Disusun oleh:
Irani Vianza
030.12.129
1
LEMBAR PENGESAHAN
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan atas segala nikmat yang selalu tercurah dan segala
keberkahan dan kemudahan yang selalu diberikan kepada penulis.
Dalam kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua
orang tua penulis, serta dokter pembimbing penyusunan referat dr. Virginia, SpA dan seluruh
dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak serta teman teman kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan
Anak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan laporan kasus ini.
Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kekurangan yang ada dalam laporan kasus ini
dan penulis menerima masukan positif apapun demi menjadikan laporan kasus ini lebih baik
lagi.
Irani Vianza
030.12.129
3
BAB I
PENDAHULUAN
Di Indonesia penyakit diare menjadi beban ekonomi yang tinggi disektor kesehatan
oleh karena rata-rata sekitar 30% dari jumlah tempat tidur yang ada di rumah sakit ditempati
oleh bayi dan anak dengan penyakit diare, selain itu juga pelayanan kesehatan primer, diare
masih menempati urutan kedua dalam urutan 10 penyakit terbanyak dipopulasi.2
Terdapat banyak penyebab diare akut pada anak. Pada sebagian besar kasus
penyebabnya adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit,
akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare akut. Diare menyebabkan
hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai dengan asidosis metabolik
karena kehilangan basa. Diare karena virus umumnya bersifat self limiting, sehingga aspek
terpenting yang harus diperhatikan adalah mencegah terjadinya dehidrasi yang menjadi
penyebab utama kematian dan menjamin asupan nutrisi untuk mencegah gangguan
pertumbuhan akibat diare.2
Diare juga erat hubungannya dengan kejadian kurang gizi. Setiap episode diare dapat
menyebabkan kekurangan gizi oleh karena adanya anoreksia dan berkurangnya kemampuan
menyerap serat makanan, sehingga apabila episode berkepanjangan akan berdampak terhadap
pertumbuhan dan kesehatan anak.2
4
BAB II
LAPORAN KASUS
KASUS I
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. F Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 10 Bulan Suku Bangsa : Betawi
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 12/11/2016 Agama : Islam
Alamat : Jl. Sadar Raya I, no. 26 ciganjur, RM : 01103797
Jakarta Selatan.
ORANG TUA / WALI
Ayah: Ibu :
Nama : Tn.M Nama: Ny. S
Umur : 29 tahun Umur : 26 tahun
Alamat : Jl. Sadar Raya I, no. 26 Alamat : Jl. Sadar Raya I, no. 26
ciganjur ciganjur
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan: - Penghasilan: -
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMP
Suku Bangsa : Betawi Suku Bangsa : Betawi
Agama : Islam Agama : Islam
5
I. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. S (Ibu Pasien)
Lokasi : Bangsal lantai VI Dahlia Timur
Tanggal / waktu : 31 Agustus 2017 pukul 03:50
Tanggal masuk : 31 Agustus 2017 pukul 12:00
Keluhan utama : BAB cair 1 hari SMRS
Keluhan tambahan : Muntah
a. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke UGD RS Budhi Asih dengan keluhan BAB cair 1 hari SMRS. Dalam
1 hari BAB cair sebanyak kurang lebih 3 kali, dengan jumlah BAB yang bervariasi,
ibu pasien mengatakan kadang-kadang dalam 1 kali BAB pampers dirasa penuh. Pada
pempers terdapat sedikit ampas namun pada pagi hari Kamis ampas sudah tidak ada
hanya air saja. BAB berwarna kekuningan, dengan bau yang asam, terdapat sedikit
lendir namun tidak terdapat darah. Pasien juga dilaporkan beberapa kali muntah jika
diberi minum sehingga asupan minum pasien selama 1 hari ini sedikit berkurang dari
biasanya karena pasien beberapa kali memuntahkan apa yang dikonsumsi oleh pasien.
Sebelum sakit pasien diberkan ASI, biskuit ataupun bubur susu dan tidak pernah
diberikan makanan dari luar. Pasien juga sempat mengalami demam sejak 1 hari SMRS
namun ibu pasien tidak mengukurnya dengan termometer dan mengatakan badan
pasien terasa lebih panas dari biasanya. Tidak terdapat kejang ataupun penurunan
kesadaran, namun pasien menjadi rewel, sering menangis dan masih terdapat air mata,
serta mukosa bibir basah. Selama 1 hari SMRS pasien juga lebih sering meminta ASI
& Minum walaupun terkadang setelah diberi minum pasien muntah. Pasien belum
diberikan obat apapun sejak mengalami BAB cair dan langsung dibawa ke IGD RSUD
Budhi Asih. Sebelum nya pasien pernah mengalami gejala yang serupa dan dirawat di
rumah sakit dan sudah membaik, namun kejadian serupa terulang kembali saat ini.
6
Riwayat Penyakit yang pernah diderita
Penyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit ginjal (-)
Penyakit
Cacingan (-) Diare (+) (-)
jantung
Kejang
DBD (-) (-) Radang paru (-)
Demam
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (-)
Kesimpulan riwayat penyakit yang pernah diderita: Pasien pernah mengalami gejala
serupa sebelumnya. Pasien tidak pernah mengalami penyakit lain.
b. Riwayat Kehamilan / Kelahiran
7
Langsung menangis (+)
Merah (+)
Pucat (-)
Biru (-)
Kuning (-)
Nilai APGAR : tidak tahu
Kelainan bawaan : tidak ada
d. Riwayat Makanan
Umur
ASI/PASI Buah / Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
(bulan)
02 ASI - - -
24 ASI - - -
46 ASI + + -
68 ASI + + -
8 10 ASI - - -
10 -12
8
e. Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 2 bulan
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6bulan
Polio 2 bulan 4bulan 6bulan
Campak
Hepatitis B 0 bulan 2bulan 6bulan
Kesimpulan riwayat imunisasi : Imunisasi dasar belum lengkap
f. Riwayat Keluarga
Corak Reproduksi
Tanggal lahir Jenis Lahir Mati Keterangan
No Hidup Abortus
(umur) kelamin mati (sebab) kesehatan
Meninggal 5
1 5 tahun perempuan + hari setelah
lahir.
2 4 tahun Laki-Laki + Sehat
Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. M Ny. S
Perkawinan ke- 1 1
Umur saat menikah 23 20
Pendidikan terakhir SMA SMP
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi, Indonesia Betawi, Indonesia
Keadaan kesehatan Sehat Sehat
9
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada
Penyakit, bila ada Tidak ada Tidak ada
10
II. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik pada pasien dilakukan di bangsal lantai 6 Dahlia Timur, pada tanggal
31 Agustus 2017 Pukul 12.00
A. Status Generalis
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Kesan Gizi : Gizi Kurang
Keadaan lain : Tidak terdapat anemis, ikterik, sianosis, dyspnoe
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 5,7 kg Lingkar lengan atas : 9 cm
Panjang Badan : 64 cm
Lingkar kepala : 40 cm
Status Gizi
- BB / U = dibawah -2 SD
- TB / U = dibawah -2 SD
- BB / TB = dibawah -3 SD
Didapatkan Gizi Kurang menurut kurva pertumbuhan WHO
Tanda Vital
Status Generalis
KEPALA : Lingkar kepala 40 cm, normocephali, tidak terdapat deformitas,
UUB belum menutup dan sedikit cekung
RAMBUT : Rambut hitam, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, tebal
WAJAH : Wajah simetris, tidak ada luka atau jaringan parut
11
MATA :Alis mata merata, Bulu mata hitam, merata, Conjungtiva tidak
anemis, sklera tidak ikterik
12
Liang telinga : Sulit dinilai
Membran timpani : Sulit dinilai
Serumen : Sulit dinilai
Refleks cahaya : Sulit dinilai
HIDUNG :
Bentuk : Simetris
Napas cuping hidung : Tidak terdapat napas cuping hidung
Sekret : Tidak terdapat sekret
Deviasi septum : Tidak terdapat deviasi septum
Mukosa hiperemis : Tidak terdapat mukosa hiperemis
Konka eutrofi : Sulit dinilai
JANTUNG
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak.
Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midklavikularis sinistra.
Perkusi : Batas kiri jantung : ICS V linea midklavikularis sinistra.
Batas kanan jantung : ICS III V linea sternalis dextra.
Batas atas jantung : ICS III linea parasternalis sinistra.
13
Auskultasi : BJ I-II regular, tidak terdapat murmur dan gallop
PARU
Inspeksi
- Bentuk thoraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasan yang
tertinggal, tipe pernapasan abdomino-torakal, tidak ditemukan efloresensi pada
kulit dinding dada.
Palpasi
- Tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,
vocal fremitussama kuat kanan dan kiri.
- Angulus costae 75o.
Perkusi
- Sonor di kedua lapang paru.
- Batas paru dan hepar di ICS VI linea midklavikularis dextra.
Auskultasi
- Suara napas vesikuler, reguler, tidak terdapat rhonki atau wheezing
ABDOMEN :
Inspeksi : Perut datar, tidak dijumpai adaya efloresensi pada kulit perut maupun
benjolan seperti roseola spot, kulit keriput, gerakan peristaltik, ruam makulopapular.
Palpasi : Supel, turgor kulit baik.
Hepar tidak teraba 1/3,1/3
Lien tidak teraba
Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen
Auskultasi : Bising usus (+) 6 kali / menit
14
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Biseps N N
Triceps N N
Patella N N
Achiles N N
15
Rangsang meningeal
Kaku kuduk -
Kanan Kiri
Kerniq - -
Laseq - -
Bruzinski I - -
Bruzinski II - -
IV. RESUME
Pasien seorang anak laki-laki usia 10 bulan datang ke IGD RSUD Budhi Asih
dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS, dalam sehari BAB kurang lebih 3x dengan
jumlah BAB yang bervariasi. BAB berwarna kekuningan, dengan bau yang asam,
terdapat sedikit lendir namun tidak terdapat darah. Pasien juga dilaporkan mengalami
muntah setiap kali makan dan diberi minum. Pasien sempat mengalami demam namun
suhunya tidak diketahui. Selama sakit pasien masih minum ASI dan lebih lahap namun
beberapa kali muntah setelah diberi minum. Pasien juga menjadi lebih rewel, sering
menangis dan masih terdapat air mata.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan pasien Tampak Sakit sedang, gelisah dan
rewel dengan kesadaran Compos Mentis dengan status gizi kurang. Pada pemeriksaan
tanda vital didapatkan Tekanan darah 90/60 mmHg, Suhu 37,0 C, Pernapasan 32 kali
permenit, dan Nadi 128 kali permenit. Pada pemeriksaan status generalis UUB sedikit
cekung dan bising usus 6x/menit. Menurut WHO pasien masuk ke dalam dehidrasi
ringan-sedang.
Pada pemeriksaan Laboraturium hematologi didapatkan adanya anemia dengan
nilai Hb 9,5gr/dL dan leukositosis 19.500 nL . Pada analisis feses didapatkan lemak (+)
V. DIAGNOSIS KERJA
- Gastroenteritis akut dengan dehidrasi Ringan-sedang.
- Gizi Kurang
- Anemia Normositik Normokrom
16
VI. PENATALAKSANAAN
Non-medikamentosa
1. Komunikasi, informasi, edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaan pasien.
2. Observasi tanda vital
Medikamentosa
Cairan rehidrasi oral 75ml/kgBB dalam 3-4 jam pertama
Cairan rehidrasi oral 50-100ml setiap kali BAB
Paracetamol 3x60mg bila suhu > 38C
Zinc 1x20mg PO
Jika pasien tidak bisa minum, Rehidrasi IV dengan RL 70cc/kgBB dalam 5 jam
VII PROGNOSIS
- Ad Vitam : Bonam
- Ad Sanationam : Bonam
- Ad Fungsionam : Bonam
17
Follow up
Tanggal S O A P
31/8/17 Diare sejak 1 hari K/U Gelisah - GEA - Oralit 75ml/BB dalam 4
sebelum masuk HR 126x/m dengan jam
Hari-1 rumah sakit, sebanyak RR 32x/m dehidrasi - PO Paracetamol 60 mg
kurang lebih 3 kali T 37oC ringan jika suhu >38c
sehari, cair berlendir, Saturasi 98% sedang - Oralit 50-100 cc setiap
tanpa darah sedikit BB:5,7Kg diare
M: hijau. Pasien demam - Gizi - ASI lanjutkan
260cc UUB sedikit cekung kurang
sejak 1 hari SMRS, - Zink 1x20mg po
U: Pasien sempat gelisah
sejak 1 hari sebelum Ca-/- SI -/-, mulut -Anemia
750cc
masuk rumah sakit, tidak kering, mata normositik
anak tampak minum tidak cekung Normokro
dengan lahap. m
SNV +/+ Rh -/- Wh -
who /-
ku gelisah
mata tidak cekung BJ1&2 reg M(-) G(-)
air mata ada
Abd supel (+) BU
mulut lembab
lebih haus (+) 6x/menit, turgor
turgor baik kembali cepat
Ekstremitas: hangat(-
), CRT <2 detik
Darah Rutin
Leukosit: 19,2
ribu/uL |
Hemoglobin: 9,5
g/dL | Hematokrit:
27% | Trombosit:
192 ribu/uL |
MCV:73,9 fL |
MCH:25,6 pg |
MCHC:34.7 g/dL |
Elektrolit Serum
Na: 142 mmol/L |
Kalium: 3,7 mmol/L
| Klorida:
110mmol/L
Feses Rutin
Makroskopik
Warna: Kuning |
Konsistensi : cair |
Lendir : Negatif |
Darah: negatif
Mikroskopik
Leukosit: negatif |
Eritrosit: Negatif |
Amoeba Coli:
18
Negatif | Amoeba
histolitica: negatif |
Telur cacing:
negatif
Pencernaan
Lemak: Positif |
Amilum: Negatif |
Serat: negatif | Sel
Ragi: negatif
1/9/ Hari ini pasien belum - TSS, CM - GEA - PO Paracetamol 60 mg
2017 BAB, demam (-), - BB= 5,7 kg dengan jika suhu >38c
makan dan minum >> - N: 122x/menit rehidrasi - Oralit 50-100 cc setiap
Hari 2 - S:36,5C, ringan diare
Maurice king RR:32x/menit sedang - ASI/SF lanjutkan
M: Ku Baik - Normosefali - Zink 1x20mg po
470cc Turgor normal - UUB sedikit -Gizi
Mata tidak cekung cekung Kurang
U: Uub tidak cekung - Mata: ca -/-, si -/-
540cc Mulut tidak kering - Mulut: sianosis -, -Anemi
Nadi normal kering- Normositik
Cmpr: - Thoraks: SNV, Normokro
300cc Wh-/-. Rh -/-; BJ m
1&2 reg, M -, G -
- Abdomen: supel,
BU + 6x/m, turgor
kulit baik
- Ekstremitas:
hangat(+), CRT <2
detik
2/9/17 - BAB pasien - TSS, CM -GEA - ASI/SF lanjutkan
sudah tidak cair - BB= 5,7kg perbaikan - Zink 1x20mg po
Hari 3 - Pasien mau - N: 120x/menit dehidrasi - Pasien boleh pulang.
makan dan - S:36,5C teratasi
M: minum - RR:30 x/menit
570cc - Rewel (-) - UUB tidak cekung -Gizi
- Tampak lebih - Mata: ca -/-, si -/- Kurang
U: aktif dari hari - Mulut: sianosis -,
280cc sebelumnya kering-
- Thoraks: SNV,
Maurice king Wh-/-. Rh -/-; BJ
Ku Baik 1&2 reg, M -, G -
Turgor normal - Abdomen: supel,
Mata tifak cekung BU + 4x/m, turgor
Uub tidak cekung kulit baik
Mulut tidak kering - Ekstremitas:
Nadi normal hangat(+), CRT <2
detik
- darah rutin
- Hb ; 10,3gr/dL
19
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
3.1 DEFINISI
Diare akut adalah buang air besar pada bayi atau anak lebih dari tiga kali perhari,
disertai dengan perubahan konsistensi tinja menjadi cair dengan atau tanpa lendir dan darah
yang berlangsung kurang dari dua minggu. Untuk bayi yang minum ASi secara eksklusif, diare
adalah meningkatnya frekuensi buang air besar atau konsistensinya menjadi cair yang menurut
ibunya abnormal atau tidak seperti biasanya. Walalupun buang air besar kurang dari tiga kali
perhari, namun konsistensinya menjadi lebih cair keadaan ini sudah dapat disebut diare. 1,2,3
3.2 EPIDEMIOLOGI
Cara penularan diare adalah melalui fekal-oral, yaitu melalui makanan atau minuman
yang tercemar oleh enteropatogen atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang
yang sudah tercemar tinja penderita atau melalui lalat. Transmisi bisa melalui 4 F yaitu finger,
flies, fluid, dan field.1
20
menderita diare antara lain gizi buruk, imunodefisiensi, berkurangnya keasaman lambung,
menurunnya motilitas usus, menderita campak dalam 4 minggu terakir.
a) Faktor umur
Sebagian besar episode diare pada umur 2 tahun pertama kehidupan. Insiden tertinggi pada
kelompok umur 6-11 bulan pada saat diberikan makanan pendamping ASI. Pada keadaan
ini menunjukan bahwa terjadi kombinasi efek penurunan kadar antibodi ibu atau
kurangnya kekebalan aktif bayi dengan pengenalan makanan yang mungkin tercemar atau
terkontaminasi bakteri tinja dan kontak langsung dengan tinja manusia atau binatang.
b) Infeksi asimtomatik
Proporsi infeksi usus bersifat asimtomatik meningkat setelah umur 2 tahun dikarenakan
pembentukan imunisasi aktif. Pada infeksi asimtomatik yang mungkin berlangsung
beberapa hari atau minggu, tinja penderita mengandung bakteri, virus atau kista protozoa
yang infeksius.
c) Faktor musim
Didaerah subtropik diare karena bakteri lebih sering terjadi pada musim panas, sedangkan
diare karena virus terutama rotavirus terjadi pada musim dingin. Di daerah tropik seperti
indonesia diare yang disebabkan oleh rotavirus dapat terjadi sepanjang tahun dengan
peningkatan sepanjang musim kemarau, sedangkan diare karena bakteri cenderung
meningkat pada musim hujan.
Vibrio cholera dan Shigella dysnetriae menyebabkan epidemi dan pandemi yang
mengakibatkan tingginya angka kesakitan dan kematian pada semua golongan usia.
3.5 ETIOLOGI
Pada sebagian besar kasus diare adalah infeksi akut intestinum yang disebabkan oleh
virus, bakteri atau parasit, akan tetapi berbagai penyakit lain juga dapat menyebabkan diare
akut. Di Negara berkembang kuman pathogen penyebab penting diare akut pada anak- anak
1,3-5
yaitu Rotavirus, Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, Campylobacter jejuni.
21
Beberapa penyebab diare akut yang dapat menyebabkan diare pada manusia adalah
sebagai berikut :
Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi diare non
inflamasi dan Diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri dan sitotoksin di
kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang disertai lendir dan darah. Gejala
klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti mulas sampai nyeri seperti kolik, mual,
muntah, demam, tenesmus, serta gejala dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin
secara makroskopis ditemukan lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit
polimorfonuklear.
Pada diare non inflamasi, diare disebabkan oleh enterotoksin yang mengakibatkan
diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen biasanya
minimal atau tidak ada sama sekali, namun gejala dan tanda dehidrasi cepat timbul, terutama
pada kasus yang tidak mendapat cairan pengganti. Pada pemeriksaan tinja secara rutin tidak
ditemukan leukosit.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi
kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare osmotik terjadi bila
ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas dalam lumen yang menarik air
dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi
laktase atau akibat garam magnesium.
Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang berkurang
ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin yang dikeluarkan bakteri
misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, atau laksantif
22
non osmotik. Beberapa hormon intestinal seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide
(VIP) juga dapat menyebabkan diare sekretorik.
Diare eksudatif, inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus
maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat
non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat
radiasi.
Kelompok lain adalah akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu tansit
usus menjadi lebih cepat. Hal ini terjadi pada keadaan tirotoksikosis, sindroma usus iritabel
atau diabetes melitus.
Diare dapat terjadi akibat lebih dari satu mekanisme. Pada infeksi bakteri paling tidak
ada dua mekanisme yang bekerja peningkatan sekresi usus dan penurunan absorbsi di usus.
Infeksi bakteri menyebabkan inflamasi dan mengeluarkan toksin yang menyebabkan
terjadinya diare. Infeksi bakteri yang invasif mengakibatkan perdarahan atau adanya leukosit
dalam feses.
Adhesi
Mekanisme adhesi yang pertama terjadi dengan ikatan antara struktur polimer
fimbria atau pili dengan reseptor atau ligan spesifik pada permukaan sel epitel. Fimbria
terdiri atas lebih dari 7 jenis, disebut juga sebagai colonization factor antigen (CFA)
yang lebih sering ditemukan pada enteropatogen seperti Enterotoxic E. Coli (ETEC)
23
adalah dengan pola agregasi yang terlihat pada jenis kuman enteropatogenik yang
berbeda dari ETEC atau EHEC.
Invasi
Kuman Shigella melakukan invasi melalui membran basolateral sel epitel usus.
Di dalam sel terjadi multiplikasi di dalam fagosom dan menyebar ke sel epitel
sekitarnya. Invasi dan multiplikasi intraselluler menimbulkan reaksi inflamasi serta
kematian sel epitel. Reaksi inflamasi terjadi akibat dilepaskannya mediator seperti
leukotrien, interleukin, kinin, dan zat vasoaktif lain. Kuman Shigella juga
memproduksi toksin shiga yang menimbulkan kerusakan sel. Proses patologis ini akan
menimbulkan gejala sistemik seperti demam, nyeri perut, rasa lemah, dan gejala
disentri. Bakteri lain bersifat invasif misalnya Salmonella.
Sitotoksin
Prototipe kelompok toksin ini adalah toksin shiga yang dihasilkan oleh Shigella
dysentrie yang bersifat sitotoksik. Kuman lain yang menghasilkan sitotoksin adalah
Enterohemorrhagic E. Coli (EHEC) serogroup 0157 yang dapat menyebabkan kolitis
hemoragik dan sindroma uremik hemolitik, kuman EPEC serta V. Parahemolyticus.
Enterotoksin
Prototipe klasik enterotoksin adalah toksin kolera atau Cholera toxin (CT) yang
secara biologis sangat aktif meningkatkan sekresi epitel usus halus. Toksin kolera
terdiri dari satu subunit A dan 5 subunit B. Subunit A1 akan merangsang aktivitas
adenil siklase, meningkatkan konsentrasi cAMP intraseluler sehingga terjadi inhibisi
absorbsi Na dan klorida pada sel vilus serta peningkatan sekresi klorida dan HCO3
pada sel kripta mukosa usus.
ETEC menghasilkan heat labile toxin (LT) yang mekanisme kerjanya sama dengan CT
serta heat Stabile toxin (ST).ST akan meningkatkan kadar cGMP selular, mengaktifkan
protein kinase, fosforilasi protein membran mikrovili, membuka kanal dan
mengaktifkan sekresi klorida.
24
Peranan Enteric Nervous System (ENS)
Berbagai penelitian menunjukkan peranan refleks neural yang melibatkan
reseptor neural 5-HT pada saraf sensorik aferen, interneuron kolinergik di pleksus
mienterikus, neuron nitrergik serta neuron sekretori VIPergik.
Efek sekretorik toksin enterik CT, LT, ST paling tidak sebagian melibatkan
refleks neural ENS. Penelitian menunjukkan keterlibatan neuron sensorik aferen
kolinergik, interneuron pleksus mienterikus, dan neuron sekretorik tipe 1 VIPergik. CT
juga menyebabkan pelepasan berbagai sekretagok seperti 5-HT, neurotensin, dan
prostaglandin. Hal ini membuka kemungkinan penggunaan obat antidiare yang bekerja
pada ENS selain yang bersifat antisekretorik pada enterosit.
Kejadian diare secara umum terjadi dari satu atau beberapa mekanisme yang
saling tumpang tindih. Menurut mekanisme diare maka dikenal diare akibat gangguan
absorbsi yaitu volume cairan yang berada dikolon lebih besar daripada kapasitas
absorbsi. Disini diare dapat terjadi akibat kelainan di usus halus, mengakibatkan
absorbsi menurun atau sekresi yang bertambah. Apabila fungsi usus halus normal,
diare dapat terjadi akibat absorbsi di kolon menurun atau sekresi di kolon meningkat.
Diare dapat juga dikaitkan dengan gangguan motilitas, inflamasi dan imunologi.
Secara umum terjadi penurunan fungsi absorbsi oleh berbagai sebab seperti celiac
spure, atau karena:
2. Malabsorbsi umum
Keadaan seperti short bowel syndrome, celiac, protein, peptida, tepung, asam amino
dan monosakarida mempunyai peran pada gerakan osmotik pada lumen usus.
Kerusakan sel dapat disebabkan virus atau kuman, seperti salmonella, shigella atau
25
campylobacter. Sel tersebut juga dapat rusak karena inflammatory bowel disease
idiopatik, akibat toksin atau obat-obatan tertentu. Gambaran karakteristik penyakit
yang menyebabkan malabsorbsi usus halu adalah atrofi villi. Lebih lanjut,
mikroorganisme tertentu menyebabkan malabsorbsi nutrien dengan faal membran
brush border tanpa merusak susunan anatomi mukosa. Maldigesti proteinn lengkap,
karbohidrat, dan trigliserid diakibatkan insufisiensi eksokrin pankreas menyebabkan
malabsorbsi yang signifikan dan mengakibatkan diare osmotik. Gangguan atau
kegagalan ekskresi pankreas menyebabkan kegagalan pemecahan kompleks protein,
karbohidrat, trigliserid, selanjutnya menyebabkan maldigesti, malabsorbsi dan
akhirnya menyebabkan diare osmotik. Steatorrhe berbeda dengan malabsorbsi protein
dan karbohidrat dengan asam lemak rantai panjang intraluminal, tidak hanya
menyebabkan diare osmotik, tetapi juga menyebabkan pacuan sekresi Cl sehingga
diare tersebut dapat disebabkan malabsorbsi karbohidrat oleh karena kerusakan difus
mukosa usus, defisiensi sukrosa, isomaltosa dan defisiensi kongenital laktase,
pemberian obat pencahar, pemberian Mg hydroxide, malabsorbsi karbohidrat yang
berlebihan pada hipermotilitas pada kolon iritabel.
Gejala gastrointestinal berupa BAB cair, kram perut, muntah. Bisa juga terdapat
demam. Sebagai akibat dari kehilangan air dan elektrolit terus menerus menyebabkan
dehidrasi, asidosis metabolik, dan hipokalemia. Dehidrasi merupakan keadaan yang berbahaya
karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskular dan kematian bila tidak
diobati dengan tepat. Bila terdapat panas dimungkinkan karena proses peradangan atau akibat
dehidrasi. Nyeri perut hebat dan tenesmus yang terjadi pada perut bagian bawah serta rectum
menunjukkan terkenanya usus besar. Mual dan muntah dimungkinkan karena adanya infeksi
organisme pada saluran cerna bagian atas seperti enteric virus, bakteri yang memproduksi
enterotoksin.1
26
Gejala khas diare akut oleh berbagai penyebab1:
Masa 17-72 jam 24-48 6-72 jam 6-72 jam 6-72 jam 48-72 jam
tunas jam
Panas + ++ ++ - ++ -
10x/hari menerus
Leukosit - + + - + -
27
3.8 PENEGAKAN DIAGNOSIS 1,3,4
Anamnesis
Hal yang perlu ditanyakan adalah lama diare, frekuensi, volume, konsistensi tinja,
warna, bau, dan ada tidaknya lendir dan darah. Bila disertai muntah, perlu
ditanyakan volume dan frekuensinya. Buang air kecil juga perlu ditanyakan
apakah seperti biasa ataukah terjadi perubahan, seperti berkurang atau tidak
kencing dalam 6-8 jam terakhir. Makanan dan minuman yang diberikan selama
diare juga perlu ditanyakan. Keluhan demam dan penyakit lain yang menyertai
juga perlu ditanyakan. Selain gejala pada pasien, tindakan yang sudah dilakukan
selama anak diare juga perlu ditanyakan.
Pemeriksaan Fisik
Hal yang perlu diperiksa pada pemeriksaan fisik adalah berat badan, suhu tubuh,
frekuensi denyut jantung, pernapasan, dan tekanan darah. Selanjutnya, perlu dicari
tanda-tanda utama dehidrasi, yaitu kesadaran, rasa haus, dan turgor kulit abdomen
serta tanda tambahan lain, seperti ubun-ubun besar cekung, mata cekung, air mata,
dan keringnya bibir, mukosa mulut, dan lidah
Pernapasan yang cepat dan dalam menandakan kemungkinan terjadinya asidosis
metabolik. Bising usus yang lemah atau tidak ada dapat menandakan terjadinya
hipokalemia. Selain itu, pemeriksaan ekstremitas perlu dilakukan untuk
menghitung perfusi dan capillary refill time sehingga dapat menentukan derajat
dehidrasi yang terjadi.
28
Penentuan derajat dehidrasi menurut WHO 20053,4:
Melalui pemeriksaan mikroskopis tinja dan kultur tinja dapat mengetahui etiologi
dari diare. Leukosit fekal menunjukan invasi bakteri ke mukosa, seperti pada
Shigellosis, E.coli dan E.histolytica. Pemeriksaan kultur tinja dilakukan pada segera
pada anak dengan diare berdarah dengan mikroskopis tinja terlihat lekosit fekal, anak
imunodefisiensi dengan diare. 2
3.8 PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan pada kasus diare akut meliputi 5 pilar terdiri dari:
1. Rehidrasi
Pada kasus diare tanpa dehidrasi
Untuk anak berumur < 1 tahun, beri larutan oralit, atau cairan rumah tangga (seperti
sup, air tajin, dan kuah sayuran) atau air matang 50100 ml setiap kali anak BAB
dan untuk anak berumur 1- 5 tahun beri 100200 ml setiap kali anak BAB. Bila usia
> 5 tahun sebanyak 200-300ml.1,3,4,6
29
Tabel. Kandungan oralit
Oralit Mmol/Liter
Natrium 75
Klorida 65
Glucose, anhydrous 75
Kalium 20
Sitrat 10
Total osmolaritas 245
30
makanan dengan cara seperti pada pengobatan diare tanpa dehidrasi. Bila memburuk
dan penderita jatuh dalam keadaan dehidrasi berat, penderita tetap dirawat di sarana
kesehatan dan pengobatan yang terbaik adalah pemberian cairan parenteral.1,3,4
Meskipun belum terjadi dehidrasi berat tetapi bila anak sama sekali tidak bisa
minum oralit misalnya karena anak muntah profus, dapat diberikan infus dengan cara
: beri cairan intravena secepatnya. Berikan 70 ml/kg BB cairan Ringer Laktat atau
Ringer asetat (atau jika tak tersedia, gunakan larutan NaCl) yang dibagi sebagai
berikut4 :
3,4
Atau ganti cairan defisit sebesar 50-100ml/kgBB. Periksa kembali anak setiap 1-
2jam. Juga beri oralit (kira-kira 5 ml/kg/jam) segera setelah anak mau minum. Periksa
kembali bayi sesudah rehidrasi yaitu 6 jam atau anak sesudah 3 jam dan klasifikasikan
kembali derajat dehidrasi.4
Lakukan evaluasi tiap jam. Bila dehidrasi tidak membaik, tetesan IV dapat
dipercepat. Setelah 6 jam pada bayi dan 3 jam pada anak yang lebih besar, lakukan
evaluasi.
31
2. Zinc
Pemberian zinc dapat meningkatkan aborpsi air dan elektrolit oleh usus halus,
meningkatkan kecepatan regenerasi epitel usus, meningkatkan jumlah brush border apical
dan meningkatkan respon imun yang mempercepat pembersihan pathogen dari usus. Anak
dibawah 6 bulan diberikan zinc 10mg (1/2 tablet). Untuk anak diatas umur 6 bulan 20mg
(1 tablet) / hari. Zinc diberikan selama 10-14 hari berturut-turut meskipun anak telah
sembuh dari diare. Untuk bayi, tablet zinc dapat dilarutkan dengan air matang, ASI atau
oralit. Untuk anak-anak yang lebih besar, zinc dapat dikunyah atau dilarutkan dalam air
matang atau oralit.1,3,4
3. Nutrisi
Pemberian nutrisi harus terus dilakukan selama diare dan ditingkatkan setelah sembuh.
Paling tidak 50% dari energi diit harus berasal dari makanan dan diberikan porsi kecil tapi
sering (6 kali atau lebih) Pisang baik untuk menambah kalium. Makanan yang berlemak atau
makanan yang mengandung banyak gula seperti sari buah manis yang diperdagangkan,
minuman ringan, sebaiknya dihindari.1 Bayi yang minum ASI harus diteruskan sesering
mungkin dan selama anak mau. Bayi tanpa ASI harus diberi susu yang biasa diminum paling
tidak setiap 3 jam. Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa mungkin diperlukan
untuk sementara bila pemberian susu menyebabkan diare timbul kembali atau bertambah hebat
sehingga terjadi dehidrasi lagi. Setelah diare berhenti, pemberian tetap dilanjutkan selama 2
hari kemudian coba kembali dengan susu atau formula biasanya diminum secara bertahap
selama 2 3 hari.1 Makan dengan karbohidrat kompleks seperti nasi, gandum, kentang, roti
dan sereal, lean meat, yougurt, buah dan sayur-sayuran. Makanan berlemak atau makanan
tinggi gula seperti jus, soda harus dihindasi. Energi yang dibutuhkan pada diare sekitar 100
kcal/kg/hari dan protein sebesar 2-3 g/kg/hari.1,4,7
32
4. Antibiotik selektif1,8,11
Amoebiasis Metronidazole
10 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari (10 hari bila kasus
berat)
Giardiasis Metronidazole
5 mg/kg BB 3x/hari selama 5 hari
33
Diare makin bertambah sering, belum membaik dalam 3 hari
Muntah-muntah
Panas badan
Anak tampak kehausan
Anak tidak mau makan atau minum
Diare berdarah
Selain lima pilar penatalaksaan diare anak dengan diare juga dapat diberikan
probiotik. Probiotik sudah dibuktikan melalui penelitian efektif untuk pencegahan dan
pengobatan terhadap bermacam kelainan gastrointestinal. Bakteri probiotik yang sering
digunakan untuk memperpendek diare adalah Lactobacillus GG,
Lactobacillusacidophillus, Bifidobacterium bifidum, dan Enterococcus faecium.1,-3
3.9 KOMPLIKASI
Komplikasi pada diare terjadi pada keterlambatan diagnosis dan terapi yang tidak adekuat.
Terapi yang tidak adekuat dapat menyebabkan diare berkepanjangan dengan konsekuensi
gangguan elektrolit, kejang, malnutrisi dan komplikasi seperti infeksi sekunder dan defisiensi
mikronutrien (besi, zinc, vitamin A).(11)
34
saline 5% dextrose selama 8 jam. Hitung kebutuhan cairan menggunakan berat badan
tanpa koreksi. Periksa kadar natrium plasma setelah 8 jam. Bila normal lanjutkan
dengan rumatan, bila sebaliknya lanjutkan 8 jam lagi dan periksa kembali natrium
plasma setelah 8 jam. Untuk rumatan gunakan 0,18% saline - 5% dektrosa,
perhitungkan untuk 24 jam. Tambahkan 10 mmol KCl pada setiap 500 ml cairan infus
setelah pasien dapat kencing. Selanjutnya pemberian diet normal dapat mulai diberikan.
Lanjutkan pemberian oralit 10 ml/kgBB/setiap BAB, sampai diare berhenti.
2. Hiponatremia
Anak dengan diare yang hanya minum air putih atau cairan yang hanya
mengandung sedikit garam, dapat terjadi hiponatremi (Na< 130 mol/L). Hiponatremi
sering terjadi pada anak dengan Shigellosis dan pada anak malnutrisi berat dengan oede
ma. Oralit aman dan efektif untuk terapi dari hampir semua anak dengan hiponatremi.
Bila tidak berhasil, koreksi Na dilakukan bersamaan dengan koreksi cairan rehidrasi
yaitu : memakai Ringer Laktat atau Normal Saline. Kadar Na koreksi (mEq/L) = 125
kadar Na serum yang diperiksa dikalikan 0,6 dan dikalikan berat badan. Separuh
diberikan dalam 8 jam, sisanya diberikan dalam 16 jam. Peningkatan serum Na tidak
boleh melebihi 2 mEq/L/jam.
3. Hiperkalemia
Disebut hiperkalemia jika K > 5 mEq/L, koreksi dilakukan dengan pemberian
kalsium glukonas 10% 0,5 1 ml/kgBB i.v. pelan-pelan dalam 5 10 menit dengan
monitor detak jantung.
4. Hipokalemia
Dikatakan hipokalemia bila K < 3.5 mEq/L, koreksi dilakukan menurut kadar K
: jika kalium 2,5 3,5 mEq/L diberikan per-oral 75 mcg/kgBB/hr dibagi 3 dosis. Bila
< 2,5mEq/L maka diberikan secara intravena drip (tidak boleh bolus) diberikan dalam
4 jam.Dosisnya: (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 + 2 mEq/kgBB/24 jam) diberikan
dalam 4 jam,kemudian 20 jam berikutnya adalah (3,5 kadar K terukur x BB x 0,4 +
1/6 x 2 mEq x BB). Hipokalemi dapat menyebabkan kelemahan otot, paralitik ileus,
gangguan fungsi ginjal dan aritmia jantung. Hipokalemi dapat dicegah dan kekurangan
kalium dapat dikoreksi dengan menggunakan oralit dan memberikan makanan yang
kaya kalium selama diare dan sesudah diare berhenti.
35
3.10 PENCEGAHAN
Upaya pencegahan diare dapat dilakukan dengan cara1:
1. Mencegah penyebaran kuman pathogen penyebab diare
a. Pemberian ASI yang benar
b. Memperbaiki penyiapan dan penyimpanan makanan pendamping ASI
c. Penggunaan air bersih yang cukup
d. Membudayakan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun sehabis buang air
besar dan sebelum makan
e. Penggunaan jamban yang bersih dan higienis oleh seluruh anggota keluarga
f. Membuang tinja bayi yang benar
2. Memperbaiki daya tahan tubuh pejamu
a. Memberikan ASI paling tidak sampai usia 2 tahun
b. Meningkatkan nilai gizi makanan pendamping ASI dan memberi makan dalam
jumlah yang cukup untuk memperbaiki status gizi anak.
c. Imunisasi campak
3. Pemberian probiotik dan prebiotic
3.11 PROGNOSIS
Prognosis pada diare dapat sembuh dengan baik, dengan terapi rehidrasi yang
adekuat.3,4
36
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien seorang anak laki-laki usia 10 bulan datang ke IGD RSUD Budhi Asih dengan
keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS, dalam sehari BAB 3x dengan jumlah BAB yang
bervariasi. BAB berwarna kekuningan, dengan bau yang asam, terdapat sedikit lendir namun
tidak terdapat darah. Pasien juga dilaporkan mengalami muntah beberpa kali setelah makan.
Pasien sempat mengalami demam namun suhunya tidak diketahui. Selama sakit pasien masih
minum ASI, bahkan lebih banyak dari biasanya. Pasien juga menjadi lebih rewel, sering
menangis dan masih terdapat air mata.
Pada pasien ini diare terjadi terjadi dengan jumlah yang relatif banyak, frekuensi yang
sering dan konsistensi yang cair serta berwarna kekuningan dengan bau yang cenderung asam.
Pasien juga mengalami muntah jika makan atau minum. Diare juga disertai demam.
Karakteristik dapat terjadi diare yang disebabkan virus ataupun bakteri. Diare juga sering
terjadi pada anak pada periode 2 tahun pertama kehidupan, dengan insiden tertinggi pada saat
6-11 bulan.
Pasien juga mengalami dehidrasi yang disimpulkan berdasarkan tabel penilaian WHO
berupa keadaan umum yang gelisah/rewel dan rasa ingin minum yang lebih banyak atau rasa
haus dan masuk kedalam dehidrasi ringan-sedang. Dan berdasarkan tabel penilaian dehidrasi
menurut Maurice King Skor, didapatkan ubun-ubun yang sedikit cekung dan nadi diatas
120x/menit sehingga total poin yang didapat adalah 3 yang masuk kedalam dehidrasi sedang.
Penderita dengan diare cair mengeluarkan tinja yang mengandung sejumlah ion natrium,
klorida dan bikarbonat. Kehilangan air dan elektrolit ini bertambah bila ada muntah dan
demam. Hal ini dapat menimbulkan dehidrasi, hal tersebut merupakan keadaan yang paling
berbahaya karena dapat menyebabkan hipovolemia, kolaps kardiovaskuler bahkan kematian
jika tidak ditangani dengan cepat.
Hasil pemeriksaan feses rutin tidak mengarahkan kearah penyebab diare pada pasien
ini, namun dari karakterisik feses kemungkinan disebabkan oleh bakteri. Cara penularan diare
pada umumnya melalui cara fekal-oral yaitu melalui makanan atau minuman yang tercemar
oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau barang-barang yang
telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. Penyebab infeksi utama
timbulnya diare umumnya adalah golongan virus, bakteri, dan parasit. Mikroorganisme
penyebab diare pada anak ini digolongkan sebagai penyebab diare yang bersifat infeksi.
37
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini sesuai dengan anjuran who pada diare akut
dengan dehidrasi ringan-sedang yaitu pemberian oralit 75cc/kgBB dalam 4jam dan dilanjutkan
100mg/kgBB setiap diare, namun apabila pasien meminta lebih banyak oralit maka bisa
diberikan. Pemberian ASI juga dilanjutkan namun untuk MPASI ditunda terlebih dahulu
selama 3 jam. Pada pasien ini tidak diberikan antibiotic karena penyebab belum diketahui pasti
dan butuh pemeriksaan lanjut. Pemberian tablet zink diberikan dengan tujuan untuk
memperbaiki fungsi imun dan merupkan mikronutrien yang penting untuk berbagai enzim
dalam tubuh dan diberikan selama 10-14 hari. Penatalsakanaan Anemia pada pasien ini tidak
diperlukan karena berhubungan dengan gizi kurang pada pasien, sehingga untuk
penatalaksanaan gizi kurang pada pasien diberikan asupan makanan sesuai kebutuhan gizi
yaitu 98kkal/kg, Protein 1,5g/Kg, dan cairan 125-145ml/Kg. .(8,9)
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Subagyo B, Santoso NB. Diare akut. In : Juffrie M, Soenarto SSY, Oswarni H, Arief S,
Rosalina I, Mulyani NS. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi Anak. 1th ed. Jakarta:
Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2015. p. 87-118.
2. Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF. Nelson Textbook of Pediatrics. 20th ed.
Philadelphia: Elsevier; 2016.p.1761-63.
3. Garna H, Nataprawira HM. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak. 5th ed.
Bandung: Departemen SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas
Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin; 2014. p.288-97.
5. Churgay CA, Aftab Z. Gastroenteritis in children: part 1 diagnosis [Online]. 2012 [cited
2017 June 28]. Available from: http://www.aafp.org/afp
6. Departemen Kesehatan RI. Buku saku petugas kesehatan: Lima langkah tuntaskan diare.
Jakarta: Penerbit Departemen Kesehatan RI. 2011; p. 1-31.
7. Unit Kerja Koordinasi Nutrisi dan Penyakit Metabolik Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Asuhan Nutrisi Pediatrik (Pediatric Nutrition Care). 2011. p.4-11.
8. Gwimile JJ, Shekalaghe SA, Kapanda GN, Kisanga ER .Antibiotic prescribing practice in
management of cough and/or diarrhoea in Moshi Municipality, Northern Tanzania: cross-
sectional descriptive study.Pan Afr Med J. 2012;12:103.
9. Amin LZ. Tatalaksana Diare Akut. Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Available at :
http://www.kalbemed.com/Portals/6/08_230CME-Tatalaksana%20Diare%20Akut.pdf
10. Zein U, Sagala KH, Ginting J. Diare Akut Disebabkan Bakteri. Divisi Penyakit Tropik
dan Infeksi. Universitas Sumatra Utara. Available at :
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf
11. Butta Z. Acute Gastroenteritis in Children. DAlam Nelson Textbook of Pediatrics Ed.
20. Canada; 2016: 1874
39