x1/2 tab (dosis 5mg/hari)
Isprinol 3x1 cth (dosis 50mg/kgBB/hari)

Ambroxol syr 3x1 cth (dosis 1,2mg/kgBB/hari)


Nutrisi
Berikan susu, konsumsi buah pisang bisa membantu masalah BAB, tetap
bujuk anak untuk makan walaupun sedikit (bubur nasi suwir daging) dan
tetap jaga kebersihan (Sanitasi dan hygenitas).
9. PROGNOSIS
o Ad vitam
: Ad bonam
o Ad sanationam : Ad bonam
o Ad fungsionam : Ad bonam

Follow Up

23/09/2014

24/09/2014

25/09/2014

Subjective

Batuk kering (+),

Batuk kering (+),

ruam (+), BAB cair

ruam (+), BAB cair

2x, ruam (+), muntah

2x, Muntah (-),

(-), mata merah berair

mata merah berair

(+)
Nadi 110x/menit

(+)
Nadi 118x/menit

Nafas 40x/menit

Nafas 38x/menit

Suhu 38,0 C

Suhu 37,8 C

Assessment

Morbili std erupsi

Morbili std erupsi

Morbili std erupsi

Planning

Lanjutkan terapi

Lanjutkan terapi

Lanjutkan terapi

Objective

Batuk kering (-),


ruam (+), BAB 2x
tidak cair
Muntah (-),
Mata merah berair
(+)
Nadi 105x/menit
Nafas 35x/menit
Suhu 36,8 C

ANALISA KASUS
Pada kasus ini didiagnosa sebagai Morbilli karena dari anamnesis dan
pemeriksaan fisik berdasarkan oleh criteria dari World Health Organization
(WHO) Tahun 2009 7 dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 20046

1. Berdasarkan WHO Tahun 20097 :


Gejala awal adalah demam tinggi yang dimulai 10-12 hari
setelah pajanan terhadap virus, dan bertahan selama 4-7
hari
Coryza, batuk dan konjungtivitis, bercak Koplik pada
mukosa bucal pada stadium inisial
Setelah beberapa hari, timbul ruam biasanya pada muka
dan leher
Dalam 3 hari, ruam menyebar ke tangan dan kaki
Ruam menetap selama 5 hingga 6 hari dan kemudian
menghilang
2. Berdasarkan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Tahun 20046, campak,
measles atau rubeola adalah suatu penyakit virus akut yang menular yang
disebabkan oleh virus RNA dari Famili Paramixoviridae, gejala klinis
terjadi setelah masa inkubasi 10-12 hari, terdiri dari tiga stadium:
I.
Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai demam yang
diikuti batuk dan pilek, faring merah, nyeri menelan, stomatitis,
dan konjungtivitis. Tanda patognomonik timbulnya enantema
mukosa pipi di depan molar tiga disebut bercak Koplik
Stadium erupsi, ditandai dengan timbulnya ruam makulo-papular

II.

yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas
rambut belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher, dan
akhirnya ke ekstermitas.
Stadium penyembuhan (konvalesens), setelah 3 hari ruam

III.

berangsur-angsur menghilang sesuai urutan timbulnya. Ruam kulit


menjadi kehitaman dan mengelupas yang akan menghilang setelah
1-2 minggu
Pada kasus ini dari anamnesa dan pemeriksaan fisik diketahui bahwa:
o
o
o
o
o

Demam sejak 4 hari SMRS


Batuk kering dan pilek
Kelopak mata bengkak, merah, dan mata berair
Bercak putih pada lidah dan mukosa bibir
Timbul ruam pada demam hari ke-3 mulai dari leher, muka

menjalar ke badan
o Timbul ruam seluruh tubuh, ekstremitas pada demam hari ke-8

Kesimpulan dari gejala klinis pada kasus ini di diagnose Morbilli sesuai dengan
criteria WHO Tahun 2009 dan IDAI Tahun 2004.

Hasil laboratorium untuk Morbilli berdasarkan sumber:


1. Emedicine1 Tahun 2009
Pemeriksaan darah lengkap : Limfositopenia
Pemeriksaan serologi (measles complement fixation(CF) or Hemaglutinasi
Inhibisi antibody) positif dan kultur virus untuk diagnosa pasti

2. Nelson Ilmu Kesehatan Anak6 Tahun 2000


Konfirmasi laboratorium jarang diperlukan
Pemeriksaan darah lengkap: leucopenia, limfositosis relative dan kadar
glukosa normal
Pada kasus ini, didapatkan hasil laboratorium yang dilakukan pada tanggal 4 April
2010 adalah seperti berikut:
Leukosit normal
Limfositopenia
Kesimpulan dari hasil laboratorium pasien ini, menunjang diagnosa Morbilli
berdasarkan Emedicine Tahun 2009 dan Nelson Tahun 2004.

Pada kasus ini diagnosa banding berdasarkan referensi Nelson Tahun 2000 dan
dari Emedicine Tahun 2009 adalah:
1) Rubella
2) Roseola infantum
Berdasarkan referensi Nelson Tahun 2000:
1) Rubella
Manifestasi klinis:
o Masa inkubasi 14-21 hari

o Demam ringan atau tidak ada selama ruam dan menetap selama
1,2 atau 3 hari
o Mukosa faring dan konjungtiva sedikit meradang
o Eksantema mulai pada muka dan menyebar dengan cepat
(dalam 24 jam), ruam dapat menghilang pada muka saat ruam
lanjutannya muncul pada badan
o Erupsi biasanya jelas pada hari ke 3
o Tidak ada fotofobia
o Tanda khas: adenopati retroaurikuler, servikal posterior dan di
belakang oksipital
Pemeriksaan laboratorium (Darah Lengkap):
o Sel darah putih normal atau sedikit menurun
o Trombositopeni jarang
2) Roseola infantum (eksantema subitum)
Manifestasi klinis
o Demam tinggi mendadak, demam turun dengan krisis pada hari ke
3-4
o Mukosa faring meradang
o Koryza
o Ketika suhu kembali normal, erupsi macular atau maculopapular
tampak diseluruh tubuh mulai pada badan menyebar ke lengan dan
leher, dan melibatkan muka dan kaki
o Ruam menghilang dalam 3 hari
Pemeriksaan laboratorium:
o Hari pertama demam: leukosit normal, kenaikan neutrofil
o Hari ke 3-4 demam: leukopeni, neutropenia absolute dan
limfositosis

Berdasarkan referensi dari Emedicine-Measles Tahun 2009:


1. Rubella
Manifestasi klinis:
o Masa inkubasi 14-21 hari setelah pajanan
o Konjungtivitis
o Nyeri tenggorokan
o Demam ringan
o Malaise dan nausea

o Ruam makulopapular dimulai dari muka, leher dan


menyebar secara centrifugal ke dada dan ekstremitas terjadi
dalam 24 jam. Kemudian menghilang mulai dari muka pada
hari ke 2 dan menghilang seluruhnya pada akhir hari ke 3.
2. Roseola infantum
Manifestasi klinis :
o Demam tinggi
o Ruam makulopapular, dimulai dari dada dan menyebar ke
leher dan ekstremitas, tidak gatal, pucat bila ditekan. Ruam
o
o
o
o
o

Pemeriksaan

Lab Darah

menghilang dalam 12 jam sampai 1-2 hari


Batuk
Kejang
Diare
Irratibility
Anterior fontanel bulging

Morbilli1

Rubella2

Roseola Infantum3

Leukopenia

Leucopenia

Leucopenia

Limfositopenia

Trombositopenia

Serologi IgM, IgG

Serologi/kultur
virus (+)

Limfositopeni
Rubella-specific
immunoglobulin
IgM dan IgG

Rencana pemeriksaan penunjang pada kasus ini, berdasarkan Nelson Tahun 2000
dan Emedicine Tahun 2009, untuk menyingkirkan diagnosis banding:
o Pemeriksaan serologi (measles complement fixation(CF) or Hemaglutinasi
Inhibisi antibody) positif dan kultur virus
o Pemeriksaan serologi Rubella-specific immunoglobulin IgM dan IgG
o Pemeriksaan serologi HHV-6-specific specific immunoglobulin IgM dan
IgG

Penatalaksanaan berdasarkan referensi Emedicine Tahun 2009 1


Tidak ada pengobatan khusus untuk campak. Selalunya dengan terapi suportif:

Anak sebaiknya menjalani tirah baring


Pemasangan akses intravena, karena pasien demam tinggi,
kemungkinan terjadi dehidrasi sangat mudah, dan juga untuk

memasukkan obat-obatan injeksi


Untuk menurunkan demam, diberikan antipiretik seperti

asetaminofen atau ibuprofen


Jika terjadi infeksi sekunder seperti pneumonia, otitis media maka

baiknya diberikan antibiotic (contohnya ceftriaxone)


Terapi Vitamin A terbukti menurunkan angka morbiditas dan
mortalitas. World World Health Organization (WHO)
menganjurkan pemberian vitamin A kepada semua anak dengan
campak, dimana defisiensi vitamin A dikenal pasti sebagai satu
masalah. Konsentrasi serum vitamin A rendah ditemukan pada
anak dengan campak yang parah di Amerika Serikat. Jadi,
pertimbangkan tambahan vitamin A pada pasien yang berumur 6
bulan sampai 2 tahun yang dirawat di rumah sakit dengan campak
dan komplikasinya (misalnya, batuk, pneumonia, diare).

Penatalaksanaan pada pasien ini:

Pasien di rawat di ruang anak


Tirah baring
Kebutuhan cairan : 125cc/kgBB/hari
o Oral: Diet bubur tim tanpa sayur, minum
o IVFD tridex 27B 100cc/kgBB/hari16tetes/menit (makro)
Pengobatan suportif:
o Antibiotic : cefotaxime (dosis 50mg/kgBB/hari)
o Antipiretik : sanmol (dosis 10mg/kgBB/hari)
o Konjungtivitis : Vitamin A 200.000 iu
o Mengurangi produksi asam lambung : ranitidin (dosis
2mg/kgBB/hari)
o Antitusif : ambroxol (dosis 1,2mg/kgBB/hari)
o Imunomodulator : isprinol (dosis 50mg/kgBB/hari)
o Antihistamin : cetirizine (dosis 5mg/hari)

Prognosis berdasarkan referensi Nelson Tahun 2000 dan Emedicine Tahun


20091
Prognosis untuk kasus ini sangat baik dengan penyembuhan sempurna tanpa parut
dan tanpa komplikasi. Pada umumnya angka kematian telah menurun pada tahuntahun ini sampai tingkat rendah pada semua kelompok umur, terutama karena
keadaan sosioekonomi membaik, tetapi juga karena terapi antibacterial efektif
untuk pengobatan infeksi sekunder.

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi
Morbili atau dengan Campak, Measles, Rubeola merupakan penyakit akut
yang sangat menular, disebabkan oleh infeksi virus yang pada umumnya
menyerang anak. Virus campak dapat menyebabkan penyakit akut pada anak yang
dimulai dari traktus respiratorius bagian atas, selanjutnya menyebar ke organ dan
jaringan sehingga mengakibatkan berbagai gejala klinis.
Etiologi
Penyebabnya adalah virus yang tergolong dalam famili Paramyxovirus
yaitu genus virus morbili. Virus ini terdapat dalam sekret nasofaring dan darah
selama masa prodromal dan dalam waktu yang singkat setelah timbul ruam.
Virus ini sangat sensitif terhadap panas dan dingin, dan dapat diinaktifkan
pada suhu 300C dan -200C, sinar ultraviolet, eter, tripsin, dan betapropiolakton.
Cara penularan penyakit ini dengan droplet dan kontak langsung dengan
penderita.
Epidemiologi
Biasanya penyakit ini timbul pada masa kanak-kanak dan menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita
morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6
bulan dan setelah umur tersebut kekebalan mulai berkurang sehingga bayi dapat
menderita morbili.
Bila ibu menderita morbili pada trimester pertama, kedua dan ketiga
kehamilan, maka mungkin akan melahirkan anak dengan kelainan bawaan, berat
badan lahir rendah, lahir mati, atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia
1 tahun.
Bila ibu tidak /belum menderita morbili maka bayi yang dilahirkan tidak
memiliki kekebalan terhadap morbili. Sedangkan ibu yang menderita morbili pada
usia kehamilan 1-2 bulan, 50 % kemungkinan dapat menyebabkan abortus.
Di Indonesia, menurut survei Kesehatan Rumah Tangga, campak
menduduki tempat ke-5 dalam urutan 10 penyakit utama pada bayi (0,7%) dan
tempat ke-5 dalam urutan 10 macam penyakit utama pada anak umur 1-4 tahun
(0,77%).
Telah diketahui bahwa campak menyebabkan penurunan daya tahan tubuh
secara umum, sehingga mudah terjadi infeksi sekunder atau penyulit. Penyulit

yang sering dijumpai bronkopneumonia (75,2%), gastroenteritis (7,1%),


ensefalitis (6,7%) dan lain-lain (7,9%).
Faktor Resiko :
Daya tahan tubuh yang lemah
Belum pernah terkena campak
Belum pernah mendapat vaksinasi campak

Patofisiologi
Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah
dapat menimbulkan infeksi pada seseorang. Penyakit ini sangat mudah menular
dimana penularan dapat terjadi melalui:

Percikan ludah yang mengandung virus (droplet infection)

Kontak langsung dengan penderita

Penggunaan peralatan makan dan minum bersama


Penderita dapat menularkan penyakitnya sejak 2-4 hari sebelum timbulnya

ruam pada kulit sampai 5 hari sejak ruam timbul. Tingkat infektivitas campak
sangat tinggi.
Gambaran kejadian awal di jaringan limfoid masih belum diketahui secara
lengkap, tetapi 5-6 hari sesudah infeksi awal, fokus infeksi terwujud yaitu ketika
virus masuk ke dalam pembuluh darah dan menyebar ke permukaan epitel
orofaring, konjungtiva, saluran nafas, kulit, kandung kemih dan usus.
Pada hari ke-9-10 fokus infeksi yang berada di epitel saluran nafas dan
konjungtiva, satu sampai dua lapisan mengalami nekrosis. Pada saat itu virus
dalam jumlah banyak masuk kembali ke pembuluh darah dan menimbulkan
manifestasi klinis dari sistem saluran nafas diawali dengan keluhan batuk pilek
disertai selaput konjungtiva yang tampak merah. Respons imun yang terjadi ialah
proses peradangan epitel pada sistem saluran pernafasan diikuti dengan
manifestasi klinis berupa demam tinggi, anak tampak sakit-berat dan ruam yang
menyebar ke seluruh tubuh, tampak suatu ulser kecil pada mukosa pipi yang
disebut bercak Koplik, merupakan tanda pasti untuk menegakkan diagnosis.

Akhimya muncul ruam makulopapular pada hari ke-14 sesudah awal


infeksi dan pada saat itu antibodi humoral dapat dideteksi. Selanjutnya daya tahan
tubuh menurun, sebagai akibat respons delayed hypersensitivity terhadap antigen
virus terjadilah ruam pada kulit, kejadian ini tidak tampak pada kasus yang
mengalami defisit sel-T. Fokus infeksi tidak menyebar jauh ke pembuluh darah.
Vesikel tampak secara mikroskopik di epidermis tetapi virus tidak berhasil
tumbuh di kulit. Penelitian dengan imunofluoresens dan histologik menunjukkan
bahwa antigen campak dan gambaran histologik pada kulit berupa suatu reaksi
Arthus. Daerah epitel yang nekrotik di nasofaring dan saluran pernafasan
memberikan kesempatan serangan infeksi bakteri
bronkopneumonia,

otitis

media

dan

sekunder

berupa

lain-lain. Dalam keadaan tertentu

adenovirus dan herpes virus pneumonia dapat terjadi pada kasus campak, selain
itu campak dapat menyebabkan gizi kurang.

Gejala Klinis
Penyakit ini merupakan salah satu self limiting disease yang memiliki
masa tunas 10-20 hari dan dibagi dalam 3 stadium, yaitu :
1. Stadium kataral (prodromal)
Biasanya stadium ini berlangsung selama 4- 5 hari disertai panas (38,5 C),
malaise, batuk, nasofaringitis, fotofobia, konjungtivitis dan koriza. Menjelang
akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul enantema, timbul bercak koplik
yang patognomonik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak koplik
berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Lokalisasinya di mukosa bukalis berhadapan dengan molar bawah. Jarang
ditemukan di bibir bawah tengah atau palatum. Kadang-kadang terdapat makula
halus yang kemudian menghilang sebelum stadium erupsi. Gambaran darah tepi
ialah limfositosis dan leukopenia. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai
influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza. Diagnosis perkiraan yang
besar dapat dibuat bila ada bercak koplik dan penderita pernah kontak dengan
penderita morbili dalam waktu 2 minggu terakhir.
2. Stadium erupsi
Koriza dan batuk-batuk bertambah. Timbul enantema atau titik merah di
palatum durum dan palatum mole. Kadang-kadang terlihat pula bercak koplik.
Terjadinya eritema yang berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan.
Diantara makula terdapat kulit yang normal. Mula-mula eritema timbul
dibelakang telinga, di bagian atas lateral tengkuk, sepanjang rambut dan bagian
belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa
gatal, muka bengkak. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan
menghilang dengan urutan seperti terjadinya. Terdapat pembesaran kelenjar getah
bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang. Terdapat pula sedikit
splenomegali. Tidak jarang disertai diare dan muntah. Variasi dari morbili yang
biasa ini adalah black measles, yaitu morbili yang disertai perdarahan pada
kulit, mulut, hidung dan traktus digestivus.
3. Stadium konvalesensi
Erupsi berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua
(hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan hilang sendiri. Selain
hiperpigmentasi pada anak Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik.
Hiperpigmentasi ini merupakan gejala patognomonik untuk morbili. Pada
penyakit-penyakit lain dengan eritema dan eksantema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi. Suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada
komplikasi.
Berdasarkan gejala yang timbul, morbili dapat berupa :

Panas
Panas dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam yaitu pada saat
puncak timbulnya erupsi. Kadang-kadang temperatur dapat bifasis dengan
peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama diikuti dengan periode
normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai
39C-40,6C pada saat erupsi ruam mencapai puncaknya. Pada morbili yang tidak
mengalami komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbulnya
eksantema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang
lengkap, panas biasanya turun. Bila panas menetap, maka kemungkinan penderita
mengalami komplikasi.
Coryza
Tidak dapat dibedakan dengan common cold. Batuk dan bersin diikuti
dengan hidung tersumbat dan sekret yang mukopurulen dan menjadi profus pada
saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan
menghilangnya panas.
Konjungtivitis
Pada stadium awal periode prodromal dapat ditemukan transverse
marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan
dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edema
palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan peningkatan lakrimasi dan fotofobia.
Konjungtivitis akan menghilang setelah demam turun
Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa saluran pernafasan.
Intensitas batuk meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun
demikian batuk dapat bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam
waktu 5-10 hari.
Bercak Kopliks
Nama tersebut diambil dari Henry Koplik, nama seorang dokter spesialis
anak di Amerika Serikat yang pertama mendeteksi tanda itu. Merupakan
gambaran bercak-bercak kecil yang ireguler sebesar ujung jarum/ pasir yang
berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu.
Gambaran ini merupakan salah satu tanda patognomonik morbili. Pada hari
pertama timbulnya ruam sudah dapat ditemukan adanya bercak Kopliks dan
menghilang hari ketiga timbulnya ruam.

Ruam
Timbul setelah 3-4 hari panas. Ruam mulai sebagai eritema makulopapuler, mulai timbul dari belakang telinga pada batas rambut, kemudian
menyebar kedaerah pipi, leher, seluruh wajah dan dada serta biasanya dalam
waktu 24 jam sudah menyebar sampai ke lengan atas dan selanjutnya ke seluruh
tubuh, mencapai kaki pada hari ketiga. Pada saat ruam sudah sampai ke kaki,
maka ruam yang timbul lebih dulu mulai berangsur-angsur menghilang.
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan adanya leukopeni. Dalam
sputum, sekresi nasal, sedimen urine dapat ditemukan adanya multi nucleated
giant cell yang khas. Pada kasus-kasus atipik, dapat dilakukan pemeriksaan
serologi untuk memastikannya. Teknik pemeriksaan yang dapat digunakan adalah:
1. Fiksasi komplemen
2. Inhibisi hemaglutinasi
3. Metode antibodi fluoresensi tidak langsung
Diagnosis
Diagnosa biasanya ditegakkan berdasarkan temuan klinis. Pada tahap
awal, sulit untuk menegakkan diagnosa campak. Adanya konjungtivitis
merupakan petunjuk berharga dalam upaya pengambilan diagnosa. Bila kita
berhasil menemukan bercak Koplik, maka diagnosa dini dapat kita tegakkan.
Hal-hal yang membantu penegakan diagnosa:

Riwayat kontak dengan penderita campak

Gejala demam, batuk, pilek dan konjungtivitis

Bercak Koplik (patognomonik)

Erupsi makulopapula dengan tahap-tahap pemunculan yang khas

Bercak berwarna kehitaman pada kulit setelah sembuh

Diagnosis didasarkan atas gejala dan tanda sebagai berikut :


Anamnesis :
1. Anak dengan panas 3-5 hari (biasanya tinggi, mendadak), batuk, pilek harus
dicurigai atau di diagnosis banding morbili.

2. Mata merah, tahi mata, fotofobia, menambah kecurigaan.


3. Dapat disertai diare dan muntah.
4. Dapat disertai dengan gejala perdarahan (pada kasus yang berat) : epistaksis,
petekie, ekimosis.
5. Anak resiko tinggi adalah bila kontak dengan penderita morbili (1 atau 2
minggu sebelumnya) dan belum pernah vaksinasi campak.
Pemeriksaan fisik :
1. Pada stadium kataral manifestasi yang tampak mungkin hanya demam
(biasanya tinggi) dan tanda-tanda nasofaringitis dan konjungtivitis.
2. Pada umunya anak tampak lemah.
3. Koplik spot pada hari ke 2-3 panas (akhir stadium kataral).
4. Pada stadium erupsi timbul ruam (rash) yang khas : ruam makulopapular
yang munculnya mulai dari belakang telinga, mengikuti pertumbuhan rambut
di dahi, muka, dan kemudian seluruh tubuh.
Diagnosis Banding
1. German measles (Rubela)
Gejala lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi saluran nafas bagian
atas, demam ringan, namun terdapat pembesaran kelenjar regional di daerah
suboccipital dan post aurikuler. Ruam lebih halus yang mula-mula timbul pada
daerah wajah lalu menyebar ke batang tubuh dan menghilang dalam waktu 3 hari.
2. Eksantema subitum
Ruam akan muncul bila suhu badan menjadi normal. Rubeola infantum
(eksantema subitum) dibedakan dari campak dimana ruam dari roseola infantum
tampak ketika demam menghilang. Ruam rubella dan infeksi enterovirus
cenderung untuk kurang mencolok daripada ruam campak, sebagaimana tingkat
demam dan keparahan penyakit. Walaupun batuk ada pada banyak infeksi
ricketsia, ruam biasanya tidak melibatkan muka, yang pada campak khas terlibat.
Tidak adanya batuk atau riwayat injeksi serum atau pemberian obat biasanya
membantu mengenali penyakit serum atau ruam karena obat. Meningokoksemia
dapat disertai dengan ruam yang agak serupa dengan ruam campak, tetapi batuk
dan konjungtivitis biasanya tidak ada. Pada meningokoksemia akut ruam khas

purpura petekie. Rash karena obat-obatan lebih bersifat urtikaria, sehingga


rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak disertai panas.
3. Infeksi oleh Ricketsia
Gejala prodromal lebih ringan, rash tidak dijumpai di wajah dan kopliks spot
tidak ada.
4. Infeksi mononucleolus
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.
5. Rash karena obat-obatan

Bersifat urtikaria, sehingga rashnya lebih besar, luas, menonjol dan umumnya
tidak disertai panas.
Komplikasi
a. Laringitis akut
Laringitis timbul karena adanya edema hebat pada mukosa saluran nafas,
bertambah parah pada saat demam mencapai puncaknya, ditandai dengan distres
pernafasan, sesak, sianosis dan stridor. Ketika demam menurun, keadaan akan
membaik dan gejala akan menghilang.
b. Bronkopneumonia
Dapat disebabkan oleh virus campak maupun oleh invasi bakteri, ditandai
dengan batuk, meningkatnya frekuensi nafas, dan adanya ronki basah halus. Pada
saat suhu menurun, gejala pneumonia karena virus akan menghilang, kecuali
batuk yang masih terus sampai beberapa hari lagi. Apabila suhu tidak juga turun
pada saat yang diharapkan, dan gejala saluran nafas masih terus berlangsung,
dapat diduga adanya pneumonia karena bakteri yang telah mengadakan invasi
pada sel epitel yang telah dirusak oleh virus. Gambaran infiltrat pada fototoraks
dan adanya leukositosis dapat mempertegas diagnosis. Di negara sedang
berkembang malnutrisi masih menjadi masalah, penyulit pneumonia bakteri biasa
terjadi dan menjadi fatal bila tidak diberi antibiotik.
c. Kejang demam
Kejang dapat timbul pada periode dernam, umumnya pada puncak demam saat
ruam keluar. Kejang dalam hal ini diklasifikasikan sebagai kejang demam.
d. Ensefalitis

Ensefalitis adalah penyulit neurologik yang paling sering terjadi, biasanya


terjadi pada hari ke-4-7 setelah tirnbulnya ruarn. Kejadian ensefalitis sekitar 1
dalam 1.000 kasus campak, dengan mortalitas berkisar antara 30-40%. Terjadinya
ensefalitis dapat melalui mekanisme imunologik maupun melalui invasi langsung
virus campak ke dalam otak. Gejala, ensefalitis dapat berupa kejang, letargi, koma
dan intobel. Keluhan nyeri kepala, frekuensi nafas meningkat, twitching,
disgrientasi
menunjukkan

juga

dapat

pleositpsis

diternukan.
ringan,

Pemeriksaan

dengan

cairan

predominan

sel

serebrpspinal
mononuklear,

peningkatan protein ringan, sedangkan kadar glukosa dalam batas normal.


e. SSPE (Subacute Sclerosing PanEncepluilitis)
Subacute sclerosing panenceplmlitis merupakan kelainan degeneratif susunan
saraf pusat yang jarang disebabkan oleh karena infeksi oleh virus campak yang
persisten. Kemungkinan untuk menderita SSPE pada anak yang sebelumnya
pernah menderita campak adalah 0,6-2,2 per 100.000 infeksi campak. Risiko lebih
besar pada umur yang lebih muda, masa inkubasi timbulnya SSPE rata-rata 7
tahun. Gejala SSPE didahului dengan gangguan tingkah laku dan intelektual yang
progresif, diikuti oleh inkoordinasi motorik, kejang umumnya bersifat miokionik.
Laboratorium menunjukkan peningkatan globulin dalam cairan serebrospinal,
anribodi terhadap campak dalam serum (CF dan HAI) meningkat (1:1280). Tidak
ada terapi untuk SSPE. Rata-rata jangka waktu timbulnya gejala sampai
meninggal antara 6-9 bulan.
f. Otitis media
Invasi virus ke dalam telinga tengah umumnya terjadi pada campak. Gendang
telinga biasanya hiperemia pada fase prodromal dan stadium erupsi. Jika terjadi
invasi bakteri pada lapisan sel mukosa yang rusak karena invasi virus, terjadi
otitis media purulenta.
g. Enteritis
Beberapa anak yang menderita campak mengalami muntah dan mencret pada
fase prodromal. Keadaan ini akibat invasi virus ke dalam sel mukosa usus.
h. Konjungtivitis

Pada hampir semua kasus campak terjadi konjungtiviris, yang ditandai dengan
adanya mata merah, pembengkakan kelopak mata, lakrimasi dan fotofobia.
Kadang-kadang terjadi infeksi sekunder oleh bakteri. Virus campak atau
antigennya dapat dideteksi pada lesi konjungtiva pada hari-hari pertama sakit.
Konjungtiva dapat memburuk dengan terjadinya hipopion dan pan-oftalmitis dan
menyebabkan kebutaan.
i. Sistem kardiovaskular
Pada ECG dapat ditemukan kelainan berupa perubahan pada gelombang T,
kontraksi prematur aurikel dan perpanjangan interval A-V. Perubahan tersebut
bersifat sementara dan tidak atau hanya sedikit mempunyai arti klinis.
Pengobatan
Morbili merupakan self limiting desease, sehingga pengobatannya hanya
bersifat simptomatis yaitu ; memperbaiki keadaan umum, antipiretik bila suhu
tinggi, sedativum, dan obat batuk. Tindakan lain adalah pengobatan segera
terhadap komplikasi yang timbul.
Obat-obat yang dapat diberikan antara lain:
Penurun panas (antipiretik) paracetamol 7,5-10mg/kg bb/kali, interval 6-8
jam.
Pengurang batuk : ekspektoran, gliseril guaiakolat anak 6-12 tahun : 50
100 mg tiap 2-6 jam, dosis maksimum 600 mg/hari. Antitusif perlu
diberikan bila batuknya hebat/mengganggu, narcotic antitussive (codein)
tidak boleh digunakan. Mukolitik bila perlu.
Vitamin A dosis tunggal
1. Di bawah 1 tahun

: 100.000 unit

2. Di atas 1 tahun

: 200.000 unit

Antibiotika
1. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi komplikasi berupa infeksi
sekunder (seperti otitis media dan pnemonia)

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan dan indikasi masuk
Rumah Sakit dianjurkan bila :
-

Morbili yang disertai komplikasi

Morbili dengan kemungkinan komplikasi yang berat, yaitu bila


ditemukan :

Bercak/

eksantema

merah

kehitaman

yang

menimbulkan

desquamasi dengan squama yang lebar dan tebal.

Suara parau terutama disertai tanda penyumbatan seperti laringitis


dan pneumonia

Dehidrasi berat

Kejang dengan penurunan kesadaran

PEM berat

Pencegahan

Hindari kontak dengan penderita campak

Imunisasi campak pada usia 9 bulan

Imunisasi MMR pada usia 15 bulan

Gamma globulin

Dapat diberikan pada anak berusia 6 bulan sampai 2 tahun bila ada riwayat
kontak dengan penderita

Hanya memberikan perlindungan singkat ( 3 bulan)

Dosis: 0.2 ml/kgBB


Vaksinasi biasanya dapat memberikan perlindungan seumur hidup pada

penerimanya. Walau demikian, pada beberapa kasus, orang yang telah mendapat
vaksinasi masih bisa terkena penyakit campak. Bila ini terjadi, gejala yang dialami
biasanya bersifat ringan.
Morbili dapat dicegah dengan pemberian imunisasi. Imunisasi yang
diberikan dapat berupa imunisasi aktif dan pasif.
Imunisasi aktif
Vaksin yang diberikan ialah Live attenuated measles vaccine. Mulamula diberikan strain Edmonson B, tetapi strain ini dapat menimbulkan panas

tinggi dan eksantema pada hari ke 7-12 post vaksinasi, sehingga strain vaksin ini
sering diberikan bersama-sama dengan gamma globulin di lengan lain.
Sekarang digunakan strain Schwarz dan Moraten dan tidak diberikan
bersama gamma globulin. Di Indonesia digunakan vaksin virus morbili hidup
yang telah dilemahkan yaitu strain Schwarz. Vaksin ini diberikan sebanyak 0,5 ml
secara subkutan dan dapat menimbulkan kekebalan yang berlangsung lama.
Vaksin ini diberikan secara subcutan sebanyak 0,5 ml pada umur 9 bulan.
Pada anak dibawah umur 9 bulan umumnya tidak dapat memberikan kekebalan
yang baik, karena gangguan antibodi yang dibawa sejak lahir.
Pemberian imunisasi ini akan menyebabkan anergi terhadap tuberkulin
selam 2 bulan setelah vaksinasi. Bila anak telah mendapat imunoglobulin atau
tranfusi darah sebelumnya, maka vaksinasi ini harus ditangguhkan sekurangkurangnya 3 bulan.
Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila :
-

Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya yang disertai
dengan demam lebih dari 38C

Memiliki riwayat kejang demam

Terdapat defisiensi imunologik

Penderita leukimia, dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif

Memiliki riwayat alergi (ditunda sampai dengan 2 minggu sembuh)

Dalam masa kehamila

Imunisasi pasif
Tidak banyak dianjurkan karena terdapat risiko terjadinya ensefalitis dan
aktivasi tuberkulosis.
Prognosis
Morbili merupakan self limiting disease dan berlangsung 7-10 hari
sehingga bila tanpa disertai dengan komplikasi maka prognosisnya baik.
Morbiditas morbili dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti :

Diagnosis dini, pengobatan yang adekuat terhadap komplikasi yang timbul


Kesadaran dan pengetahuan yang rendah dari orang tua penderita.
Masih percaya mitos
Penggunaan fasilitas kesehatan yang kurang

DAFTAR PUSTAKA

FKUI-RSCM. Panduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan


Anak Jakarta: FKUI. 2007.

Made Setiawan, Agus Sjahrurachman, Fera Ibrahim, Agus Suwandono.


Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso, Bagian Mikrobiologi FKUI, Litbangkes Departemen Kesehatan RI. Sari Pediatri, Vol. 10, No. 3,
Oktober 2008.

Rampengan, T.H. Laurentz, I.R. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak.


Jakarta: EGC. 2008.

Ranuh, I.G.N, Et Al. Pedoman Imunisasi Di Indonesia, Satgas ImunisasiIkatan Dokter Anak Indonesia Jakarta: BP3 IDAI. 2008.

Rahman M. Dardjat M.T (Editor), Segi-Segi Praktis Ilmu Kesehatan Anak.


Edisi 2. Jakarta 2002.

Soedarmo, P.S.S, dkk. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Infeksi Dan
Penyakit Tropis. Edisi II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2008.

Burnett M., 2007. Measles, Rubeola. http://www.e-emedicine.com

Anda mungkin juga menyukai