Anda di halaman 1dari 25

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA


RS PENDIDIKAN : RSUD KOTA BEKASI
STATUS PASIEN
Nama Mahasiswa
NIM

: Karina Islamey Putri


: 1061050184

Pembimbing : dr. Tri Yanti Rahayuningsih Sp.A (K)


Tanda tangan :

BAB II
ILUSTRASI KASUS
I.

IDENTITAS
Data
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
Keterangan

Pasien
An.N
3 tahun
Perempuan
Islam
Jawa
Hubungan dengan

Ayah
Tn. A
35 tahun
Laki-laki
Tambun Selatan
Islam

Ibu
Ny. M
33 tahun
Perempuan

SMA
Wiraswasta
-

SMA

Islam

orang tua : Anak


Tanggal Masuk RS

Kandung
5 Januari 2016

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis kepada keluarga pasien.pada tanggal 6 Januari 2016 pukul
09.00 di bangsal Melati RSUD Bekasi
a. Keluhan Utama
:
Bintik-bintik bernanah pada kedua telapak kaki dan kanan sejak 4 bulan SMRS.
b. Keluhan Tambahan :
Gatal, perih, terasa panas
c. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien di bawa ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan bintik-bintik pada
telapak kaki dan tangan sejak 4 bulan SMRS. Bintik-bintik sampai mengeluarkan
nanah dan darah serta berbau amis. Awalnya keluahan muncul di telapak kaki, bentol
kecil yang menonjol, terdapat cairan bening. 2 minggu terakhir keluhan dirasakan
semakin berat, bentik-bintik semakin bertambah banyak, terdapat kemerahan di
sekitar bintik-bintik, bengkak dan menyebar ke jari-jari tangan. Pasien sudah diobati,
tetapi keluhan hanya sebentar berkurang kemudian muncul kembali. Terakhir pasien
1

beobat ke RS Hermina dan di rujuk ke RSUD Kota Bekasi untuk di rawat. Pasien juga
mengeluh gatal, perih dan terasa panas di sekitar bintik-bintik. 1 hari SMRS ibu
pasien mengatakan badan pasien teraba lebih hangat.
Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan baru pertama kali di alami oleh pasien.
Riwayat alergi makanan disangkal.
Riwayat Penyakit Keluarga
Di dalam keluarga pasien tidak ada yang mengalami keluhan yang sama
d. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
KEHAMILAN

Morbiditas
Perawatan antenatal

KELAHIRAN

Tempat kelahiran
Penolong persalinan
Cara persalinan
Masa gestasi
Keadaan bayi

Tidak ada
Kontrol rutin ke bidan setiap
1x/bulan
Di rumah sakit
Bidan
Spontan per vaginam
38 minggu
BBL : 2900 gram
PB : 47 cm
Apgar Score tidak diketahui
Tidak ada kelainan bawaan

e. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :


Pertumbuhan gigi I : usia 6 bulan (normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap
: usia 4 bulan (normal: 3-4 bulan)
Duduk
: usia 6 bulan (normal: 6 bulan)
Berdiri
: usia 9 bulan (normal: 9-12 bulan)
Baca dan tulis
:Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien sesuai usia
f. Riwayat Makanan
Umur (bulan)
0-2
2-4
4-6
6-7
8-10
10-12

ASI/PASI
+/+/+/-/+
-/+

Buah/biscuit

Bubur susu

Nasi tim

+
+

Kesan : kebutuhan gizi pasien terpenuhi cukup baik

g. Riwayat Imunisasi
Vaksin
Dasar (umur)
BCG
1 bln
DPT
2 bln
4 bln
6 bln
POLIO
lahir
2 bln
4 bln
6 bln
CAMPAK
9 bln
HEPATITIS B
lahir
1 bln
6 bln
Kesan : Riwayat imunisasi pasien menurut PPI lengkap

Ulangan (umur)

h. Riwayat Keluarga
Ayah
Nama
Tn. A
Ny. M
Perkawinan ke
1
1
Umur
35 tahun
33 tahun
Keadaan kesehatan
Sehat
Sehat
Kesan : Keadaan kesehatan kedua orang tua dalam keadaan baik

Ibu

i. Riwayat Perumahan dan Sanitasi :


Pasien tinggal di rumah pribadi, dinding terbuat dari tembok, atap terbuat dari
genteng, dan ventilasi cukup. Menurut pengakuan keluarga pasien, keadaan
lingkungan rumah padat, ventilasi, dan pencahayaan baik. Sumber air bersih berasal
dari PAM
III. PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis (Anak perempuan, 3 tahun, BB: 15,5 kg, PB: 98 cm)
a. Keadaan umum
: Tampak sakit ringan
c. Tanda Vital
Kesadaran
Frekuensi nadi
Frekuensi pernapasan
Suhu tubuh
d. Data antropometri
Berat badan
Panjang badan
Status gizi BB/TB

: Compos mentis
: 110 x/m
: 24 x/m
: 370C
: 15,5 kg
: 98 cm
: 15,5/14 x 100% = 110 % (Gizi Baik)

e. Kepala

Bentuk

: Normocephali, simetris, ubun-ubun tidak

Rambut
Mata

cekung.
: Rambut hitam, distribusi merata.
: Konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-,
pupil bulat isokor, RCL +/+, RCTL +/+, mata

Telinga
Hidung

Mulut
Leher
f. Thorax
Inspeksi

Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Pulmo
Cor
g. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi

cekung -/-.
: Normotia, serumen -/-.
: Bentuk normal, sekret -/-, NCH -/-,
terdapat hematom (-)
: Bibir tidak kering, lidah kotor : Bentuk simteris, trakea di tengah.

Perkusi

: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi -, napas


Kusmaul : Gerak napas simetris
: Sonor pada kedua lapang paru
: Suara napas vesikuler, ronki -/-, wheezing -/: BJ I dan II reguler, murmur -, gallop
: Perut datar
: Bising usus meningkat, frekuensi 8x/menit
: Supel, hepatomegali (-), splenomegali -, Turgor
kembali cepat.
: Shifting dullness -, nyeri ketuk -, perkusi timpani

h. Kulit

: Pucat -, ikterik -, petekie -

i. Ekstremitas

: Akral hangat, sianosis (-), oedem (-), ikterik (-), CRT <
2 detik
: Regio pedis dan manus bilateral . Tampak lesi papul

j. Status Lokalis

dan pustul, krusta berwarna kuning dan kehitaman berukuran <2cm dengan kemerahan
minimal disekelilingnya
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium tanggal 6 Januari 2016
Nama Test
Darah Rutin
Laju Endap Darah
Leukosit
Eritrosit

Hasil

Unit

Nilai Rujukan

50
12,4
4,59

mm
ribu/ul
juta/ul

0-10
5-10
4-5

Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
Kimia Klinik
Gula darah sewaktu
Elektrolit
Natrium (Na)
Kalium (K)
Clorida (Cl)
Alergi (2/1/16)
IgE total
Serologi (5/1/16)
CRP

11,9
36,2
78,9
25,8
32,8
505

g/dl
%
fL
pg
%
ribu/ul

11-15,5
40-54
75-87
24-30
31-37
150-400

101

mg/dl

60-110

137
4,7
96

mmol/L
mmol/L
mmol/L

135-145
3,5-5,0
94-111

112,00

IU/ml

< 45

+ 14

mg/L

<5

V. RESUME
Pasien di bawa ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan bintik-bintik pada telapak
kaki dan tangan sejak 4 bulan SMRS. Bintik-bintik sampai mengeluarkan nanah dan darah
serta berbau amis. Awalnya keluahan muncul di telapak kaki, bentol kecil yang menonjol,
terdapat cairan bening. 2 minggu terakhir keluhan dirasakan semakin berat, bentik-bintik
semakin bertambah banyak, terdapat kemerahan di sekitar bintik-bintik, bengkak dan
menyebar ke jari-jari tangan. Pasien sudah diobati, keluahan hanya sebentar berkurang
kemudian muncul kembali. Terakhir pasien beobat ke RS Hermina dan di rujuk ke RSUD
Kota Bekasi untuk di rawat. Pasien juga mengeluh gatal, perih dan terasa panas di sekitar
bintik-bintik. 1 hari SMRS ibu pasien mengatakan badan pasien teraba lebih hangat.
Dari Pemeriksaan fisik Status Generalis (KU: Tampak sakit ringan, Kesadaran
composmentis, TTV dalam batas normal), Status Gizi : Gizi cukup. Status Lokalis: Regio
pedis dan manus bilateral . Tampak lesi papul dan pustul, krusta berwarna kuning dan
kehitaman berukuran <2cm dengan kemerahan minimal disekelilingnya
6

VI. DIAGNOSIS KERJA


Impetigo Krustosa
VII. DIAGNOSIS BANDING
Pemfigus bulosa
Herpes simplex
Pemfigus vulgaris
VII.PEMERIKSAAN ANJURAN
Pemeriksaan Kultur dan senstifitas bakteri
VIII. PENATALAKSANAAN
Rawat inap di bangsal
Tridex 27A 1000cc/hari
Inj Ceftriaxone 1x1 gr (IV drip)
Cetirizin puyer 2x2 mg (PO)
Paracetamol 3x5 ml
Perawatan Kaki dengan NaCl 0,9%, Kompres 3x/hari
IX. PROGNOSIS
Ad vitam
: bonam
Ad fungsionam : bonam
Ad sanationam : bonam

Follow Up
Hari/Tgl
Rabu,
6-1-2016

Kamis,
7-1-2016

Jumat
8-1-2016

Subjek
Bintik-bintik pada kedua
telapak kaki dan jari
tangan +, nanah +, darah
+
Bengkak +
Terasa perih +
Demam -

Perih saat di GV
Nanah
Darah -

Bintik-bintik berkurang
dan semakin mengering

Objek

Terapi

Kes : composmentis
KU : TSS
TTV:
Suhu : 37 C
HR : 100x/menit, kuat angkat, isi
cukup
RR : 24x/menit
Status Lokalis :
Pedis dan manus bilateral, tampak
lesi papul dan pustul, krusta
berwarna kuning dan kehitaman
berukuran <2cm dengan
kemerahan disekelilingnya

Infus Tridex 27A 100cc/hari


Inj Ceftriaxone 1x1 gr (IV

Kes : composmentis
KU : TSR
TTV:
Suhu : 36,7 C
Nadi : 90x/menit, kuat angkat, isi
cukup
RR : 23x/menit

Infus Tridex 27A 100cc/hari


Inj Ceftriaxone 1x1 gr (IV

Status Lokalis :
Pedis dan manus bilateral, tampak
lesi papul dan pustul, krusta
berwarna kuning dan kehitaman
bertambah banyak dengan
kemerahan minimal disekelilingnya
Kes : composmentis
KU : TSR

drip)
Cetirizin puyer 2x2 mg (PO)
Paracetamol 3x5 ml
Perawatan Kaki dengan
NaCl

0,9%,

Kompres

3x/hari
Konsul ke Spesialis kulit

drip)
Cetirizin puyer 2x2 mg (PO)
Paracetamol 3x5 ml
Perawatan Kaki dengan
NaCl

0,9%,

Kompres

3x/hari (10-15 menit)

Infus Tridex 27A 100cc/hari

Perih berkurang,
Nanah
Darah
Demam -

TTV:
Suhu : 36,3 C
Nadi : 100x/menit, kuat angkat, isi
cukup
RR : 22x/menit
Status Lokalis :
Pedis dan manus bilateral, tampak
lesi papul dan pustul, krusta
berwarna kuning dan kehitaman
berukuran > 2cm

Sabtu
9-1-2016

Bintik-bintik berkurang
dan mengering,
Perih
Gatal
Nanah dan darah
Demam -

Kes : composmentis
KU : TSR
TTV:
Suhu : 36,5C
Nadi : 91x/menit, kuat angkat, isi
cukup
RR : 22x/menit
Status Lokalis :
Pedis dan manus bilateral, tampak
lesi papul dan pustule berkurang,
krusta berwarna kuning dan
kehitaman berukuran > 2cm

Inj Ceftriaxone 1x1 gr (IV


drip)
Cetirizin puyer 2x2 mg (PO)
Paracetamol 3x5 ml
Perawatan Kaki dengan
NaCl

0,9%,

Kompres

3x/hari (10-15 menit)

Infus Tridex 27A 100cc/hari


Inj Ceftriaxone 1x1 gr (IV

drip)
Cetirizin puyer 2x2 mg (PO)
Paracetamol 3x5 ml
Azitromisin 1x4 ml
Bactoderm 3x/hari
Perawatan Kaki dengan
NaCl

0,9%,

Kompres

3x/hari (10-15 menit)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Istilah impetigo berasal dari bahasa Latin yang berarti serangan, dan telah digunakan
untuk menjelaskan gambaran seperti letusan berkeropeng yang biasa nampak pada daerah
permukaan kulit. Ada dua tipe impetigo, yaitu impetigo bullosa dan impetigo non-bullosa.
Impetigo non-bullosa disebut juga impetigo krustosa atau impetigo kontagiosa 3.
Impetigo, yaitu merupakan salah satu bentuk pioderma yang paling sering menyerang
anak-anak, terutama yang kebersihan badannya kurang dan bisa muncul di bagian tubuh
manapun setelah terjadi cidera pada kulit, seperti luka maupun pada infeksi virus herpes
simpleks. Paling sering ditemukan di wajah, lengan dan tungkai. Pada dewasa, impetigo bisa
terjadi setelah penyakit kulit lainnya. Impetigo bisa juga terjadi setelah suatu infeksi saluran
pernafasan atas (misalnya flu atau infeksi virus lainnya). Sumber infeksi yang sering
ditemukan pada anak-anak adalah berasal dari hewan peliharaan, kuku yang kotor, dan
penularan dari teman sekolahnya. Sedangkan pada orang dewasa, penularan penyakit dapat
diperoleh dari tempat cukur, salon kecantikan, kolam renang dan tertular dari anak.3,4.
Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang
superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhanlepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api. Penyakit ini merupakan salah
satu contoh pioderma yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
10

Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh Stafilokokus aureus
dan non-bulosa yang disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus 1,2.
Faktor predisposisinya yaitu higiene yang kurang, menurunnya daya tahan tubuh
mengidap penyakit menahun, kurang gizi, keganasan atau kanker dan sebagainya

atau

adanya penyakit lain di kulit yang menyebabkan fungsi perlindungan kulit terganggu 2.
Insiden impetigo ini terjadi hampir di seluruh dunia. Paling sering mengenai usia 2-5
tahun, umumnya mengenai anak yang belum sekolah, namun tidak menutup kemungkinan
untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki dan wanita sama. Di Amerika Serikat,
merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada klinik anak. Di Inggris kejadian
impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 515 tahun. Impetigo nonbullous atau impetigo krustosa meliputi kira-kira 70 persen dari semua
kasus impetigo. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta pada
negara-negara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong
lemah atau miskin 5.
Tempat predileksi tersering pada wajah terutama sekitar mulut dan hidung, pada ketiak,
dada serta punggung. Gambaran klinisnya berupa vesikel, bula atau pustul yang apabila
pecah membentuk krusta tebal kekuningan seperti madu atau berupa koleret di pinggirnya 5,8.
Impetigo sangat penting dibahas karena banyak terjadi pada masyarakat pada umumnya.
Diharapkan makalah ini dapat membantu dokter umum dalam menegakkan diagnosis,
mengobati penyakit ini dengan baik dan mengedukasi pasien dengan benar sehingga penyakit
ini tidak menyebabkan komplikasi lain yang serius.

1.2.

Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk


a. Memberikan informasi dan pengembangan keilmuan tentang pioderma
b. Sebagai bahan atau sumber bacaan diperpustakaan institusi pendidikan
11

c. Memperoleh pengalaman belajar dan untuk meningkatkan pengetahuan karena ilmu


akan terus maju sesuai dengan perkembangan zaman

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Definisi

Impetigo secara klinis didefinisikan sebagai penyakit infeksi menular pada kulit yang
superfisial yaitu hanya menyerang epidermis kulit, yang menyebabkan terbentuknya lepuhanlepuhan kecil berisi nanah (pustula) seperti tersundut rokok/api. Penyakit ini merupakan
salah satu contoh pioderma yang sering dijumpai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin.Terdapat dua jenis impetigo yaitu impetigo bulosa yang disebabakan oleh
Stafilokokus aureus dan non-bulosa yang disebabkan oleh Streptokokus hemolitikus. Dasar
infeksinya adalah kurangnya hygiene dan terganggunya fungsi kulit 1,8.

2.2.

Epidemologi

Di Amerika Serikat, kurang lebih 9 10 % dan anak-anak yang datang ke klinik kulit
menderita impetigo. Perbandingan antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan adalah sama.
Impetigo lebih sering menyerang anak-anak, jenis yang terbanyak (kira-kira 90%) adalah
impetigo bullosa yang terjadi pada anak yang berusia kurang dan 2 tahun. Impetigo menyebar
melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Di Inggris kejadian
impetigo pada anak sampai usia 4 tahun sebanyak 2,8% pertahun dan 1,6% pada anak usia 515 tahun. Sekitar 70% merupakan impetigo krustosa.nsiden impetigo ini terjadi hampir di
seluruh dunia. Paling sering mengenai usia 2-5 tahun, umumnya mengenai anak yang belum

12

sekolah, namun tidak menutup kemungkinan untuk semua umur dimana frekuensi laki-laki
dan wanita sama. Di Amerika Serikat, merupakan 10% dari masalah kulit yang dijumpai pada
klinik. Kebanyakan kasus ditemukan di daerah tropis atau beriklim panas serta pada negaranegara yang berkembang dengan tingkat ekonomi masyarakatnya masih tergolong lemah atau
miskin 5.
Penelitian pada tahun 2005 menunjukkan S. aureus sebagai pathogen terbanyak yang
menyebabkan baik impetigo bulosa dan impetigo non bulosa pada Amerika dan Eropa,
sementara itu Streptococcus pyogenes pada negara berkembang. Kebanyakan infeksi bermula
sebagai infeksi Streptokokus tetapi kemudian Staphylococci mengantikan streptokokus.
Selain dapat menyebabkan manifest pyoderm primer dan kulit yang utuh, dapat juga
menyebabkan infeksi sekunder dari penyakit kulit yang ada sebelumnya atau pada kulit yang
terkena trauma, yang disebut dengan dermatitis impetigenisata. Impetigo jarang berkembang
menjadi infeksi sistemik, walaupun post streptococcal glomerulonepritis yang merupakan
komplilkasi pada infeksi GABHS dapat terjadi walaupun jarang. Pasien dapat lebih jauh
menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah rnenggaruk lesi. Infeksi seringkali
menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga pada tempat
dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk 5,2.

2.3.

Etiologi

Organisme penyebab adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus beta-hemolyticus grup


A (dikenal dengan Streptococcus pyogenes), atau kombinasi keduanya.

Staphylococcus

dominan ditemukan pada awal lesi. Jika kedua kuman ditemukan bersamaan, maka infeksi
streptococcus merupakan infeksi penyerta. Kuman S. pyogenes menular ke individu yang
sehat melalui kulit, lalu kemudian menyebar ke mukosa saluran napas. Berbeda dengan S.

13

aureus, yang berawal dengan kolonisasi kuman pada mukosa nasal dan baru dapat ditemukan
pada isolasi kuman di kulit pada sekitar 11 hari kemudian.
Impetigo menyebar melalui kontak langsung dengan lesi (daerah kulit yang terinfeksi).
Pasien dapat lebih jauh menginfeksi dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi.
Infeksi seringkali menyebar dengan cepat pada sekolah atau tempat penitipan anak dan juga
pada tempat dengan higiene yang buruk atau tempat tinggal yang padat penduduk.

2.4.

Faktor Predisposisi
Faktor-faktor pencetus terjadinya Pioderma, antara lain:

a. Higiene yang kurang;


b. Menurunnya daya tahan tubuh; misalnya karena kekurangan gizi, anemia, atau
penyakitpenyakit tertentu seperti penyakit kronis, neoplasma ganas, dan diabetes mellitus
c. Telah ada penyakit lain di kulit; karena terjadi kerusakan di epidermis, maka fungsi kulit
sebagai pelindung akan terganggu 2.

2.5.

Klasifikasi Impetigo

Terdapat dua bentuk dari impetigo, yaitu:


1. Impetigo Krustosa (impetigo kantagiosa, impetigo vulgaris, impetigo Tilibury Fox)
Impetigo krustosa, disebabkan biasanya oleh Streptococcus B hemolyticus.Tidak disertai
gejala umum, hanya terdapat pada anak.Tempat predileksi di muka, yakni sekitar lubang
hidung dan mulut karena dianggap sumber infeksi dan daerah tersebut. Kelainan kulit berupa
eritema dan vesikel yang cepat memecah sehingga jika pendenita datang berobat yang terlihat
ialah krusta tebal berwama kuning seperti madu. Jika krusta dilepaskan akan tampak erosi
dibawahnya, krusta sering menyebar ke penifer dan sembuh di bagian tengah.

14

Komplikasinya glomerulonefritis (2-5%), yang disebabkan oleh sero tipe tertentu.


Diagnosis bandingnya adalah Ektima. Pengobatan yang dipakai jika krusta sedikit, lepaskan
krusta dan diberi antibiotik.J ika krusta banyak, diberikan pengobatan antibiotik sistemik 1,8
.

Gambar 2.1. Impetigo Krustosa

Gambar 2.2. Impetigo Krustosa

2. Impetigo bulosa (Impetigo vesiko-bulosa, cacar monyet)


Impetigo bulosa biasanya disebabkan oleh Staphylococcus aureus, keadaan umum tidak
dipengaruhi, dengan predileksi di daerah ketiak, dada, punggung.Sering bersama-saina
miliaria, terdapat pada anak dan orang dewasa.Kelainan kulit berupa eritema, bula dan hula
hipopion.Kadang-kadang saat datang berobat, vesikel/bula sudah memecah sehingga yang

15

tampak hanyalah koleret dan dasamya masih eritematosa. Diagnosis banding dan impetigo ini
adalah dermatofitosis (jika sudah pecah dan tampak koleret).
Pada anamnesis hendaknya ditanyakan, apakah sebelumnya terdapat lepuh. Jika ada,
diagnosisnya adalah impetigo bullosa. Pengobatannya jika hanya terdapat beberapa vesikel
bula ditangani dengan cara memecahkan bula, lalu berikan salep antibiotik atau cairan
antiseptik. Jika bula vesikel banyak maka berikan pula antibiotic sistemik 1,8.

Gambar 2.2. Impetigo Bullosa


2.6. Patofisiologi Impetigo
Infeksi Staphylococcus aureus atau Group A Beta Hemolitik Streptococcus dimana kita
ketahui bakteri-bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit berkat kemampuannya
mengadakan pembelahan dan menyebar luas ke dalam jaringan dan melalui produksi
beberapa bahan ekstraseluler. Beberapa dari bahan tersebut adalah enzim dan yang lain
berupa toksin meskipun fungsinya adalah sebagai enzim. Staphylococcus dapat menghasilkan
katalase, koagulase, hyaluronidase, eksotoksin, lekosidin, toksin eksfoliatif, toksik sindrom
syok toksik, dan enterotoksin. Bakteri staph menghasilkan racun yang dapat menyebabkan
impetigo menyebar ke area lainnya. Toxin ini menyerang protein yang membantu mengikat
sel-sel kulit. Ketika protein ini rusak, bakteri akan sangat cepat menyebar. Enzim yang

16

dikeluarkan oleh Stap akan merusak struktur kulit dan adnya rasa gatal dapat menyebabkan
terbentuknya lesi pada kulit.
Rasa gatal dengan lesi awal berupa makula eritematosa berukuran 1-2 mm, kemudian
berubah menjadi bula atau vesikel. Pada Impetigo contagiosa Awalnya berupa warna
kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat dengan diameter <0,5cm) yang
berukuran 2-5 mm. Lesi papul segera menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung

nanah/pus)

yang

mudah

pecah

dan

menjadi

papul

dengan

keropeng/koreng berwarna kunig madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan kemerahan
minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya, sekret seropurulen kuning kecoklatan
yang kemudian mengering membentuk krusta yang berlapis-lapis. Krusta mudah dilepaskan,
di bawah krusta terdapat daerah erosif yang mengeluarkan sekret, sehingga krusta akan
kembali menebal. Sering krusta menyebar ke perifer dan menyembuh di bagian tengah.
Kemudian pada Bullous impetigo bula yang timbul secara tiba tiba pada kulit yang sehat dari
plak (penonjolan datar di atas permukaan kulit) merah, berdiameter 1-5cm, pada daerah
dalam dari alat gerak (daerah ekstensor), bervariasi dari miliar sampai lentikular dengan
dinding yang tebal, dapat bertahan selama 2 sampai 3 hari. Bila pecah, dapat menimbulkan
krusta yang berwarna coklat, datar dan tipis2,4.

2.7. GejalaKlinis
Impetigo dapat timbul sendiri (primer) atau komplikasi dan kelainan lain (sekunder) baik
penyakit kulit (gigitan binatang, vanisela, infeksi herpes simpleks, dermatitis atopi) atau
penyakit sisteniik yang menurunkan kekebalan tubuh (diabetes melitus, HIV) 3.

a. Impetigo Bulosa

17

Vesikel (gelembung berisi cairan dengan diameter <0,5cm) yang timbul sampai bulla
(gelembung berisi cairan berdiameter >0,5cm) kurang dan 1 cm pada kulit yang utuh,
dengan kulit sekitar normal atau kemerahan. Pada awalnya vesikel berisi cairan yang

jernih yang berubah menjadi berwarna keruh


Atap dan bulla pecah dan meninggalkan gambaran collarette pada pinggirnya. Krusta
varnishlike terbentuk pada bagian tengah yang jika disingkirkan memperlihatkan dasar

yang merah dan basah


Bulla yang utuh jarang ditemukan karena sangat rapuh
Bila impetigo menyertai kelainan kulit lainnya maka, kelainan itu dapat menyertai

dermatitis atopi, vanisela, gigitan binatang dan lain-lain.


Lesi dapat lokal atau tersebar, seringkali di wajah atau tempat lain, sepertitempat yang

lembab, lipatan kulit, ketiak atau lipatan leher.


Tidak ada pembengkakan kelenjar getah bening di dekat lesi.
Pada bayi, lesi yang luas dapat disertai dengan gej ala demam, lemah, diare. Jarang sekali
disetai dengan radang pam, infeksi sendi atau tulang 8,4,2.

b. Impetigo Krustosa

Awalnya berupa wama kemerahan pada kulit (makula) atau papul (penonjolan padat

dengan diameter <0,5cm) yang berukuran 2-5 mm.


Lesi papul segera menjadi menjadi vesikel atau pustul (papula yang berwarna
keruh/mengandung nanah/pus) yang mudah pecah dan menjadi papul dengan
keropeng/koreng berwarna kuning madu dan lengket yang berukuran <2cm dengan

kemerahan minimal atau tidak ada kemerahan disekelilingnya.


Lesi muncul pada kulit normal atau kulit yang kena trauma sebelumnya atau mengikuti
kelainan kulit sebelumnya (skabies, vasisela, dermatitis atopi) dan dapat menyebar dengan

cepat.
Lesi berada sekitar hidung, mulut dan daerah tubuh yang sering terbuka (tangan dan kaki).
Kelenjar getah bening dapat menbesar dan dapat nyeri
Lesi juga menyebar ke daerah sekitar dengan sendirinya (autoinokulasi)

18

Jika dibiarkan tidak diobati maka lesi dapat menyebar terus karena tindakan din sendiri

(digaruk lalu tangan memegang tempat lain sehingga mengenai tempat lain).
Lalu dapat sembuh dengan sendininya dalarn beberapa minggu tanpajaringan parut.
Walaupun jarang, bengkak pada kaki dan tekanan darah tinggi dapat ditemukan pada
orang dengan impetigo krustosa sebagai tanda glomerulonefritis (radang pada ginjal)
akibat reaksi tubuh terhadap infeksioleh kuman Sfreptokokus penyebab impetigo 8,4,2

2.8.

Diagnosis banding
Lupus eritematosa bullosa : lesi vesikel dan bula yang menyebar dapat gatal,

seringkali melibatkan bagian atas badan dan daerah lengan


Pemfigus bulosa : vesikel dan bula timbul cepat dan gatal menyeluruh, dengan plak

urtikaria
Herpes simplex : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang pecah menjadi

lecet dan tertutup krusta, biasanya pada bibir dan kulit


Pemfigus vulgaris : bulla yang tidak gatal, ukuran bervariasi dan 1 sampai beberapa
sentimeter, muncul bertahap dan menjadi menyeluruh penyembuhan dengan

hiperpigmentasi (warna kulit yang lebih gelap dan sebeluinnya).


Varisela: vesikel pada dasar kemerahan bermula di badan dan menyebar ke tangan
kaki dan wajah; vesikel pecah dan membentuk krusta; -lesi terdapat pada beberapa

tahap (vesikel, krusta) pada saat yang sama.


Dermatitis atopi : keluhan gatal yang berulang atau berlangsung lama (kronik) dan
kulit yang kering; penebalan pada pada lipatan kulit terutama pada dewasa
(likenifikasi); pada anak seringkali melibatkan daerah wajah atau tangan bagian

dalam.
Dermatitis kontak: gatal pada daerah sensitif yang kontak dengan zat-zat yang

mengiritasi.
Ektima: lesi berkrusta yang menutupi daerah ulkus (luka dengan dasar dan dinding)
dapat menetap selama beberapa minggu dan sembuh dengan jaringan parut bila
infeksi sampai jaringan kulit dalam (dermis).1,4,8

19

2.9.

Pemeriksaan Penunjang
Pada keadaan khusus, dimana diagnosis impetigo masih diragukan, atau pada suatu

daerah dimana impetigo sedang mewabah, atau pada kasus yang kurang berespons terhadap
pengobatan, maka diperlukan pemeriksaan-pemeniksaan sebagai berikut:
a. Pemeriksaan Laboratorium

Pewarnaan gram,
Pada pemeriksaan ini akan mengungkapkan adanya neutropil dengan kuman coccus
gram positif berbentuk rantai atau kelompok.
Kultur cairan.
Pada pemeriksaan mi umuinnya akan mengungkapkan adanya Streptococcus. aureus,
atau kombinasi antara Streptococcus pyogenes dengan Streptococcus beta
hemolyticus grup A (GABHS), atau kadang-kadang dapat berdiri sendiri.

b. Pemeriksaan Lain:

Titer anti-streptolysin-O (ASO), mungkin akan menunjukkan hasil positif lemah


untuk streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang dilakukan. Streptozyme,
menunjukkan hasil positif untuk Streptococcus, tetapi pemeriksaan ini jarang

dilakukan
Pemeriksaan kultur dan sensitifitas bakteri 8,6

2.10. Terapi
Tujuan pengobatan impetigo adalah menghilangkan rasa tidak nyaman dan memperbaiki
kosmetik dan lesi impetigo, mencegah penyebaran infeksi ke orang lain dan mencegah
kekambuhan
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Syarat pengobatan yang baik adalah pengobatan harus efektif, tidak mahal dan memiliki
sedikit efek samping. Antibiotik topikal (lokal) menguntungkan karena hanya diberikan
pada kulit yang teriafeksi sehingga meminimalkan efek samping. Kadangkala antibiotik
20

topikal dapat menyebabkan reaksi sensitifitas pasa kulit orang-orang tertentu. Pada lesi
yang terlokalisir maka pemberian antibiotik topilcal diutamakan. Karena antibiotilc topikal
sama efektiffiya dengan antibiotik oral. Pilihan antibiotik topikal adalah mupirocin 2%
atau asam fusidat. Antibiotilc oral disimpan untuk kasus dimana pasien sensitif terhadap
antibiotik topikal, lesi lebih luas atau dengan penyakit penyerta yang berat.Penggunaan
disinfektan topikal tidak direkomendasikan dalam pengobatan impetigo.Obat topikal yang
diberikan mupirocin 2% diberikan di kulit yang terinfeksi 3x sehari selania tiga sampai
lima hari. Antibiotik oral yang dapat diberikan adalah Amoxicillin dengan asam
kiavulanat; cefuroxime;cephalexin; dieloxacillin; atau enitromiein selama 10 hari 8,9.

2.11. Komplikasi
Impetigo biasanya sembuh tanpa penyulit dalam dua minggu walaupun tidak diobati.
kmplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptokokus terjadi pada 1-5% pasien
terutama isia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik. Gejala
berupa bengkak tekanan darah tinggi, terdapat urin seperti warna teh. Keadaan ini umumnya
sembuh secara spontan walaupun gejala-gejala tadi muncul 2.

2.12. Pencegahan
Kebersihan sederhana dan perhatian dapat mencegah timbulnya impetigo Seseorang yang
sudah terkena impetigo atau gejala-gejala rnfeksi/peradangan Streptococcus beta hemolyticus
grup A (GABHS) membuthkan perawatan medik dan jika perlu dimulai dengan ,pemberian
antibiotik secepat mungkin untuk mencegah menyebamya infeksi ke orang lain. Penderita
impetigo harus diisolasi, dan dicegah agar tidak terjadi kontak dengan orang lain minimal
dalam 24 jam setelah pemberian antibiotik.
Adapun pencegahan yang harus di lakukan yaitu

21

1.Cuci tangan segera dengan menggunakan air mengalir bila habis kontak dengan pasien,
terutama apabila terkena luka.
2.Jangan menggunakan pakaian yang sama dengan penderita
3.Bersihkan dan lakukan desinfektan pada mainan yang mungkin bisa menularkan pada orang
lain, setelah digunakan pasien
4.Mandi teratur dengan sabun dan air (sabun antiseptik dapat digunakan, namun dapat
mengiritasi pada sebagian kulit orang yang kulit sensitif)
5.Higiene yang baik, mencakup cuci tangan teratur, menjaga kuku jari tetap pendek dan
bersih
6.Jauhkan diri dari orang dengan impetigo
7.Cuci pakaian, handuk dan sprei dari anak dengan impetigo terpisah dari yang lainnya. Cuci
dengan air panas dan keringkan di bawah sinar matahari atau pe
ngering yang panas. Mainan yang dipakai dapat dicuci dengan disinfektan.
8.Gunakan sarung tangan saat mengoleskan antibiotik topikal di tempat yang terinfeksi dan
cuci tangan setelah itu 2,8.

2.13.

Prognosis

Secara umum prognosis dari penyakit ini adalah baik jika dilakukan pengobatan yang
teratur, meskipun dapat pula komplikasi sistemik seperti glomerulonefritis dan lain-lain. Lesi
mengalami perbaikan setelah 7-10 hari pengobatan 1,8.

22

BAB III
KESIMPULAN

Impetigo merupakan pioderma superfisialis yang terbatas pada epidermis. Impetigo


terbagi atas 2 bentuk yaitu impetigo krustosa dan impetigo bulosa. Impetigo krustosa
merupakan bentuk pioderma yang paling sederhana, menyerang epidermis dengan gambaran
yang dominan ialah krusta. Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan gambaran klini dari lesi.
Penatalaksanaan dapat dilakukan dengan melakukan perawatan diri, pengobatan sistemik dan
topikal.

23

Pengenalan klinis dari impetigo tidaklah sulit karena biasanya memberikan gambaran
yang khas dan umumnya terjadi pada anak. Pemeriksaan penunjang tidak perlu dilakukan
untuk menegakkan diagnosa, akan tetapi dapat dilakukan pada pasien yang tidak respon
setelah mendapat pengobatan, sehingga dapat dilakukan kultur dan tes sensitivitas
Terapi umumnya berupa medikamentosa dan non medikamentosa dengan prinsip tetap
menjaga higiene tubuh penderita agar tidak mudah terinfeksi penyakit kulit. Prognosis
umumnya baik. Impetigo umumnya sembuh tanpa penyulit dalam 2 minggu apabila diobati
secara teratur. Komplikasi berupa radang ginjal pasca infeksi Streptococcus terjadi pada 1-5%
pasien terutama usia 2-6 tahun dan hal ini tidak dipengaruhi oleh pengobatan antibiotik.
Pengobatan utama pada impetigo adalah pemberian antibiotik topikal. Pemberian antibiotik
sistemik umumnya tidak dianjurkan kecuali lesi sangat luas. Dari beberapa literatur dikatakan
antibiotik topikal yang paling baik diberikan pada impetigo adalah mupirocin 2% dan asam
fusidat 2% selama tiga sampai lima hari.. Antibiotik sistemik yang dapat diberikan adalah
amoksisilin/clavulanate (augmentin) 3 x 250-500 mg sehari selama 10 hari.

DAFTAR PUSTAKA
1. Adhi Djuanda, Mochtar Hamzah, Siti Aisah. Buku Ajar Ilmu Penyakit Kulit dan
2.

Kelamin. Edisi ke-4. Jakarta : FKUI. 2006.


Makalah impetigo. Availble at : http://www.darwaners.co.cc/2010/08/makalah-

impetigo.html
3. Penyakit Kulit. Available at : http://mirzataqiem.blogspot.com/2009/10/penyakitkulit.html
4. Arthur Rook, D.S. Wilkinson, F.J.G Ebling. Impetigo. Textbook of Dermatology.
Edisi ke-3, Vol 2, Hal 338-341. 1979.
5. Wahid, Dian Ibnu. Impetigo: Terapi dan Penggunaan Antibiotika Topikal
Berdasarkan Evidence Based Medicine. 18 Mei 2008. Diakses di

24

http://diyoyen.blog.friendster.com/ 2009/05/impetigo-terapi-dan-penggunaanantibiotik-topikal-berdasarkan-evidence-based-medicine/
6. Freedberg , Irwin M. (Editor), Arthur Z. Eisen (Editor), Klauss Wolff (Editor), K.
Frank Austen (Editor), Lowell A. Goldsmith (Editor), Stephen Katz (Editor).
Fitzpatrick's Dermatology In General Medicine (Two Vol. Set). 6th edition (May 23,
2003): By McGraw-Hill Professional.
7. Diagnosa dan Pengobatan Impetigo. Available at :
http://www.topreference.co.tv/2010/04/diagnosa-dan-pengobatan-impetigo.html
8. Siregar, R.S, 2005. Atlas Berwama Saripati Penyakit Kulit. Edisi Kedua. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. Jakarta. Hal. 45-49
9. Penatalaksanaan Terapi Penyakit Impetigo. Available at :
http://yosefw.wordpress.com/2007/12/28/penatalaksanaan-terapi-penyakit-impetigo/S

25

Anda mungkin juga menyukai