Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

Growing pains adalah rasa nyeri atau sakit di kedua tungkai, sering terasa
di paha bagian depan, betis atau di daerah belakang lutut. Timbul terutama sore
atau malam hari bahkan dapat membangunkan anak dari tidur dan menghilang
pada pagi hari serta anak dapat beraktifitas seperti biasa sepanjang hari. Akan
tetapi rasa sakit tersebut sering menyebabkan anak terbangun di malam hari.
Meskipun rasa sakit ini disebut Growing pains, tidak ada bukti bahwa disebabkan
karena pertumbuhan tulang atau karena aktifitas berlebihan saat siang hari.
Growing pains merupakan nyeri otot, bukan nyeri ataupun bengkak di persendian.
Growing pains mungkin terkait dengan penurunan ambang nyeri. Penelitian
terakhir menyebutkan bahwa alergi sangat berperanan dalam terjadinya gangguan
tersebut. Tidak ada pengobatan khusus untuk Growing pains.

Growing pains adalah gejala nyeri yang relatif sering terjadi pada anak-
anak. Biasanya, gangguan itu terjadi dalam otot, bukan sendi pada kaki dan agak
jarang pada lengan. Gangguan nyeri itu biasanya terasa di kedua sisi, dan muncul
di sore hari atau di malam hari dan menghilang saat anak bangun tidur pagi hari,
dengan rasa sakit yang bervariasi dari ringan sampai sangat parah. Nyeri tidak
timbul pada pagi hari, dan tidak ada tanda-tanda klinis peradangan. Nyeri dapat
kambuh malam atau kadang tidak timbul selama berhari-hari sampai berbulan-
bulan. Tumbuh rasa sakit tidak berhubungan dengan penyakit serius lainnya dan
biasanya sembuh pada akhir masa kanak-kanak, tetapi episode sering mampu
memiliki pengaruh besar pada kehidupan anak. Growing pains pertama kali
digambarkan seperti pada tahun 1823 oleh seorang dokter Prancis.

Growning Paint sangat umum dan mudah untuk didiagnosis karena adanya
penampilan karakteristik klinis yang khas. Namun tidak jelas apakah beberapa
dari anak-anak ini dapat berkembang menjadi gejala sindrom nyeri noninflamasi
lainnya. Hal ini akan menjadi penting untuk mengikuti nilai ambang nyeri anak
dengan Growning Pains dan berkorelasi temuan dengan gejala yang timbul. Hasil
studi jangka panjang disarankan untuk menyelidiki apakah anak-anak dengan
growning pains yang memiliki ambang nyeri yang lebih rendah, rentan untuk
menjadi sindrom nyeri noninflamasi lain dalam sistem muskuloskeletal atau
lainnya nanti pada masa remaja atau dewasa. Sebagian anak dengan growning
pains dapat berkembang menjadi sindrom nyeri noninflamasi kemudian pada
masa remaja atau dewasa, uji coba intervensi dini, dengan terapi perilaku kognitif
misalnya, dapat mencegah perkembangan sindrom lainnya di kemudian hari.

Penelitian lebih lanjut ke dalam patogenesis growning pains harus


dilakukan. Selanjutnya lebih besar dan genetik studi homogen diperlukan untuk
menentukan apakah temuan statistik signifikan menurun tulang dalam seri anak-
anak dengan growning pains berimplikasi klinis

Growing pains bukanlah penyakit dan akan menghilang saat anak berusia
belasan tahun serta tidak memerlukan terapi atau penangan dokter. Meskipun
tidak berbahaya, rasa sakit yang mengganggu perlu mendapat perhatian dari orang
tua. Anak yang mengalami growing pains biasanya berusia sekitar 2 12 tahun,
25%-40% berkisar antara usia 3 5 tahun, serta antara 8 12 tahun. Prevalensi
yang dilaporkan sakit tumbuh telah antara 3% dan 49% dari anak-anak. Growing
pains dikatakan biasanya terjadi dalam dua periode selama kehidupan seorang
anak, pertama, antara sekitar 3 dan 5tahun, kemudian pada 8 sampai 12 tahun
usia, namun tidak ada penelitian epidemiologi untuk mendukung pengamatan ini..
Individu dapat sangat bervariasi di saat mereka mengalami sakit tumbuh.

Berikut ini dilaporkan pasien dengan Growning Pains yang di periksa di


Poli Anak RSU Undata.
BAB II

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. A
b. Umur : 5 tahun 9 bulan
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Agama : Islam
e. Suku : Bugis
f. Alamat : Biromaru, Palu
g. Tanggal masuk : 22 Juni 2017
h. Tempat : Poli Anak RSU Undata

II. ANAMNESIS
(Alloanamnesis dan Heteroanamnesis)
Keluhan Utama : Nyeri lutut
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien masuk Rumah Sakit dengan keluhan nyeri lutut kanan yang
semakin memberat sejak 2 hari yang lalu sebelum masuk RS. Nyeri
dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan memberat ketika sore dan malam
hari dan akan menghilang dengan sendirinya jika pagi hingga siang hari dan
anak akan beraktivitas seperti bisa. Riwayat nyeri sendi dari usia 3 tahun
sampai sekarang namun frekuensi timbulnya hanya satu sampai dua kali
sebulan dan belum nyeri seperi sekarang. Nyeri pada lutut kanan tiba- tiba
muncul , terjatuh (-), memar (-) radang (-), demam (-).
Pasien juga mengeluhkan batuk (+) kering dan flu (+) sejak 2 minggu
yang lalu, sesak (-), nyeri dada (-). Pusing (-), sakit kepala (-). Mual (-)
muntah (-). BAB dan BAK biasa
Riwayat Penyakit Sebelumnya :
Pasien pernah dirawat dengan diagnosis ISPA dan DBD
Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada riwayat penyakit keluarga

Riwayat Sosial-ekonomi :
Menengah

Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan :

Pasien merupakan anak yang aktif dalam keseharian dirumah.


Dirumah anak tinggal bersama 5 anggota keluarga yang lain yaitu ayah ,
ibu dan ketiga kakaknya.

Riwayat Kehamilan dan Persalinan :


Pasien merupakan anak keempat , lahir secara normal di rumah sakit
dibantu oleh dokter. Anak lahir spontan, langsung menangis dengan berat
lahir 3000 gram dan PBL 48 cm. Bayi cukup bulan.

Kemampuan dan Kepandaian Bayi :


Merangkak : 6 bulan
Berdiri : 9 bulan
Berjalan : 11 bulan

Anamnesis Makanan :
Pasien mendapatkan ASI dari sejak lahir hingga usia 10 bulan, dibantu
dengan pemberian susu formula saat usia 5 bulan sampai sekarang.
Pemberian makanan pendamping ASI diberikan saat usia 6 bulan hingga 1
tahun dan nasi di berikan umur 2 tahun sampai sekarang.
Riwayat Imunisasi :

Imunisasi Dasar lengkap

III. . PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan Umum : Sakit sedang
Kesadaran : Composmentis
Berat Badan :16 kg
Tinggi Badan :110 cm
Status Gizi : CDC 84 % ( Gizi Kurang )

Tanda Vital
Nadi : 96 x / menit
Suhu : 36,6 C
Respirasi : 22 x / menit
1. Kulit
Turgor (< 2 detik), ruam (-)
2. Kepala

Bentuk Kepala : Normocephal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Sklera ikterik (-/-),


mata cekung (-), Refleks cahaya (+/+), Pupil
Isokor (+/+)

Hidung : Rhinorea (-/-), nafas cuping hidung (-/-)

Telinga : Othorea (-)

Tonsil : Tonsil T1/T1, hiperemis (-)

Mulut : Bibir kering (-), lidah kotor (-), sianosis (-),


stomatitis (-)
3. Leher
- Pembesaran kelenjar getah bening (-)
- Pembesaran kelenjar tiroid (-)
4. Dada
Paru-Paru

-Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral,


retraksi intercostal (-), ruam (-)

-Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa


(-), nyeri tekan (-)

-Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang baru

- Auskultasi: Bronkovesiculer (+/+), Rhonki (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
-Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
-Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V 2 cm ke arah
medial dari linea midclavicula sinistra
-Perkusi : Batas jantung normal
- Auskultasi :Bunyi jantung S1/S2 murni reguler, bunyi
tambahan (-)
Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar, ruam (-)
- Auskultasi : Peristaltik usus (+) kesan normal
- Perkusi : bunyi timpani pada 4 kuadran abdomen
- Palpasi : nyeri tekan (-), organomegali (-)
5. Genitalia : Edema (-), Dalam Batas Normal
6. Ekstremitas
- Atas : akral hangat +/+, edema (-), simetris kiri = kanan
- Bawah : akral hangat +/+, edema (-/-), krepitasi (-/-),
simetris kiri = kanan
7. Punggung : deformitas (-), Dalam Batas Normal
8. Otot : Eutrofi, tonus otot baik
9. Refleks : Fisiologis (+/+), Patologis (-/-)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Belum dilakukan pemeriksaan penunjang

V. RESUME
Pasien perempuan usia 5 tahun masuk Rumah Sakit dengan keluhan
nyeri lutut kanan yang semakin memberat sejak 2 hari yang lalu sebelum
masuk RS. Nyeri dirasakan hilang timbul. Nyeri dirasakan memberat ketika
sore dan malam hari dan akan menghilang dengan sendirinya saat pagi
hingga siang hari. Riwayat nyeri dirasakan sejak usia 3 tahun sampai
sekarang namun frekuensi timbulnya hanya satu sampai dua kali sebulan
dan belum nyeri seperi sekarang. Pasien juga mengeluhkan batuk (+) kering
dan flu (+) sejak 2 minggu yang lalu.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan keadaan sakit sedang,
composmentis status gizi kurang, pada pemeriksaan tanda vital diperoleh
nadi : 96 x/menit, suhu : 36,6 0C, dan respirasi : 22 x/menit. Dari
pemeriksaan fisik diperoleh secara umum dalam batas normal, ekstremitas
akral hangat (+/+), edema (-/-), dan tidak ditemukannya krepitasi pada lutut
kanan. Belum ada dilakukan Pemeriksaan penunjang lainnya baik
pemeriksaan laboratorium maupun pemeriksaan foto genu.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Growning Pains + ISPA

VII. TERAPI
a. Medikamentosa
- GG 60 mg + CTM 1,6 mg ( 3 x 1 puyer )
- Paracetamol 1cth tiap nyeri
b. Non Medikamentosa
- Memijat otot-otot tungkai bawah yang nyeri.
- Kompres hangat di daerah yang nyeri, atau mandi air hangat
sebelum tidur.
- Latihan untuk relaksasi otot-otot pada siang hari untuk
mencegah keluhan nyeri pada malam hari.
BAB III
DISKUSI

Growing pains adalah rasa nyeri atau sakit di kedua tungkai, sering terasa
di paha bagian depan, betis atau di daerah belakang lutut. Timbul terutama sore
atau malam hari bahkan dapat membangunkan anak dari tidur dan menghilang
pada pagi hari sehingga anak dapat beraktifitas seperti biasa . Pada pasien ini
pasien merasakan nyeri yang hilang timbul yang dirasakan semakin memberat
sore hingga malam hari namun pada siang hari nyeri pada lutut akan akan
menghilang dengan sendirinya sehingga anak bisa beraktivitas seperti biasanya.

Meskipun rasa sakit ini disebut growing pains, tidak ada bukti bahwa
disebabkan karena pertumbuhan tulang atau karena aktifitas berlebihan saat siang
hari. Growing pains merupakan nyeri otot, bukan nyeri ataupun bengkak di
persendian. Growing pains mungkin terkait dengan penurunan ambang nyeri.
Tidak ada pengobatan khusus untuk growing pains sehingga pasien ini disarankan
hanya diberikan paracetamol jika lutut benar benar nyeri, dosis yang dianjurkan
10 15 mg /kgBB/ kali atau setara dengan 1 cth syrup paracetamol diberikan tiap
nyeri yang berlebihan. Pada kasus ini paracetamol digunakan sebagai antipiretik.
Selain nyeri sendi yang dikeluhkan pasien juga mengeluhkan batuk dan flu
sehingga diberikan GG 60 mg + CTM 1,6 mg ( 3 x 1 puyer ).Selain pengobatan
medikamentosa pada pasien juga diberikan terapi non medikamentosa seperti
memijat otot-otot tungkai bawah yang nyeri, kompres hangat di daerah yang
nyeri, atau mandi air hangat sebelum tidur, laatihan untuk relaksasi otot-otot pada
siang hari untuk mencegah keluhan nyeri pada malam hari. Diharapkan dengan
adanya terapi medikamentosa nyeri dapat menghilang atau minimal berkurang
pada anak.

Intervensi yang paling penting adalah untuk menjelaskan bahwa GP


adalah keluhan yang ringan dan tidak berbahaya meski kadangkala sangat
menganggu, sehingga mengurangi kecemasan dan ketakutan. Meskipun prognosis
jinak, GP mungkin berdampak pada anak dan keluarga, terutama di kalangan
anak-anak dengan serangan malam hari sering., Terapi pijat lokal kadang
mengurangi gejala selama episode nyeri atau dengan penggunaan analgesik atau
obat penahan sakit. Beberapa anak perlu menggunakan obat kronis, terutama
asetaminofen dan non-steroid anti-inflammatory drugs (NSAID).

Pada penderita growing pain dengan disertai tanda dan gejala alergi
biasanya melakukan eliminasi makanan tersentu dalam jangka panjang
dapat mengurangi gejala tersebut
Asupan kalsium pada pasien GP rendah dengan kekuatan tulang relatif
rendah. Ada kemungkinan bahwa diet diperkaya dengan kalsium dan
vitamin D mungkin mempengaruhi status tulang dan episode nyeri, tetapi
teori ini belum pernah diteliti.
Temuan ambang nyeri yang lebih rendah pada anak dengan GP mungkin
memiliki implikasi terapeutik, seperti intervensi perilaku untuk
mengurangi sensitivitas nyeri (termasuk terapi perilaku kognitif), serta
program aktivitas fisik untuk meningkatkan kebugaran, yang dapat
menurunkan episode menyakitkan. Intervensi lainterbukti efektif dalam
studi terkontrol kecil termasuk sisipan pada sepatu seperti wedge striplane
atau orthotics, terutama pada anak-anak dengan postur kaki pronasi, dan
otot program latihan peregangan
Pada growing pains anak akan merasa nyaman dan berkurang rasa
nyerinya jika disentuh, dipijat, maupun digendong. Hal ini berbeda dengan
nyeri tungkai yang disebabkan penyakit lain dimana setiap sentuhan atau
manipulasi pada tungkai akan memperberat rasa nyeri.
Orang tua dan anak-anak dapat diyakinkan oleh substansial menjelaskan
sifat jinak dan membatasi diri dari rasa sakit. Tidak ada studi besar
efektivitas intervensi apapun,. Pijat lokal, mandi air panas, botol air panas
atau bantalan pemanas, dan obat analgesik seperti parasetamol
(acetaminophen) sering digunakan.
Pijatan ringan akan membantu mengurangi nyeri, sebagian anak merasa
nyaman jika dipeluk atau digendong.
Kompres hangat di daerah otot yang nyeri sebelum tidur atau ketika anak
merasa nyeri. Mandi dengan air hangat sebelum tidur juga membantu.
Mengompres betis yang sakit dengan handuk hangat juga dapat membantu
meredakan rasa sakit.

Anak yang mengalami growing pains biasanya berusia sekitar 2 12


tahun, 25%-40% berkisar antara usia 3 5 tahun, serta antara 8 12 tahun.
Prevalensi yang dilaporkan sakit tumbuh telah antara 3% dan 49% dari anak-anak.
Growing pains dikatakan biasanya terjadi dalam dua periode selama kehidupan
seorang anak, pertama, antara sekitar 3 dan 5 tahun, kemudian pada 8 sampai 12
tahun usia, namun tidak ada penelitian epidemiologi untuk mendukung
pengamatan ini. Pada pasien ini growning pains terjadi sesuai usia yaitu pada usia
3 tahun hingga saat ini.

Sangat sedikit penelitian telah dilakukan untuk menjelaskan etiologi dan


patogenesis sindrom gangguan ini. Penyebabnya bukanlah proses pertumbuhan
seorang anak, walaupun namanya growing pains. Aktifitas fisik yang berlebihan
pada siang hari seperti berlari, memanjat, melompat, olah raga yang sering diduga
merupakan penyebab growing pains tidak pernah terbukti secara ilmiah. Teori
penyebab termasuk postur yang salah, gangguan perfusi pembuluh darah,
kelelahan, atau penyebab psikologis. Beberapa orang tua. Mampu mengaitkan
episode nyeri dengan latihan fisik atau perubahan mood pada anak. Proses tumbuh
sama sekali tidak menyakiti tulang atau persendian. American Academy of
Pediatrics menyatakan, growing pain lebih memengaruhi otot.

Beberapa teori penyebab:

Ambang Nyeri Rendah GP dengan sindrom nyeri muskuloskeletal non


inflamasi. Sindrom nyerinon-inflamasi, terutama fibromyalgia,
berhubungan dengan ambang nyeri yang lebih rendah dan dengan lebih
karakteristik secara tajam bila diukur dengan dolorimeter dibandingkan
dengan orang tanpa sindrom nyeri. Pada fibromyalgia ambang nyeri yang
lebih rendah dan karakteristik tender poin adalah fitur dominan, yang
ditemukan dalam tahap akut sindrom dan fase remisi. Dengan demikian
ada kemungkinan bahwa GP merupakan pola sindrom nyeri noninflamasi
pada anak usia dini.
Alergi makanan. Beberapa penelitian terakhir mengungkapkan bahwa
alergi berperanan sangat sering dalam proses terjadi growing pain.
Beberapa peneliti menyebutkan reaksi lambat makanan tertentu dapat
mengakibatkan keluhan tersebut. Saat dilakukan eliminasi provokasio
makanan ternyata gangguan tersebut dapat hilang timbul
Kekuatan tulang Sejak GP biasanya terjadi di akhir hari dan sering
dilaporkan pada hari-hari aktivitas meningkat , GP mungkin merupakan
berlebihan lokal relatif ( stres ) sindrom , dan mungkin terkait dengan
kekuatan tulang menurun . Dalam mengevaluasi teori ini peneliti
menemukan bahwa kekuatan kepadatan tulang anak-anak dengan GP
secara signifikan kurang dari nilai norma-norma populasi anak yang sehat
, terutama di wilayah yang menyakitkan tibia . Dengan demikian GP
mungkin merupakan sindrom berlebihan ekstremitas bawah lokal dengan
kelelahan tulang pada anak dengan ambang nyeri yang rendah. Anak-anak
ini mungkin mengalami rasa sakit setelah melakukan aktivitas fisik .
Namun selagi relatif berlebihan dapat membantu menjelaskan sakit hari
akhir , teori ini tidak dapat menjelaskan semua fitur GP seperti episode
nokturnal mendadak nyeri , atau nyeri pada ekstremitas atas pada beberapa
pasien .
Perubahan perfusi darah Onset tiba-tiba dan keparahan GP serta
kefanaan serangan mendukung hipotesis bahwa GP memiliki komponen
perfusi pembuluh darah, mirip dengan migrain . Selanjutnya prevalensi
yang lebih tinggi GP ditemukan di antara anak-anak dengan sakit kepala
migrain. Namun ketika kita mencari perubahan perfusi dengan
membandingkan rasio fase darah scan tulang untuk fase statis kami tidak
menemukan perbedaan antara anak-anak dengan GP dan anak-anak yang
menjalani scan tulang untuk alasan lain.
Anatomi Banyak dokter memiliki kesan bahwa banyak anak dengan GP
yang hypermobile , tapi ini belum dinilai dalam studi sebagian karena
kurangnya kriteria formal hipermobilitas pada anak-anak yang sangat
muda . Asosiasi ini , jika benar , dapat menjelaskan GP dalam 2 metode .
GP setelah peningkatan aktivitas dapat langsung dijelaskan oleh
hipermobilitas sebagai bagian dari sindrom hipermobilitas . Selain anak-
anak dengan hipermobilitas memiliki peningkatan prevalensi fibromyalgia
sehingga mengakibatkan rasa sakit dari ambang nyeri rendah. Masalah
mekanis lainnya yang terkait dengan hipermobilitas termasuk fleksibel
kaki datar dengan hindfoot valgus . Ini ketidakstabilan mekanis mungkin
menjadi penyebab GP pada beberapa anak . Dalam satu terkontrol sisipan
sepatu percobaan kecil yang efektif dalam mengurangi frekuensi dan
tingkat keparahan GP. Tidak ada bukti , bagaimanapun, bahwa GP
sebenarnya terkait dengan pertumbuhan yang cepat sebagai awalnya
berpikir . Puncak usia GP ( sekitar 6 tahun ) biasanya bukan bagian dari
fase pertumbuhan anak yang cepat.
Lingkungan keluarga Beberapa peneliti mengunmgkapkan bahwa
gangguan emosi lebih sering terjadi pada anak-anak dengan GP, dan nyeri
perut berulang, sakit kepala dan nyeri tungkai adalah kelompok sindrom
nyeri mengungkapkan pola reaktif terhadap gangguan emosional keluarga.
Oster menyarankan bahwa pengalaman menyakitkan masa kanak-kanak
orang tua merupakan faktor pemicu untuk pengembangan sindrom nyeri
antara anak-anak mereka. Dalam sebuah studi oleh Oberklaid dkk, anak-
anak dengan nyeri muskuloskeletal sering dinilai oleh orang tua mereka
sebagai memiliki profil temperamental dan perilaku yang berbeda dari
kontrol normal sehat, menunjukkan kontribusi psikososial rasa sakit
mereka , mirip dengan yang terlihat dengan sindrom nyeri lainnya. Dalam
penelitian lain , lingkungan keluarga dan tekanan psikologis juga
ditemukan untuk berkontribusi pada pengembangan sindrom nyeri
muskuloskeletal.
Lainnya Peneliti lain mengevaluasi kualitas hidup , depresi , dan tingkat
kecemasan orang tua untuk anak-anak dengan GP dan menemukan bahwa
tingkat depresi orang tua yang mirip dengan yang dari sindrom nyeri non
inflamasi lainnya , dengan ibu yang memiliki peningkatan tingkat depresi .
Orangtua anak-anak dengan GP dan anak-anak tanpa rasa sakit memiliki
kualitas yang sama dari parameter kehidupan , tidak mengherankan
mengingat sifat episodik GP .
Penyebab jarang GP dapat merupakan manifestasi dari penyakit organik
seperti penyakit otot metabolik bila terjadi setelah latihan atau sindrom
rest leg , terutama pada keluarga dengan riwayat sindrom ini.

Manifestasi klinis dari Growing pain lebih sering dikeluhkan terjadi


pada bagian betis. Sakitnya dapat terasa pada dua betis sekaligus. Pada
growing pain, rasa sakit paling sering terjadi di sekitar otot kaki. Cuma timbul
pada kaki bagian bawahpergelangan kaki, bagian depan kaki (dari lutut
sampai mata kaki), atau lutut. Sejumlah masalah lain juga sama-sama
mendatangkan nyeri, seperti pada growing pain. Yang paling ringan, kram
betis. Jika ada kontraksi otot yang terhambat dan kaki si kecil sukar atau sakit
digerakkan, bisa jadi ia mengalami kram betis. Yang sedikit sulit adalah
mengenali pusat rasa sakit pada anak yang belum bisa membedakan otot dan
tulang. Padahal, ini merupakan faktor penentu untuk menegakkan diagnosis.
Pada kasus ini pasien mengalami nyeri pada lutut kanan yang dialami tiba
tiba ketika sore hingga malam hari dan nyeri kembali menghilang ketika pagi
hari.

Saat ini, diagnosis hanya didasarkan pada gejala klinis yang khas
seperti diuraikan di atas. Tidak ada tes laboratorium yang sensitif atau
spesifik, meskipun anak-anak sering mengalami penyelidikan ekstensif untuk
penyakit lain. Setidaknya 19% dari anak-anak dengan GP menjalani scan
tulang untuk evaluasi rasa sakit mereka. Ketika pasien memiliki karakteristik
klinis yang khas tidak ada kebutuhan untuk melakukan laboratorium atau tes
pencitraan. Namun, jika gejala atipikal, diagnosis GP tidak boleh diasumsikan
tanpa mengevaluasi penyebab lain. Harus dievaluasi apakah nyeri tungkai
disebabkan oleh suatu penyakit tertentu. Jika penyakit penyebab nyeri tungkai
sudah disingkirkan, barulah dipikirkan diagnosis growing pains. Pemeriksaan
tambahan seperti pemeriksaan darah atau foto rontgen tungkai mungkin perlu
dilakukan untuk menentukan penyebab nyeri tungkai. Dengan tidak adanya
pincang, kehilangan mobilitas, atau tanda-tanda fisik, pemeriksaan
laboratorium untuk menyingkirkan diagnosis lain tidak dibenarkan.
Restlessleg syndrometer kadang salah didiagnosis sebagai nyeri tumbuh

Jika dicurigai ada tanda inflamasi bisa dilakukan rontgen kaki. Lewat
pemeriksaan ini, bisa diketahui, nyeri di kaki itu disebabkan oleh juvenile
rheumatoid arthritis atau radang sendi. Anak yang mengalaminya sering kali
bangun pagi dengan rasa nyeri di kaki dan hilang begitu ia menggerak-
gerakkan kakinya.
REFERENSI

1. Uziel Y, Hashkes PJ (2007). Growing pains in children. Pediatric


rheumatology online journal5: 5.
2. Evans, Angela M (28 July 2008). Growing pains: contemporary
knowledge and recommended practice. Journal of Foot and Ankle
Research 1 (4).
3. Goodyear-Smith F, Arroll B (2006). Growing pains: Parents and children
need reassuring about this self limiting condition of unknown cause. BMJ
333 (7566): 4567.
4. Evans AM, Scutter SD: Prevalence of growing pains in young children.
J Pediatr 2004, 145:255-258. P
5. Uziel Y, Friedland O, Jaber L, Press J, Buskila D, Wolach B, Hashkes PJ:
Living with children with growing pains: How does it affect the parents? J
Musculoskel Pain, in press.
6. Rajaram SS, Walters AS, England SJ, Mehta D, Nizam F: Some children
with growing pain may actually have restless leg syndrome. Sleep 2004,
27:767-773.
7. Hashkes P, Friedland O, Jaber L, Cohen A, Wolach B, Uziel Y: Children
with growing pains have decreased pain threshold. J Rheumatol 2004,
31:610-613.
8. Hashkes PJ, Gorenberg M, Oren V, Friedland O, Uziel Y: Growing pains
in children are not associated with changes in vascular perfusion patterns
in painful regions. Clin Rheumatol 2005, 24:342-345.
9. Friedland O, Hashkes PJ, Jaber L, Cohen A, Eliakim A, Wolach B, Uziel
Y: Decreased bone strength in children with growing pains as measured by
quantitative ultrasound. J Rheumatol 2005, 32:1354-1357.

Anda mungkin juga menyukai