Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik Senior
Pada Bagian/SMF Pulmonologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
Disusun oleh:
Pembimbing:
dr. Novita Andayani, Sp.P (K)
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul “TB MILLIER”. Laporan Kasus ini merupakan salah satu tugas
dalam menjalankan Kepaniteraan Klinik Senior Bagian/SMF Ilmu Pulmonologi
RSUD dr. Zainoel Abidin Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada dr.Novita Andayani, Sp.P
(K) yang telah bersedia membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan
laporan ini. Penulis mengharapkan kritik dan juga saran yang membangun dari
semua pihak terhadap laporan kasus ini. Semoga laporan kasus ini
bermanfaat bagi penulis dan orang lain.
Banda Aceh, Juni 2018
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................. 4
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 4
BAB II LAPORAN KASUS............................................................................. 5
2.1 Identitas Pasien........................................................................................ 5
2.2 Anemnesis............................................................................................... 5
Keluhan Utama........................................................................................ 5
Riwayat Penyakit Sekarang..................................................................... 5
Riwayat Penyakit Dahulu ...................................................................... 5
Riwayat Penyakit Keluarga..................................................................... 5
Riwayat Penggunaan Obat...................................................................... 5
Riwayat Kebiasaan Sosial ...................................................................... 5
2.3 Pemeriksaan Fisik................................................................................... 5
2.4 Pemeriksaan Penunjang........................................................................... 8
2.5 Diagnosis ................................................................................................ 12
2.6 Tatalaksana............................................................................................... 12
2.7 Prognosis.................................................................................................. 12
BAB III TINJUAN PUSTAKA........................................................................ 18
3.1 Definisi.................................................................................................... 18
3.2 Epidemiologi........................................................................................... 18
3.3 Etiologi................................................................................................... 20
3.4 Patofisiologi............................................................................................ 20
3.5 Faktor Risiko........................................................................................... 22
3.6 Diagnosis................................................................................................. 23
3.7 Tatalaksanaan ...................................................................................... 25
BAB IV ANALISA KASUS.............................................................................. 31
BAB V KESIMPULAN..................................................................................... 33
BAB V DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 34
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
Keluhan Utama : Sesak napas
Keluhan tambahan : Batuk berdahak yang sulit dikeluarkan, cepat lelah, nyeri
dada, demam, penurunan berat badan.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien merupakan rujukan dari Rumah Sakit Bireuen Medical Center
(BMC) dengan Suspect MDR TB + Pneumonia + Sepsis. Pasien datang dengan
keluhan sesak napas, batuk dan cepat lelah. Keluhan sesak napas dirasakan pasien
sejak 1,5 bulan SMRS, sesak napas tidak dipengaruhi oleh cuaca dan debu tetapi
memberat dengan aktivitas ringan. Pasien juga mengeluhkan batuk berdahak
namun sulit dikeluarkan selama 1 tahun dan memberat dalam 1,5 bulan ini.
Keluhan batuk disertai nyeri dada. Pasien mengalami penurunan berat badan 12
kg dalam 1,5 bulan terakhir. Demam naik turun dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
5. Jantung
1) Inspeksi : Pulsasi iktus kordis tidak terlihat
2) Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V linea mid klavikula sinistra
3) Perkusi : Batas jantung kanan pada ICS IV linea parasternal
dekstra, batas jantung kiri pada ICS V linea mid klavikula
sinistra, batas atas jantung pada ICS III linea mid
klavikula sinistra.
4) Auskultasi : Bunyi jantung I > bunyi jantung II regular, tidak terdapat
murmur.
6. Abdomen
1. Inspeksi : simetris, tidak terdapat distensi, dinding perut tampak
normal (tidak ada sikatrik dan pelebaran vena), tidak
tampak pergerakan pada dinding perut.
2. Palpasi : Nyeri tekan (-), tegang, Hepar/Lien/Renal tidak teraba
3. Perkusi : Timpani seluruh lapangan abdomen, peranjakan batas
paru-hatirelatif-absolutse besar dua jari, undulasi (-),
shifting dullness (-).
4. Auskultasi : Peristaltik usus normal
7. Ekstremitas
Ekstremitas Superior Inferior
Kanan Kiri Kanan Kiri
Sianotik - - - -
Edema - - - -
Ikterik - - - -
Sensibilitas N N N N
Jari tabuh - - - -
Tanggal 16/05/2018
• Bagian pneumotoraks tampak lusen, rata dan paru yang kolaps akan
tampak garis yang merupakan tepi paru.
• Paru yang mengalami kolaps tampak seperti massa radio opaque di
daerah hilus.
Jantung dan trakea mungkin terdorong ke sisi yang sehat, ICS melebar, diafragma
mendatar dan tertekan ke bawah.
2.5 Diagnosa Kerja:
TB Milier On OAT Kategori II Fase Lanjutan
2.6 Penatalaksanaan:
2.6.1 Nonfarmakologis
1. Diet MB TKTP
2. O2 7liter/menit Sungkup Muka
2.6.2 Farmakologis
1. IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i
2. Inj. Levofloxacin 500 mg/24 jam
3. Inj. Metilprednisolon 62,5 mg/12 jam
4. Inj. Omeprazole 1 vial/24 jam
5. Pro TB 2 FDC 1x2 tablet
6. Sukralfat sirup 3x15 cc
7. Vectrin tablet 3x1
8. Paracetamol 3x500mg
9. Curcuma 3x1 tablet
2.7 Prognosis
Quo Ad vitam : Bonam
Quo Ad functionam : Bonam
Quo Ad sanactionam : Malam
Follow Up
Tg 16-05-2018 (H1) 17-05-2018 (H2)
l
S Sesak napas, batuk Sesak napas
O Vital sign/ Vital sign/
Kes : compos mentis Kes : compos mentis
TD : 100/60 mmHg TD : 110/70 mmHg
N : 90 x/i N : 88 x/i
RR : 24 x/i RR : 20 x/i
SPO2 : SPO2 :
T : 36,8 OC T : 36,5 OC
PF/ PF/
Thoraks : Thoraks :
I : Simetris, statis, dinamis I : Simetris, statis, dinamis
P : SF kanan = SF kiri P : SF kanan = SF kiri
P : Sonor/Sonor P : Sonor/Sonor
A : Vesikuler (+/+), rh(+/+), wh (-/-) A : Vesikuler(+/+), rh(+/+), wh(-/-)
A TB Milier on OAT Kategori II Fase TB Milier on OAT Kategori II Fase
Lanjutan Lanjutan
P Th/ Th/
-Diet MB TKTP - Diet MB TKTP
-O2 7 L/i SM -O2 4-5 L/i NK
3.1 Definisi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB yaitu Mycobacterium tuberkulosis (MTB) yang ditemukan oleh
ilmuwan Jerman bernama Robert Koch pada tahun 1882(6).
Tuberkulosis milier merupakan kelainan patologis berupa granuloma
berukuran 1-2 mm, yang disebabkan penyebaran MTB secara hematogen dan
limfogen di organ paru atau ekstra paru. Tuberkulosis milier menurut WHO
diklasifikasikan ke dalam TB paru karena didapatkan lesi di paru(7).
3.2 Epidemiologi
Tuberkulosis diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan
menyebabkan 1,2 juta kematian pada tahun 2014. India, Indonesia dan China
merupakan negara dengan penderita TB terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%
dan 10% dari seluruh penderita di dunia(3).
Profil Kesehatan Indonesia menyebutkan pada tahun 2015 ditemukan
sebanyak 330.910 kasus tuberkulosis, meningkat bila dibandingkan semua kasus
tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2014 yang sebesar 324.539 kasus.
Jumlah kasus tertinggi terdapat di Provinsi dengan jumlah penduduk yang esar
yaitu Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Kasus tuberkulosis di tiga
provinsi tersebut sebesar 38% dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia(3).
3.3 Etiologi
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang diakibatkan oleh infeksi bakteri
Mycobacterium Tuberculosis. Penularannya terjadi dari orang ke orang melalui
droplets dari orang yang sedang terinfeksi. Genus Mycobacterium merupakan
kelompok bakteri gram positif, berbentuk batang, berukuran dengan panjang 1-10
mikron dan lebar 0,2-0,6 mikron. Bakteri ini bersifat tahan asam disebut juga
dengan basil tahan asam (BTA). M.TB merupakan bakteri yang cepat mati bila
terpapar dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa
jam ditempat yang gelap dan lembab. Di dalam jaringan tubuh kuman ini dapat
dorman (bertahan secara inaktif) selama beberapa tahun(1).
Mycobakterium tuberkulosis lebih menyenangi jaringan yang tinggi
kandungan oksigennya seperti pada bagian apikal paru-paru. Hal inilah yang
menjadikan area apikal paru sebagai tempat predileksi penyakit TB. Mikobakteri
dapat hidup pada makrofag normal yang tidak teraktivasi akibat dinding sel
kuman yang kaya akan lipid yang juga berfungsi melindungi mikobakteri dari
proses fagolisosom.
3.4 Patogenesis
Penularan tuberkulosis paru terjadi melalui inhalasi droplet dari individu TB
aktif. Mulanya bakteri yang terhirup akan masuk melalui saluran napas, kemudian
sebagian akan terbuang oleh silla dari epitel saluran napas namun sebagian lagi
akan masuk ke alveolus(1).
M. tuberculosis yang masuk ke alveolus langsung difagosit oleh makrofag.
Setelah terjadi fagositosis dan terbentuk fagosom, dinding bakteri akan
menghasilkan LAM (glikolipid lipoarabinomannan) yang menghambat ion Ca2+
intrasel, sehingga akan menghambat fungsi dari fagosom dan bakteri dapat
bertahan dalam fagosom tersebut. Bakteri yang dapat menghentikan maturasi dari
fagosom akan memulai replikasi sehingga makrofag menjadi ruptur(1).
Jumlah bakteri yang terlalu banyak akan menyebabkan fungsi fagositosis
makrofag menurun, sehingga bakteri dapat bereplikasi dan menyebabkan infeksi
lokal. Pada saat sistem pertahanan tubuh mulai bekerja, akan terjadi pembentukan
fokus parenkim terkalsifikasi yang disebut lesi Ghon. Kalsifikasi ini akan
menyebabkan limfangitis lokal dan juga diikuti limfadenitis regional. Gabungan
dari limfangitis dan limfadenitis regional akan membentuk kompleks primer(8).
Selama masa inkubasi, sebelum terbentuknya imunitas seluler, dapat terjadi
penyebaran limfogen dan hematogen. Pada penyebaran limfogen, kuman
menyebar ke kelenjar limfe regional membentuk kompleks primer. Sedangkan
pada penyebaran hematogen, MTb masuk ke dalam sirkulasi darah dan menyebar
ke seluruh tubuh. Bentuk penyebaran Mtb secara hematogen antara lain:
3.8 Penatalaksanaan
Obat Anti Tuberkulosis (OAT) adalah komponen terpenting dalam
pengobatan TB. Pengobatan TB merupakan salah satu upaya paling efisien untuk
mencegah penyebaran lebih lanjut bakteri TB. Obat Anti Tuberkulosis yang
digunakan program pengendalian TB saat ini adalah OAT lini pertama dan OAT
lini kedua disediakan di fasyankes yang telah ditunjuk guna memberikan
pelayanan pengobatan bagi pasien TB resisten obat(11).
Tabel 2. OAT Lini Pertama(11)
Jenis Sifat Efek Samping
Isoniazid Bakterisidal Neuropati perifer (gangguan saraf tepi),
(H) psikosis toksik, gangguan fungsi hati,
kejang.
Rifampisin Bakterisidal Flu syndrome ( gejala influenza berat),
(R) gangguan gastrointestinal, urin berwarna
merah, gangguan fungsi hati,
trombositopenia, demam, skin rash, sesak
napas, anemia hemolitik.
Pirazinamid Bakterisidal Gangguan gastrointestinal, gangguan
(Z) fungsi hati, gout arthritis
Streptomisin Bakterisidal Nyeri di tempat suntikan, gangguan
(S) keseimbangan dan pendengaran, renjatan
anafilaktik, anemia, agranulositosis,
trombositopenia
Etambutol Bakteriostatik Gangguan penglihatan, buta warna,
(E) neuritis perifer (gangguan saraf tepi)
b. Kategori 2(11)
Panduan OAT kategori 2 yang digunakan di Indonesia adalah
2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)3E3 atau 2(HRZE)S/(HRZE)/5(HR)E
Panduan OAT ini diberikan untuk pasien dengan riwayat pengobatan TB
sebelumnya (pasien pengobatan ulang) yaitu:
Pasien kambuh
Pasien gagal pada pengobatan kategori 1 sebelumnya
Pasien dengan pengobatan setelah putus berobat (loss to follow up)
Tabel 5. Dosis Panduan OAT KDT Kategori 2(11)
Berat Badan Tahap Awal tiap hari Tahap Lanjutan 3 kali
RHZE (150/75/400/275) + S Seminggu
RH (150/150) + E
(400)
Selama 56 hari Selama 28 hari Selama 20 minggu
30-37 kg 2 tab 4KDT + 2 tab 4 KDT 2 tab 2KDT + 2 tab
500 mg Etambutol
Streptomisin inj.
38-54 kg 3 Tab 4 KDT + 3 tab 4KDT 3 tab 2 KDT + 3 tab
750 mg Etambutol
Streptomisin inj.
55-70 kg 4 Tab 4 KDT + 4 tab 4KDT 4 tab 2 KDT + 4 tab
1000 mg Etambutol
Streptomisin inj.
>70 kg 5 Tab 4 KDT + 5 tab 4KDT 5 tab 2 KDT + 5 tab
1000 mg Etambutol
Streptomisin inj.
salah satu OAT dari grup B ( golongan OAT suntik lini kedua)
3.10 Prognosis
Pada umumnya prognosis baik apabila pasien melakukan terapi sesuai
dengan ketentuan pengobatan. Untuk TB dengan komorbid, prognosis menjadi
kurang baik(7).
BAB IV
ANALISA KASUS
Pasien perempuan usia 21 tahun datang dengan keluhan sesak napas, batuk
dan cepat lelah sejak 1,5 bulan yang lalu. Pasien sering sesak napas dan lelah
dengan aktivitas ringan seperti ke kamar mandi dan berpakaian. Pasien
mengeluhkan batuk-batuk selama 1 tahun dan memberat dalam 1,5 bulan ini.
Pasien mengalami penurunan berat badan 12 kg dalam 1,5 bulan terakhir.
Keluhan nyeri dada dirasakan 1 minggu SMRS, saat ini tidak dirasakan lagi.
Demam naik turun dirasakan sejak 1 bulan yang lalu. Pasien pernah didiagnosis
menderita TB paru pada tahun 2015. Pasien dengan riwayat mengkonsumsi OAT
selama 5 bulan hingga awal tahun 2016, dan OAT FDC 1x2 tablet pada tahun
2018 (saat ini sudah berlangsung 3 bulan).
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan
gejala sistemik. Gejala respiratorik berupa batuk 2 minggu atau lebih, batuk darah,
sesak napas, dan nyeri dada. Sedangkan gejala sistemik akan timbul demam dan
gejala sistemik lain berupa malaise, keringat malam, anoreksia serta berat badan
menurun(7).
Sesak napas merupakan gejala yang sering dikeluhkan pasien terutama pada
saat melakukan aktivitas. Seringkali pasien sudah mengalami adaptasi dengan
sesak napas yang bersifat progresif lambat sehingga sesak ini tidak dikeluhkan.
Untuk menilai kuantitas sesak napas terhadap kualitas hidup digunakan ukuran
sesak napas sesuai skala sesak menurut British Medical Research Council (MRC).
Tabel 6. Skala Sesak British Medical Research Council (MRC)