Pembimbing :
dr. Tri Yanti Rahayuningsih Sp.A (K)
Disusun Oleh :
Karina Islamey Putri 1061050184
BAB I
PENDAHULUAN
Beberapa faktor resiko yang dikaitkan dengan demam dengue dan demam berdarah
dengue antara lain : demografi dan perubahan sosial, suplai air, manejemen sampah padat,
infrastruktur pengontrol nyamuk, consumerism, peningkatan aliran udara dan globalisasi, serta
mikroevolusi virus. Indonesia berada di wilayah endemis untuk demam dengue dan demam
berdarah dengue. Hal tersebut berdasarkan penelitian WHO yang menyimpulkan demam dengue
dan demam berdarah dengue di Indonesia menjadi masalah kesehatan mayor, tingginya angka
kematian anak, endemis yang sangat tinggi untuk keempat serotype, dan tersebar di seluruh
area.3
Selama 5 tahun terakhir, insiden DBD meningkat setiap tahun. Insiden tertinggi pada
tahun 2007 yakni 71,78 per 100.000 pddk, namun pada tahun 2008 menurun menjadi 59,02 per
100.000 penduduk. Walaupun angka kesakitan sudah dapat ditekan namun belum mencapai
target yang diinginkan yakni <20 per 100.000 penduduk.
Gambar 1.2 Angka kesakitan dan kematian demam berdarah dengue di Indonesia (Depkes, 2008)
STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa
Pembimbing
NIM
: 1061050184
Tanda tangan :
BAB II
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
Data
Pasien
Ayah
Ibu
Nama
An.N
Tn. M
Ny. K
Umur
9 tahun
42 tahun
38 tahun
Jenis Kelamin
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
Alamat
Agama
Islam
Islam
Islam
Suku bangsa
Jawa
Pendidikan
S1
S1
Pekerjaan
Wiraswasta
Wiraswasta
Penghasilan
Keterangan
Tanggal Masuk RS
7 Januari 2016
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada keluarga pasien.pada tanggal 8 Januari 2016 pukul
09.00 di bangsal Melati RSUD Bekasi
a.
Keluhan Utama
b. Keluhan Tambahan :
Mual, muntah, lemas, sakit kepala, mimisan, badan terasa pegal
c.
Pasien di bawa ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Keluhan muncul tiba-tiba dan dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Demam
tidak pernah turun sampai suhu normal. Pasien juga mengeluh sakit kepala sejak 4 hari
SMRS. Mual, muntah dan badan pegal juga dialami oleh pasien. Bintik-bintik merah di
sangkal oleh pasien. Batuk (-), pilek (-), mimisan (+) sejak 1 hari SMRS kurang lebih 2
tissue, gusi berdarah (-), sesak nafas (-), nyeri perut (-). BAB dan BAK tidak ada
keluhan. Pasien sudah di bawa orang tua berobat tetapi keluhan tidak berkurang.
Di lingkungan sekolah ada beberapa teman yang mengalami demam.
Morbiditas
Tidak ada
Perawatan antenatal
KELAHIRAN
Tempat kelahiran
Di rumah sakit
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Masa gestasi
39 minggu
Keadaan bayi
Psikomotor
Tengkurap
Duduk
: - (normal: 6 bulan)
Berdiri
: 6 tahun
f. Riwayat Makanan
Umur (bulan)
0-2
2-4
4-6
6-7
8-10
10-12
ASI/PASI
+/+/+/-/+
-/+
Buah/biskuit
Bubur susu
Nasi tim
+
+
Nasi Biasa
g. Riwayat Imunisasi
Vaksin
BCG
DPT
POLIO
CAMPAK
HEPATITIS B
Dasar (umur)
1 bln
2 bln
lahir
4 bln
2 bln
6 bln
4 bln
lahir
1 bln
6 bln
Ulangan (umur)
6 bln
9 bln
h. Riwayat Keluarga
Ayah
Nama
Perkawinan ke
Umur
Keadaan kesehatan
Tn. M
1
42 tahun
Sehat
Ibu
Ny. K
1
38 tahun
Sehat
c. Tanda Vital
Kesadaran
: Compos mentis
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
: 24 x/m
Suhu tubuh
: 37,6 0C
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
d. Data antropometri
Berat badan
: 45 kg
Panjang badan
: 135 cm
e. Kepala
Bentuk
Rambut
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Leher
f. Thorax
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Cor
g. Abdomen
Inspeksi
: Perut datar
Auskultasi
Palpasi
Perkusi
h. Kulit
i. Ekstremitas
: Akral hangat, sianosis (-), oedem (-), ikterik (-), CRT <
2 detik
Hasil
Unit
Nilai Rujukan
Leukosit
3,7
ribu/ul
5-10
Eritrosit
5,58
juta/ul
4-5
Hemoglobin
13,9
g/dl
11-15,5
Hematokrit
42,9
40-54
MCV
77,0
fL
75-87
MCH
24,9
Pg
24-30
MCHC
32,3
31-37
Trombosit
67
ribu/ul
150-400
88
mg/dl
60-110
Natrium (Na)
139
mmol/L
135-145
Kalium (K)
3,6
mmol/L
3,5-5,0
Clorida (Cl)
97
mmol/L
94-111
Darah Rutin
Kimia Klinik
Gula darah sewaktu
Elektrolit
Widal
S.Typhi O
1/80
S.Parathyphi AO
1/80
S.Parathyphi BO
S.Parathyphi CO
S.Thypi H
1/160
S.Parathypi AH
S.Parathyphi BH
1/80
S.Parathyphi CH
V. RESUME
Pasien di bawa ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 4 hari
SMRS. Keluhan muncul tiba-tiba dan dirasakan terus-menerus sepanjang hari. Demam tidak
pernah turun sampai suhu normal. Pasien juga mengeluh sakit kepala sejak 4 hari SMRS.
Mual, muntah dan badan pegal juga dialami oleh pasien. Bintik-bintik merah di sangkal oleh
pasien. Batuk (-), pilek (-), mimisan (+) sejak 1 hari SMRS kurang lebih 2 tissue, gusi
berdarah (-), sesak nafas (-), nyeri perut (-). BAB dan BAK tidak ada keluhan. Pasien sudah
di bawa orang tua berobat tetapi keluhan tidak berkurang.
Di lingkungan sekolah ada beberapa teman yang mengalami demam.
Dari pemeriksaan fisik didapatkan Keadaan umum: TSS, Kesadaran : Compos
mentis, TTV: tidak ditemukan tanda-tanda syok. Status gizi: Obesitas
Abdomen : Palpasi : Supel, hepatomegali (+) hepar teraba 2 jari di bawah arcus
costae dan 2 jari di bawah prossesus xiphoideus,rata, kenyal), splenomegali . Turgor
kembali cepat. Petekie + (test tourniqet)
Demam Tifoid
Viral infection
Demam chikungunya
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
NS-1
IgM dan IgG anti dengue
VIII. PENATALAKSANAAN
Rawat inap di bangsal
Infus Kristaloid 5ml/kgBB/jam = 175ml/jam
Paracetamol 10 mg/kgBB/kali = 350 mg (3 x 350 mg)
Ranitidin 2 x 500 mg (IV)
IX. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam : bonam
Follow Up
Hari/Tgl
Jumat,
8-1-2016
Subjek
Objek
Kes : composmentis
KU : TSS
TTV:
Suhu : 35,9 C
Nadi : 84x/menit, kuat angkat, isi
cukup
RR : 24x/menit
TD : 120/80 mmHg
Thoraks : BND
Vesikuler, Rh -/Abdomen : Tampak datar, BU (+),
hepatomegali (+) hepar teraba 2
jari di bawah arcus costae dan 2
jari di bawah prossesus
xiphoideus,rata, kenyal),
splenomegali , Shifting
dullness
Ekstremitas: Ptechiae spontan
Lab jam 06.24 WIB :
L: 3,5rb
Hb: 12,4
Ht: 35,7
Tr: 54rb
Terapi
Infus RL 20 tpm
Rantin 2x1/2 amp
Vometa 3x1
Sanmol 3x1
Inbost 2x1 cth
Cefotaxim 3x500 mg
Kes : composmentis
KU : TSR
TTV:
Suhu : 37,2 C
Nadi : 80x/menit, kuat angkat, isi
cukup
RR : 28x/menit
TD : 120/80 mmHg
Thoraks : BND
Vesikuler, Rh -/Abdomen : Tampak datar, BU (+),
hepatomegali (+) hepar teraba 2
jari di bawah arcus costae dan 2
Cefotaxim 3x500 mg
permenit
Sakit hari 9
Demam
Nyeri perut
Mimisan
Bintik kemerahan -
Cefotaxim 3x500 mg
Kes : composmentis
Infus RL 35 tetes
KU : TSS
permenit
TTV:
Suhu : 36 C
Cefotaxim 3x500 mg
Nadi : 80x/menit, kuat angkat, isi
Kalmetasone 3x1/2 amp
cukup
RR : 22x/menit
Rantin 2x1/2 amp
TD : 120/80 mmHg
Sanmol 3x2 cth
Thoraks : BND
Vesikuler, Rh -/Abdomen : Tampak datar, BU (+),
hepatomegali (+) hepar teraba 1 Cek Lab DHF/24 jam, jika
jari di bawah arcus costae dan 1 trombosit > 100rb Pulang
jari di bawah prossesus
xiphoideus,rata, kenyal),
splenomegali , Shifting
dullness
Ekstremitas: Ptechiae spontan
Lab tgl 10-1-2016 jam 08.08 WIB
L: 6,6
Hb: 11,7
Ht: 35,1
Tr: 79rb
Lab tgl 11-1-2016 jam 10.00 WIB
L:7,1rb
Hb: 11,8
Ht: 35,7
Tr: 119rb
BAB III
PEMBAHASAN
I. DEFINISI
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan
oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue
menyebabkan manifestasi klinis yang bermacam-macam dan asimptomatik sampai fatal.
Demam dengue/Dengue Fever merupakan manifestasi klinis yang ringan, sedang DBD atau
dengue hemorrhagic fever/dengue shock syndrome (DHF/DSS) merupakan manifestasi klinik
yang berat.
II. EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini dapat menyerang semua orang dan dapat mengakibatkan kematian
terutama pada anak, serta sering menimbulkan kejadian luar biasa/wabah. Proporsi kasus
terbanyak berasal dari golongan anak berumur <15 tahun (86-95%).
III. ETIOLOGI
Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang
termasuk dalam group B arthropod borne virus (arbovirus) dan sekarang dikenal sebagai
genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan diameter 30 nm
terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4x106 .
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4 yang semuanya
dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue. Keempat serotype
ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Infeksi dengan
salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap serotipe yang
bersangkutan tetapi tidak ada perlindungnan terhadap serotipe yang lain. Seseorang yang
tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi dengan 3 atau bahkan 4 serotipe selama
hidupnya. Keempat jenis serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di
Indonesia.5
Virus Dengue dapat ditularkan oleh Nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes
albopictus. Nyamuk Aedes aegypti merupakan nyamuk yang paling sering ditemukan.
Nyamuk Aedes aegypti hidup di daerah tropis, terutama hidup dan berkembang biak di
dalam rumah, yaitu tempat penampungan air jernih atau tempat penampungan air sekitar
rumah. Nyamuk ini sepintas lalu tampak berlurik, berbintik bintik putih, biasanya
menggigit pada siang hari, terutama pada pagi dan sore hari. Jarak terbang nyamuk ini 100
meter. Sedangkan nyamuk Aedes albopictus memiliki tempat habitat di tempat air jernih.
Biasanya nyamuk ini berada di sekitar rumah dan pohon pohon, tempat menampung air
hujan yang bersih, seperti pohon pisang, pandan, kaleng bekas. Nyamuk ini menggigit pada
siang hari dan memiliki jarak terbang 50 meter.
Gambar 1.4 Distribusi nyamuk Aedes aegypti dan nyamuk Aedes albopictus (WHO, 2011)
IV. PATOGENESIS
Virus merupakan mikrooganisme yang hanya dapat hidup di dalam sel hidup. Maka demi
kelangsungan hidupnya, virus harus bersaing dengan sel manusia sebagai pejamu (host) terutama
dalam mencukupi kebutuhan akan protein. Persaingan tersebut sangat tergantung pada daya
tahan pejamu, bila daya tahan baik maka akan terjadi penyembuhan dan timbul antibodi, namun
bila daya tahan rendah maka perjalanan penyakit menjadi makin berat dan bahkan dapat
menimbulkan kematian.2
Patogenesis DBD dan SSD (Sindrom Syok Dengue) masih merupakan masalah yang
kontroversial. Dua teori yang banyak dianut pada DBD dan SSD adalah hipotesis infeksi
sekunder (teori secondary heterologous infection) atau hipotesis immune enhancement. Hipotesis
ini menyatakan secara tidak langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi yang kedua kalinya
dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai risiko berat yang lebih besar untuk
menderita DBD/Berat. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya akan mengenai virus lain
yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk kompleks antigen antibodi yang kemudian
berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena
antibodi heterolog maka virus tidak dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan
replikasi dalam sel makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement
(ADE), suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut, terjadi sekresi mediator vasoaktif
yang
kemudian
menyebabkan
peningkatan
permeabilitas
pembuluh
darah,
sehingga
Hipotesis kedua, menyatakan bahwa virus dengue seperti juga virus binatang lain dapat
mengalami perubahan genetik akibat tekanan sewaktu virus mengadakan replikasi baik pada
tubuh manusia maupun pada tubuh nyamuk. Ekspresi fenotipik dari perubahan genetik dalam
genom virus dapat menyebabkan peningkatan replikasi virus dan viremia, peningkatan virulensi
dan mempunyai potensi untuk menimbulkan wabah. Selain itu beberapa strain virus mempunyai
kemampuan untuk menimbulkan wabah yang besar. Kedua hipotesis tersebut didukung oleh data
epidemiologis dan laboratoris.2
Komplemen
Histamin dalam urin
meningkat
Permeabilitas kapiler
> 30% pada
Perembesan plasma
Ht
Natrium
Syok
Anoksia
Asidosis
Meninggal
ADP (adenosin di phosphat), sehingga trombosit melekat satu sama iain. Hal ini akan
menyebabkan trombosit dihancurkan oleh RES (reticulo endothelial system) sehingga terjadi
trombositopenia. Agregasi trombosit ini akan menyebabkan pengeluaran platelet faktor III
mengakibatkan terjadinya koagulopati konsumtif (KID = koagulasi intravaskular deseminata),
ditandai dengan peningkatan FDP (fibrinogen degredation product) sehingga terjadi penurunan
faktor pembekuan.2 Patogenesis ini kemungkinan yang terjadi pada pasien.
Anamnestic antibody
Agregasi trombosit
Penghancuran
Pengeluaran
Trombositopenia
Koagulopati
Sistem kinin
konsumtif
Gangguan
fungsi trombosit
Kinin
penurunan faktor
Peningkatan
permeabilitas
pembekuan
kapiler
FDP meningkat
Perdarahan massif
syok
Jadi, perdarahan masif pada DBD diakibatkan oleh trombositpenia, penurunan faktor pembekuan
(akibat KID), kelainan fungsi trombosit, dan kerusakan dinding endotel kapiler. Akhirnya,
perdarahan akan memperberat syok yang terjadi.1
V. DIAGNOSIS
Tanda Vital
Kesadaran
: Compos mentis
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
: 24 x/m
Suhu tubuh
: 37,6 0C
Tekanan Darah
: 120/80 mmHg
Pemeriksaan Sistematis :
Kepala : Tidak ada kelainan menyingkirkan kemungkinan lain penyebab demam
(infeksi pada telinga, hidung, tenggorokan, tanda lidah kotor pada demam tifoid, infeksi
lain yang menyebabkan pembesaran KGB)
Thoraks : Tidak ada kelaian menyingkirkan kemungkinan terjadi infeksi saluran
pernafasan bawah yang dapat mengakibatkan pasien demam, menyingkirkan kecurigaan
terjadi komplikasi efusi pleura pada kasus DHF
Abdomen : hepatomegali (+) hepar teraba 2 jari di bawah arcus costae dan 2 jari di
bawah prossesus xiphoideus,rata, kenyal)
Kulit : petekie + (test tourniqet)
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang, pasien dapat diagnosa
Demam Berdarah Dengue Grade II (WHO 1997), DBD tanpa syok (WHO 2011), karena
sesuai dengan kriteria diagnosis DBD menurut WHO tahun 1997 dan 2011 :
Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi:2
Demam atau riwayat demam akut, antara 2 7 hari, biasanya bifasik
Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut:
1. Uji bendung positif
2. Petekie, ekimosis, atau purpura
3. Perdarahan mukosa (tersering epistaksis atau perdarahan gusi)
4. Hematemesis/melena
Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ul)
Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage (kebocoran plasma) sebagai berikut:
1. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai dengan umur dan
jenis kelamin
2. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan, dibandingkan
dengan nilai hematokrit sebelumnya
3. Tanda kebocoran plasma seperti efusi pleura, asites atau hipoproteinemi.
Kriteria laboratorium
1. Trombositopenia (100.000/mikroliter)
2. Hemokonsentrasi, dilihat dari peningkatan hematokrit > 20% dari nilai dasar /
menurut standar umur dan jenis kelamin
Diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan,
Manifestasi klinis menurut kriteria diagnosis WHO 2011, infeksi dengue dapat terjadi
asimtomatik dan simtomatik. Infeksi dengue simtomatik terbagi menjadi undifferentiated fever
(sindrom infeksi virus) dan demam dengue (DD) sebagai infeksi dengue ringan; sedangkan
infeksi dengue berat terdiri dari demam berdarah dengue (DBD) dan expanded dengue syndrome
atau isolated organopathy. Perembesan plasma sebagai akibat plasma leakage merupakan tanda
patognomonik DBD, sedangkan kelainan organ lain serta manifestasi yang tidak lazim
dikelompokkan ke dalam expanded dengue syndrome atau isolated organopathy. Secara klinis,
DD dapat disertai dengan perdarahan atau tidak; sedangkan DBD dapat disertai syok atau tidak
(Skema 3).
Skema 4. Skema kriteria diagnosis infeksi dengue menurut WHO 2011 Sumber:World Health
Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of
Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011dengan modifikasi.
Gambaran klinis
a. Undifferentiated fever (sindrom infeksi virus)
Pada undifferentiated fever, demam sederhana yang tidak dapat dibedakan dengan penyebab
virus lain. Demam disertai kemerahan berupa makulopapular, timbul saat demam reda. Gejala
dari saluran pernapasan dan saluran cerna sering dijumpai.
b. Demam dengue (DD)
Anamnesis: demam mendadak tinggi, disertai nyeri kepala, nyeri otot & sendi/tulang, nyeri
retro-orbital, photophobia, nyeri pada punggung, facial flushed, lesu, tidak mau makan,
konstipasi, nyeri perut, nyeri tenggorok, dan depresi umum.
Pemeriksaan fisik :
-40C, berakhir 5-7 hari
Mendekati akhir dari fase demam dijumpai petekie pada kaki bagian dorsal, lengan atas, dan
tangan
Convalescent rash, berupa petekie mengelilingi daerah yang pucat pada kulit yg normal,
dapat disertai rasa gatal
Demam tinggi, 2-7 hari, dapat mencapai 40C, serta terjadi kejang demam. Dijumpai
facial flush, muntah, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, nyeri tenggorok dengan faring
hiperemis, nyeri di bawah lengkung iga kanan, dan nyeri perut.
o Manifestasi perdarahan
a. Uji bendung positif (10 petekie/inch2) merupakan manifestasi perdarahan yang
paling banyak pada fase demam awal.
b. Mudah lebam dan berdarah pada daerah tusukan untuk jalur vena.
c. Petekie pada ekstremitas, ketiak, muka, palatum lunak.
Berbeda dengan DD, pada DBD terdapat hemostasis yang tidak normal, perembesan plasma
(khususnya pada rongga pleura dan rongga peritoneal), hipovolemia, dan syok, karena terjadi
peningkatan permeabilitas kapiler. Perembesan plasma yang mengakibatkan ekstravasasi
cairan ke dalam rongga pleura dan rongga peritoneal terjadi selama 24-48 jam.
Fase kritis
Fase kritis terjadi pada saat perembesan plasma yang berawal pada masa transisi dari saat
demam ke bebas demam (disebut fase time of fever defervescence) ditandai dengan:
a.
b.
Tanda perembesan plasma seperti efusi pleura dan asites, edema pada dinding kandung
empedu. Foto dada (dengan posisi right lateral decubitus = RLD) dan ultrasonografi
dapat mendeteksi perembesan plasma tersebut.
c.
Terjadi penurunan kadar albumin >0.5g/dL dari nilai dasar / <3.5 g% yang merupakan
bukti tidak langsung dari tanda perembesan plasma
Tanda-tanda syok: anak gelisah sampai terjadi penurunan kesadaran, sianosis, nafas cepat,
nadi teraba lembut sampai tidak teraba. Hipotensi, tekanan nadi 20 mmHg, dengan
peningkatan tekanan diastolik. Akral dingin, capillary refill time memanjang (>3 detik).
Diuresis menurun (< 1ml/kg berat badan/jam), sampai anuria.
Komplikasi berupa asidosis metabolik, hipoksia, ketidakseimbangan elektrolit, kegagalan
multipel organ, dan perdarahan hebat apabila syok tidak dapat segera diatasi.
Fase penyembuhan (convalescence, recovery)
Fase penyembuhan ditandai dengan diuresis membaik dan nafsu makan kembali merupakan
indikasi untuk menghentikan cairan pengganti. Gejala umum dapat ditemukan sinus
bradikardia/ aritmia dan karakteristik confluent petechial rash seperti pada DD.
Pemeriksaan Penunjang
a. Darah5
1) Kadar trombosit darah menurun (trombositopenia) ( 100000/I)
2) Hematokrit meningkat 20%, merupakan indikator akan timbulnya renjatan. Kadar
trombosit dan hematokrit dapat menjadi diagnosis pasti pada DBD dengan dua
kriteria tersebut ditambah terjadinya trombositopenia, hemokonsentrasi serta
dikonfirmasi secara uji serologi hemaglutnasi (Brasier, Ju, Garcia, Spratt, Forshey,
Helsey, 2012).
b. Urine
Kadar albumine urine positif (albuminuria) (Vasanwala, Puvanendran, Chong, Ng,
Suhail, Lee, 2011).
c. Foto thorax
Pada pemeriksaan foto thorax dapat ditemukan efusi pleura. Umumnya posisi lateral
dekubitus kanan (pasien tidur di sisi kanan) lebih baik dalam mendeteksi cairan
dibandingkan dengan posisi berdiri apalagi berbaring.
d. USG
Pemeriksaan USG biasanya lebih disukai pada anak dan dijadikan sebagai pertimbangan
karena tidak menggunakan system pengion (Sinar X) dan dapat diperiksa sekaligus
berbagai organ pada abdomen. Adanya acites dan cairan pleura pada pemeriksaan USG
dapat digunakan sebagai alat menentukan diagnose penyakit yang mungkin muncul lebh
berat misalnya dengan melihat ketebalan dinding kandung empedu dan penebalan
pancreas.
e. Diagnosis Serologis
Uji serologi IgM dan IgG anti dengue :
Antibodi IgM anti dengue dapat dideteksi pada hari sakit ke-5 sakit, mencapai
puncaknya pada hari sakit ke 10-14, dan akan menurun/ menghilang pada akhir
minggu keempat sakit.
Antibodi IgG anti dengue pada infeksi primer dapat terdeteksi pada hari sakit ke-14.
dan menghilang setelah 6 bulan sampai 4 tahun. Sedangkan pada infeksi sekunder IgG
anti dengue akan terdeteksi pada hari sakit ke-2.
Rasio IgM/IgG digunakan untuk membedakan infeksi primer dari infeksi sekunder.
Apabila rasio IgM:IgG >1,2 menunjukkan infeksi primer namun apabila IgM:IgG
rasio <1,2 menunjukkan infeksi sekunder.
f. Antigen NS1 dapat dideteksi pada hari ke-1 setelah demam dan akan menurun
sehingga tidak terdeteksi setelah hari sakit ke-5-6. Deteksi antigen virus ini dapat
digunakan untuk diagnosis awal menentukan adanya infeksi dengue, namun tidak
dapat membedakan penyakit DD/DBD.
VII. PENATALAKSANAAN
a.Pre Hospital7
Penatalaksanaanprehospital DBD bisa dilakukan melalui 2 cara yaitu pencegahan
dan penanganan pertama pada penderita demam berdarah. DinasKesehatan Kota
Denpasar menjelaskan pencegahan yang dilakukan meliputi kegiatan pemberantasan
sarang
nyamuk
(PSN),
yaitu
kegiatan
memberantas
jentik
ditempat
Pada orang yang menderita demam berdarah pada awalnya mengalami demam
tinggi. Kondisi demam dapat mengakibatkan tubuh kekurangan cairan karena
penguapan, apalagi bila gejala yang menyertai adalah muntah atau intake tidak
adekuat (tidak mau minum), akhirnya jatuh dalam kondisi dehidarasi. Pertolongan
pertama yang dapat diberikan adalah mengembalikan cairan tubuh yaitu meberikan
minum 2 liter/hari (kira kira 8 gelas) atau 3 sendok makan tiap 15 menit. Minuman
yang diberikan sesuai selera misalnya air putih, air teh manis, sirup, sari buah, susu,
oralit, shoft drink, dapat juga diberikan nutricious diet yang banyak beredar saat ini.
Untuk mengetahui pemberian cairan cukup atau masih kurang, perhatikan jumlah
atau frakuensi kencing. Frekuansi buang air kecil minimal 6 kali sehari menunjukkan
pemberian cairan mencukupi
Jalur triase kasus tersangka infeksi dengue (WHO 2011) Sumber:World Health Organization-South East
Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Hemorrhagic Fever. India: WHO; 2011dengan modifikasi.
Tanda kegawatan
Tanda kegawatan dapat terjadi pada setiap fase pada perjalanan penyakit infeksi dengue, seperti
berikut :
1. Tidak ada perbaikan klinis/perburukan saat sebelum atau selama masa transisi ke fase
bebas demam / sejalan dengan proses penyakit
2. Muntah yg menetap, tidak mau minum
3. Nyeri perut hebat
4. Letargi dan/atau gelisah, perubahan tingkah laku mendadak
5. Perdarahan: epistaksis, buang air besar hitam, hematemesis, menstruasi yang hebat,
warna urin gelap (hemoglobinuria)/hematuria
6. Giddiness (pusing/perasaan ingin terjatuh)
7. Pucat, tangan - kaki dingin dan lembab
8. Diuresis kurang/tidak ada dalam 4-6 jam
Pasien dalam kasus tidak menunjukkan tanda kegawatan tetapi termasuk resiko tinggi
(karena obesitas), oleh karena itu perlu dilakukan pemberian cairan IV dan monitor DBD.
4. Pemeriksaan hematokrit serial setiap 4-6 jam pada kasus stabil dan lebih sering pada
pasien tidak stabil/ tersangka perdarahan.
5. Diuresis setiap 8-12 jam pada kasus tidak berat dan setiap jam pada pasien dengan syok
berkepanjangan / cairan yg berlebihan.
6. Jumlah urin harus 1 ml/kg berat badan/jam ( berdasarkan berat badan ideal)
Pada pasien sudah dilakukan monitoring perjalanan DBD dalam follow up
Berdasarkan cara pemberian cairan IV diatas, seharusnya pada pasien dengan BBI 35 kg
mendapatkan cairan = 3.550 ml, dengan kecepatan 5 ml/kg/jam.
Pemeriksaan laboratorium baik pada kasus syok maupun non syok saat tidak ada perbaikan
klinis walaupun penggantian volume sudah cukup, maka perhatikan ABCS yang terdiri dari,
A Acidosis: gas darah, B Bleeding: hematokrit, C Calsium: elektrolit, Ca++ dan S
Sugar: gula darah (dekstrostik)
Tata laksana infeksi dengue berdasarkan fase perjalanan penyakit Fase Demam
Pada fase demam, dapat diberikan antipiretik + cairan rumatan / atau cairan oral apabila anak
masih mau minum, pemantauan dilakukan setiap 12-24 jam
Fase Kritis
Pada fase kritis pemberian cairan sangat diperlukan yaitu kebutuhan rumatan + defisit, disertai
monitor keadaan klinis dan laboratorium setiap 4-6 jam.
koloid 10-30ml/kgBB secepatnya dalam 1 jam dan koreksi hasil laboratorium yang tidak
normal
Apabila jalur intravena tidak didapatkan segera, coba cairan elektrolit per oral bila pasien sadar
atau jalur intraoseus. Jalur intraoseus dilakukan dalam keadaan darurat atau setelah dua kali
kegagalan mendapatkan jalur vena perifer atau setelah gagal pemberian cairan melalui oral.
Cairan intraosesus harus dikerjakan secara cepat dalam 2-5 menit
Perdarahan hebat
ra hentikan. Transfusi darah segera
adalah darurat tidak dapat ditunda sampai hematokrit turun terlalu rendah. Bila darah yang
hilang dapat dihitung, harus diganti. Apabila tidak dapat diukur, 10 ml/kg darah segar atau 5
ml/kg PRC harus diberikan dan dievaluasi. Pada perdarahan saluran cerna, H2 antagonis dan
penghambat pompa proton dapat digunakan.
Fase Recovery
Pada fase penyembuhan diperlukan cairan rumatan atau cairan oral, serta monitor tiap 12-24
jam.
Ada kedaruratan
Tanda syok
Muntah terus menerus
Kejang
Kesadaran menurun
Muntah darah
Berak darah
Jumlah trombosit
<100.000/l
Tatalaksana
disesuaikan,
(Lihat bagan 3,4,5)
Jumlah trombosit
Rawat Jalan
>100.000/l
Parasetamol
Kontrol tiap hari
sampai demam hilang
Rawat Inap
(lihat bagan 3)
Rawat Jalan
Nilai tanda klinis &
Minum banyak 1,5 liter/hari jumlah trombosit, Ht
Parasetamol
bila masih demam
Kontrol tiap hari
hari sakit ke-3
sampai demam turun
periksa Hb, Ht, trombosit tiap
kali
Perhatian untuk orang tua
Pesan bila timbul tanda syok:
gelisah, lemah, kaki/tangan
dingin, sakit perut, BAB hitam,
BAK kurang
Lab : Hb & Ht naik
Trombosit turun
Gejala klinis:
Demam 2-7 hari
Uji torniquet (+) atau
perdarahan spontan
Laboratorium:
Hematokrit tidak meningkat
Trombositopenia (ringan)
Awasi perdarahan
Periksa Ht, Hb tiap 6-12 jam
Infus ganti RL
(tetesan disesuaikan, lihat Bagan 4)
DBDDBD
derajat
I atau
II dengan
peningkatan
hematokrit
>20%
derajat
I atau
II dengan
peningkatan
hematokrit
>20%
Cairan awal
RL/RA/NaCl 0,9% atau RLD5/NaCl 0,9%+D5
6-7 ml/kgBB/jam
Monitor tanda vital/Nilai Ht & Trombosit tiap 6 jam
Perbaikan
Tidak gelisah
Nadi kuat
Tek.darah stabil
Diuresis cukup Tanda vital memburuk
(12 ml/kgBB/jam)
Ht meningkat
Ht turun
(2x pemeriksaan)
Tetesan dikurangi
Tetesan dinaikkan
10-15 ml/kgBB/jam
Perbaikan
5 ml/kgBB/jam
Perbaikan
Sesuaikan tetesan
Distress pernafasan
ml/kgBB/jam
Ht turun
Ht naik
derajat
DBDDBD
derajat
III &III
IV& IV
1. Lanjutkan cairan
15-20 ml/kgBB/jam
2. Tambahkan koloid/plasma
Dekstran/FFP
3. Koreksi asidosis
Evaluasi 1 jam
Ht tetap tinggi/naik
Koloid 20 ml/kgBB
DAFTAR PUSTAKA
1) Hadinegoro S.R.H, Soegijanto S, dkk. Tatalaksana Demam Berdarah Dengue di
Indonesia
Departemen
Kesehatan
Republik
Indonesia.
Direktorat
Jenderal
di:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?artid=1508601.
Problem.
for
National
Disease
Center
Control
for
Infectious
and
Diseases
Prevention
Fort Collins, Colorado, and San Juan, Puerto Rico, USA. 1996. Terdapat di:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/8903160. Diakses pada: 2009, Desember 29.
7) Fernandes MDF. Dengue/Dengue Hemorrhagic Fever. Infectious disease. Terdapat di:
http://www.medstudents.com.br/dip/dip1.htm. Diakses pada: 2009, Desember 29.
8) World Health Organization. Dengue and dengue haemorrhagic fever. Terdapat di:
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/htm. Diakses pada: 2009, Desember
29.
9) World Health Organization-South East Asia Regional Office. Comprehensive Guidelines
for Prevention and Control of Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever. India: WHO;
2011.p.1-67.
10) 2. Centers for Disease Control and Prevention. Dengue Clinical Guidance. Updated 2010
sept 1. Available from: http://www.cdc.gov/dengue/clinicallab/clinical.html.