PENDAHULUAN
Trauma tumpul abdomen merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortilitas pada semua kelompok umur. Identifikasi dari kelainan intra-abdominal
yang serius seringkali merupakan suatu hal yang menantang. Banyak cederacedera yang tidak menimbulkan manifestasi selama periode awal penilaian dan
pengobatan. Mekanisme dari cedera seringkali mengakibatkan hal lain yang
berkaitan dengan cedera tersebut, sehingga dapat mengalihkan perhatian dokter
dari potensi kelainan intra-abdominal yang dapat mengancam nyawa.
Trauma tumpul kadang tidak memberikan kelainan yang jelas pada
permukaann tubuh, tetapi dapat mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau
organ di bawahnya 1.
Kebanyakan dokter menganggap bahwa ruptur organ abdomen yang
berongga atau perdarahan dari organ yang padat menyebabkan peritonitis yang
mudah dikenal, padahal penilaian terhadap penderita seringkali terganggu karena
intoksikasi alkohol, penggunaan obat-obatan terlarang, cedera otak atau saraf
tulang belakang, atau cedera pada struktur yang berdekatan seperti tulang iga,
tulang belakang, atau tulang panggul. Hal-hal tersebut merupakan penyebab
utama luputnya diagnosa trauma abdomen 2.
Kejadian trauma tumpul abdomen merupakan kasus kegawatdaruratan
bedah yang harus ditangani dengan baik. Penanganan yang cepat dan tepat akan
menurunkan angka mortalitas dan mortalitas. Pada kasus trauma tumpul abdomen
didapatkan trauma pada duodenum sekitar 5% dan colon sekitar 9%. Diperlukan
keterampilan dari seorang ahli bedah untuk penanganan yang tepat 3.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Trauma tumpul abdomen adalah pukulan / benturan langsung pada rongga
abdomen yang mengakibatkan cidera tekanan/tindasan pada isi rongga abdomen,
terutama organ padat (hati, pancreas, ginjal, limpa) atau berongga (lambung, usus
halus, usus besar, pembuluh pembuluh darah abdominal) dan mengakibatkan
ruptur abdomen 4.
Trauma tumpul abdomen merupakan trauma pada perut tanpa penetrasi
kedalam rongga peritoneum. 5. Benturan benda tumpul pada abdomen dapat
menimbulkan cedera pada organ berongga berupa perforasi, atau pada organ padat
berupa perdarahan 1.
2.2. Insidensi
Satu tinjauan dari National Pediatric Trauma Registry oleh Cooper dkk
melaporkan bahwa 8% dari pasien (total = 25301) telah cedera abdominal. 83%
dari cedera mereka disebabkan karena mekanisme trauma tumpul. 59% dari
trauma tumpul tersebut berhubungan dengan kecelakaan mobil 6.
Tinjauan dari Singapura menjelaskan trauma sebagai penyebab kematian
terkemuka pada usia 1-44 tahun. Kecelakaan lalu lintas, luka bacokan, dan jatuh
dari ketinggian merupakan penyebab terjadinya trauma tersebut.Trauma abdomen
tumpul menyumbang 79% kasus tersebut 6.
Jenis Kelamin Berdasarkan data dari nasional dan internasional angka
kejadian Pria dengan wanita adalah 60: 40. Usia Puncak insidensi terjadi pada
usia 14-30 tahun 6.
2.3. Etiologi
Data
internasional
yang
didapat
dari World
Health
Organization
mengindikasikan penyebab utama dari trauma tumpul pada abdomen adalah jatuh
dari ketinggian kurang dari 5 meter dan kecelakaan mobil.data ini mencakup
2
semua jenis luka, bukan luka akibat trauma tumpul abdomen saja. Penyebab
tersering dari trauma tumpul abdomen akibat kecelakaan kendaraan bermotor.
Penyebab-penyebab umum lainnya termasuk terjatuh dan kecelakaan industri atau
rekreasi. Trauma tumpul abdomen dapat disebabkan oleh: pukulan, benturan,
ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk pengaman (set-belt) 5.
2.4. Patofisiologi
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalulintas, penganiayaan, kecelakaan olah raga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara faktor
faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat trauma yang
terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang ditubruk) untuk
menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya perbedaan pergerakan
dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi jaringan. Trauma juga
tergantung pada elastitisitas dan viskositas dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah
kemampuan jaringan untuk kembali pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas
adalah kemampuan jaringan untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada
benturan. Toleransi tubuh menahan benturan tergantung pada kedua keadaan
tersebut.. Beratnya trauma yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya
yang ada akan dapat melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus
dipertimbangkan dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap
permukaan benturan. Hal tersebut dapat terjadi cedera organ intra abdominal yang
disebabkan beberapa mekanisme :
2.6. Komplikasi
Ruptur diaphragma
Ruptur limpa
Ruptur pankreas
Hematoma retroperitoneum
2.7. Diagnosis
2.7.1. Anamnesis
Pada anamnesis dapat ditemukan adanya riwayat seperti:
Trauma pada abdomen akibat benturan benda tumpul
Jatuh dari ketinggian
Tindakan kekerasan atau penganiayaan
Cedera akibat hiburan atau wisata 6.
Selain itu, AMPLE merupakan elemen penting yang harus ditanyakan
dalam anamnesis pasien:
A llergies
M edications
P ast medical history
L ast meal or other intake
E vents leading to presentation6.
2.7.2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perhatikan abdomen pasien untuk melihat adanya tanda-tanda luka luar,
seperti abrasi dan atau ekimosis.
Perhatikan pola luka yang ada untuk menduga adanya trauma intra
abdominal.( lap belt abrasions, steering wheelshaped contusions). dari
hasil pembelajaran lap belt marks berhubungan dengan rupturnya usus
halus
lainnya.
Observasi
pernapasan
pasien,
karena
pernapasan
abdominal
Auskultasi
Bising usus bias normal, menurun, atau hilang.
Abdominal bruit menandakan adanya penyakit sistem vaskuler
yang
Palpasi
Palpasi seluruh permukaan abdomen dengan hati-hati sambil melihat
respon dari pasien. Perhatikan adanya massa abnormal, tenderness , dan
deformitas.
Konsistensi yang padat dan pucat dapat menunjukkan adanya perdarahan
intraabdominal.
Krepitasi atau ketidakstabilan dari rongga thoraks bagian bawah
mengindikasikan kemungkinan adanya cedera lien atau hepar yang
berhubungan dengan cedera costa bawah.
Instabilitas pelvis mengindikasikan adanya luka pada traktus urinarius
bagian bawah, seperti juga pada pelvic dan hematom retroperitoneal.
fraktur terbuka pelvis juga mengindikasikan potensi cedera pada traktus
urinarius
bagian
bawah
cedera
serta
hematom
panggul
dan
Lakukan
pemeriksaan
sensorik
dari
dada
dan
abdomen
untuk
Perkusi
Tenderness
mandates
further
evaluation
consultation.
Tenderness mengindikasikan
konsultasi bedah
Perkusi region thoraks bagian bawah bias normal, redup, atau timpani.
transfuse
platelet
untuk
mengobati
pasien
dengan
kadar
aspartate
aminotransferase
(AST)
or
alanine
Urinalisis
Pemeriksaan urinalisis diperlukan untuk membantu diagnosa termasuk
pada trauma abdomen dan atau pelvis, gross hematuria, mikroskopik
hematuria, dan penurunan output urine.
Dapat dilakukan contrast nephrogram dengan utilizing intravenous
pyelography (IVP) atau CT scan dengan kontras intravenous
Gross hematuria mengindikasikan untuk dilakukan pemeriksaan lebih
lanjut, termasuk dengan cystography dan IVP atau CT scan memakai
kontras dari abdomen6.
Periksa kadar serum atau urine pregnancy test pada wanita dengan masa
subur6.
dipertanyakan.
Mendapatkan PT / aPTT pada pasien yang memiliki riwayat darah
dyscrasia (misalnya, hemofilia), yang memiliki masalah sintetis
(misalnya, sirosis), atau yang mengambil obat anticoagulant (misalnya,
warfarin, heparin) 6.
yang
jelas
dari
cedera
hemodinamik.
10
abdominal
dan
ketidakstabilan
12
namun
beberapa
penelitian
telah
14
Gambar 2.
Ultrasonic imaging for fluid in Morison's pouch has proven to be a reliable
method for detecting intra-abdominal hemorrhage. A. normal image. B. This
image demonstrates a fluid stripe between the right kidney and liver; this is
considered a positive study. Fluid may also be detected between loops of bowel,
as in C, or in the pelvis, as in D 10
16
Gambar 3.
A. Parenchymal destruction of the posterior aspect of the right hepatic lobe with
extravasation of blood. The image in B reveals a large subcapsular hematoma.
Both patients were successfully treated nonoperatively. C. A blunt splenic injury
with parenchymal disruption and extravasation 10.
17
Tabel 1.
Indikasi
DPL
Menentukan
USG
Menentukan
Kerugian
CT Scan
Menentukan organ
cedera
bila
BP
bila BP
normal
- Diagnosis cepat - Diagnosis cepat, - Paling spesifik
dan sensitive
- Akurasi 98%
dapat diulang
Invasive,
- Akurasi 86-97%
gagal Tergantung
- Akurasi 92-98%
Membutuhkan
Tidak mengetahui
diafragma
18
RESPON NYERI
Lepaskan baju dan semua penutup tubuh pasien, supaya dapat dicari
semua cidera yang mungkin ada. Jika ada kecurigaan cedera leher atau
tulang belakang, maka immobilisasi in line harus dikerjakan2.
19
gambar yang tidak bagus, maka selanjutnya perlu dilakukan DPL. Jika USG dan
DPL menunjukkan adanya hemoperitoneum, maka diperlukan laparotomi
emergensi. Hemoperitoneum pada pasien yang tidak stabil secara klinis, tanpa
cedera lain yang terlihat, juga mengindikasikan untuk dilakukan laparotomi. Jika
melalui USG dan DPL tidak didapati adanya hemoperitoneum, harus dilakukan
investigasi lebih lanjut terhadap lokasi perdarahan. Pada penatalaksanaan pasien
tidak stabil dengan fraktur pelvis mayor, harus diingat bahwa USG tidak bisa
membedakan hemoperitoneum dan uroperitoneum
X-ray dada harus dilakukan sebagai bagian dari initial evalutiaon
karena dapat menunjukkan adanya perdarah pada cavum thorax. Radiography
antero-posterior
pelvis
bisa
menunjukkan
adanya
fraktur
pelvis
yang
Penelitian
prospective
observational
terhadap
547
pasien
menunjukkan USG kedua (FAST) yang dilakukan selama 24 jam dari trauma,
meningkatkan sensitifitas terhadap cedra intraabdominal,
21
pertama
adalah
membebaskan
jalan
nafas
dan
Suara berkumur
Sianosis
Waspada adanya benda asing di jalan nafas.
Jangan memberikan obat sedativa pada pasien seperti ini.
23
24
2.11.1. Urine
Produksi urine menggambarkan normal atau tidaknya fungsi sirkulasi
jumlah seharusnya adalah > 0.5 ml/kg/jam. Jika pasien tidak sadar dengan syok
lama sebaiknya dipasang kateter urine 2.
2.11.2. Transfusi darah
Penyediaan darah donor mungkin sukar, disamping besarnya risiko ketidak
sesuaian golongan darah, hepatitis B dan C, HIV / AIDS. Risiko penularan
penyakit juga ada meski donornya adalah keluarga sendiri. Transfusi harus
dipertimbangkan jika sirkulasi pasien tidak stabil meskipun telah mendapat cukup
koloid / kristaloid. Jika golongan darah donor yang sesuai tidak tersedia, dapat
digunakan darah golongan O (sebaiknya pack red cel dan Rhesus negatif.
Transfusi harus diberikan jika Hb dibawah 7g / dl jika pasien masih terus berdarah
2
27
28
DAFTAR PUSTAKA
29