Oleh :
Depy Itasari
2016
KATA PENGANTAR
segala puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat yang sangat luas
kepada kita semua. Atas pertolongan dan kekuasaan-Nya yang begitu sempurna,
penulis dapat menyelesaikan tugas Kepanitraan Ilmu Kesehatan Anak ini. Shalawat
serta salam juga penulis haturkan ke junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang
telah membawa umat manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh
cahaya bagi umat yang betaqwa kepada-Nya.
Penulis
LAPORAN KASUS
IDENTITAS
Nama : An. FF
Alamat : Bintara Jaya no. 45, Bintara Jaya, Bekasi Barat, Bekasi.
Keluhan Utama
turun jika pasien minum obat 5 jam setelah minum obat. Demam
1 hari SMRS pasien datang ke Rumah Sakit Islam Pondok Kopi dengan
keluhan demam hari ke-3 disertai sakit kepala dan batuk pilek. belum
Saat di RS pasien tampak lemas, masih demam, batuk dan pilek. Mimisan
tidak ada, gusi berdarah tidak ada, BAB hitam tidak ada, napsu makan
dan minum masih mau tapi sedikit-sedikit. BAK lancar. BAB sudah
lancar.
penyakit asma tidak ada. Riwayat kejang tidak ada. Riwayat infeksi paru
tidak ada.
Di keluarga tidak ada yang mengalami gejala yang sama. Terdapat Riwayat
Riwayat pengobatan
2 hari yang lalu Os sudah diberikan obat penurun panas dan microlax.
Riwayat Psikososial
Riwayat Alergi
Riwayat imunisasi
Hib
PCV
Rotavirus
Influenza
MMR
Tifoid
Hepatitis A
Varisela
HPV
Saat ini anak makan 3x sehari, makan nasi 2 porsi, lauk seperti ayam, telor,
selingan wafer, chiki, roti dan buah-buahan. Susu formula 1x sehari saat
sarapan pagi.
45 cm, cukup bulan dan menangis kuat. Tidak ada riwayat perdarahan.
TANDA VITAL :
STATUS GIZI :
BB : 37 kg
TB : 138 cm
Kesan : Overweight
PEMERIKSAAN FISIK (15 Juni 2016 jam 15.30 wib) :
Kulit : Uji tourniquet : positif (petekie > 20). Sianosis tidak ada.
Kepala :
Mata : Mata merah tidak ada, Konjungtiva tidak Anemis, Sklera tidak ikterik,
Hidung : Tidak ada epistaksis, sekret berwarna putih bening, cuping hidung
tidak ada.
Mulut :
Palpasi : Tidak ada bagian dinding thorax yang tertinggal, vocal fremitus
simetris.
Perkusi :
Paru : sonor
Jantung : pekak
Auskultasi :
Abdomen :
Inspeksi : datar
atas, perut kiri bawah, massa tidak ada, turgor kulit baik,
Perkusi : Timpani
Tungkai Lengan
Tonus + + + +
Trofi - - - -
Klonus - - - -
Refleks fisiologis + + + +
Refleks patologis - - - -
M.Sign - - - -
Sensibilitas + + + +
Anak Laki-laki usia 10 tahun 3 bulan 17 hari datang dengan keluhan demam sejak 4
hari yang lalu. 1 minggu yang lalu pasien mengalami batuk dan pilek. Batuk
berdahak berwarna putih kekuningan. Pilek berwarna putih jernih. Tidak ada keluhan
sesak napas dan sulit menelan. 4 hari yang lalu pasien demam tinggi. Demam terus-
menerus, demam hanya turun jika pasien minum obat 5 jam setelah minum obat.
Demam disertai menggigil kemudian berkeringat banyak dan disertai sakit kepala,
tidak ada mual dan muntah. Batuk dan pilek masih ada. Pasien juga mengeluh
sariawan pada bibir. 2 hari yang lalu pasien datang ke Rumah Sakit Islam Pondok
Kopi dengan keluhan demam hari ke-3 disertai sakit kepala dan batuk pilek. belum
BAB sejak kemarin dan terdapat kembung. Saat di RS pasien tampak lemas, masih
demam, batuk dan pilek. Mimisan tidak ada, gusi berdarah tidak ada, BAB hitam
tidak ada, napsu makan dan minum masih mau tapi sedikit-sedikit. BAK lancar.
BAB sudah lancar. Pemeriksaan fisik didapatkan kondisi umum sakit sedang,
kesadaran compos mentis, suhu : 38,7 c, frekuensi pernapasan : 22x/ menit, nadi :
96x/menit. Mukosa bibir kering. Conjungtiva dextra dan sinistra tidak anemis. Tidak
terdapat retraksi dan suara napas vesikuler, tidak terdengar ronkhi pada kedua lapang
DIAGNOSA KERJA :
3. Overweight
PEMERIKSAAN PENUNJANG (14 Juni 2016, Jam 10.59 wib )
Hematologi
Routine Hematolgy
Hematokrit 42 % 37-45
Diff Count
- Mixrolac supp 1 dd 1
- Cek albumin
Edukasi : edukasi orang tua pasien agar mencegah perkembang biakan nyamuk dan
menaburkan bubuk abate kedalam bak mandi atau toren rumah. Melakukan proteksi
diri dengan cara memakai obat nyamuk oles atau menyemprotkan obat nyamuk
pakaian tidur yang menutupi seluruh badan, jangan tidur pada siang dan sore hari.
PROGNOSIS :
Tanggal S O A P
16/6/2016 Tadi malam masih KU : sakit sedang, Kesadaran DBD Derajat H2TL ulang
Jam demam, Batuk (+), Compos Mentis, Suhu 36,4c, I hari ke-5 tiap 6 jam.
wib : 16,3/46/17/6,8
wib : 17,1/49/17/7,4
17/6/2016 Sakit perut (+), KU : sakit sedang, Kesadaran DBD Derajat H2TL ulang
13.45 wib sudah BAB warna Suhu : 36,4C, Nadi : Suspek Tranfusi
wib : 14,3/41/18/7,9
18/6/2016 Sakit Perut tidak KU : sakit sedang, Kesadaran DBD Derajat H2TL ulang
Jam ada, sudah BAB Compos Mentis. Suhu 36,7 I hari ke-7 PCT Tab 500 mg 4
makan dan minum wheezing tidak ada. Nyeri IFVD assering 100
wib : 15,1/43/29/8,2
wib : 14,0/40/36/8,3
19/6/2016 Perut sakit (+), Ku : sakit ringan, Kesadaran : DBD Derajat H2TL ulang
Jam batuk (+). Compos Mentis. Suhu 36,4C I hari ke-8 Ranitidin Inj 2 dd 1
tidak ada.
normal.
wib : 14,2/41/61/9,0
wib : 13,1/38/93/9,5
20/6/2016 Batuk (+), keluhan Ku : sakit ringan, kesadaran : DBD Derajat Obat pulang :
Jam klinis sudah Compos Mentis. Suhu 36C I hari ke-9 Parasetamol 4 dd 1
28x/menit TD : 110/80 4 dd 10 ml
mmHg.
wib : 12,4/34/129/7,2
TINJAUAN PUSTAKA
a. Definisi
Demam dengue atau dengue fever (DF) dan demam berdarah dengue
(DBD) atau dengue haemorrhagic fever (DHF) adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue yang disebarkan oleh nyamuk aedes aegypti
dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot atau nyeri sendi yang disertai
renjatan dengue (dengue shock syndrome) adalah demam berdarah dengue yang
nilai hematokrit pada fase konvalesen (Demam Hari ke-8) jauh berbeda
Demam Hari ke-6 H2TL 17/6/2016 jam 01.21 wib : 15,5/ 44/ 19/6,6
b. Etiologi
lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat
dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 dibeberapa rumah sakit menunjukkan
c. Cara Penularan
virus dengue, yaitu manusia, virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan
kepada manusia melalui ditularkan oleh gigitan nyamuk Ae. aegypti yang
menjadi vektor utama serta Ae. albopictus yang menjadi vektor pendamping.
Nyamuk Aedes tersebut dapat mengandung virus dengue pada saat menggigit
kelenjar liur berkembang biak dalam wakti 8-10 hari (Extrinsic incubation
period) sebelum dapat ditularkan kembali kepada manusia pada saat gigitan
berikutnya. Virus dalam tubuh nyamuk betina dapat ditularkan kepada telurnya
penting. Sekali virus dapat masuk dan berkembangbiak didalam tubuh nyamuk,
kepada nyamuk hanya dapat terjadi bila nyamuk menggigit manusia sedang
mengalami viremia yaitu 2 hari sebelum panas sampai 5 hari setelah demam
hidup optimal pada ketinggian di atas 1000 di atas permukaan laut,tapi dari
Nyamuk Aedes berasal dari Brazil dan Ethiopia, stadium dewasa berukuran
lebih kecil bila dibandingkan dengan rata-rata nyamuk lainnya. Jarak terbang
tetangga yang dirawat di Rs dengan pasien masih dalam jarak terbang <
100 meter.
d. Patofisiologi 1
diperdebatkan. Berdasarkan data yang ada, terdapat bukti yang kuat bahwa
Monosit yang mengandung virus menyebar ke hati, limpa, usus, sumsum tulang,
dan terjadi viremia (mekanisme eferen). Pada saat yang bersamaan sel monosit
yang telah terinfeksi akan mengadakan interaksi dengan berbagai system
mekanisme efektor.
melalui system pertahanan alamiah (innate immune system), pada system ini
virus dengue.
yang disebut ligan CD40, yang kemudian mengikat CD40 pada limfosit B,
makrofag, sel dendritik, sel endotel serta mengaktivasi berbagai tersebut. CD40L
disekresi berbagai mediator radang seperti TNF-, IL-1, PAF (platelet activating
factor), IL-6 dan histamin yang menyebabkan terjadinya disfungsi endotel dan
terjadi kebocoran plasma. Peningkatan C3a dan C5a terjadi melalui aktivasi
plasma.
terdapat pada anak, remaja atau orang dewasa, dengan tanda-tanda klinis
demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, dengan/tanpa
ruam (Rash) dan limfadenopati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri
(petekie) spontan. Masa tunas berkisar antara 3-5 hari (pada umumnya 5-8 hari).
kepala, nyeri berbagai bagian tubuh, anoreksia, rasa menggigil dan malaise.
Dijumpai trias sindrom, yaitu demam tinggi, nyeri pada anggota badan, dan
timbulnya ruam (Rash).1,2, 3 Ruang timbul pada 6-12 jam sebelum suhu naik
pertama kali, yaitu pada hari sakit 3-5 berlangsung 3-4 hari. Ruam bersifat
makulapapular yang menghilang pada tekanan. Ruam terdapat di dada, tubuh
Pada lebih dari separuh pasien, gejala klinis timbul dengan mendadak,
disertai kenaikan suhu, nyeri kepala hebat, nyeri dibelakang bola mata,
punggung, otot, sendi dan disertai rasa mengigil. Pada beberapa penderita dapat
dilihat bentuk kurva ini tidak ditemukan pada semua pasien sehingga tidak dapat
dianggap patognomonik.
nyaman di daerah epigastrium disertai nyeri kolik dan perut lembek sering
ditemukan. Pada stadium dini sering timbul perubahan dalam indra pengecap.
Gejala klinis lain yang sering terdapat ialah fotofobia, keringat yang bercucuran,
Kelainan darah tepi demam dengue ialah leukopenia selama periode pra-
demam dan neutrofilia relatif dan limfopenia, disusul oleh neutropenia relatif
dan limfositosis pada periode puncak penyakit dan pada masa konvalesens.
Eosinofil menurun atau menghilang pada permulaan dan pada puncak penyakit,
hitung jenis neutrofil bergeser ke kiri selama periode demam, sel plasma
serupa.
Demam Berdarah Dengue
bersifat fatal, penyakit febris yang disebabkan virus dengue. Pada DBD terjadi
atau penumpukan cairan tubuh, abnormalitas hemostasis, dan pada kasus yang
parah, terjadi suatu sindrom renjatan kehilangan protein masif (dengue shock
Tanda dan gejala DBD pada fase awal sangat menyerupai DD. DBD ditandai
utama yang menentukan derajat penyakit dan membedakan DBD dari DD ialah
pada DBD.
Dengue (DBD)
++ Nyeri kepala +
+++ Muntah ++
+ Mual +
++ Nyeri otot +
++ Ruam kulit +
++ Diare +
+ Batuk +
+ Pilek +
++ Limfodenopati +
+ Kejang +
0 Kesadaran menurun ++
0 Obstipasi +
++ Hepatomegali +++
++ Trombositopenia ++++
0 Syok +++
Pada pasien ini didapatkan gejala batuk, pilek, demam, sakit kepala,
Pada DBD terdapat perdarahan kulit, uji tourniquet positif, memar dan
perdarahan pada tempat pengambilan darah vena. Petekie halus yang tersebar di
anggota gerak, muka, aksila seringkali ditemukan pada masa dini demam. Harus
diingat juga bahwa perdarahan dapat terjadi disetiap organ tubuh. Epistaksis dan
lebih jarang lagi dan biasanya timbul setelah renjatan yang tidak diatasi.
kaki.
keadaan umum, tiba-tiba memburuk, hal ini biasanya terjadi pada saat atau setelah
demam menurun, yaitu diantara hari sakit ke 3-7. Pada sebagaian besar kasus
ditemukan tanda kegagalan peredaran darah, kulit teraba lembab dan dingin,
sianosis sekitar mulut, nadi menjadi cepat dan lembut. Anak tampak lesu, gelisah,
dan secara cepat masuk dalam fase syok. Pasien seringkali megeluh nyeri di
di daerah retrosternal tanpa sebab yang jelas dapat memberikan petunjuk adanya
perdarahan gastrointestinal yang hebat. Syok yang terjadi selama periode demam
kecil sampai tidak dapat diraba. Tekanan nadi menurun menjadi mmHg atau
kurang dan tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau lebih rendah. Syok
harus segera diobati, apabila terlambat pasien dapat mengalami syok berat,
tekanan darah tidak dapat diukur dan nadi tidak dapat diraba. Tatalaksana syok
yang tidak adekuat akan menimbulkan komplikasi asidosis metabolik, hipoksia,
pengobatan yang tepat (termasuk kasus syok berat) segera terjadi masa
penyembuhan dengan cepat. Pasien membaik dalam 2-3 hari. Selera makan yang
walau dapat terjadi pula pada kasus derajat ringan meskipun tidak sehebat dalam
Klinis :
1. Manifestasi perdarahan, minimal uji tourniquet positif dan salah satu bentuk
2. Pembesaran hati.
3. Syok yang ditandai oleh nadi lemah dan cepat disertai tekanan nadi menurun
kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung, jari dan
pada masa sebelum sakit atau masa konvalesen. Ditemukan dua atau tiga patokan
hemotokrit.
Demam Hari ke-6 H2TL 17/6/2016 jam 01.21 wib : 15,5/ 44/ 19/6,6
H2TL 17/6/2016 jam 17.07 wib : 14,3/42/13/6,9
peredaran darah.1
lainnya.
Derajat III Ditemukannya tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan
Derajat IV Syok berat, nadi tidak teraba dan tekanan darah tidak dapat
diukur.
Derajat penyakit DBD pada kasus ini termasuk kedalam Derajat I
dengan tes amplifikasi nukleotida, atau dengan mendeteksi antibody pada serum
pasien.
Laboratorium
hematokrit, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya
culture) ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR
yang lebih rumit, saat ini tes serologis yang mendeteksi adanya antibody
spesifik terhadap dengue berupa antibody total, IgM maupun IgG lebih
banyak.
meningkat.
20% dari hematokrin awal, umumnya dimulai pada hari ke-3 demam
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
plasma
dengue, yaitu: IgM muncul pada hari ke 3-5, meningkat sampai minggu
NS1 : Antigen NS1 dapat terdeteksi pada awal demam hari pertama
Pemeriksaan Radiologis
kanan tetapi apabila terjadi perembesan plasma hebat, efusi pleura dapat
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan).
Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.
Masa inkubasi dalam tubuh mausia sekitar 4-6 hari (rentang 3-14
hari), timbuk gejala prodormal yag tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri
Cairan awal
Tambahkan koloid/plasma
Evaluasi ketat Dekstran/FPP
10-20 (max 30 ml/kgBB/jam
Tanda vital
Tanda perdarahan
Diuesis Koreksi asidosis
Hb, Ht, trombosit Evaluasi 1 jam
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Disfungsi endotel pada infeksi virus dengue tampak dalam manifestasi klinis
pleura, asites dan gangguan sirkulasi. Kebocoran plasma biasanya terjadi pada fase
febris akut dan sangat menonjol terlihat terutama pada pasien-pasien dengan
kegagalan sirkulasi. Tes torniket atau uji Rumple Leede yang positif menandakan
adanya kebocoran plasma, dan biasanya terjadi pada hari awal serangan.
faktor, seperti terlihat pada gambar 3. Infeksi virus Dengue pada makrofag dan
monosit selanjutnya akan mengaktivasi limfosit T, baik CD4 maupun CD8. Aktivasi
ini makrofag dan monosit akan merangsang infeksi virus dengue untuk mengaktivasi
makrofag dan monosit yang lainnya, yang selanjutnya akan memproduksi mediator
menghasilkan mediator in amasi berupa IL-2, TNF , IL-1, IL-6 dan IFN!.
Peningkatan C3a dan C5a juga mengakibatkan terjadinya kebocoran plasma melalui
{( ) ()
Pemberian tranfusi albumin pertama pada pasien ini sebanyak 100 cc.
Secara teori berdasarkan rumus kebutuhan albumin, didapatkan :
Dik :
Albumin target : 3,8 5,4
Albumin sekarang : 2,1
{( ) () }
(,,)
= ,
(,,)
= ,
Jadi secara teori pemberian albumin pertama sebanyak 50,31 97,68 cc.
Pemberian tranfusi albumin kedua pada pasien ini sebanyak 50 cc.
Dik :
Albumin target : 3,8 5,4
Albumin sekarang : 2,6
{(,,)
= ,
{,,)
= ,
Jadi secara teori pemberian albumin kedua sebanyak 35,52 82,88 cc. Pada
pasien ini tranfusi albumin kedua diberikan sebanyak 50 cc, hal ini sesuai
dengan teori.
PENATALAKSANAAN IMUNISASI TIDAK LENGKAP
Untuk pasien saat ini dengan usia 10 tahun 3 bulan diberikan imunisasi yaitu:
keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah
hidup.
usia 2 - 7 tahun dan diatas 7 tahun, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit
sedang pada obesitas dengan komplikasi pada anak usia dibawah 7 tahun dan
obesitas pada usia diatas 7 tahun dianjurkan untuk menurunkan berat badan.
Target penurunan berat badan sebesar 2,5 - 5 kg atau dengan kecepatan 0,5 -
2 kg per bulan.
2. Pengaturan diet.
Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai
dengan RDA, hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan
obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa
asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile)
dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat
normal.
dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta
Diet tinggi serat, dianjurkan pada anak usia > 2 tahun dengan
per hari.
anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan ketrampilan otot, seperti
Golf 180
Berenang 350
Bersepeda 660
Untuk perubahan perilaku ini diperlukan peran serta orang tua sebagai
untuk makan.
ahli gizi. Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program
diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet.
6. Terapi intensif
Terapi intensif diterapkan pada anak dengan obesitas berat dan yang disertai
komplikasi yang tidak memberikan respon pada terapi konvensional, terdiri dari
diet berkalori sangat rendah (very low calorie diet), farmakoterapi dan terapi
bedah.
Indikasi terapi diet dengan kalori sangat rendah bila berat badan > 140%
BB Ideal atau IMT > 97 persentile, dengan asupan kalori hanya 600-800
kkal per hari dan protein hewani 1,5 - 2,5 gram/kg BB Ideal, dengan
suplementasi vitamin dan mineral serta minum > 1,5 L per hari. Terapi
obesitas pada anak, karena efek jangka panjang yang masih belum jelas.
Terapi bedah di indikasikan bila berat badan > 200% BB Ideal. Prinsip
Pada pasien ini dengan status gizi lebih kebutuhan kalori menggunakan
= 1.197,62 kkal
= 1.197,62 34.2
= 1.163,42 kkal
- Protein
- Lemak
- Karbohidrat
h. Pencegahan 5
Pengendalian Vektor DBD yang paling efisien dan efektif adalah dengan
suksesnya gerakan ini. Untuk itu sosialisasi kepada masyarakat/ individu untuk
melakukan kegiatan ini secara rutin serta penguatan peran tokoh masyarakat
3M-Plus
Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat lainnya
Menggunakan kelambu
i. Prognosis
1. Suhendro, dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Demam Berdarah Dengue.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2006.
2. Soedarmo Sumarmo S Poorwo. Garna Herry. Hadinegoro Sri Rezeki S. Satari
Hindra Irawa. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. Ed 2. Jakarta : Ilmu
Kesehatan Anak FKUI; 2012. 155-180
3. Candra Aryu. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan
Faktor Risiko Penularan. Vol 2. No 2. Aspirator. 2010; 110-119.
4. Sudjana Primal. Buletin Jendela epidemiologi: Diagnosis Dini Penderita
Demam Berdarah Dengue. Vol 2. Jakarta: Pusat Data dan Surveilans
Epidemiologi Kementerian Kesehatan RI
5. Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue .Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan. 2011.
http://www.pppl.depkes.go.id/_asset/_download/manajemen%20DBD_all.pdf
6. Hartoyo Edi. Spektrum Klinis Demam Berdarah Dengue Pada Anak. Vol 10.
No 3. Banjarmasin: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Lambung Mangkurat/RSUD. 2008; 145-150.
7. Guzman MG, Kouri G: Dengue diagnosis, advances and challenges. Int J
Infect Dis 8: 2004;84.
8. Lucy Chai See Lum. Maria Guadalupe Guzmn. Eric Martinz. Lian Huat
Tan. Nguyen Thanh Hung. HandBook for Clinical Management of Dengue:
Dengue Case Classification. World Health Organization. 2012; 7-13
9. Trevor Duke , Julian Kelly, Martin Weber, Mike English and Harry
Campbell. Demam Berdarah Dengue: diagnosis dan tatalaksana. International
Child Health Review Collaboration [serial internet] .2016. [diakses 19 juni
2016] di unduh dari http://www.ichrc.org/622-demam-berdarah-dengue-
diagnosis-dan-tatalaksana
10. Lucy Chai See Lum. Maria Guadalupe Guzmn. Eric Martinz. Lian Huat
Tan. Nguyen Thanh Hung. HandBook for Clinical Management of Dengue:
Dengue Case Classification. World Health Organization. 2012; 52-63
11. Khie Chen, Herdiman T. Pohan, Robert Sinto. Medicinus: Diagnosis dan
Terapi Cairan Demam Berdarah Dengue. Vol 22. No 1. 2009; 1-7
12. Rena A Ni Made Renny. Utama Sisila. M Tuti Parwati. Kelainan Hematologi
Pada Demam Berdarah Dengue. Vol 10. No 3. Denpasar: Ilmu Penyakit
Dalam FK Unud Sanglah Denpasar. 2009; 218-225
13. WHO. Obesity: Preventing and Managing The Global Epidemic, WHO
Technical Report Series 2000; 894, Geneva.