Anda di halaman 1dari 9

REFERAT

ILMU BEDAH

TRAUMA ABDOMEN

OLEH :

Novianita Anugrah Islami

201610330311010

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS KEDOKTERAN
2020

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Trauma abdomen merupakan penyebab utama morbiditas dan mortilitas pada

semua kelompok umur. Identifikasi dari kelainan intra-abdomeinal yang serius

seringkali merupakan suatu hal yang menantang. Banyak cedera-cedera yang tidak

menimbulkan manifestasi selama periode awal penilaian dan pengobatan. Mekanisme

dari cedera seringkali mengakibatkan hal lain yang berkaitan dengan cedera tersebut,

sehingga dapat mengalihkan perhatian dokter dari potensi kelainan intra-abdominal

yang dapat mengancam nyawa.

Trauma abdomen kadang tidak memberikan kelainan yang jelas pada

permukaan tubuh, tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau

organ dibawahnya.

Kejadian trauma abdomen merupakan kasus kegawatdaruratam bedah yang

harus ditangani dengan baik. Penanganann yang cepat dan tepat akan menurunkan

angka morbiditas dan mortalitas. Pada kasus trauma tumpul abdomen idapatkan

trauma pada duodenum sekitar 5% dan colon sekitar 9%. Diperlukan keterampilan

dan seorang ahli bedah untuk penanganan yang tepat.

1.2 Tujuan
Tujuan dari penulisan referat ini adalah untuk mengetahui

lebih jauh tentang Trauma Abdomen terkait definisi, etiologi, faktor

resiko, patogenesis, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis

banding, penatalaksanaan, konseling dan edukasi dan

prognosisnya.

1.3 Manfaat

Penulisan referat ini diharapkan mampu menambah

pengetahuan dan pemahaman penulis maupun pembaca mengenai

Trauma Abdomen terkait definisi, etiologi, faktor resiko,

patogenesis, klasifikasi, gejala klinis, diagnosis, diagnosis banding,

penatalaksanaan, konseling dan edukasi dan prognosisnya.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Trauma merupakan kekerasan fisik yang mengakibatkan cedera. Trauma

abdomen adalah trauma yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada organ

abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan

metabolisme, kelainan immunologi dan gangguan faal berbagai organ

2.2 Klasifikasi

Trauma abdomen dapat dibagi menjadi trauma tembus dan trauma tumpul.

Trauma abdomen dapat mengakibatkan perforasi, sepsis dan perdarahan yang sering

menjadi penyebab kematian. Berdasarkan organ yang terkena bisa dibagi menjadi dua

yakni :

 Organ padat : hepar, limpa (gejala utama, perdarahan)

 Organ berongga : usus, saluran empedu (gejala utama peritonitis)

A. Trauma Tembus Abdomen

Organ padat yang paling sering terkena adalah hepar, sedangkan organ

berongga yang paling sering terkena adalah usus.

B. Trauma Tumpul Abdomen

Mekanisme terjadinya trauma tumpul disebabkan oleh adanya deselerasi

cepat dan adanya organ yang tidak lentur (noncompliant organ) seperti

hepar, limpa, pankreas dan ginjal


2.3 Prevalensi

Berdasarkan laporan terakhir dari WHO dan CDC lebih dari sembilan orang

meninggal tiap menit akibat trauma atau kekerasan, dan setiap tahun lebih dari 5,8

juta orang dari semua umur dan tingkat ekonomi mengalami trauma dan kekerasan.

Di negara berkembang walaupun sudah ada upaya perbaikan terhadap pencegahan

trauma, akan tetapi kelompok umur antara 1-44 tahun kecelakaan lalu lintas masih

merupakan penyebab utama kematian

2.4 Etiologi

Secara umum terdapat dua jenis trauma abdomen yang dapat menyebabkan

terjadinya perdarahan intraabdomen, yakni trauma tumpul dan trauma penetrans.

2.5 Faktor Risiko

 Kecelakaan lalu lintas

 Kecelakaan Kerja

2.6 Patogenesis

Pada trauma tumpul abdomen dapat diklasifikasikan menjadi dua mekanisme

cedera yaitu kekuatan kompresi dan kekuatan perlambatan (deselerasi). Kekuatan

kompresi dapat ditemukan pada pukulan secara langsung atau kompresi luar yang

melawan benda yang memfiksasi organ tersebut misalnya lap belt dan spinal column.

Umumnya kekuatan yang merusak menyebabkan robek dan timbulnya hematoma

subkapsular dari organ visera yang padat. Kekuatan deselerasi menyebabkan

peregangan (stretching) dan memotong (shearing) secara linier bagian organ yang
relatif terfiksir dengan bagian yang bergerak bebas. Pada luka tusuk, kerusakan organ

adalah akibat langsung dari alat penusuk. Kerusakan dapat berupa perdarahan bila

mengenai pembuluh darah atau organ yang padat.

2.7 Gejala

1. Dijumpai jejas di dinding abdomen;

2. Tanda rangsangan peritoneum: nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan defans

muscular.

3. Suara usus bisa menurun atau tidak ada

2.8 Diagnosis

1. Anamnesis : Mekanisme cedera harus dieksplorasi seperti posisi jatuh, asal

ketinggian, jenis alat yang melukai, kecepatan, dan sebagainya.

2. Pemeriksaan Fisik : a) Kadang-kadang dijumpaijejas di dinding abdomen; b)

Tanda rangsangan peritoneum: nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri lepas, dan defans

muskular. C) Darah atau cairan yang cukup banyak dapat dikenali dengan

shifting dullness sedangkan udara bebas dapat diketahui dengan beranjaknya

pekak hati, d) Bising usus dapat melemah atau menghilang

3. Pemeriksaan Penunjang :

a. Darah perifer lengkap: tanda infeksi dan perdarahan,

b. Urinalisis dapat dilakukan untuk menunjang kemungkinan diagnosis cedera

saluran kemih;

c. Roentgen abdomen 3 posisi digunakan untuk mengetahui adanya udara bebas

d. Sistogram dan IVP apabila dicurigai trauma saluran kemih;


e. Roentgen toraks: pneumoperitoneum, isi abdomen (ruptur hemidiafragma). atau

fraktur iga bawah yang menandakan kemungkinan cedera limpa dan hepar;

f. USG: melihat adanya cairan intraperitoneal bebas seperti pada regio spesifik

kantong Morison, kuadran kiri atas, dan pelvis;

g. CT-scan digunakan untuk melihat cedera pada organ seperti ginjal. derajat cedera

hati dan limpa terutama pada pasien yang memiliki hemodinamik stabil;

h. Bilasan rongga perut (peritoneal lavage) diagnostik dapat dilakukan apabila tidak

terdapat indikasi laparotomi yang jelas, kondisi pasien hipotensi atau syok.

2.9 Diagnosis Banding

Abdominal compartement sindrom, trauma thorax, Retroperitoneal hemoragic

2.10 Tatalaksana

1. Stabilisasi airway-breathing-circulation (ABC).

2. Pemasangan NGT untuk mencegah aspirasi bila muntah dan sebagai alat

diagnostik.

3. Pemasangan kateter urine untuk mengosongkan kandung kemih dan menilai

produksi urin.

4. Laparotomi apabila ditemukan tanda kerusakan intraperitoneum.


BAB III

KESIMPULAN

Trauma merupakan kekerasan fisik yang mengakibatkan cedera. Trauma

abdomen adalah trauma yang menyebabkan terjadinya kerusakan pada organ

abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga terjadi gangguan

metabolisme, kelainan immunologi dan gangguan faal berbagai organ. Secara umum

terdapat dua jenis trauma abdomen yang dapat menyebabkan terjadinya perdarahan

intraabdomen, yakni trauma tumpul dan trauma penetrans. Gejala : Dijumpai jejas di

dinding abdomen; Tanda rangsangan peritoneum: nyeri tekan, nyeri ketok, nyeri

lepas, dan defans muscular. suara usus bisa menurun atau tidak ada. Anamnesis

sangat penting untuk menanyakan mekanisme kecelakaannya.

Tatalaksana meliputi : Stabilisasi airway-breathing-circulation (ABC),

Pemasangan NGT untuk mencegah aspirasi bila muntah dan sebagai alat diagnostik.,

Pemasangan kateter urine, Laparotomi apabila ditemukan tanda kerusakan

intraperitoneum.
DAFTAR PUSTAKA

Wibisono, Elita dan Jeo, Wifanto. 2014. Trauma Abdomen dalam Buku Kapita

Selekta. Jakarta. Media Aesculapius. pp 227-228.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia. 2017. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter

di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer.

American Co llege of Surgeons (ACS) Committees on Trauma. Advanced trauma life

support (ATLS) student course manual. 2012. Edisi ke-9.

Anda mungkin juga menyukai