Pembimbing :
dr. Siti Rahayu Andini
disusun oleh :
dr. Dwi Citra Agustia
NOVEMBER 2021-OKTOBER
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha
Kuasa, atas Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan ”Demam
Tifoid”.
Melalui kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada dr. Sukardi Sp.A selaku pembimbing dalam penyusunan laporan
kasus ini. Tujuan dari pembuatan laporan ini selain untuk menambah wawasan
bagi penulis dan pembacanya, juga ditujukan untuk memenuhi tugas dalam
menjalankan program dokter internsip periode III tahun 2020 di RS RISA Sentra
Medika.
Penulis sangat berharap bahwa lapsus ini dapat menambah wawasan
mengenai batu saluran kemih serta penatalaksanaannya. Dan diharapkan, bagi
para pembacanya dapat meningkatkan kewaspadaan mengenai keadaan kesehatan
yang berhubungan dengan kedua hal tersebut.
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna dan
tidak luput dari kesalahan. Oleh karena itu penulis sangat berharap adanya
masukan, kritik maupun saran yang membangun.
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, semoga
tugas ini dapat memberikan tambahan informasi bagi kita semua.
3.2 Anamnesis
Keluhan Utama: Demam
Riwayat Alergi
Pasien menyangkal adanya alergi makanan, obat-obatan, dan suhu.
Riwayat Sosial
Pasien merupakan kedua dari dua bersaudara .Pasien merupakan siswa
SD
Riwayat Pengobatan
Pasien sebelumnya pernah berobat ke dokter, mendapat 3 macam obat,
sanmol syrup, curcuma plus, dan obat dalam bentuk kapsul.
Riwayat Persalinan
Pasien lahir normal di Bidan, dengan BBL 3300 gr, PB: ibu lupa, LK/LD
ibu lupa, bayi langsung menangis.
Riwayat Nutrisi
Usia 0-6 bulan : ASI eksklusif
Usia 6-8 bulan : ASI
Usia 8-10 bulan : ASI + bubur sun + milna
Usia 10-13 bulan : ASI + nasi tim
Usia 13- 24 bulan : bubur nasi + makanan dewasa
Usia 24 bulan sampai sekarang : makanan dewasa
Riwayat Imunisasi
DPT (+) jumlah: 4 kali
BCG (+) jumlah: 1 kali
Campak (+) jumlah: 2 kali
Hepatitis B (+) jumlah: 4 kali
Polio (+) jumlah: 4 kali
JE (+) jumlah : 2 kali
MR (+) jumlah: 1 kali
Hib (+) jumlah: 4 kali
Riwayat perkembangan:
pertumbuhan, perkembangan psikomotor, dan bahasa, sesuai anak
seusianya, mental/intelegensia, dan emosi sesuai anak seusianya.
Status generalis
Kepala : Normochepali
Mata : Anemis (-/-), ikterus (-/-), reflek pupil (+/+) isokor kiri
dan kanan, edema palpebra (-/-), mata cowong (-)
THT : Rhinorea (-), perdarahan (-), pembesaran konka (-), otorea
(-), tonsil (T1/T1), Faring Hiperemis (-), lidah kotor (-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah beninh (-/-), deviasi trakea (-)
Thorax
o Inspeksi : Dada tampak simetris
o Palpasi : Nyeri tekan (-/-), vocal fremitus (+/+) sama kanan
dan kiri
o Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler +/+, ronchi -/-, wheezing (-/-)
Cor
o Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
o Palpasi : ictus cordis teraba di ICS 5 mid clavicula sinistra
o Perkusi : atas : ICS 2 sternalis line sinistra
kiri : ICS 5 mid claviculasinistra
kanan : ICS 5 mid claviculadekstra
o Auskultasi : S1S2 tunggal reguler, murmur (-)
Abdomen
Inspeksi : distensi (-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen, asites (-)
Palpasi : nyeri tekan (+) kuadran kiri dan kanan bawah, hepar dan
lien tidak teraba, turgor kulit (+) baik
Ekstremitas : akral hangat dan edema (-), sianosis (-)
Kulit : kulit kering (-), sianosis (-), turgor kulit baik, petekie (+)
3.4 Resume
Pasien laki – laki usia 10 tahun datang dengan keluhan demam, sejak 5
hari yang lalu. Demam muncul mendadak, bersifat terus menerus sepanjang
hari, namun memberat pada malam hari. Demam tidak disertai menggigil.
Demam turun 2 hari yang lalu, kembali meningkat ±9 jam SMRS. Riwayat
mimisan dan muncul bintik-bintik merah pada kulit seluruh tubuh sejak 1 hari
yang lalu. Riwayat nyeri kepala sejak demam (+). Mual muntah (+), nafsu
makan berkurang, minum baik. BAB belum sejak 5 hari yang lalu, BAK
dalam batas normal.
Pada pemeriksaan didapatkan keadaan umum tampak lemah, kesadaran
E4V5M6, nadi:100x/menit, lemah, reguler, rumple leed (+), suhu: 39,3 ºC,
respirasi 22 x/menit, pergerakan dada simetris, ronchi (-/-), tanda dehidrasi
seperti mata cowong (-), tidak mau minum atau malas minum (-), turgor kulit
kembali lambat (-), lidah kotor (-), nyeri perut (+), petekie (+). Status gizi
yaitu gizi baik, status neurologis dalam batas normal.
3.4 Diagnosis Banding
Dengue Haemorrhage Fever
Demam thypoid
Idiopatic Trombositopenia Purpura
3.7 Planning
Maklum dr. Sukardi Sp.A
MRS
Terapi :
IVFD RL 20 tpm
Inj ranitidine 2x1 amp IV
Inf ceftriaxone 1 g/12jam IV
Inf sanmol 500 mg/8jam k/p bila demam
Planning
Cek DL, widal, faal hati, antidengue IgG igM
Monitoring
Tanda vital
Diuresis setiap jam
Prognosis
Ad vitam : bonam
Ad functionam : bonam
Ad sanationam : bonam
FOLLOW UP
24/9/2020
S Demam (+),pilek (-), nyeri uluhati (+) makan dan minum (+) sakit
kepala (+), mimisan (-), BAB (+), BAK (+)
O Status Present :
TD: 90/60 mmhg
S : 380 C
N : 90x/menit
RR : 28x/menit
Mata: anemis -/- , ikt -/-
Thorax :
cor: S1S2 tunggal murmur (+)
pulmo: ves +/+ rh -/- wh-/-
Abdomen: distensi (-) BU (+) normal 8x/m
Ekstremitas : hangat (+) edema (-)
Hasil laboratorium darah lengkap :
WBC : 4.5
RBC : 4.99
HGB : 13.5
HCT : 37.2
MCV : 74.5
MCH : 27.1
MCHC : 36.3
PLT : 62
A DHF grade II
P IVFD RL 20 tpm
Inj ranitidine 2x1 amp IV
Inf ceftriaxone 1 g/12jam IV
Inf sanmol 500 mg/8jam k/p bila demam
- Planning cek DL @ hari, Obs keluhan, TTV, tanda syok
25/9/2020
S Demam (-), pilek (-), nyeri uluhati (-) makan dan minum (+) sakit
kepala (+), mimisan (-), BAB (+), BAK (+)
O Status Present :
TD: 100/70 mmHg
S : 360 C
N : 90x/menit
RR : 28x/menit
Mata: anemis -/- , ikt -/-
Thorax :
cor: S1S2 tunggal murmur (-)
pulmo: ves +/+ rh -/- wh-/-
Abdomen: distensi (-) BU (+) normal 8x/m
Ekstremitas : hangat (+) edema (-)
Hasil laboratorium darah lengkap :
WBC : 9.53
RBC : 4.49
HGB : 12.5
HCT : 34.7
MCV : 77.3
MCH : 27.8
MCHC : 36.0
PLT : 156
A DHF grade II
P IVFD RL 20 tpm
Inj ranitidine 2x1 amp IV
Inf ceftriaxone 1 g/12jam IV
Inf sanmol 500 mg/8jam k/p bila demam
26/9/2020
S Demam (-), pilek (-), nyeri uluhati (-) makan dan minum (+) sakit
kepala (+), mimisan (-), BAB (+), BAK (+)
O Status Present :
TD: 100/70 mmhg
S : 36,60 C
N : 94x/menit
RR : 28x/menit
Mata: anemis -/- , ikt -/-
Thorax :
cor: S1S2 tunggal murmur (-)
pulmo: ves +/+ rh -/- wh-/-
Abdomen: distensi (-) BU (+) normal 8x/m
Ekstremitas : hangat (+) edema (-)
A DHF grade II
P IVFD RL 20 tpm
Inj ranitidine 2x1 amp IV
Inf ceftriaxone 1 g/12jam IV
- Inf sanmol 500 mg/8jam k/p bila demam
- BPL
- Imunos 1 x 1 PO
- Paracetamol 4 x 500 mg (PO) bila demam
- Ranitidim 3x 1 cth PO
Kontrol poli anak bila keluhan muncul kembali
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
DHF adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus dengue tipe
I-IV dengan manifestasi klinis demam 2 – 7 hari disertai gejala perdarahan disertai
pemeriksaan laboratorium menunjukkan trombo-sitopenia (trombosit kurang dari
100.000) dan peningkatan hematokrit 20% atau lebih, dari harga normal. Pada
keadaan yang lebih parah bisa terjadi kegagalan sirkulasi darah dan penderita
jatuh dalam keadaan syok akibat kebocoran plasma. Keadaan ini disebut Dengue
Shock Syndrome (DSS).4
2.2 Etiologi
Penyakit Demam Berdarah atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) ialah
penyakit yang disebabkan oleh virus dengue (DEN). Virus ini terdiri atas 4
serotipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Virus ini ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus. DEN-2, DEN-3, dan DEN-4.
Selama ini secara klinik mempunyai tingkatan manifestasi yang berbeda,
tergantung dari serotipe virus Dengue. 5
Virus Dengue merupakan virus RNA untai tunggal. Struktur antigen ke-4
serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, namun antibodi terhadap masing-
masing serotipe tidak dapat saling memberikan perlindungan silang. Variasi
genetik yang berbeda pada ke-4 serotipe ini tidak hanya menyangkut antar
serotipe, tetapi juga didalam serotipe itu sendiri, tergantung waktu dan daerah
penyebarannya. Pada masing-masing segmen codon, variasi diantara serotipe
dapat mencapai 2,6 – 11,0 % pada tingkat nukleotida dan 1,3 – 7,7 % untuk
tingkat protein. Perbedaan urutan nukleotida ini ternyata menyebabkan variasi
dalam sifat biologis dan antigenitasnya. 5
Virus Dengue yang genomnya mempunyai berat molekul 11 Kb tersusun
dari protein struktural dan non-struktural. Protein struktural yang terdiri dari
protein envelope (E), protein pre-membran (prM) dan protein core (C) merupakan
25% dari total protein, sedangkan protein non-struktural merupakan bagian yang
terbesar (75%) terdiri dari NS-1 – NS-5. Dalam merangsang pembentukan
antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein
E, kemudian diikuti protein prM dan C. Sedangkan pada protein non-struktural
yang paling berperan adalah protein NS-1. 6
Nyamuk mendapatkan virus ini pada saat melakukan gigitan pada manusia
(makhluk vertebrata) yang pada saat itu sedang mengandung virus dengue
didalam darahnya (viraemia). Virus yang sampai kedalam lambung nyamuk akan
mengalami replikasi (memecah diri/kembang biak), kemudian akan migrasi yang
akhirnya akan sampai di kelenjar ludah. Virus yang berada di lokasi ini setiap saat
siap untuk dimasukkan ke dalam kulit tubuh manusia melalui gigitan nyamuk. 7, 8
Virus memasuki tubuh manusia melalui gigitan nyamuk yang menembus
kulit. Setelah itu disusul oleh periode tenang selama kurang lebih 4 hari, dimana
virus melakukan replikasi secara cepat dalam tubuh manusia. Apabila jumlah
virus sudah cukup, maka virus akan memasuki sirkulasi darah (viraemia), dan
pada saat ini manusia yang terinfeksi akan mengalami gejala panas. Dengan
adanya virus dengue dalam tubuh manusia, maka tubuh akan memberi reaksi.
Bentuk reaksi tubuh terhadap virus ini antara manusia yang satu dengan manusia
yang lain dapat berbeda, dimana perbedaan reaksi ini akan memanifestasikan
perbedaan penampilan gejala klinis dan perjalanan penyakit. 7, 8
2.3 Epidemiologi
Sejak Januari sampai dengan 5 Maret 2004 total kasus DHF di seluruh
propinsi di Indonesia sudah mencapai 26.015, dengan jumlah kematian sebanyak
389 orang (CFR=1,53%). Kasus tertinggi terdapat di Propinsi DKI Jakarta
(11.534 orang) sedangkan CFR tertinggi terdapat di Propinsi NTT (3,96%)1. KLB
DBD terbesar terjadi pada tahun 1998, dengan Incidence Rate (IR) = 35,19 per
100.000 penduduk dan CFR = 2%. Pada tahun 1999 IR menurun tajam sebesar
10,17%, namun tahun-tahun berikutnya IR cenderung meningkat yaitu 15,99
(tahun 2000); 21,66 (tahun 2001); 19,24 (tahun 2002); dan 23,87 (tahun 2003)1.
Tidak tertutup kemungkinan peningkatan jumlah kasus dan angka kematian yang
cepat disebabkan oleh virus dengue jenis baru karena dengue adalah virus RNA
(virus yang menggunakan RNA sebagai genomnya). Virus RNA bermutasi jauh
lebih cepat dibanding dengan virus DNA. 9
Demam,
anoreksia, hepatomegali trombositopenia
muntah Manifestasi
perdarahan
Permeabilitas vaskular naik
Dehidrasi
Kebocoran plasma:
hemokonsentrasi,
hipoproteinemia, efusi pleura, dan
asites.
hipovolemia
syok
Perdarahan anoksia
saluran cerna
meninggal
2.9 Penatalaksanaan
Pada dasarnya bersifat suportif yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma
sebagai akibat peningkatan permeabilitas kapiler dan sebagai akibat perdarahan.
Pasien DF dapat berobat jalan sedangkan pasien DHF dirawat diruang perawatan
biasa, tetapi pada kasus DHF dengan komplikasi diperlukan perawatn intensif.
Fase kritis umumnya terjadi pada hari sakit ketiga.
Rasa haus dan keadaan dehidrasi dapat timbul akibat demam tinggi,
anoreksia dan muntah. Pasien perlu diberi banyak minum, 50 ml/kgBB dalam 4-6
jam pertama berupa air teh dengan gula, sirup, susu, sari buah atau oralit. Setelah
keadaan dehidrasi dapat diatasi, beri cairan rumatan 80-100ml/kgBB dalam 24
jam berikutnya. Hiperpireksia diatasi dengan antipiretik dan bila perlu surface
cooling dengan kompres es. Parasetamol direkomendasikan untuk mengatasi
demam dengan dosis 10-15 mg/kgBB/kali.
Pemberian cairan intravena pada pasien DHF tanpa renjatan dilakukan bila
pasien terus-menerus muntah sehingga tidak mungkin diberi makanan peroral atau
didapatkan nilai hematokrit yang bertendensi terus meningkat (> 40 vol%).
Jumlah cairan yang diberikan tergantung dari derajat dehidrasi dan kehilangan
elektrolit, dianjurkan cairan glukosa 5% dalam 1/3 larutan NaCl 0,9%. Bila
terdapat asidosis, 1/4 dari jumlah larutan total dikeluarkan dan diganti dengan
larutan yang berisi 0,167 mol/liter natrium bikarbonat (3/4 bagian berisi larutan
NaCl 0.9% + glukosa ditambah 1/4 natrium bikarbonat).
Kriteria membaik dan tidak membaik :
Membaik :
1. Tidak gelisah
2. Nadi kuat
3. Tekanan darah stabil
4. Diuresis cukup
(1 cc/kgbb/jam)
5. Ht turun (2 kali pemeriksaan)
Tidak Membaik
1. Distress pernafasan
2. Frekuensi nadi meningkat
3. Hematokrit tetap tinggi/meningkat
4. Tekanan darah <20 mmHg
5. Diuresis kurang/tidak ada
2.10 Komplikasi
a) Ensefalopati dengue
Ensefalopati dengue dapat terjadi pada DBD dengan maupun tanpa syok,
cenderung terjadi edema otak dan alkalosis, maka bila syok teratasi cairan
diganti dengan cairan yang tidak mengandung HCO3 -, dan jumlah cairan
harus segera dikurangi. Larutan laktar ringer dekstrosa segera ditukar
dengan larutan NaCl (0,9%) : glukosa (5%) = 3:1. untuk mengurangi
edema otak diberikan kortikosteroid, tetapi bila terdapat perdarahan
saluran cerna sebaiknya kortikosteroid tidak diberikan. Bila terdapat
disfungsi hati, maka diberikan vitamin K intravena 3-10 mg selama 3 hari,
kadar gula darah diusahakan >60 mg/dl, mencegah terjadinya peningkatan
tekanan intrakranial dengan mengurangi jumlah cairan (bila perlu
diberikan diuretik), koreksi asidosis dan elektrolit. Perawatan jalan nafas
dengan pemberian oksigen yang adekuat. Untuk mengurangi produksi
amoniak dapat diberikan neomisin dan laktulosa. Pada DBD ensefalopati
mudah terjadi infeksi bakteri sekunder, makaa untuk mencegah dapat
diberikan antibiotik profilaksis (kombinasi ampisilin 100mg/kgbb/hari +
kloramfenikol 75 mg/kgbb/hari). Usahakan tidak memberikan obat-obat
yang tidak diperlukan (misalnya antasid, anti muntah) untuk mengurangi
beban detoksifikasi obat dalam hati.
b) Kelainan Ginjal
Kelainan ginjal akibat syok yang berkepanjangan dapat terjadi gagal ginjal
akut. Dalam keadaan syok harus yakin benar bahwa penggantian volume
intravascular telah benar-benar terpenuhi dengan baik. Apabila diuresis
belum mencukupi 2 ml/kgbb/jam, sedangkan cairan yang diberikan sudah
sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1 mg/kgbb dapat diberikan.
Pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum, dan
kreatinin. Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya
syok juga belum dapat dikoreksi dengan baik, maka pemasangan CVP
(central venous pressure) perlu dilakukan untuk pedoman pemberian
cairan selanjutnya.
c) Edema paru
Edema paru adalah komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga
sampai kelima sesuai panduan yang diberikan, biasanya tidak akan
menyebabkan edema paru oleh karena perembesan plasma masih terjadi.
Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskular,
apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat
penurunan hemoglobin dan hematokrit tanpa memperhatikan hari sakit),
pasien akan mengalami distress pernafasan, disertai sembab pada kelopak
mata, dan ditunjang dengan gambaran edema paru pada foto rontgen dada.
Gambaran edema paru harus dibedakan dengan perdarahan paru. 1
2.11 Prognosis
Prognosis penderita demam berdarah dengue tergantung pada beberapa
faktor seperti: 20
1) Lama dan beratnya renjatan, waktu, metode, serta adekuat tidaknya
penangan.
2) Ada tidaknya rekuren syok yang terutama terjadi dalam 6 jam pertama
setelah pemberian cairan parenteral dimulai.
3) Adanya demam selama renjatan berlangsung, menunjukkan prognosa
yang lebih buruk.
4) Ada tidaknya tanda-tanda penurunan fungsi serebral, dimana
mengarahkan pemikiran kita pada terjadinya ensefalopati.
2.12 Pencegahan
Belum ada vaksin untuk mencegah penyakit demam berdarah dengue, dan
belum ada obat-obatan khusus untuk penyembuhannya. Dengan demikian
pengendalian Dengue Fever / Dengue Hemorrhagic Fever tergantung pada
pemberantasan nyamuk Aedes aegypty. 13
Untuk mencapai program pemberantasan vektor yang optimal, sangat
penting untuk memusatkan pembersihan pada sumber larva dan harus
bekerjasama dengan sektor non-kesehatan seperti organisasi non-pemerintahan,
organisasi swasta, dan kelompok masyarakat, untuk memastikan pemahaman dan
keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaannnya. 13
Atas dasar itu maka dalam pemberantasan penyakit demam berdarah
dengue ini yang paling penting adalah upaya membasmi jentik nyamuk
penularnya di tempat perindukannya dengan melakukan “3M”, yaitu: 13
1. Menguras tempat-tempat penampungan air secara teratur sekurang-
kurangnya seminggu sekali atau menaburkan bubuk abate ke dalmnya.
2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air.
Mengubur / menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat menampung air
hujan seperti kaleng bekas, plastik, dan lainnya
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada kasus ini diagnosis pasien adalah Dengue Haemorrhage Fever Grade
II. Untuk menegakkan diagnosis Dengue Haemorrhage Fever Grade II dilakukan
dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Anak
didiagnosis DHF karena memenuhi kriteria diagnosis DHF dari WHO (minimal
dua gejala klinis ditambah satu gejala laboratorium). Kriteria diagnosis DHF dari
WHO yang terpenuhi dari kasus ini, yaitu:
Klinis :
1. Demam tinggi dan bersifat akut sejak 7 hari sebelum pasien dirawat di RS.
Demam disertai sakit kepala, sakit perut, mual, muntah, dan mialgia.
2. Dari anamnesa diketahui terjadi perdarahan berupa mimisan. Pada
pemeriksaan fisik ditemukan petechiae pada volar lengan kiri.
3. Laboratorium : Trombositopenia (< 100.000/ul), nilai trombosit pada
pasien ini ketika datang dan di periksa ke Rumah Sakit adalah 63.000/ul.